BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah penyandang diabetes meningkat disebabkan karena pertumbuhan penduduk, penuaan, urbanisasi, dan meningkatnya prevalensi obesitas dan kurangnya aktivitas fisik (Wild et al., 2004).Di negara berkembang, diabetes melitus (DM) sampai saat ini masih merupakan faktor yang terkait sebagai penyebab kematian sebanyak 4 5 kali lebih besar. Di Indonesia jumlah penyandang DM semakin tahun semakin menunjukkan peningkatan yang sangat tinggi.world Health Organization( WHO) memprediksi peningkatan jumlah pasien diabetes cukup besar pada beberapa tahun yang akan datang. WHO memprediksi kenaikan jumlah pasien diabetes di Indonesia sebanyak 8,4 juta jiwa pada tahun 2000. Jumlah tersebut menempati urutan ke - 4 setelah India (79,4 juta), Cina (20,8 juta), dan Amerika Serikat (17,7 juta). Diperkirakan prevalensi tersebut meningkat pada tahun 2030, India (79,4 juta), Cina (43,2 juta), Amerika Serikat (30,3 juta), Indonesia (21,3 juta). Tentu saja hal ini sangat mencengangkan para praktisi, sehingga perlu dilakukan upaya pencegahan secara komprehensif di setiap sektor terkait (Depkes RI, 2008). Prevalensi diabetes melitus yang paling banyak dijumpai adalah diabetes tipe 2 dengan jumlah sekitar 90 % sampai 95 % dari semua kasus diabetes di seluruh dunia, dan prevalensinya sekarang ini sebagai epidemik di negara negara maju dan berkembang. Penyakit ini seringkali tidak dapat dirasakan gejalanya pada stadium awal dan tetap tidak terdiagnosis selama bertahun tahun, 1
sampai terjadi bermacam - macam komplikasi (ADA, 2011).Penduduk usia lanjut diperkirakan jumlahnya 10 % dari keseluruhan penduduk di negara maju dan sekitar 5-8 % di negara berkembang. Usia lanjut mengakibatkan perubahan anatomis dan fungsional pada organ, sehingga meningkatkan prevalensi penyakit penyakit degeneratif khususnya diabetes melitus. Kejadian DM pada usia lanjut cenderung semakin meningkat, disebabkan karena jumlah usia lanjut yang makin meningkat pula (Shasikiran et al., 2004 ; Rochmah, 2006). Peningkatan persentase populasi usia lanjut berdampak pada peningkatan masalah kesehatan yang berhubungan dengan pasien usia lanjut termasuk diabetes melitus. Penyakit diabetes melitus pada pasien usia lanjut ini sangat memungkinkan untuk terjadi polifarmasi, padahal fungsional organ pada pasien usia lanjut secara alamiah telah menurun, maka perlu diberikan monitoring dan terapi obat pada masing-masing pasien (Dipiro et al, 2006). Pada pasien usia lanjut dengan diabetes melitus ini sangat cenderung mudah mengalami penyakit makrovaskuler sehingga diperlukan data normatif untuk meningkatkan kualitas hidup pasien usia lanjut. Kepatuhan terhadap pengobatan akan mempengaruhi kualitas hidup penderita diabetes. Penilaian outcome yang dilaporkan oleh pasien, terutama kepuasan pengobatan, semakin diakui sebagai hal penting dalam menentukan efikasi terapi baru (FDA dan Marra, 2004). Kepuasan terapi dapat terkait dengan kepatuhan terhadap pengobatan (Charpentier et al. 2005), kontrol glikemik, dan pilihan terapi (Kelley et al., 2007 ; Tahrani et al., 2007 ; Peyrot et al., 2005). Penilaian rutin kepuasan terapi pada pasien DM berguna bagi profesional 2
kesehatan untuk selanjutnya mengidentifikasi masalah potensial yang dialami oleh pasien dengan obat diabetes. Penilaian rutin dari kepuasan terapi merupakan suatu langkah penting untuk menciptakan dan memelihara terapi secara bersama sama diantara pasien, keluarganya, dokter, dan anggota tim pelayanan kesehatan lainnya terhadap keberhasilan rejimen terapi (Lawson et al., 1999 ; Anderson et al., 2003 ; Sleath et al., 1999 ; Stanton et al., 2002). Kepuasan terapi memiliki peran penting dalam pengelolaan diabetes untuk kontrol glikemik yang optimal dan diyakini akan memberikan pengaruh terhadap pengambilan keputusan oleh pasien yang berhubungan dengan kesehatannya. Di Indonesia data tentang jumlah penyandang diabetes melitus cukup tinggi dan dampak yang ditimbulkannya akibat ketidakpatuhan, maka pengukuran kepatuhan dan kepuasan terapi menjadi sangat penting sebagai indikator dalam menilai keberhasilan terapi dan kualitas perawatan penderita DM. Pemilihan RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta sebagai tempat penelitian dengan alasan karena Rumah Sakit Dr Sardjito Yogyakarta adalah rumah sakit pendidikan di kota Yogyakarta yang menjadi rumah sakit rujukan di D.I.Y dan memiliki klinik Geriatri yang mengkhususkan pelayanan untuk pasien usia lanjut. B. Perumusan Masalah Dari uraian diatas, dapat disusun permasalahan yang melatarbelakangi penelitian ini, yaitu bagaimana hubungan antara kepatuhan dan kepuasan terapi diabetes melitus tipe 2 dengan kualitas hidup pasien usia lanjut di Klinik Geriatri di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta? 3
C. Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui hubungan antara kepatuhan dan kepuasan terapi diabetes melitus tipe 2 dengan kualitas hidup pasien usia lanjut di Klinik Geriatri RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. D. Manfaat Penelitian Mendapatkan data tentang gambaran tingkat kepatuhan, kepuasaan terapi diabetes melitus tipe 2 dengan kualitas hidup pasien usia lanjut di Klinik Geriatri RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta dan memberikan informasi kepada pihak RSUP Dr.sardjito Yogyakarta tentang sejauh mana tingkat kepatuhan pengobatan ADO dan kepuasan terapi dengan kualitas hidup pasien usia lanjut DM tipe 2 sehingga kelak dapat digunakan sebagai referensi yang mendukung pelaksanaan farmasi klinis dalam terapi DM di rumah sakit tersebut. E. Keaslian Penelitian Penelitian tentang kepatuhan pengobatan dan kepuasan terapi pada pasien DM tipe 2 di klinik Geriatri RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta belum pernah dilakukan.beberapa jurnal tentang kepatuhan pengobatan dan kepuasan terapi ADO pada penderita DM tipe 2 telah dipublikasikan dan penelitian-penelitian tersebut dapat dijadikan acuan dalam melakukan penelitian ini.berikut ini adalah beberapa penelitian tersebut. 1. Factors contributing to nonadherence to oral hypoglycemic medications among ambulatory type 2 diabetes patients in Southwestern Nigeria (Adisa et al., 2009) 4
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi penyebab alasan ketidakpatuhan pasien DM tipe 2 terhadap penggunaan ADO di poliklinik rawat rawat jalan di Nigeria dengan maksud untuk mengidentifikasi hal hal yang memerlukan intervensi untuk meningkatkan kepatuhan dan outcome terapi. Metode yang digunakan adalah cross sectional study.penelitian ini dilakukan selama 2 bulan (April 2008 Mei 2008).Kesimpulan dari penelitian ini adalah perilaku ketidakpatuhan yang paling banyak terjadi pada pasien rawat jalan DM tipe 2 adalah kelalaian dan pengabaian dosis obat. 2. Measuring the rate of therapeutic adherence among outpatients with T2DM in Egypt (Shams and Barakat, 2010) Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan tingkat kepatuhan pengobatan dan faktor faktor yang mempengaruhi pada pasien DM tipe 2 rawat jalan di Mesir. Total sampel sebanyak 226 pasien. Kepatuhan terhadap pengobatan diukur selama wawancara dengan setiap pasien menggunakan kuesioner pilihan ganda (multiple-choice graded questionnaire). Pengukuran kepatuhan pengobatan menggunakan Measurement Treatment Adherence (MTA) scale yang dikembangkan oleh Delgado and Lima, (2001). Hasil dari penelitian ini melaporkan bahwa tingkat kepatuhan terhadap pengobatan adalah suboptimal.faktor sosial penting yang secara signifikan mempengaruhi kepatuhan pengobatan adalah status perkawinan, dukungan keluarga, dan tingkat sosial ekonomi. Faktor lainnya adalah pengetahuan pasien tentang penyakit, kepercayaan pasien dan motivasi terhadap ADO, jumlah obat yang diminum, kompleksitas dari rejimen terapi, adanya efek samping obat, dan juga harga obat 5
obatan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah peningkatan kepatuhan terhadap ADO dapat dicapai melalui edukasi pasien secara terus menerus tentang diabetes, meningkatkan status ekonomi pasien dan pengurangan biaya obat obatan. 3. Kepatuhan dan Kepuasaan terapi dengan antidiabetik oral pada pasien diabetes mellitus tipe 2 rawat jalan di DI RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta ( Chaliks raimundus, 2012) Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kepatuhan pengobatandankepuasan terapi padapasiendm tipe 2 rawat jalan yang menggunakan ADO di poliklinik Endokrinologi RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Total sampel sebanyak 101 pasien. Kepatuhan terhadap pengobatan diukur selama wawancara dengan setiap pasien menggunakan kuesioner MMAS-8( Morisky Medication Adherence scale) dan pengukuran kepuasaan menggunakan kuesioner DMSAT ( Diabetes Medication Satisfaction ). Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubunganyang signifikan antara kepatuhan pengobatan terhadap ADO dengan kepuasan terapi. Penelitian yang akan dilakukan saat ini berbeda dengan penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya karena menganalisis tentang hubungan kepatuhan pengobatan, kepuasan terapi dengan kualitas hidup pasien usia lanjut DM tipe 2 dengan menggunakan instrument penelitian MMAS-8( Morisky Medication Adherence scale) untuk mengukur kepatuhan pengobatan, DMSAT ( Diabetes 6
Medication Satisfaction Tool ) untuk mengukur kepuasan terapi dan Short-Form 36 (SF-36) untuk mengukur kualitas hidup serta pengaruh umur, jenis kelamin, pendidikan, durasi penyakit diabetes melitus, komorbiditas pasien terhadap kepatuhan pengobatan dan kepuasan terapi dengan kualitas hidup pasien usia lanjut di klinik geriatri RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta belum pernah dilakukan, oleh karena itu penulis mengangkat penelitian ini. 7