PERAN STRATEGIS LEMBAGA LITBANG SEBAGAI REFERENSI KEBIJAKAN NASIONAL DI BIDANG HUKUM Jakarta, 2 November 2017
NAWACITA DAN REFORMASI HUKUM 2
REFORMASI HUKUM JILID II Pada awal tahun 2017, Pemerintah telah menetapkan Reformasi Hukum Jilid II dengan memfokuskan pada 3 (tiga) hal yaitu : 1. Penataan Regulasi saat ini banyak regulasi yang tumpah tindih, sekitar 41.000 regulasi yang ada saat ini, namun beberapa di antaranya banyak yang tumpang tindih, absurd, bertentangan, dan bahkan tidak jelas kegunaan serta manfaatnya. Oleh karenanya perlu segera ditata kembali dan salah satunya melalui peran penelitian/pengkajian.
2. Perluasan Jangkauan Hukum Bagi Masyarakat Kecil Kebijakan ini diambil setelah banyak muncul keluhan bahwa masyarakat kecil yang merasa termajinalkan dalam mendapatkan suatu rasa keadilan dan keamanan. pada dasarnya kebijakan perluasan jangkauan hukum adalah bagaimana masyarakat tidak mampu dapat mengakses bantuan hukum secara cuma-cuma/murah.
3. Pengembangan Polisi Masyarakat Polisi Masyarakat (Polmas) akan menjadi semacam sistem peringatan dini di masyarakat apabila di masyarakat terdapat aktivitas-aktivitas yang mengarah ke radikalisme dan terorisme. Dengan demikian dapat segera diketahui lebih awal, sehingga aparat keamanan dapat lebih cepat melakukan langkah-langkah keamanan.
POSISI PENELITIAN DALAM PEMBANGUNAN HUKUM
Berdasarkan UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan disebutkan bahwa : a. Naskah Akademik adalah naskah hasil penelitian atau pengkajian hukum dan hasil penelitian lainnya terhadap suatu masalah tertentu yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah mengenai pengaturan masalah tersebut dalam suatu RUU, Raperda Prov, atau Raperda Kab/Kota sebagai solusi terhadap permasalahan dan kebutuhan hukum masyarakat. (Pasal 1 ) b. Tahapan pembentukan UU, Perda Prov dan Perda Kab/Kota mengikutsertakan peneliti dan tenaga ahli (Pasal 99).
5 3 1 PERENCANAAN PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN (UU No. 12 Tahun 2011 tentang pembentukan peraturan perundang-undangan) PERATURAN PERUNDANG- UNDANGAN TAHAP PENGUNDANGAN TAHAP PENGESAHAN/PENETAPAN TAHAP PEMBAHASAN TAHAP PENYUSUNAN TAHAP PERENCANAAN 4 2 TAHAP PERENCANAAN : 1. UU melalui PROLEGNAS 2. PP melalui Program Penyusunan PP 3. PERPRES melalui Program Penyusunan Perpres 4. PERDA melalui Program Pembentukan Perda 5. Peraturan Perundangundangan lainnya
ALUR PERENCANAAN PEMBENTUKAN UNDANG-UNDANG TERKAIT PENYUSUNAN NASKAH AKADEMIK NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG PENELITIAN/PENGKAJIAN PROLEGNAS JANGKA MENENGAH PROLEGNAS PRIORITAS TAHUNAN
ALASAN PENELITIAN/PENGKAJIAN DIPERLUKAN DALAM PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN 1. Perlu pemikiran mendalam, terukur dan sistematis untuk memahami suatu fenoma yang akan dirumuskan kedalam norma; 2. Perlunya dukungan teori yang teruji sebagai landasan atau kerangka berpikir; 3. Penyusunan UU/Perda bukan dalam ruang yang kosong namun dalam wilayah-wilayah masyarakat yang telah memiliki hukum yang telah ada sebelumnya. 4. Mempertimbangkan berbagai faktor secara komprehensif seperti faktor geografis, struktur sosial, keanekaragaman budaya, agama, kultur lokal dan faktor-faktor sosial lainnya yang melingkupi bekerjanya hukum; 5. Pengaruh global dan perkembangan IPTEK yang sangat cepat. 6. Penyusunan UU/Perda tidak bisa hanya menggunakan logika 10 semata.
AKIBAT PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG- UNDANGAN YANG TIDAK BERBASIS PENELITIAN 1. Berpotensi diajukannya permohonan uji materiil (Mahkamah Konstitusi atau Mahkamah Agung); 2. Berpotensi maraknya executive review terhadap Perda Provinsi dan Kabupaten/Kota oleh Pemerintah Pusat (Kementerian Dalam Negeri); 3. Konsepsi dan alur pikir yang tidak jelas; 4. Tidak dapat membaca dampak keberlakuannya pasca pengundangan; 5. Memperlambat proses pembahasan di lembaga legislatif; 6. Tidak futuristik dan kurang bisa mengikuti perkembangan jaman. 11
HASIL YANG INGIN DICAPAI DARI PENELITIAN/PENGKAJIAN DALAM PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN 1. Terbentuknya peraturan perundang-undangan yang berkualitas secara substantif dan teknis, harmonis dan sinkron (tidak ada overlapping baik horizontal maupun vertikal); 2. Terwujudanya sistem peraturan perundang-undangan nasional yang komprehensif; 3. Terbentuknya peraturan perundang-undangan yang : Menampung aspirasi dan partisipasi masyarakat. Mengandung penghormatan terhadap HAM. Mempunyai daya laku yang lama dan efektif. 12
LEGAL RESEARCH-BASED POLICY Legal Research Policy Making Legal Research- Based Policy
TERIMA KASIH