Identifikasi Sumber Pencahayaan di Kawasan Kampus ITB

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

KAJIAN KONSERVASI ENERGI PADA BANGUNAN KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES) DITINJAU DARI ASPEK PENCAHAYAAN DAN PENGHAWAAN ALAMI

STUDI PEMANFAATAN CAHAYA ALAM SEBAGAI SUMBER PENCAHAYAAN RUANG KULIAH GEDUNG E KAMPUS A UNIVERSITAS TRISAKTI DALAM RANGKA PENGHEMATAN ENERGI LISTRIK

Analisis Tingkat Pencahayaan Ruang Kuliah Dengan Memanfaatkan Pencahayaan Alami Dan Pencahayaan Buatanklorofil Pada Beberapa Varietas Tanaman eum

KATA PENGANTAR. Semoga dengan terselesaikannya skripsi ini dapat menjadi salah satu sumber pengetahuan bagi pembaca. Bandung, Februari 2014.

PENJELASAN. Sayembara Desain Arsitektur ITB.

STUDI OPTIMASI SISTEM PENCAHAYAAN RUANG KULIAH DENGAN MEMANFAATKAN CAHAYA ALAM

TUGAS KAPITA SELEKTA STREET LIGHTING

BAB I PENDAHULUAN. Dari latar belakang diatas, ada masalah-masalah terkait kenyamanan yang akan dibahas dalam laporan ini yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Cahaya adalah suatu perpindahan energi yang dapat merangsang indera

BAB 6 HASIL PERANCANGAN

SMART LIGHTING LED. SUTONO Program Studi Sistem Komputer, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Komputer Indonesia

Unsur-Unsur Efek Cahaya Pada Perpustakaan. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Analisis Itensitas Pencahayaan Alami pada Ruang Kuliah Prodi Arsitektur Universitas Malikussaleh

DASAR DASAR FOTOGRAFI & TATA CAHAYA

Analisis Pencahayaan Alami pada Ruang Kuliah Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin

PENGARUH DESAIN CLERESTORIES TERHADAP KINERJA DAYLIGHT PADA GOR BULUTANGKIS ITS DI SURABAYA GUNA MENDUKUNG KONSEP GREEN BUILDING

Pengaturan Pencahayaan Ruangan Menggunakan Sinar Matahari

MAKALAH ILUMINASI DISUSUN OLEH : M. ALDWY WAHAB TEKNIK ELEKTRO

PENCAHAYAAN PADA BANGUNAN TEST BED-INSTALASI UJI STATIK

KONSEP KAMPUS HIJAU Green-Safe-Disaster Resilience (Hijau-Keselamatan-Ketahanan Bencana)

SELAMATKAN LANGIT BOSSCHA

secara prinsip penggunaan energi di lingkungan hunian penduduk akan meningkat seiring dengan kepadatan rumah.

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1. Jumlah Penduduk DKI Jakarta Sumber : diakses tanggal 2 Oktober 2015

Persepsi Pengguna terhadap Kualitas Pencahayaan Ideal Kantor

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Pemecahan masalah

Abstrak. 2. Studi Pustaka. 54 DTE FT USU

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Pengaruh Desain Fasade Bangunan terhadap Distribusi Pencahayaan Alami pada Gedung Menara Phinisi UNM

Cahaya sebagai media Fotografi. Syarat-syarat fotografi. Cahaya

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Erwinsyah Hasibuan (1996) dalam penelitian Tugas Akhirnya : kualitas

Tabel 2.7: Hasil Studi Banding Aspek Kampus Perkapalan Undip Kampus Perkapalan ITS Kampus Perkapalan UI Kesimpulan Aspek Kontekstual

Analisa Aspek Daya dan Ekonomis Perancangan Pencahayaan Ruang Kelas Menerapkan Konsep Bangunan Hijau

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pengembangan sarana pendidikan berupa gedung baru di Universitas Atma

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah , 2014

BAB IV ANALISA STUDI KASUS

PENILAIAN KRITERIA GREEN BUILDING PADA GEDUNG REKTORAT ITS

Pengembangan RS Harum

MODUL III INTENSITAS CAHAYA

BAB I PENDAHULUAN. prinsip-prinsip efektifitas dan efisiensi. Kebutuhan tenaga listrik di suatu wilayah

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Cahaya merupakan elemen yang penting bagi makhluk hidup di muka bumi. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan penerangan jalan yang lebih baik sangat penting pada saat

Paket Kegiatan Guru: Panduan Pengamatan Waktu Kampanye 2012 Menggunakan Orion: Januari, Februari & Maret

BAB III LANDASAN TEORI

Survey Pasien Healing Garden (Taman Penyembuhan)

Tata Cahaya pada Ruang Baca Balai Perpustakaan Grhatama Pustaka Yogyakarta

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dilaksanakan selama 1 bulan pada tanggal 16 januari 2017 sampai 16 februari

Paket Kegiatan Guru: Panduan Pengamatan Waktu Kampanye 2012 Menggunakan Crux: Jan, Feb, Mar & April

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Gambar Lampu kepala

PENINGKATAN EFISIENSI MODUL SURYA 50 WP DENGAN PENAMBAHAN REFLEKTOR

BAB I PENDAHULUAN. diseluruh aspek kehidupan. Seiring kemajuan zaman, penggunaan energi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring pesatnya kemajuan dan perkembangan daerah - daerah di Indonesia, memicu

Pencahayaan dan Penerangan Rumah Sakit. 2. Pencahayaan dan penerangan seperti apa yang dibutuhkan dirumah sakit?

ARTIFICIAL LIGHTING DESIGN CONSULTATION. Canisius College Sport Hall Jakarta

I. PENDAHULUAN. pemanfaatan energi terbarukan menjadi meningkat. Hal ini juga di dukung oleh

PENGARUH PEMASANGAN ARMATURE PADA LAMPU LHE TERHADAP PENINGKATAN EFISIENSI PENCAHAYAAN.

RANCANG BANGUN SISTEM PENGATUR TINGKAT PENERANGAN RUANGAN BERBASIS ATMEGA 8535 DENGAN METODE LOGIKA FUZZY Tugas Akhir

DESAIN INSTALASI LAMPU NAVIGASI PADA KAPAL PERINTIS 2000 GT

XPLORE. Jl. Dr. Makaliwe Raya No. 48D Jakarta Barat, T (021)

Politeknik Negeri Sriwijaya

[2] PENCAHAYAAN (LIGHTING)

Manajemen Pencahayaan Alami dan Buatan pada Gedung Pascasarjana UNISMA

PENCAHAYAAN SEBAGAI INDIKATOR KENYAMANAN PADA RUMAH SEDERHANA YANG ERGONOMIS Studi Kasus RSS di Kota Depok Jawa Barat

Konservasi energi pada sistem pencahayaan

SISTEM KEAMANAN BERBASIS CCTV DAN PENERANGAN OTOMATIS DENGAN MODIFIKASI UPS SEBAGAI PENGGANTI SUMBER LISTRIK YANG HEMAT DAN TAHAN LAMA

Evaluasi Kualitas Pencahayan Alami Pada Rumah Susun Sebelum dan Setelah Mengalami Perubahan Denah Ruang Dalam

Perancangan Sistem Pencahayaan Untuk Penghematan Energi Listrik Di Ruang Kelas P- 105 Teknik Fisika-ITS Surabaya

TINJAUAN PUSTAKA. Lanskap

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Suatu penerangan diperlukan oleh manusia untuk mengenali suatu obyek

BAB I PENDAHULUAN. penting, mengingat bahwa fasilitas ruang parkir merupakan bagian dari sistem

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wida Lidiawati, 2014

3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. letaknya ini, matahari dapat bersinar di wilayah Indonesia selama 12 jam per

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. kehidupan modern dengan tuntutan kebutuhan yang lebih tinggi. Seiring

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 4 ANALISIS

Tujuan Instruksional Umum : Tujuan Instruksional Khusus :

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Toyota TGN40 yang mempunyai spesifikasi tersendiri, berikut: Tabel 3.1Spesifikasi Lampu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENDEKATAN DESAIN PENCAHAYAAN FASADE BANGUNAN BERSEJARAH

Politeknik Negeri Sriwijaya

Sunglasses kesehatan mata

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. ruangan. Untuk mencapai kinerja optimal dari kegiatan dalam ruangan tersebut

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Pada pelaksanaan Audit Energi yang akan dilakukan pada gedung Pasca Sarajana

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT SEKITAR OBSERVATORIUM MENGENAI INFORMASI POLUSI CAHAYA

BAB I PENDAHULUAN. ruas jalan. Penerangan lampu jalan harus memberikan rasa aman dan nyaman

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

Sistem Monitoring dan Kontrol Rumah Kaca berbasis Arduino, LabView dan Antarmuka Web

Matahari dan Kehidupan Kita

Transkripsi:

Identifikasi Sumber Pencahayaan di Kawasan Kampus ITB Novia Ekawanti 1,a), Fera Gustina Purwati 1,b), dan Luthfiandari 1,c) 1 Program Studi Astronomi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha no. 10 Bandung, Indonesia, 40132 noviafis8@gmail.com (corresponding author) fera.gustina@s.itb.ac.id luthfiandari23@gmail.com Abstrak Pencahayaan merupakan komponen yang penting untuk memenuhi segala aktivitas, khususnya di malam hari, tetapi kadang kala pencahayaan yang kurang tepat justru dapat menyebabkan hal buruk. Pencahayaan yang keliru menyebabkan polusi cahaya. Saat ini, kita masih sering mengabaikan sumber pencahayaan yang ada di lingkungan sekitar, salah satu faktor penyebabnya adalah masih minimnya pengetahuan tentang sumber pencahayaan yang tepat guna. Kami menemukan banyak penggunaan sumber pencahayaan (lampu) yang kurang tepat di sekitar kampus ITB, Bandung, oleh karena itu, kami mengidentifikasi sumber pencahayaan pada area kampus ITB, Bandung. Identifikasi pencahayaan, baik penerangan jalan maupun penerangan taman, dilakukan dengan cara mendata kuantitas dan jenis lampu. Selain itu, dilakukan pula pengukuran kecerahan lingkungan menggunakan Sky Quality Meter, dengan atau tanpa tudung lampu, pada jarak dan sudut pengukuran yang berbeda. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa penggunaan lampu yang berkategori unacceptable lebih mendominasi dibandingkan dengan lampu acceptable, dengan perbandingan 43:7. Kata-kata kunci: Sumber Pencahayaan, Polusi Cahaya, ITB PENDAHULUAN Cahaya adalah bentuk energi yang memungkinkan makhluk hidup dapat mengenali sekelilingnya dengan mata [5]. IES (Illumination Engineering Society) mendefinisikan bahwa cahaya sebagai pancaran energi dapat dievaluasi secara visual. Dari pengertian tersebut, kita tahu bahwa pencahayaan alami ataupun buatan merupakan komponen penting dalam segala aktivitas sehari-hari. Pencahayaan alami dapat kita peroleh dari cahaya Matahari di siang hari dan terbatas hanya untuk aktivitas luar ruangan, tetapi jika cuaca mendung atau saat berada di dalam ruangan yang gelap, kita memerlukan tambahan pencahayaan buatan yang berupa lampu untuk mendukung aktivitas kita. Banyak alasan yang mendorong manusia menggunakan pencahayaan buatan, untuk keperluan keamanan dan keselamatan hingga keperluan estetika di malam hari [3]. Dalam kenyataan, banyak masyarakat yang belum menyadari akan pentingnya pencahayaan yang tepat, baik untuk kegiatan mereka sendiri ataupun lingkungan sekitarnya Anggapan sebagian masyarakat bahwa semakin terang semakin aman, adalah keliru, semakin benar pencahayaan maka akan semakin aman. Pencahayaan buatan sangat bermanfaat bagi aktivitas kita. Tidak ada yang salah untuk kita menggunakannya, tetapi perlu diperhatikan bahwa pencahayaan buatan tersebut akan berakibat fatal apabila digunakan secara berlebih dan tidak tepat sasaran. Dengan kata lain, tidak semua pencahayaan buatan (artificial lighting) itu baik [3]. Di kawasan kampus ITB terdapat beberapa pencahayaan yang kurang tepat. Di sisi lain, kampus ITB merupakan green campus yang semestinya menjadi contoh penerapan fasilitas lingkungan yang tepat dan ISBN: 978-602-61045-1-9 14 15 Desember 2016 315

nyaman. Oleh karena itu, penulis mengidentifikasi pencahayaan buatan khususnya di luar ruangan yang dapat mengganggu lingkungan sekitar pengguna dan menyebabkan polusi cahaya. Metode yang kami gunakan dalam penelitian ini yaitu pengamatan langsung ke kawasan ITB Ganesha dengan mengidentifikasi seluruh lampu yang ada. Apabila ada pemakaian lampu yang kurang tepat, kami coba cari solusi dan penerapannya. Solusi sederhana yang kami lakukan adalah dengan membandingkan lampu yang kami beri tudung dengan yang tidak, lalu kami ukur magnitudo lampu tersebut menggunakan Sky Quality Meter (SQM). Hal ini dimaksudkan untuk memberikan pengetahuan kepada kita tentang pencahayaan tepat guna. Selain itu, dapat menciptakan lingkungan green campus yang benar-benar nyaman serta mengurangi polusi cahaya di kawasan kampus ITB sendiri. PENCAHAYAAN YANG BAIK DAN YANG BURUK Secara umum, pencahayaan buatan diperlukan manusia untuk menjalankan fungsi sebagai: 1. pencahayaan sekitar (ambient lighting), yaitu pencahayaan yang diperlukan untuk aktivitas harian baik di dalam maupun luar ruangan 2. pencahayaan khusus (task lighting), yaitu pencahayaan yang memerlukan jumlah cahaya lebih dari ambang pencahayaa atau ambient lighting, seperti lampu baca, lampu cermin, lampu sorot, dan lain-lain 3. pencahayaan aksentuasi (accent lighting), yaitu pencahayaan untuk menonjolkan fitur-fitur khusus atau untuk keperluan estetika.[8] Pencahayaan yang Baik Pencahayaan yang baik yaitu pencahayaan yang sesuai dengan kebutuhan dan tidak berlebihan sehingga tidak menimbulkan glare (silau), light trespass (gangguan cahaya terhadap lingkungan sekitar), sky glow (langit terang pengaruh cahaya dari permukaan Bumi). Selain itu, pencahayaan yang baik akan meningkatkan keselamatan dan keamanan, hemat energi, melindungi habitat hewan dan tumbuhan, menjaga kesehatan manusia, serta memberikan kenyamanan di malam hari. Cahaya bukan merupakan polutan, maka dari itu pencahayaan yang baik tidak akan menimbulkan polusi cahaya di sekitarnya. Pencahayaan yang Buruk beserta Dampaknya Sumber pencahayaan yang kurang tepat merupakan penggunaan pencahayaan yang berlebihan dan dapat mengganggu lingkungan sekitarnya. Selain jumlah berlebih, pencahayaan yang kurang baik juga berasal dari banyaknya penggunaan dan arah sumber pencahayaan buatan yang tidak tepat sasaran, misalya: pemakaian lampu yang berlebih dan arah cahaya lampu yang dipancarkan menyebar ke segala arah. Dampak dari pencahayaan yang kurang tepat dapat mengganggu kesehatan, menyebabkan silau, menyebabkan ketidaknyamanan penglihatan dan bahkan pencahayaan yang berlebih dapat menimbulkan tindak kejahatan. Selain beberapa dampak tersebut, pencahayaan yang kurang tepat juga dapat mengganggu kelangsungan hidup binatang malam. Sementara itu, untuk pengamatan astronomi, pencahayan yang tidak tepat sangat mengganggu kualitas langit sehingga objek langit yang dapat diamati menjadi sangat terbatas. Dalam sebuah penelitian disebutkan bahwa 90% orang setuju bahwa pencahayaan yang berlebih dapat mengganggu kesehatan manusia dan kira- kira sebanyak 70% orang berpendapat bahwa mereka akan sulit tidur karena gangguan dari polusi cahaya sekitar. Selain itu, banyak orang yang berpendapat bahwa cahaya buatan dari papan iklan jalan, lampu kendaraan bermotor, dan lampu jalan merupakan komponen penting penyumbang polusi cahaya kota.[4] PENCAHAYAAN DI KAWASAN KAMPUS ITB Hasil Identifikasi Penggunaan Lampu di Kampus ITB Jumlah penggunaan lampu di gedung-gedung yang baru dibangun di kawasan ITB, misalnya gedung CAS, CADL, dan CIBE lebih banyak dibanding jumlah lampu di gedung yang sudah lama dibangun, sehingga menimbulkan kesan sebagai pemborosan energi. Sementara itu, di sekitar tempat parkir Seni Rupa dan Teknik Sipil banyak lampu yang telah mati dan tidak diganti sehingga di beberapa daerah gelap gulita yang dapat menjadikan kawasan ini menjadi rawan kejahatan. Di sisi lain, beberapa lampu tidak berfungsi dengan baik. ISBN: 978-602-61045-1-9 14 15 Desember 2016 316

Gambar 1. Lampu sorot di taman selatan Gedung PLN (kiri) dan lampu pilar taman di sekeliling gedung CIBE sebelah Barat prodi Fisika (kanan) Gambar 2. Lampu- lampu di sekeliling gedung barat Teknik Kimia (kiri) dan pencahayaan di Gedung CADL (kanan) Berdasarkan referensi dari Basic Outdoor Lighting (International Dark Association) mengenai jenis lampu yang unacceptable dan acceptable, lampu yang digunakan pada area kampus ITB terdiri dari 7 jenis lampu unacceptable dan acceptable yang diberi tanda dengan lingkaran merah pada Gambar 3. ISBN: 978-602-61045-1-9 14 15 Desember 2016 317

Gambar 3. Kategori lampu unacceptable dan acceptable Sumber: Basic Outdoor Lighting (International Dark Association) 35 Distribusi Lampu Outdoor (Lampu Jalan dan Lampu Taman ITB) resentasep mlahuj makaianep 30 25 20 15 10 5 0 A B C D E F G Jenis Lampu Gambar 4. Diagram hasil perhitungan distribusi lampu yang digunakan di kawasan kampus ITB Jumlah lampu kurang lebih sebanyak 290 buah: A Full Cutoff Streetlight = 14 % (41) B Unshielded Streetlight = 30 % (87) C Unshielded Bollards = 28 % (81) D Louvered Marine Style Fixtures = 1% (4) E Lampu taman bundar = 20 (57) F Unshielded Floodlights = 6 % (17) ISBN: 978-602-61045-1-9 14 15 Desember 2016 318

G Unshielded Period Style Fixtures = 1% (3) Dari jumlah lampu outdoor: dari 290 buah (lampu jalan dan lampu taman), hanya sekitar 14 % saja yang menggunakan lampu yang acceptable. Apabila mengacu pada referensi dari LPPM, diperoleh biaya rata-rata pemakaian listrik pada tahun 2012 adalah Rp. 797.667.340 per bulan [2]. Kisaran pemborosan pencahayaan outdoor (unacceptable) per bulannya sekitar Rp. 5.543.923. (Hasil tersebut dari perhitungan banyaknya jumlah lampu outdoor yang tercatat saat ini dibagi dengan jumlah seluruh lampu di ITB dikalikan biaya perbulannya: 290/35.884 x 797.667.000= 6.446.422,64. Kemudian presentase jumlah lampu yang unacceptable dikalikan biaya lampu outdoor per bulannya: 0,86 x 6.446.422,64= 5.543.923) Di kawasan kampus ITB masih ada beberapa pemakaian lampu yang kurang tepat, salah satunya lampu jalan yang dipasang sekaligus pada halaman gedung dengan jumlah berlebih. Terdapat 13 lampu jalan tipe Full Cutoff Streetlight terpasang di sekeliling gedung baru sebelah barat Teknik Kimia dengan penempatan ketinggian lampu yang cukup rendah. Ada beberapa lampu menyala pada siang hari. Hal ini kami dapatkan ketika melakukan pengamatan pada tanggal 6 Desember pukul 01.16 wib di gedung CADL. Selain itu, kami juga mendapati lampu yang selalu menyala di gedung baru sebelah barat Teknik Kimia pada tanggal 6 Desember pukul 01.12 WIB. Peta Distribusi Lampu yang ada di ITB Gambar 5 berikut memperlihatkan distribusi penggunaan lampu di kawasan kampus ITB t u s b Gambar 5. Peta distribusi pemakaian lampu di kawasan kampus ITB ISBN: 978-602-61045-1-9 14 15 Desember 2016 319

Solusi Untuk mendapatkan pencahayaan yang tepat, semestinya mempertimbangkan hal-hal berikut: Pemakaian tudung lampu (full cutoff) sangat diperlukan agar arah pencahayaan ke bawah, tidak tersebar ke atas. Penggunaan jenis lampu yang tepat, jumlah yang tepat, untuk penghematan energi. Misal: Lampu jalan yang digunakan, sebaiknya menggunakan full cutoff streetlight semua. Penggunaan lampu hanya saat diperlukan (memasang timer dan dimmer switch serta mematikan lampu saat tidak digunakan) Pemasangan Tudung di Beberapa Lampu Pencahayaan luar ruangan yang seharusnya untuk meningkatkan keselamatan dan keamanan di malam hari kadang-kadang justru memberi dampak pada pemborosan cahaya dan memberi efek silau yang membahayakan. Salah satu cara untuk memperbaiki pencahayaan yang keliru ini adalah dengan menggunakan tudung lampu. Di bawah ini beberapa contoh pemakaian tudung di beberapa lampu taman dan lampu sorot di kawasan kampus ITB. Gambar 6. Kondisi lampu pilar (Unshielded Bollards) di taman depan Gedung CSCR Dengan pemasangan tudung pada lampu taman (gambar 6 kanan), cahaya akan lebih terfokus dan tidak menyebabkan silau sehingga apabila ada seseorang berdiri di belakang lampu tersebut dapat terlihat dengan lebih jelas. Gambar 7. Kondisi lampu sorot (Unshielded Floodlights) di taman selatan gedung PLN Pemakaian lampu sorot di taman (gambar 7 kiri), menurut kami juga kurang tepat karena arah pencahayaan hanya menyinari suatu daerah tertentu yang ada di depan lampu sehingga daerah di belakang lampu menjadi gelap /tidak tersinari secara merata. Dengan diberi tudung (gambar 7 kanan), cahaya akan lebih terfokus ke bawah, ke area bangku taman. Hal ini akan sesuai fungsi sebagai pencahayaan di sebuah taman. ISBN: 978-602-61045-1-9 14 15 Desember 2016 320

Nilai kuantitatif magnitudo lampu yang bertudung dan yang tidak bertudung diukur dengan menggunakan SQM. Tabel 1 berikut memperlihatkan hasil tersebut, menyatakan jarak lampu terhadap SQM, menyatakan sudut pengukuran dari SQM terhadap lampu, dan menyatakan perbedaan kecerahan lingkungan dari lampu bertudung dan tanpa tudung. Tabel 1. Hasil pengukuran magnitudo lampu dengan menggunakan Sky Quality Meter (SQM) m (mag/[ ] 2 ) m (mag/[ ] 2 ) Jenis lampu d (m) Ө (derajat) tudung tanpa tudung m (mag/[ ] 2 ) Lampu pilar 3 45 13.26 10.58 2.68 5 45 14.96 11.64 3.32 Lampu sorot 3 45 8.54 7.25 1.29 5 45 10.45 8.19 2.26 8 45 13.59 10.41 3.18 m (mag/[ ] 2 ) m (mag/[ ] 2 ) Jenis lampu d (m) Ө (derajat) tudung tanpa tudung m (mag/[ ] 2 ) lampu pilar 3 90 15.52 15.39 0.13 5 90 14.96 14.9 0.06 lampu sorot 3 90 14.78 13.15 1.63 5 90 16.56 14.57 1.99 8 90 18.8 15.99 2.81 Ket: d merupakan jarak lampu terhadap SQM, Ө merupakan sudut pengukuran dari SQM terhadap lampu, m merupakan perbedaan kecerahan lingkungan dari lampu bertudung dan tanpa tudung Berdasarkan data pada Tabel 1 terlihat bahwa hasil pengukuran magnitudo lampu (kecerahan lingkungan) menggunakan tudung memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan dengan magnitudo lampu tanpa tudung. Hal ini memperlihatkan bahwa cahaya yang dihamburkan lampu dengan tudung lebih terfokus dan tidak menimbulkan gangguan ke sekelilingnya, dengan artian bahwa daerah di sekitarnya lebih terlihat gelap dan tidak menyilaukan. KESIMPULAN Pemilihan tudung atau cahaya lampu di kawasan kampus ITB masih kurang tepat karena tidak mengarahkan cahaya secara langsung ke tempat yang memerlukan pencahayaan. Lampu outdoor yang digunakan di kampus ITB, hanya sekitar 14 % saja yang menggunakan lampu yang acceptable, 86 % masih menggunakan jenis lampu yang unacceptable, atau dengan perbandingan 7:43. Jadi, pihak ITB mengkaji ulang dalam pemilihan dan pemasangan lampu di ITB. Beberapa lampu jalan yang pemasangannya relatif baru, sudah menggunakan lampu acceptable. Gedung- gedung baru seperti CAS, CSCR, CADL, CIBE justru banyak menggunakan lampu pilar taman dengan jumlah relatif banyak (Unshielded Bollards) sehingga terjadi pemborosan energi. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penulisan makalah ini. Terutama kepada progam studi Astronomi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam ITB, yang memberikan bantuan finansial untuk berpartisipasi pada Seminar Kontribusi Fisika 2016. Serta kepada Dr. Dhani Herdiwijaya dan Dr. Endang Soegiartini yang telah memberikan masukan dalam terselesaikannya makalah ini. REFERENSI 1. Anonim. Efficient Lighting Strategies (Technology Fact Sheet). Office of Energy Efficiency and Renewable Energy U.S. Department of Energy (2002). 2. http://www.lppm.itb.ac.id/pengabdian/laporanpengabdian/penggunaan-smart-devices-untuk-efisiensienergi-listrik-di-kampus-itb ISBN: 978-602-61045-1-9 14 15 Desember 2016 321

3. J.A. Utama dan L. Avianti. Polusi Cahaya: Permasalahan dan Solusi. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. 4. F. Bashiri dan C.R.C. Hassan. Light Pollution and Its Effect on the Environment. (2014). 5. Romadhon, Isnu Fajar. Evaluasi Kualitas Penerangan dan Penentuan Letak Lampu serta Jenis Lampu pada Ruang Perkuliahan E2 Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Universitas Negeri Semarang, Semarang (2009). ISBN: 978-602-61045-1-9 14 15 Desember 2016 322