BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronis ditandai dengan hambatan aliran udara yang tidak sepenuhnya reversibel. Hambatan aliran udara ini biasanya progresif dan berhubungan dengan respon inflamasi abnormal pada jaringan paru terhadap paparan partikel atau gas berbahaya. Hal ini berkaitan dengan variasi kombinasi dari kelainan saluran napas dan parenkim. Adanya gejala sesak napas, berkurangnya kapasitas kerja dan kekambuhan yang sering berulang menyebabkan menurunnya kualitas hidup penderita. 1,2,3,4 Kejadian kesakitan dan kematian yang disebabkan PPOK berbeda pada setiap kelompok atau negara, hal ini tergantung banyaknya jumlah perokok, polusi dari industri dan asap kenderaan yang menjadi faktor resiko dari PPOK. WHO memperkirakan pada tahun 2020 prevalensi PPOK akan terus meningkat dari peringkat ke-6 menjadi peringkat ke-3 di dunia dan dari peringkat ke-6 menjadi peringkat ke-3 penyebab kematian tersering. Di seluruh dunia terdapat 3 juta kematian akibat PPOK setiap tahunnya. 5 Di Amerika Serikat jumlah pasien PPOK tahun 1991 diperkirakan 14 juta orang, meningkat 41,5 % dibandingkan tahun 1982. Angka kematiannya menduduki peringkat ke-4 dari sebab kematian terbanyak yaitu 18,6 setiap 100000 penduduk. Laki-laki dan perempuan angkanya sama sebelum usia 55 tahun, lakilaki terus meningkat dan saat usia 70 tahun menjadi dua kali perempuan. 6 Di Indonesia berdasarkan pada Survai Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1986, PPOK menduduki peringkat ke-5 sebagai penyebab kesakitan terbanyak dari 10 penyebab kesakitan utama. SKRT Depkes RI 1992 menunjukkan angka kematian karena PPOK menduduki peringkat ke-6 dari 10 penyebab tersering kematian di Indonesia. 7 Keadaan obstruksi saluran napas yang sifatnya progresif dan tidak sepenuhnya reversibel dimana cacat pernapasan yang terjadi berlangsung lama bertahun-tahun menyebabkan penderita PPOK tak mampu
bekerja bahkan akhirnya menjadi tanggung jawab sepenuhnya dan beban orang lain dikarenakan aktifitas yang paling ringan pun telah menyebabkan pasien sesak napas. 8,9 Salah satu yang penting manifestasi ekstra paru pada PPOK adalah kelemahan otot skeletal dan penurunan massa otot. Kelemahan otot menyebabkan kelelahan otot, kelelahan otot ini termasuk faktor yang mempengaruhi kapasitas fungsional penderita PPOK yang mengakibatkan berkurangnya toleransi latihan. Lebih lanjut kelelahan otot dan berkurangnya kapasitas latihan pada penderita PPOK menyebabkan peningkatan kunjungan ke sarana kesehatan dan penurunan kualitas hidup. 10 Sehingga tujuan dari penatalaksanaan PPOK disamping untuk mempertahankan fungsi paru, mencegah eksaserbasi, yang paling utama adalah untuk meningkatkan kualitas hidup penderita. 7,9,11 Dalam mengelola penderita PPOK, disamping pemberian obat-obatan dan penghentian merokok juga diperlukan terapi tambahan yang ditujukan untuk mengatasi masalah tersebut yakni rehabilitasi paru. Fisioterapi dada termasuk salah satu bagian program rehabilitasi paru dengan tujuan untuk meningkatkan volume paru, menurunkan work of breathing dan pembersihan jalan napas. 11 Olahraga bertujuan meningkatkan kesegaran jasmani dan ketahanan fisik yang optimal bagi penderita dalam melakukan kegiatan sehari-harinya, karena pada saat olah raga terjadi kerja sama berbagai otot tubuh yang ditandai oleh perubahan kekuatan otot, kelenturan otot, kecepatan reaksi, ketangkasan, koordinasi gerakan dan daya tahan sistem kardiorespirasi. Perubahan sistem kardiorespirasi akan menyebabkan perubahan ukuran jantung, penurunan frekuensi nadi, peningkatan isi sekuncup, peningkatan volume darah dan perubahan pola pernapasan. Pada sistem pernapasan akan terjadi peningkatan efisiensi ventilasi, menurunkan volume residu dan perbaikan kapasitas difusi. 12,13. Di luar negeri penelitian tentang manfaat rehabilitasi paru yang meliputi latihan relaksasi, latihan pernapasan, latihan otot-otot gerak, latihan otot-otot pernapasan, latihan bekerja dan latihan di rumah sudah banyak dilakukan, namun di Indonesia penelitian tentang manfaat tindakan rehabilitasi paru khususnya fisioterapi dada dan olahraga pada penderita PPOK masih sedikit dilakukan 13.
Abidin A, Faisal Y (2008) melaporkan perbaikan kualitas hidup dan kapasitas fungsional yang diukur dengan uji jalan 6 menit 20 penderita PPOK rawat jalan setelah mengikuti program fisioterapi dada 2 kali seminggu dan latihan bersepeda (stationary cycling) 3 kali seminggu, dimana latihan stationary cycling dimulai lamanya dari 2,5 menit dan ditingkatkan 2,5 menit tiap minggu, namun penelitian ini tidak melaporkan pengaruh fisioterapi dada dan latihan bersepeda (stationary cycling) terhadap perubahan fungsi paru. 14 Fabio Pitta, Thierry Troosters dan kawan-kawan (2008) melaporkan 29 penderita PPOK rawat jalan yang mengikuti program latihan berjalan, bersepeda (stationary cycling) yang dilakukan 3 kali selama seminggu, yang lama latihannya dimulai dari 2 menit dan ditingkatkan 2 menit tiap minggu dan dinilai setelah 3 bulan didapati perbaikan kapasitas latihan, kekuatan otot, kualitas hidup dan status fungsional.,15. Patricia Caetano Mota, Ana Paula Vaz dan kawan-kawan (1978) telah meneliti tindakan fisioterapi dada pada 42 penderita PPOK yang rawat jalan selama 6 minggu dan didapatkan pengurangan keluhan sesak napas, berkurangnya batuk dan aktifitas yang bertambah, namun tidak didapatkan perubahan yang bermakna pada faal paru dan analisa gas darah. 16 Penelitian terdahulu yang dilakukan di Balai Pengobatan Paru-Paru Medan (BP4) oleh Amira Permatasari (2003) menunjukkan secara subjektif manfaat fisioterapi dada pada 16 orang penderita PPOK stabil yang dilakukan 2 kali seminggu selama sebulan yaitu berkurangnya rasa sesak napas, aktivitas yang bertambah dan pengeluaran dahak yang lebih mudah, namun tidak terjadi peningkatan nilai VEP 1 dan KVP yang bermakna. 17 Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti ingin meneliti bagaimana pengaruh kombinasi fisioterapi dada 2 kali seminggu dan olahraga ringan dengan melakukan latihan berjalan kaki 5 kali seminggu selama 4 minggu terhadap faal paru, status fungsional dengan uji 6 jalan menit dan kualitas hidup penderita PPOK stabil, dimana kualitas hidup diukur dengan menggunakan St George s Respiratory Questionnaaire (SGRQ).
1.2. RUMUSAN MASALAH Jumlah penderita PPOK semakin meningkat setiap tahunnya. Menurunnya fungsi paru, terbatasnya aktivitas yang berpengaruh terhadap penurunan kualitas hidup termasuk keluhan utama penderita PPOK. Fisioterapi dada dan olahraga ringan merupakan bagian dari program rehabilitasi paru yang dianjurkan dalam pengobatan penderita PPOK, namun penelitian manfaat atau pengaruh tindakan fisioterapi dada dan olahraga ringan terhadap faal paru, status fungsional dan kualitas hidup penderita PPOK stabil masih sedikit. Selain itu program latihan olahraga masih sering dilakukan di rumah sakit yang biasanya menggunakan alat, contohnya stationary cycling. Dengan demikian perlu dilakukan penelitian tentang tindakan fisioterapi dada dan olah raga ringan dengan latihan berjalan kaki yang lamanya ditingkatkan tiap minggu apakah memberikan pengaruh terhadap faal paru, kualitas hidup dan status fungsional yang diukur dengan uji jalan 6 menit pada penderita PPOK stabil. 1.3. HIPOTESIS a. Tidak ada peningkatan faal paru penderita PPOK stabil yang dilakukan tindakan fisioterapi dada 2 kali seminggu dan olahraga ringan dengan berjalan kaki 5 kali seminggu secara rutin selama 4 minggu. b. Ada peningkatan kapasitas fungsional penderita PPOK stabil dinilai dengan uji 6 jalan menit yang dilakukan tindakan fisioterapi dada 2 kali seminggu dan olahraga ringan dengan berjalan kaki 5 kali seminggu secara rutin selama 4 minggu. c. Ada peningkatan kualitas hidup penderita PPOK stabil yang dilakukan tindakan fisioterapi dada 2 kali seminggu dan olahraga ringan dengan berjalan kaki 5 kali seminggu secara rutin selama 4 minggu.
1.4. TUJUAN PENELITIAN 1.4.1. Tujuan umum Menilai pengaruh kombinasi tindakan fisioterapi dada 2 kali seminggu dan olahraga ringan dengan berjalan kaki 5 kali seminggu secara rutin selama 4 minggu terhadap faal paru, kapasitas fungsional dan kualitas hidup penderita PPOK stabil. 1.4.2. Tujuan khusus a. Menilai pengaruh kombinasi tindakan fisioterapi dada 2 kali seminggu dan olahraga ringan dengan berjalan kaki 5 kali seminggu secara rutin selama 4 minggu terhadap faal paru (VEP 1 ) penderita PPOK stabil. b. Menilai pengaruh kombinasi tindakan fisioterapi dada 2 kali seminggu dan olahraga ringan dengan berjalan kaki 5 kali seminggu secara rutin selama 4 minggu terhadap kapasitas fungsional penderita PPOK stabil yang dinilai dengan uji jalan 6 menit. c. Menilai pengaruh kombinasi tindakan fisioterapi dada 2 kali seminggu dan olahraga ringan dengan berjalan kaki 5 kali seminggu secara rutin selama 4 minggu terhadap kualitas hidup penderita PPOK stabil dengan menggunakan alat ukur St George s Respiratory Questionnaaire (SGRQ). 1.5. MANFAAT PENELITIAN a. Memberi masukan untuk penelitian berikutnya tentang manfaat tindakan fisioterapi dada 2 kali seminggu dan olahraga ringan dengan berjalan kaki 5 kali seminggu secara rutin pada penderita PPOK stabil. b. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan untuk penatalaksanaan penderita PPOK stabil yang rawat jalan ke poli paru.