Gambaran Diff Count Pada Perokok Di Kecamatan Cibeureum. Undang Ruhimat STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB VI PEMBAHASAN Pengaruh Jus Noni terhadap Jumlah Total Leukosit. kontrol mempunyai rata-rata 4,7x10 3 /mm 3, sedangkan pada kelompok

BAB 1 PENDAHULUAN. Merokok telah menjadi kebiasaan masyarakat dunia sejak ratusan tahun

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan salah satu gaya hidup masyarakat yang sangat berpengaruh terhadap

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. angka kesakitan dan angka kematian yang tinggi. 1. mematikan namun dapat dihindari. Berdasarkan laporan World Health

HASIL DAN PEMBAHASAN

serta terlibat dalam metabolisme energi dan sintesis protein (Wester, 1987; Saris et al., 2000). Dalam studi epidemiologi besar, menunjukkan bahwa

Mekanisme Pertahanan Tubuh. Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1

BAB 2 DAMPAK MEROKOK TERHADAP PERIODONSIUM. penyakit periodontal. Zat dalam asap rokok seperti; nikotin, tar, karbon monoksida

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok merupakan gulungan tembakau yang dirajang dan diberi cengkeh

BAB I PENDAHULUAN. Seiring proses penuaan mengakibatkan tubuh rentan terhadap penyakit. Integritas

KUESIONER PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MEROKOK PADA PELAJAR SMP NEGERI 3 MAJENANG CILACAP TAHUN AJARAN 2014/2015

GAMBARAN JUMLAH LEUKOSIT PADA TUKANG OJEK YANG MEROKOK DI PASAR KM 5 PALEMBANG TAHUN 2013

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Resiko terjadinya penyakit jantung koroner meningkat 2-4 kali pada perokok

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. asap dan ditelan, terserap dalam darah, dan dibawa mencapai otak, penangkap pada otak akan mengeluarkan dopamine, yang menimbulkan

SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SATUAN ACARA PENYULUHAN BAHAYA MEROKOK

MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan reaksi lokal jaringan terhadap infeksi atau cedera dan melibatkan lebih banyak mediator

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Merokok telah diketahui dapat menyebabkan gangguan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan akibat buruk merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung.

BAB I PENDAHULUAN. hormon insulin baik secara relatif maupun secara absolut. Jika hal ini dibiarkan

BAB I PENDAHULUAN. bersifat nontosik, sehingga dapat juga digunakan sebagai obat anti kanker dan anti

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Kebiasaan merokok dapat menyebabkan timbulnya berbagai macam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian pekerja berdasarkan ketentuan pasal 1 angka 3. UU No 13

Di seluruh dunia dan Amerika, dihasilkan per kapita peningkatan konsumsi fruktosa bersamaan dengan kenaikan dramatis dalam prevalensi obesitas.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok adalah gulungan tembakau yang dibungkus dengan kertas. a. Perokok aktif adalah orang yang memang sudah merokok.

BAB I PENDAHULUAN. (main stream smoke) dan asap samping (side stream smoke). Asap utama

BAB I PENDAHULUAN. darah, efek terhadap paru, kekebalan tubuh hingga sistem reproduksi. 1 Meski

BAB 5 PEMBAHASAN. penelitian terdiri atas pria sebanyak 21 (51,2%) dan wanita sebanyak 20

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengandung CO (Carbon monoksida) yang mengurai kadar oksigen dalam

BAB I PENDAHULUAN. dari para penjelajah Eropa itu ikut mencoba-coba menghisap rokok dan

B A B I PENDAHULUAN. penyakit akibat pajanan debu tersebut antara lain asma, rhinitis alergi dan penyakit paru

BAB II KOMPONEN YANG TERLIBAT DALAM SISTEM STEM IMUN

BAB 1 PENDAHULUAN. Indian di Amerika untuk keperluan ritual seperti memuja dewa atau roh. Pada abad

BAB I PENDAHULUAN. jenis kanker yang mempunyai tingkat insidensi yang tinggi di dunia, dan kanker kolorektal) (Ancuceanu and Victoria, 2004).

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

!"#!$%&"'$( )) Kata kunci: Differential counting, zona atas dan bawah

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. menurut World Health Organization (WHO), sekitar 65% dari penduduk negara

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskuler merupakan suatu penyakit yang diakibatkan oleh

HEMATOLOGI KLINIK ANJING PENDERITA DIROFILARIASIS. Menurut Atkins (2005), anjing penderita penyakit cacing jantung

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peningkatan jumlah perokok di negara berkembang termasuk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di negara-negara berkembang. Direktorat Pengawasan Narkotika,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

7.2 CIRI UMUM SITOKIN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

NONSTEROIDAL ANTI-INFLAMMATORY DRUGS (NSAID S)

BAB I PENDAHULUAN. inaktivitas fisik, dan stress psikososial. Hampir di setiap negara, hipertensi

PEMBAHASAN Jumlah dan Komposisi Sel Somatik pada Kelompok Kontrol

BAB 1 PENDAHULUAN. 10 juta jiwa, dan 70% berasal dari negara berkembang, salah satunya Indonesia

BAB V PEMBAHASAN. Dari hasil uji statistik diperlihatkan bahwa pemaparan asap rokok, tanpa

SISTEM IMUN. Pengantar Biopsikologi KUL VII

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bab IV ini membahas hasil penelitian yaitu analisa univariat. dan bivariat serta diakhiri dengan pembahasan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian. pemeriksaan kultur darah menyebabkan klinisi lambat untuk memulai terapi

PENGETAHUAN DASAR. Dr. Ariyati Yosi,

JUS NONI UNTUK MENURUNKAN JUMLAH LEUKOSIT DAN NEUTROFIL SEBAGAI INDIKATOR INFLAMASI PADA PAPARAN ASAP ROKOK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Perbedaan Rerata Berat Badan Tikus Putih (Rattus novergicus) Pre

BAB 2 TERMINOLOGI SITOKIN. Sitokin merupakan protein-protein kecil sebagai mediator dan pengatur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1

INTISARI. Kata kunci: kebiasaan minum jamu; antioksidan; imunomodulator; MDA ; hematologi cross sectional

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan pembedahan ekstremitas bawah,dapat menimbulkan respons,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah i

PENYULUHAN KESEHATAN BAHAYA DAMPAK ROKOK BAGI KESEHATAN ANAK-ANAK TANJUNG DALAM KECAMATAN LEMBAH MASURAI KABUPATEN MERANGIN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Volume maksimum oksigen (VO 2

4. Dampaknya dan cara penanggulangan

CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rokok sudah menjadi suatu barang konsumsi yang sudah familiar kita

REAKSI ANTIGEN-ANTIBODI DAN KAITANNYA DENGAN PRINSIP DASAR IMUNISASI. Oleh : Rini Rinelly, (B8A)

Gambaran Perilaku Merokok pada masyarakat di Kabupaten Purwakarta: Suatu Kajian Literatur

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Pengertian Rokok dan Bahaya Merokok bagi Kesehatan Manusia

ABSTRAK RESIKO KEJADIAN ISPA PADA PEROKOK PASIF DAN PENGGUNA KAYU BAKAR DI RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (PTM), yang merupakan penyakit akibat gaya hidup serta

HASIL DAN PEMBAHASAN

Interactive Discussion Using Audiovisual to Improve Teens Knowledge and Attitude Against Smoking Behavior

Transkripsi:

Gambaran Diff Count Pada Perokok Di Kecamatan Cibeureum Undang Ruhimat STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya ABSTRAK Keberadaan zat-zat beracun dari asap rokok menyebabkan tubuh melakukan perlawanan terhadap terjadinya respon imun dimana leukosit menjalankan sebagian besar fungsinya di luar sistem peredaran darah yaitu memperlihatkan gerakan aktif dan sebagian mempunyai daya fagositosis. Gerakan yang diperlihatkan adalah suatu proses merangkak atau amuboid pada substrat bahan kimia pada asap rokok dapat menyebabkan inflamasi paru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran jenis sel leukosit yang terdapat pada perokok. Karena zat-zat yang terkandung dalam rokok merupakan zat-zat yang berbahaya yang dapat mempengaruhi sel leukosit. Metode penelitian bersifat deskriptif, dengan teknik pengambilan sampel random sampling pada perokok di Kecamatan Cibeureum. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan distribusi jenis leukosit antara lain adanya peningkatan monosit, neutrofil dan limfosit. Dengan demikian maka dapat disimpulkan gambaran Diff Count pada perokok di kecamatan Cibeureum terjadi peningkatan pada beberapa jenis leukosit. Pendahuluan Masyarakat perokok pada dasarnya menyadari bahwa tembakau yang dijadikan rokok merupakan salah satu potensi sumber penyakit dan mengganggu kesehatan diri maupun lingkungan sekitarnya. Hal ini wajar jikalau rokok merupakan salah satu sumber potensi penyakit manusia, karena rokok mengandung 4.000 macam zat berbahaya bagi tubuh manusia, salah satunya yang sering kita dengar dan kita baca dalam bungkus rokok adalah TAR. Suatu zat yang digunakan untuk campuran aspal jalan. Tidak hanya TAR yang sering didengar oleh kita, dalam satu batang rokok tersebut juga terdapat beberapa zat yang sering kita dengar misalnya nikotin (kandungan pestisida), ammonia (kandungan pembersih lantai), karbon monoksida (gas beracun), formalin (bahan pengawet mayat), arsen (racun tikus), cadmium (bubukbatre), dan lain-lain. Dengan kandungan yang sangat berbahaya itu, rokok tidak hanya berbahaya bagi sang penghisapnya namun juga bagi orang yang tidak sengaja menghisap asap (perokok pasif) dari rokok yang dihisap oleh si perokok, bahkan akan lebih berbahaya dampaknya kepada perokok pasif ketimbang si perokok itu sendiri. Hal ini disebabkan perokok pasif tidak langsung menghisap asapnya namun yang dihisapnya adalah limbah asap dari asap si perokok, terlebih lagi kalau yang menghisap asapnya adalah anak-anak yang rentan atas terhadap penyakit pada tubuhnya. Berbagai macam penyakit menjangkit para perokok, baik perokok aktif maupun pasif. Ini bisa dicermati dengan berbagai potensi penyakit seperti 96

kanker, penyakit paru, hipertensi, jantung iskemik, stroke, potensi kebutaan, gangguan reproduksi dan kesuburan, dan lain sebagainya menjadikan rokok merupakan salah satu produk legal berbahaya bagi yang mengkonsumsinya. Keberadaan zat-zat beracun dari asap rokok menyebabkan tubuh melakukan perlawanan terhadap terjadinya respon imun dimana leukosit menjalankan sebagian besar fungsinya di luar sistem peredaran darah yaitu memperlihatkan gerakan aktif dan sebagian mempunyai daya fagositosis. Gerakan yang diperlihatkan adalah suatu proses merangkak atau amuboid pada substrat (Guyton, 1990). Leukosit khususnya limfosit dan monosit yang masuk ke jaringan (makrofag), dan pada keadaan tertentu mensekresi zat kimia yang menyerupai hormon yang bekerja sebagai kurir dan mempengaruhi respon kekebalan. Zat kurir tersebut disebut sitokin atau saat ini lebih dikenal dengan nama interleukin (Ganong, 1998). Paparan radikal bebas seperti yang terkandung dalam asap rokok menyebabkan peningkatan jumlah sitokin yang bersirkulasi seperti interleukin (IL)- 6, IL-1β, dan granulocyte macrophagecolony stimulating factor (GM-CSF). Sitokin tersebut bertanggung jawab terhadap stimulasi sumsum tulang yang diinduksi oleh inflamasi pada paru (Ganong, 1998). IL-6 merupakan sitokin yang dapat meningkatkan sintesa dan sekresi imunoglobulin oleh limfosit B. IL-6 juga merupakan sitokin proinflamasi yang bertanggung jawab terhadap pengeluaran neutrofil, monosit, eosinofil, dan basofil. Meningkatnya jumlah sitokin-sitokin tersebut juga akan mempengaruhi hematopoiesis. GM-CSF yang meningkat akan mempengaruhi jumlah neutrofil, eosinofil, dan eritrosit (Ganong, 1998). Peningkatan jumlah neutrofil dalam darah disebut neutrofilia. Istilah leukositosis sering digunakan untuk arti yang serupa seperti neutrofilia, walaupun istilah ini sebenarnya berarti kelebihan jumlah semua leukosit, apapun jenisnya (Guyton, 1990). Berdasarkan hal di atas, maka penelitian ditujukan untuk melihat bagaimana distribusi jenis leukosit pada perokok melalui uji diff count. Metode Penelitian Metode penelitian ini bersifat deskriptif, dimana hasil penelitian hanya akan menunjukkan bagaimana gambaran distribusi jenis leukosit pada seluruh responden. Pengambian sampel dilakukan melalui random sampling terhadap perokok aktif dengan karakteristik responden yang telah dihomogenisasi sebelumnya. 97

Hasil Penelitian ini : Hasil penelitian ditampilkan dalam bentuk deskriftif, seperti tertera pada table berikut Responde n Tabel. 1 Hasil Penelitian Distribusi Jenis Leukosit Pada Perokok Distribusi Jenis Leukosit Eosinofi N.Batan N.Segme Monosit Basofil l g nt (%) (%) (%) (%) (%) (%) Keteranga n 1 27 14 3 56 monosi 2 35 25 1 2 37 monosit 3 20 5 1 1 73 4 31 18 4 47 monosit 5 22 12 4 62 monosi 6 6 13 81 7 40 6 54 Normal 8 40 17 43 9 54 10 36 10 12 18 70 monosit monosit 11 60 12 2 26 monosit 12 20 15 65 monosi 13 18 14 3 75 14 28 12 4 56 monosi 15 63 2 35 16 44 4 2 1 49 98

17 55 12 1 1 31 monosit 18 69 11 20 monosit 19 33 20 47 monosit 20 6 16 1 72 21 17 3 1 4 75, 22 26 2 6 66 Normal 23 30 8 5 57 monosi 24 55 12 33 monosit 25 17 3 2 78, 26 27 20 1 4 48 monosit N.Segm en 27 43 9 1 47 monosit 28 25 10 65 monosi 29 16 6 3 75, 30 21 5 1 3 70 Normal Pembahasan Hasil penelitian menunjukkan trend sejumlah jenis leukosit meningkat dari nilai normal. Peningkatan terjadi pada sel limfosit, monosit dan neutrofil. Peningkatan diduga ada keterkaitannya dengan bahan kimia berbahaya yang terkandung pada asap rokok, sehingga bahan-bahan kimia ini dapat mempengaruhi paru-paru yang diantaranya menyebabkan inflamasi paru yang kemudian mempengaruhi pembentukan sitokin atau interleukin yang bersirkulasi misalnya IL-6, IL-1β, dan 99

GM-CSF. Sitokin tersebut adalah zat-zat yang dikeluarkan oleh sel darah putih. Zat-zat ini bekerja seperti hormon dengan merangsang sel-sel lain pada sistem imun untuk berproliferasi atau menjadi aktif selama infeksi atau peradangan. Sedangkan interleukin berfungsi sebagai faktor pertumbuhan untuk menyebabkan proliferasi berbagai sel terutama sel T penolong, penekan, dan sitotoksik. Dengan demikian pelepasan interleukin bekerja dengan cara umpan balik positif untuk merangsang proliferasi setiap sel yang melepaskannya. Interleukin juga mengaktifkan sel B untuk mengaktifkan sistem imun humoral. Dengan peningkatan IL-6, IL-1β, dan GM-CSF (granulosyte macrophage colony stimulating faktor) mempengaruhi pembentukan neutrofil, limfosit dan monosit. IL-6 merupakan suatu mediator penting respon fase akut dan menstimulasi sumsum tulang untuk mengeluarkan leukosit dan platelet. IL-6 juga merupakan sitokin proinflamasi yang bertanggungjawab terhadap pengeluaran netrofil dan monosit karena adanya inflamasi paru. Kemudian IL-8 juga merupakan faktor yang dapat menimbulkan terjadinya leukositosis yang berperan sebagai recruitment dan aktivasi sel neutrofil, kemudian selain itu juga menyebabkan pengeluaran enzim pada granula. Kesimpulan Hasil penilitian menunjukkan telah terjadi perubahan distribusi jenis leukosit pada perokok. Dimana beberapa jenis leukosit terjadi peningkatan dari nilai normal/nilai sebenarnya. Dalam hal ini distribusi jenis leukosit diitengarai memiliki korelasi dengan kebiasaan merokok. DAFTAR PUSTAKA Brown. Barbara A, Hematology : Priciples and Procedures edisi II, England, DNLM,1975. Dewi susana, dkk, Penentuan Kadar Nikotin Dalam Asap Rokok, makara, kesehatan, Depok, 2003. Donald Sacher, Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium edisi II, jakarta, EGC, 2004. Drs. Sartono, Racun dan Keracunan, Jakarta, Widya Medika, 2001. Elizabeth J. Corwin, Buku Saku Patofisiologi, Jakarta, EGC, 2004. Ekoromandi, gambaran kadar trigliserida pada perokok di RW 12 Kelurahan Muktiharjo, Semarang. R. Gandosoebrata, Penuntun Laboratorium Klinik, Jakarta, Dian Rakyat, 1969. Salamzadeh (2004), The Hematologic Effects of Cigarette Smoking in Healthy Men Volunteers. Sitepoe, M. 2000. Kekhususan Rokok Indonesia. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia. 100

Zafar et.al.(2003), Effect of Cigarette Smoking on Erythrocytes, Leukocytes, and Haemoglobin. Widmann.k Frances, Tinjauan Klinis atas hasil pemeriksaan laboratorium, Jakarta, ECG, 1995. Dharma R, Immanuel S, Wirawan R. Penilaian hasil pemeriksaan hematologi rutin. Cermin Dunia Kedokteran. 1983; 30: 28-31. Sutedjo AY. Mengenal penyakit melalui hasil pemeriksaan laboratorium. Yogyakarta: Amara Books; 2008. hal. 17-35. 101