EFEKTIVITAS PELATIHAN PENGENDALIAN DIRI UNTUK MENGATASI PERILAKU BULLYING

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I RENCANA PENELITIAN. formal, pendidikan dilakukan oleh sebuah lembaga yang dinamakan sekolah,.

UNTUK PENCEGAHAN KEKERSAN DAN PENYIMPANGAN PERILAKU REMAJA OLEH RR. SUHARTATI, S.H.

BAB II TINJUAN PUSTAKA

UPAYA MENGURANGI PERILAKU BULLYING DI SEKOLAH DENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK

SELF ESTEEM KORBAN BULLYING (Survey Kepada Siswa-siswi Kelas VII SMP Negeri 270 Jakarta Utara)

Studi Deskriptif Mengenai Self Control pada Remaja Mengenai Kedisiplinan di Panti Asuhan X

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kajian Pustaka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

H, 2016 HUBUNGAN ANTARA REGULASI EMOSI DAN KONTROL DIRI DENGAN PERILAKU BULLYING

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Maraknya kasus-kasus kekerasan yang terjadi pada anak-anak usia sekolah

BAB I PENDAHULUAN. kognitif, dan sosio-emosional (Santrock, 2007). Masa remaja (adolescence)

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan perhitungan-perhitungan statistik mengenai tingkat efektivitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB 2 LANDASAN TEORI. terjadi ketika seseorang atau organisme mencoba untuk mengubah cara

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakangMasalah. dalam mengantarkan peserta didik sehingga dapat tercapai tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan Kontrol..., Agam, Fakultas Psikologi 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. perilaku agresi, terutama di kota-kota besar khususnya Jakarta. Fenomena agresi

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

PERAN GURU BK/KONSELOR DALAM MENGENTASKAN PERILAKU BULLYING PARTICIPANT OF THE TEACHERS BK / COUNSELORS TO ALLEVIATE BULLYING BEHAVIOR

BAB I. Pendahuluan. I.A Latar Belakang. Remaja seringkali diartikan sebagai masa perubahan. dari masa anak-anak ke masa dewasa.

JURNAL THE EFECTIVENESS OF SOCIODRAMA TECHNIQUE TO MINIMIZE HIGH BULLYING BEHAVIOR AT EIGHT GRADE OF SMPN 2 PAPAR ACADEMIC YEAR 2016/2017

DAMPAK PSIKOLOGIS BULLYING

PENGARUH KONFORMITAS DAN HARGA DIRI TERHADAP KECENDERUNGAN MENJADI KORBAN KEKERASAN (BULLYING VICTIM) PADA REMAJA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. kuantitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk meneliti populasi atau sampel

PENGARUH LAYANAN DISKUSI KELOMPOK DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP PERILAKU BULLYING SISWA KELAS XI (Studi di SMA Negeri 5 Sigi )

BAB II LANDASAN TEORI. dengan orang-orang di sekeliling atau sekitarnya. bijaksana dalam menjalin hubungan dengan orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa, apabila rakyat cerdas maka majulah bangsa tersebut. Hal ini senada

LAYANAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENURUNKAN PERILAKU AGRESIF PADA PESERTA DIDIK DI SMP MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. batas kewajaran. Kekerasan yang mereka lakukan cukup mengerikan, baik di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terhadap pihak yang lebih lemah. Di sekolah bullying lebih dikenal dengan istilahistilah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Bullying. itu, menurut Olweus (Widayanti, 2009) bullying adalah perilaku tidak

III. METODE PENELITIAN. penelitian adalah pada Tahun Ajaran 2013/2014. yaitu metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan

FENOMENA BULLYING DI SD NEGERI 3 MANGGUNG KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI

UPAYA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENCEGAH PERILAKU BULLYING SISWA SMA NEGERI COLOMADU TAHUN PELAJARAN 2015/2016

BAB I PENDAHULUAN. yang kompleks yang merupakan hasil interaksi berbagai penyebab dari keadaan

BAB II KERANGKA TEORI

BAB III METODE PENELITIAN. pola asuh otoriter) dan variabel terikat (perilaku bullying) sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan sebuah lembaga atau tempat yang dirancang untuk

SOSIALISASI KONSELING ONLINE GEBER SEPTI (GERAKAN BERSAMA SEKOLAH SEMARANG PEDULI DAN TANGGAP BULLYING)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. korban bullying yang dilakukan secara berulang-ulang dan terjadi dari. negatif yang diterima korban (Olweus, 1993).

BAB II LANDASAN TEORI. beberapa tokoh. Olweus (2003) mendefinisikan bullying sebagai tindakan negatif dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu suatu pendekatan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI 2016

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai

BAB III METODE PENELITIAN

Perilaku Bullying dan Peranan Guru BK/Konselor dalam Pengentasannya (Studi Deskriptif terhadap Siswa SMP Negeri 3 Lubuk Basung)

BULLYING. I. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. 2010). Hal tersebut sejalan dengan Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang

JURNAL. Oleh: ANJARWATI Dibimbing oleh : 1. Dra. Khususiyah, M. Pd. 2. Yuanita Dwi Krisphianti, M. Pd.

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan sekolah, banyak siswa yang melakukan bullying kepada siswa lainnya

PENINGKATAN PENYESUAIAN DIRI SISWA MELALUI LAYANAN INFORMASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sekolah merupakan lembaga formal yang dirancang untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini sering kita dengar tentang banyaknya kasus kekerasan yang

PENGGUNAAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI PADA SISWA KELAS XI SMK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. peserta didik. Banyak yang beranggapan bahwa masa-masa sekolah adalah masa

PENANGANAN BULLYING DI SD NEGERI 3 MANGGUNG KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

BAB I PENDAHULUAN. ini dibuktikan oleh pernyataan Amrullah, Child Protection Program

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh antara pendidik dengan yang di didik (Sukmadinata, 2011).

INTENSITAS TERKENA BULLYING DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Bullying juga didefinisikan sebagai kekerasan fisik dan psikologis jangka

I. PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa manusia menemukan jati diri. Pencarian. memiliki kecenderungan untuk melakukan hal-hal diluar dugaan yang

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan mereka telah dilukai dengan senjata. Guru-guru banyak mengatakan

2016 EFEKTIVITAS STRATEGI PERMAINAN DALAM MENGEMBANGKAN SELF-CONTROL SISWA

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

2014 EFEKTIVITAS KONSELING TEMAN SEBAYA UNTUK MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN SISWA

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain. Untuk mewujudkannya digunakanlah media

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. teori yang dikembangkan oleh Coloroso (2006:43-44), yang mengemukakan

BAB I PENDAHULUAN. ukuran fisik, tapi bisa kuat secara mental (Anonim, 2008). Bullying di

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. peralihan dari satu tahap anak-anak menuju ke tahap dewasa dan mengalami

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurlaela Damayanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh tingkat keberhasilan pendidikan.

AGRESIVITAS DAN KONTROL DIRI PADA REMAJA DI BANDA ACEH Mohammad Arif Sentana. Intan Dewi Kumala

PENGARUH TEMAN SEBAYA TERHADAP KECENDERUNGAN BULLYING PADA SD PADAMU NEGERI MEDAN. Reflina Sinaga Surel:

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Cara Pemilihan Contoh

PENINGKATAN INTERAKSI SOSIAL SISWA DENGAN TEMAN SEBAYA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intany Pamella, 2014

Upaya Mengurangi Perundungan melalui Penguatan Bystanders di SMP B Yogyakarta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian. pengertian yang baku hingga saat ini. Bullying berasal dari bahasa inggris,

ARTIKEL SKRIPSI OLEH : WIKANINGSIH NPM P

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan. Dari tahun ketahun menikah memiliki mode, misal saja di zaman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kegiatan belajar dengan aman dan nyaman. Hal tersebut dapat terjadi, karena adanya

JURNAL KEEFEKTIFAN TEKNIK DISKUSI UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA KELAS XI DI SMK PEMUDA PAPAR KAB KEDIRI TAHUN AJARAN 2016/2017

MENINGKATKAN HARGA DIRI PADA KORBAN BULLYING, DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK BERMAIN PERAN PADA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 2 BANDAR KABUPATEN BATANG

ARTIKEL EFEKTIVITAS PENGGUNAAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK DALAM MENGATASI PERILAKU BULLYING TEMAN KELAS

PEDOMAN OBSERVASI FENOMENA KORBAN PERILAKU BULLYING PADA REMAJA DALAM DUNIA PENDIIDKAN

Pengertian tersebut didukung oleh Coloroso (2006: 44-45) yang mengemukakan bahwa bullying akan selalu melibatkan ketiga unsur berikut;

JASSI_anakku Volume 18 Nomor 1, Juni 2017

BAB IV LAPORAN PENELITIAN. melakukan persiapan yang nantinya akan digunkan dalam penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Hampir setiap hari kasus perilaku agresi remaja selalu ditemukan di media

Transkripsi:

Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan ISSN 2252-6676 Volume 6, No. 1, April 2017 http://www.jurnalpedagogika.org - email: jurnalpedagogika@yahoo.com EFEKTIVITAS PELATIHAN PENGENDALIAN DIRI UNTUK MENGATASI PERILAKU BULLYING SISWA DI SMP NEGERI 19 AMBON Jeanete Ophilia Papilaya, M.Psi 1 Nessy Pattimukay, M.Pd 2 1 Dosen pada Program Studi Bimbingan Konseling FKIP Universitas Pattimura-Ambon 2 Dosen pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas Pattimura-Ambon ARTICLE INFO Article History: Accepted 11 April 2017 Available online 12 April 2017 Keywords: Self-Control Training, Bullying Behavior. ABSTRACT This study purpose to a) assess the effectiveness of self-control training to address bullying behavior of students, b) Conduct training self-control to overcome the bullying behavior of students. To achieve that goal then used experimental research design with the onegroup pretest-posttest design. hypotheses used are effective self-control training to resolve bullying behavior of students. Data obtained from 24 students who demonstrate bullying behavior. Analysis using t- test with SPSS version 16.0 of the calculation of the results found t> t table (7232> 1714). From the results of t-test analysis found that effective self-control training to address bullying behavior of students. PENDAHULUAN Tujuan pendidikan nasional sesuai dengan UU SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 yaitu Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Bertolak dari tujuan pendidikan nasional tersebut maka diharapkan sekolah sebagai lembaga pendidikan dapat mewujudkan suasana pembelajaran dan proses pembelajaran agara siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan. Vol. 6, No. 1, April 2017 (91-98) 92 pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, penanaman nilai-nilai sikap dan perilaku dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Proses pembelajaran di sekolah, diharapkan guru bukan hanya mengajar tetapi juga bisa menanamkan nilai-nilai sikap dan perilaku yang positif kepada siswa. Pada kenyataannya, guru di sekolah hanya melakukan tugasnya untuk mengajar, guru kurang peka terhadap perilaku siswa. Perilaku siswa di sekolah banyak dipengaruhi oleh lingkungan pergaulan teman sebaya. Hal ini menyebabkan tidak sedikit siswa mengembangkan perilaku negative ketika di sekolah. Siswa menunjukkan perilaku yang melanggar norma. Oleh karena itu, banyak siswa yang terlibat dalam perkelahian atau tawuran, bolos sekolah, pembangkang, agresif secara fisik dan verbal, dan bullying. Hasil konsultasi Komisi Nasional Perlindungan Anak dengan anak-anak di 18 Provinsi Indonesia memperlihatkan bahwa sekolah juga bisa menjadi tempat yang cukup berbahaya bagi siswa (Sumiarni, 2009). Bullying dapat mengubah kegiatan di sekolah yang awalnya menyenangkan, belajar sambil berteman menjadi menakutkan. Hal ini diperkuat dengan survey anti bullying yang dilakukan oleh Yayasan Sejiwa (2007) yang menghasilkan bahwa 94,9% bullying terjadi di sekolah-sekolah di Indonesia. Fenomena bullying juga terjadi di pada siswa SMP Negeri 19 Ambon. Hasil observasi awal menunjukkan bahwa banyak siswa yang melakukan bullying terhadap siswa yang lain. Perilaku bullying yang dilakukan oleh siswa berupa memberikan julukan nama yang membuat siswa lain menjadi tidak nyaman dengan julukan tersebut, celaan, penghinaan, intimidasi, pemalakan, mengejek, mengancam, dan mengucilkan. Bullying bukanlah merupakan suatu tindakan yang kebetulan terjadi, melainkan dipengaruhi oleh beberap faktor, seperti faktor sosial, budaya, dan ekonomi. Biasanya dilakukan oleh pihak-pihak yang berasa lebih kuat, lebih berkuasa, atau bahkan merasa lebih terhormat untuk menindas pihak lain untuk memperoleh keuntungan tertentu. Hal ini sejalan dengan pendapat Soendjojo (2009) yang mengatakan bahwa siswa yang melakukan bullying adalah siswa yang superior, merasa diri lebih dari orang lain, dan kurang adanya pengendalian diri. Siswa yang melakukan bullying cenderung tidak dapat mengendalikan dirinya untuk mengintimidasi orang lain. Pengendalian diri merupakan salah satu aspek yang penting yang seharusnya dimiliki oleh siswa dalam proses pendidikan karena sejalan dengan tujuan pendidikan nasional. Siswa seharusnya dapat membedakan perilaku yang dapat diterima dan yang tidak dapat diterima, namun siswa yang melakukan bullying tidak mengenali hal ini. Hal ini juga bisa dikarenakan mungkin mereka sebenarnya telah mengetahui

Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan. Vol. 6, No. 1, April 2017 (91-98) 93 perbedaan keduanya namun gagal mengembangkan kontrol yang memadai dalam menggunakan perbedaan itu dalam perilaku (Santrock, 2002). Senada dengan pendapat Santrock, Averil (Ghufron dan Risnawita, 2010) juga mengemukakan aspek pengendalian diri adalah pengendalian perilaku, pengendalian kognisi, dan pengendalian keputusan. Aspek pengendalian diri yang dilatih akan bergerak dari ranah kognisi, lalu keputusan, kemudian perilaku individu, sehingga ketiga aspek tersebut akan dapat mengatasi perilaku bullying yang dimiliki oleh siswa. Siswa yang diberikan pelatihan pengendalian diri diharapkan dapat menghilangkan kecenderungan perilaku bullying di sekolah. Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti ingin meneliti tentang efektivitas pelatihan pengendalian diri untuk mengatasi perilaku bullying siswa di SMP Negeri 19 Ambon. KAJIAN PUSTAKA Bullying adalah perilaku agresif yang dilakukan secara sengaja terjadi berulangulang untuk menyerang seorang target atau korban yang lemah, mudah dihina dan tidak bisa membela diri sendiri (Sejiwa, 2007). Bullying juga didefinisikan sebagai kekerasan fisik dan psikologis jangka panjang yang dilakukan seseorang atau kelompok, terhadap seseorang yang tidak mampu mempertahankan dirinya dalam situasi di mana ada hasrat untuk melukai atau menakuti orang itu atau membuat dia tertekan (Wicaksono, 2008). Menurut Mudjijanti (2011), penyebab terjadinya bullying antara lain : (a) keluarga, Pelaku bullying seringkali berasal dari keluarga yang bermasalah : orang tua yang sering menghukum anaknya secara berlebihan, atau situasi rumah yang penuh stress, agresi, dan permusuhan. Anak akan mempelajari perilaku bullying ketika mengamati konflik-konflik yang terjadi pada orang tua mereka, dan kemudian menirunya terhadap teman-temannya. (b) Sekolah, pihak sekolah sering mengabaikan keberadaan bullying ini, anak-anak sebagai pelaku bullying akan mendapatkan penguatan terhadap perilaku mereka untuk melakukan intimidasi terhadap anak lain. Bullying berkembang dengan pesat dalam lingkungan sekolah sering memberikan masukan negatif pada siswanya. (c) Teman Sebaya, Anak -anak ketika berinteraksi dalam sekolah dan dengan teman di sekitar rumah, kadang kala terdorong untuk melakukan bullying. Beberapa anak melakukan bullying dalam usaha untuk membuktikan bahwa mereka bisa masuk dalam kelompok tertentu, meskipun mereka sendiri merasa tidak nyaman dengan perilaku tersebut. Menurut Ribgy (Astuti, 2008) tindakan bullying mempunyai tiga karakteristik terintegrasi, yaitu: (a). Adanya perilaku agresi yang menyenangkan pelaku untuk menyakiti korban. (b) tindakan dilakukan secara tidak seimbang sehingga ko rban

Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan. Vol. 6, No. 1, April 2017 (91-98) 94 merasa tertekan. (c) perilaku ini dilakukan secara terus menerus dan juga berulang - ulang. Ada beberapa jenis bullying menurut SEJIWA (2007), yaitu (1) Bullying fisik, Jenis bullying yang terlihat oleh mata, siapapun dapat melihatnya karena terjadi sentuhan fisik antara pelaku bullying dan korbannya. Contoh - contoh bullying fisik antara lain : memukul, menarik baju, menjewer, menjambak, menendang, menyenggol dengan bahu, menghukum dengan membersihkan WC, menampar, menimpuk, menginjak kaki, menjegal, meludahi, memalak, melempar dengan barang, menghukum dengan berlari lapangan, menghukum dengan cara push up. (2) Bullying verbal, Jenis bullying yang juga bisa terdeteksi karena bisa terungkap indra pendengaran kita. Contoh - contoh bullying verbal antara lain : membentak, meledek, mencela, memaki - maki, menghina, menjuluki, meneriaki, mempermalukan didepan umum, menyoraki, menebar gosip, memfitnah. (3) Bullying mental atau psikologis, Jenis bullying yang paling berbahaya karena tidak tertangkap oleh mata atau telinga kita apabila tidak cukup awas mendeteksinya. Praktik bullying ini terjadi diam - diam dan diluar jangkauan pemantauan individu. Contoh - contohnya: mencibir, mengucilkan, memandang sinis, memelototi, memandang penuh ancaman, mempermalukan di depan umum, mendiamkan, meneror lewat pesan pendek, telepon genggam atau email, memandang yang merendahkan. Pengendalian diri merupakan kenderungan individu untuk mempertimbangkan berbagai konsekuensi untuk perilaku tertentu (Tangney, Baumiester, & Boone, 2004). Selain itu, pengendalian diri adalah kemampuan individu untuk menahan diri atau mengarahkan diri ke arah yang lebih baik ketika dihadapkan dengan godaan-godaan (Tangney, Baumiester, & Boone, 2004). Pengendalian diri dikatakan sebagai kemampuan manusia untuk menahan dan mengendalikan perilaku sosial yang tidak pantas (Tangney, Baumiester, & Boone, 2004). Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian Denson, DeWall,dan Finkel (2012) yang menyatakan bahwa kegagalan self-control dapat memberikan kontribusi untuk tindakan yang paling agresif yang menyertakan kekerasan. Dari hasil penelitiannya, Chapple (2005) menyimpulkan bahwa pengendalian diri yang rendah menyebabkan penolakan dari rekan sesama ( peer rejection), hubungan dengan rekan atau kelompok yang menyimpang (deviant peer) dan kenakalan (delinquency). Averil (Ghufron dan Risnawita, 2010) mengemukakan aspek pengendalian diri adalah (1) Pengendalian perilaku, yang meliputi mampu mengendalikan keinginan di dalam dirinya, mampu mengendalikan situasi di luar dirinya, dan mampu merubah stimulus yang tidak menyenangkan menjadi menyenangkan. (2) Pengendalian kognisi, yang meliputi mampu memahami dan mengenali berbagai stimulus, mampu

Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan. Vol. 6, No. 1, April 2017 (91-98) 95 menilai suatu keadaaan lingkungannya dengan baik, mampu melakukan antisipasi terhadap stimulus yang tidak diharapkan. (3) Pengendalian keputusan, yang meliputi mampu mengambil tindakan atas permasalahan yang dihadapi, mengambil tindakan tanpa melibatkan kebutuhan pribadi, dan mempertimbangkan dari berbagai sisi sebelum mengambil suatu tindakan. HIPOTESIS PENELITIAN Adapun hipotesis dalam penelitian ini yaitu pelatihan pengendalian diri efektif untuk mengatasi perilaku bullying siswa. Adapun hipotesa statistik yaitu : H 0 : Pelatihan pengendalian diri tidakefektif untuk mengatasi perilaku bullying siswa. H 1 : Pelatihan pengendalian diri efektif untuk mengatasi perilaku bullying siswa. METODE PENELITIAN Model yang digunakan dalam penelitian ini yaitu model eksperimen dengan menggunakan pelatihan pengendalian diri untuk mengatasi perilaku bullying siswa di sekolah. Sesuai dengan jenis penelitian dan masalah yang dikemukakan, maka rancangan penelitian ini adalah the One-Group Pre-Posttest Design. Sampel yang terlibat dalam penelitian ini sebanyak 24 siswa. Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu purposive sampling. Untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, digunakan instrumen penelitian. Instrumen penelitian yang digunakan adalah angket yag berupa Pre Test dan Post Test. Pre Test dan Post Test yang disusun terdiri atas 3 aspek yaitu aspek bullying fisik, bullying verbal, dan bullying mental. Analisis Statistik Inferensial digunakan untuk menguji hipotesis penelitian dan mengambil kesimpulan keadaan populasi yang sedang diteliti, berdasarkan hasil penyelidikan sampel. Uji t atau t-test dalam penelitian ini dilakukan menggunakan software SPSS 16.0 HASIL Berdasarkan hasil uji t pada tabel, didapat t hitung sebesar 7.232. t tabel dilihat pada tabel statistik, maka hasil yang diperoleh untuk t tabel sebesar 1.714. Nilai t hitung > t tabel (7.232>1.714) maka H 0 ditolak dan H 1 diterima. Adapun hipotesa penelitian yaitu H 1 yaitu efektif diterima. Hal ini berarti bahwa pelatihan pengendalian diri efektif untuk mengatasi perilaku bullying siswa. Disamping itu juga bahwa terdapat penurunan skor total aspek yang signifikan yaitu skor total pretest adalah 339 dan skor total posttest adalah 94. Hal ini membuktikan bahwa adanya upaya perbaikan diri dari peserta pelatihan dalam aspek-aspek yang dipakai untuk mengukur perilaku bullying yang mereka miliki. Berdasarkan data yang diperoleh diatas maka

Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan. Vol. 6, No. 1, April 2017 (91-98) 96 disimpulkan bahwa terbukti pelatihan pengendalian diri efektif untuk mengatasi perilaku bullying siswa. Berdasarkan hasil lembar kerja yang diberikan selama pelatihan, maka didapati bahwa subjek yang berperilaku bullying telah mengenal serta mengetahui kelebihan/potensi yang dimiliki oleh dirinya. Selain itu, mereka juga mampu untuk menggali kekurangan yang dimiliki mereka. Hal ini berarti bahwa subjek cukup mengenal diri sendiri serta menyadari perilaku-perilaku negative yang dimilikinya. Subjek mampu untuk mengungkapkan semua hal tentang kelebihan dan kekurangan diri mereka sendiri. Disamping itu, mereka juga tahu penilaian orang lain tentang diri subjek. Subjek sadar bahwa orang lain menilai mereka secara negative karena perilakunya. Subjek juga diberikan kesempatan untuk mengungkapkan situasi-situasi yang disukai dan tidak disukainya. Hal ini bertujuan untuk mengetahui kemungkinan perilaku subjek yang akan muncul ketika berhadapan dengan situasi-situasi yang menyenangkan atau situasi-situasi yang tidak menyenangkan. Jika subjek sudah dapat memprediksikan kemungkinan perilaku yang akan muncul maka subjek dapat mengontrol perilaku yang akan muncul, terutama perilaku yang negative. Setelah subjek mampu menilai dirinya sendiri, subjek diberikan pengetahuan tentang cara merubah perilaku-perilaku tersebut dan konsekuensinya. Sehingga subjek dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari baik di sekolah maupun di rumah. Keinginan subjek untuk merubah perilaku dapat dilihat dari komentar salah satu subjek, yaitu Ibu, saya tidak ingin berkelahi lagi. Saya berharap dengan langkah-langkah yang ibu berikan bisa membantu saya untuk tidak berkelahi dan dapat mengontrol emosi saya Berdasarkan komentar diatas, maka dapat dikatakan bahwa subjek berkeinginan untuk merubah perilaku yang negative, serta mengembangkan perilaku yang positif. Disamping itu, subjek juga mampu untuk mengambil tindakan yang tepat dalam menghadapi permasalahan yang dimilikinya. Subjek akan berpikir terlebih dahulu sebelum bertindak sehingga tidak mennimbulkan konsekuensi yang buruk dari perilakunya. PEMBAHASAN Dengan terujinya hipotesis maka sebenarnya membuktikan secara empiris bahwa pelatihan pengendalian diri efektif untuk mengatasi perilaku bullying siswa. Materi dalam pelatihan ini bertujuan untuk membantu subjek lebih mengenali diri sendiri, potensi-potensi yang dimiliki, serta sifat-sifat yang dimilikinya sehingga subjek menjadi semakin paham akan proses-proses psikologis yang terjadi pada dirinya.

Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan. Vol. 6, No. 1, April 2017 (91-98) 97 Melalui pelatihan ini juga merupakan media alternatif yang efektif dalam membantu subjek untuk lebih terbuka terhadap kelemahan-kelemahan serta kekurangan-kekurangan yang ada pada dirinya. Proses pengungkapan diri diciptakan dalam suasana yang tidak mengancam, menyenangkan, dan tidak menimbulkan rasa tertekan. Dengan demikian setahap demi setahap subjek akan mulai mengungkapkan kelemahan-kelemahan dirinya. Selain itu juga, subjek diberikan kesempatan untuk mengungkapkan sifat-sifat serta perilaku negative yang sering dilakukan. Pelatihan pengendalian diri ini memberikan kesempatan pada subjek untuk mengungkapkan diri berarti mendorong individu untuk mulai menyadari siapa saya dan seperti apa dirinya. Selain itu, pelatihan pengendalian diri juga membuat subjek mau mempertimbangkan berbagai konsekuensi untuk perilaku tertentu. Sebagaimana diungkapkan oleh Higgins (Tangney, 2004) bahwa kesadaran diri merupakan langkah pertama untuk memahami diri dan menentukan pilihan apakah seseorang perlu mengubah pola perilaku yang sudah ada agar lebih efektif. Pengungkapan diri di samping membantu individu untuk mengenali dirinya sendiri juga sekaligus membimbing ke arah tujuan hidup yaitu saya ingin menjadi siapa. Artinya, setelah menyadari kelemahan dan kekuatan, maka seseorang dibimbing untuk menentukan tujuan-tujuan hidupnya. Materi di dalam pelatihan pengendalian diri ini menggali tiga aspek dalam diri subjek, yang pada akhirnya subjek mampu mengenali diri sendiri, setelah itu subjek mampu mengendalikan keinginan di dalam dirinya serta mampu merubah stimulus yang tidak menyenangkan menjadi menyenangkan. Selain itu juga, subjek mampu memahami dan mengenali serta menilai suatu keadaan lingkungannya dengan baik sehingga bisa menunjukkan perilaku yang positif. Pada akhirnya subjek sudah mampu mengambil tindakan atas permasalahan yang dihadapi serta dapat mempertimbangkan konsekuensi sebelum mengambil suatu tindakan. Hal ini menjawab pendapat dari Averil (Ghufron dan Risnawita, 2010) yang mengemukakan bahwa pengendalian diri terdiri dari 3 aspek yaitu pengendalian perilaku, pengendalian kognisi, dan pengendalian keputusan. Dalam pelatihan pengendalian diri, subjek diberikan kesempatan untuk mengembangkan ketiga aspek pengendalian diri tersebut. Sehingga pada akhirnya subjek mampu untuk melakukan pengendalian diri untuk mengatasi perilaku bullyingnya. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Pelatihan pengendalian diri efektif untuk mengatasi perilaku bullying siswa. Hal ini terbukti dengan nilai t hitung > t tabel (7.232>1.714).

Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan. Vol. 6, No. 1, April 2017 (91-98) 98 2. Terdapat penurunan skor total aspek yang signifikan yaitu skor total pretest adalah 339 dan skor total posttest adalah 94. Hal ini membuktikan bahwa adanya upaya perbaikan diri dari siswa untuk mengurangu perilaku bullying yang mereka miliki. 3. Subjek mampu untuk melakukakn pengendalian perilaku, pengendalian kognisi, dan pengendalian keputusan sehingga perilaku bullying subjek dapat dihilangkan. DAFTAR PUSTAKA Astuti, D. R. 2008. Meredam Bullying: 3 cara efektif menanggulangi kekerasan pada anak. Jakarta: PT.Grasindo Chapple. L. C., (2005). Self-control, Peer Relations, and Delinquency. Justice Quarterly. 22 (1), 89-96 Denson, T. F., Dewall, C. T., Finkel. E. J. (2012). Self-control and aggression. Current directions in psychological science, 21(1), 20 25 Ghufron, M. N., & Risnawita, S. 2009. Teori-Teori Psikologi. Jakarta: Gramedia Mudjijanti, Fransisca. 2011. School Bullying dan Peran Guru Dalam Mengatasinya. Naskah Krida Rakyat. Tidak Diterbitkan Santrock, J. W. 2002. Life Span Development (Perkembangan Masa Hidup). Jilid 1. Jakarta: Erlangga Sejiwa. 2007. Bullying: Panduan bagi Orangtua dan Guru. Mengatasi Kekerasan di Sekolah dan Lingkungan. Jakarta:Grasindo Soendjojo, D. 2009. Mengajarkan Asertifitas Pada Remaja. Jurnal Psikologi. 4, (3), 5-7 Sumiarni, Endang 2009. Kekerasan di Sekolah dan Hak Anak dalam Perspektif Hukum. Makalah Seminar Fenomena Kekerasan di Sekolah dan strategi Pencegahannya, 2 Agustus 2009, FIP UNY Tangney, J. P., Baumiester, R.F., & Boone, A.L.(2004). High Self Control Predicts Good Adjusment, Less Pathology, Better Grades, and Interpersonal Succes. Journal of Personality.72 (2). 271-322 Wicaksono. 200. Pentingnya Sebuah Keyakinan Diri. (online). http://aryowicaksonobp.blogspot.com/2007/12. diunduh tanggal 15 Februari 2015.