PEMETAAN DAN SURVEY RAWAN BENCANA DI WILAYAH PEMBANGUNAN III KABUPATEN JAYAPURA PROVINSI PAPUA

dokumen-dokumen yang mirip
Gambar 4.15 Kenampakan Satuan Dataran Aluvial. Foto menghadap selatan.

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Sebaran episenter gempa di wilayah Indonesia (Irsyam dkk, 2010). P. Lombok

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 3. PENDEKATAN DAN METODOLOGI

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

PENDAHULUAN. menggunakan Analisis Tidak Langsung berdasarkan SNI Kecamatan Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumatera Utara secara geografis terletak pada 1ºLintang Utara - 4º Lintang Utara dan 98 Bujur Timur Bujur

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN BERBASIS MITIGASI BENCANA

BAB I PENDAHULUAN. sehingga masyarakat yang terkena harus menanggapinya dengan tindakan. aktivitas bila meningkat menjadi bencana.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB IV GEOMORFOLOGI DAN TATAGUNA LAHAN PERKEBUNAN

PEMETAAN GEOLOGI. A. Peta Geologi. B. Pemetaan Geologi

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 19 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P /

BAB I PENDAHULUAN. yang masuk ke sebuah kawasan tertentu yang sangat lebih tinggi dari pada biasa,

BAB I PENDAHULUAN. tanahdengan permeabilitas rendah, muka air tanah dangkal berkisar antara 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Banjarnegara merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang

Ringkasan Materi Seminar Mitigasi Bencana 2014

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan adanya kondisi geologi Indonesia yang berupa bagian dari rangkaian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, terutama Pulau Jawa. Karena Pulau Jawa merupakan bagian dari

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB IV GEOMORFOLOGI DAN TATA GUNA LAHAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Faktor penyebab banjir oleh Sutopo (1999) dalam Ramdan (2004) dibedakan menjadi persoalan banjir yang ditimbulkan oleh kondisi dan peristiwa alam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG MASALAH

Pemetaan Pola Hidrologi Pantai Surabaya-Sidoarjo Pasca Pembangunan Jembatan Suramadu dan Peristiwa Lapindo Menggunakan Citra SPOT 4

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINGKAT KERAWANAN BENCANA TSUNAMI KAWASAN PANTAI SELATAN KABUPATEN CILACAP

BAB III METODOLOGI BAB III METODOLOGI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Potensi bencana alam yang tinggi pada dasarnya tidak lebih dari sekedar

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

III. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bencana alam sebagai salah satu fenomena alam dapat terjadi setiap saat,

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan

Analisis Spasial untuk Menentukan Zona Risiko Banjir Bandang (Studi Kasus: Kabupaten Sinjai)

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung yang berada dibagian selatan Pulau Sumatera mempunyai alam

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peta Tektonik Indonesia (Bock, dkk., 2003)

BAB III GEOLOGI DAERAH CILEUNGSI DAN SEKITARNYA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Kerangka Pikir Studi...

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PEMETAAN DAERAH RAWAN LONGSOR LAHAN DI KECAMATAN DAU, KABUPATEN MALANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN GEOMORFOLOGI

GEOLOGI DAERAH KLABANG

BAB 2 METODOLOGI DAN KAJIAN PUSTAKA...

Gambar 1. Peta Seismisitas Indonesia (Irsyam et al., 2010 dalam Daryono, 2011))

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. utama dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia dan lempeng. Indonesia juga merupakan negara yang kaya akan hasil alam.

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG MASALAH

MITIGASI BENCANA ALAM II. Tujuan Pembelajaran

I PENDAHULUAN Latar Belakang

Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KONTROL STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP SEBARAN ENDAPAN KIPAS BAWAH LAUT DI DAERAH GOMBONG, KEBUMEN, JAWA TENGAH

PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PENANGANAN KAWASAN BENCANA ALAM DI PANTAI SELATAN JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang rawan terkena bencana geologi,

I. Pendahuluan Tanah longsor merupakan sebuah bencana alam, yaitu bergeraknya sebuah massa tanah dan/atau batuan menuruni lereng akibat adanya gaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (2006) menyebutkan

BAPPEDA Kabupaten Probolinggo 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peta Indeks Rawan Bencana Indonesia Tahun Sumber: bnpb.go.id,

[ Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia] 2012

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Geologi dan Studi Longsoran Desa Sirnajaya dan Sekitarnya, Kecamatan Gununghalu, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENANGANAN KAWASAN BENCANA LONGSOR DAS WAI RUHU. Steanly R.R. Pattiselanno, M.Ruslin Anwar, A.Wahid Hasyim

PEMANFAATAN LAHAN BERBASIS MITIGASI BENCANA LONGSOR DI KOTA MANADO

DAFTAR ISI ABSTRAK KATA PENGANTAR...

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 8. SUPLEMEN PENGINDRAAN JAUH, PEMETAAN, DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG)LATIHAN SOAL 8.3.

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Lempeng Pasifik, Lempeng Eurasia, dan Lempeng Hindia-Australia yang lazim

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum kondisi geologi menyimpan potensi kebencanaan yang dapat

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB IV ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.2. Perumusan Masalah

ANALISIS SPASIAL RAWAN LONGSOR DI KABUPATEN TORAJA UTARA Dr. Paharuddin, M.Si 1, Dr. Muh. Alimuddin Hamzah, M.Eng 1, Rezky Shakiah Putri 2.

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan material. DAS kodil bagian tengah terdiri dari Kecamatan Bener,

penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan sampah (pasal 6 huruf d).

BAB I PENDAHULUAN. Sepertiga wilayah Indonesia berada di atas permukaan laut yakni belasan

Uji Kerawanan Terhadap Tsunami Dengan Sistem Informasi Geografis (SIG) Di Pesisir Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, Yogyakarta

TINJAUAN PUSTAKA. Defenisi lahan kritis atau tanah kritis, adalah : fungsi hidrologis, sosial ekonomi, produksi pertanian ataupun bagi

BAB III METODE PEMETAAN EKOREGION PROVINSI

1. 1. LATAR BELAKANG MASALAH

Gambar 7. Lokasi Penelitian

Transkripsi:

PEMETAAN DAN SURVEY RAWAN BENCANA DI WILAYAH PEMBANGUNAN III KABUPATEN JAYAPURA PROVINSI PAPUA DINAS PERTAMBANGAN DAN ENERGI BIDANG BINA PENGEMBANGAN GEOLOGI DAN SUMBERDAYA MINERAL

Latar Belakang Secara tektonik, kenampakan pulau papua saat ini, secara keseluruhan merupakan manifestasi dari beberapa proses tektonik yang telah berlangsung sejak jutaan tahun yang lampau. Proses tektonik yang terjadi telah membentuk beberapa fase, dimana setiap fase tektonik memiliki implikasi yang berbeda-beda terhadap kondisi geologi di Pulau Papua. Pembangunan yang terus menerus dilakukan dan perubahan rona lahan di Kabupaten Jayapura khususnya pada beberapa distrik yang termasuk dalam Wilayah Pembangunan III, meliputi : distrik Nimboran, distrik Kemtuk, distrik Gresi Selatan, distrik Nimbokrang, dan distrik Kemtuk Gresi juga dapat memicu terjadinya bencana geologi. Survey dan Pemetaan Lokasi Rawan Bencana di Wilayah Pembangunan III Kabupaten Jayapura dimaksudkan untuk memberikan pemahaman dan sosialisasi sekaligus edukasi ke masyarakat tentang bahaya geologi dan upaya dalam menurunkan dampak dari bencana tersebut atau yang disebut mitigasi bencana geologi.

Tujuan Penelitian Menghasilkan Peta Potensi Rawan Bencana Alam di Wilayah Pembangunan III, Kabupaten Jayapura Menghasilkan sebuah database potensi rawan bencana alam berbasis geografis yang berisikan letak dan sebaran

Manfaat Penelitian Tersusunnya peta dan data potensi rawan bencana alam yang didukung oleh peta-peta tematik yang menginformasikan potensi rawan bencana alam di Wilayah Pembangunan III, Kabupaten Jayapura. Menjadi bahan pertimbangan teknis bagi pihak pemerintah daerah dalam melakukan pembangunan infrastruktur dan pengembangan wilayah sekaligus menjadi bahan evaluasi dan koreksi dalam penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) di Kabupaten Jayapura.

Lokasi Penelitian Gambar 1. Peta Administrasi di Wilayah Pembangunan III Kabupaten Jayapura.

Citra Landsat 7 +ETM Path : 107 Row : 61 (14/8/2001) Alat dan Bahan Citra SRTM 30 Meter dan GE Perangkat Lunak ArcGIS 9.3 Perangkat Lunak ER Mapper Data Survey Lapangan Perangkat Lunak PCI Geomatic 8.0

2 3 Tahap Analisis Data - Data Landsat - Data Kelurusan Tahap Pemetaan dan Deliniasi Bencana Geologi 1 Tahap Persiapan & Pengumpulan Data 5 Tahap Penyusunan Laporan 4 Tahap Kompilasi Data

Kegiatan Survey dan Pemetaan Potensi Rawan Bencana Geologi di Wilayah Pembangunan III meliputi wilayah dengan total luasan mencapai 2.119,4 Km 2 dengan sebaran luas sebagai berikut ; Tabel 1. Sebaran Distrik di Wilayah Pembangunan III, Kabupaten Jayapura Nama Distrik Luas (Km 2 ) Distrik Kemtuk 258.3 Distrik Kemtuk Gresi 182.4 Distrik Nimboran 710.2 Distrik Nimbokrang 774.8 Distrik Namblong 193.7 Total 2.119.4

Identifikasi Awal Analisis komprehensif dengan data-data Citra Satelit (Landsat 7 +ETM dan SRTM resolusi 30 m), data anomali Gravitasi dan data sekunder lainnya Kegiatan survey lapangan (ground check) dilakukan sebanyak dua kali yakni pada tanggal 24 April 2016 yang terbagi atas dua tim kerja dan melibatkan beberapa pegawai teknik dari Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Jayapura dan bekerja dengan masing-masing kelompok di bagian utara dan selatan dari distrikdistrik yang termasuk dalam Wilayah Pembangunan III, Kabupaten Jayapura. Selanjutnya, pada tanggal 7 April 2016 dilakukan survey lapangan yang kedua guna melengkapi data-data yang telah didapatkan pada survey yang pertama dengan didasarkan pada penggunaan teknologi geofisika (metode gravitasi) dan teknologi penginderaan jauh (citra satelit) yang sangat membantu dalam menganalisis pada wilayah-wilayah yang sulit dijangkau dengan kendaraan bermotor atau terhalang dengan kondisi infrastruktur dan cuaca.

..lanjutan Berdasarkan hasil penyelidikan sebelumnya, maka secara umum dapat disimpulkan potensi bencana geologi yang terjadi di Wilayah Pembangunan III Kabupaten Jayapura adalah terdiri atas : Bencana Gempa Bumi (Earthquake Risk), Banjir (Flooding Risk) dan Longsoran atau Gerakan Tanah (Mass Movement). Selanjutnya akan diuraikan satu persatu, potensi bencana geologi yang dapat terjadi di Kabupaten Jayapura

Geologi Daerah Kajian Gambar 2. Peta Geologi Regional di Wilayah Pembangunan III Kabupaten Jayapura.

Bencana Gempa Bumi Gempabumi adalah getaran dalam bumi yang terjadi sebagai akibat dari terlepasnya energi yang terkumpul secara tiba-tiba dalam batuan yang mengalami deformasi. Gambar 3. Ilustrasi dari mekanisme terjadinya Gempa Bumi.

..lanjutan Dikaji berdasarkan kondisi geologi di wilayah Kabupaten Jayapura, maka secara regional, tipikal bencana gempa bumi yang sangat berpotensi dan rawan terjadi adalah Gempa Tektonik sebagai manisfestasi dari pergerakan lempeng tektonik aktif pasifik di bagian utara pulau papua. Dalam kajian ini, menggunakan data-data tingkat magnitude kegempaan dan data densitas kelurusan struktur geologi pada wilayah kajian yang disesuaikan dengan distribusi litologi yang ada pada daerah tersebut. Gambar 4. Tektonik Indonesia (modifikasi dari Simandjuntak & Barber, 1996)

Data Magnitude Data Magnitude ini diperoleh melalui ekstraksi data dari USGS dan kompilasi dari basis data BMKG yang menunjukkan variasi data Magnitude yang ada di Wilayah Kajian, mulai dari 3.6-5.4 MMI (Modified Mercali Intensity) (Tabel Sebaran Magnitude ada dalam draft). Dari sebaran nilai Magnitude tersebut, maka dapat diketahui nilai magnitude terbesar berada disekitar kampung Bengerang dan Dormandi (Distrik Kemtuk). Sementara nilai magnitude terkecil berada di wilayah DAS NImbokrang. Nilai skala Mercali dari 3.6 5.4 sebenarnya masuk dalam kategori dapat dirasakan, tetapi jarang menimbulkan kerusakan. Akan tetapi, efeknya akan bervariasi tergantung jarak, kondisi tanah, standar-standar konstruksi dan berbagai faktor lainnya Gambar 5. Citra Google Earth yang menunjukkan sebaran nilai magnitude

Data Densitas Kelurusan Diperoleh berdasarkan analisis terhadap kelurusan-kelurusan struktur geologi yang di analisis melalui dukungan citra satelit SRTM resolusi 30 m dan citra Landsat 7 +ETM. Gambar 6. Ekstraksi Kelurusan yang dperoleh secara manual dan digital.(a).citra SRTM (b).citra Landsat 7 +ETM RGB 457.

..lanjutan Gambar 7. Distribusi Kelas Densitas Kelurusan di Wilayah Kajian. Titik perpotongan antara kelurusan dianggap sebagai daerah yang memiliki zona lemah dipermukaan bumi yang sangat rentan untuk mengalami kerusakan apabila dikenai gaya tektonik yang melewati batas elastisitas batuan. Jumlah populasi perpotongan kelurusan akan menunjukkan daerah dengan distribusi kerusakan berdasarkan ketahanan litologi di wilayah kajian. Berdasarkan hasil analisis densitas kelurusan maka terdiri atas 5 kelas densitas, mulai dari densitas yang terkecil (warna putih) hingga densitas yang terbesar (warna biru muda). Kelas densitas yang terbesar menunjukkan kondisi litologi dengan potensi zona lemah diinterpretasikan berada pada daerah Genyem dan sekitarnya (Distrik Kemtuk) dan daerah Keyambo dan sekitarnya (Distrik Kemtuk Gresi)

Ekspose dan Analisis Data Hasil Overlay dan Pembobotan dari kedua parameter tersebut menunjukkan bahwa Distrik Kemtuk Gresi, Kemtuk, Namblong dan bagian timur Distrik Nimbokrang atau pada daerah Kuanau, Domandi, Marneda, Suayat, Muaib, Yanim dan Grime memiliki potensi kegempaan dan potensi kerusakan yang cukup besar bila mengalami guncangan akibat gempa tektonik yang terjadi. Gambar 8. Peta Interpolasi Magnitude dan Potensi Kegempaan.

Bencana Banjir Banjir merupakan fenomena alam yang biasa terjadi di suatu kawasan yang banyak dialiri oleh aliran sungai. Secara sederhana banjir dapat didefinisikan sebagainya hadirnya air di suatu kawasan luas sehingga menutupi permukaan bumi kawasan tersebut. Untuk menangani masalah tersebut dan sebagai langkah antisipasi dini terhadap bahaya banjir perlu dibuat sebuah penanggulangan dini dengan membuatkan sebuah pemetaan penentuan wilayah-wilayah di Kabupaten Jayapura yang sekiranya rawan terkena banjir, sehingga dapat memperkecil resiko di daerah tersebut sebagai akibat terjadinya banjir

..lanjutan Dalam melakukan analisis, maka diperlukan beberapa parameter inputan untuk menunjang hal tersebut, yakni : data kelerengan, data curah hujan dan data penggunaan lahan. Data-data tersebut dikompilasikan dengan analisis remote sensing dan hidrologi untuk menghasilkan kajian yang lebih efektif

Data Kelerengan Gambar 9. Peta Kelerengan Wilayah Kajian

Data Hidrologi DEM_Fill DEM_flowdir DEM_flow_lengt h DEM_flow_accumulatio n DEM_watershe d DEM_Basin Gambar 10. Tahapan Analisis Hidrologi

Potensi dan Identifikasi Tabel 2. Zona Distribusi Potensi Rawan Banjir (2016) Berdasarkan tabel di samping, maka diketahui bahwa daerah dengan zonasi potensi banjir yang tinggi dapat dijumpai pada distrik Nimbokrang, Nimboran, Namblong, Kemtuk Gresi dan Kemtuk. Selanjutnya zonasi potensi banjir dalam kategori sedang hanya terdeteksi pada sebagian distrik Kemtuk Gresi (Grime dan Keyambo). Zona Potensi Banjir dalam kategori Rendah hanya tersebar di bagian selatan (distrik gresi selatan) mengingat distrik ini berada pada topografi perbukitan dan memiliki elevasi yang cukup besar

..lanjutan Gambar 11. Kenampakan Eksisting Sungai Nimbotong (Distrik Nimbokrang) yang mengalami erosi lateral dan sedimentasi yang dijumpai pada bagian-bagian tepi sungai dan tingkat sedimentasi yang semakin intensif terjadi

Kompilasi Data Gambar 12. Peta Rawan Banjir

Penyebab Bencana Banjir 1. Intensitas Curah Hujan yang cukup tinggi (apabila berlangsung dalam kurun waktu lebih dari sehari dengan intensitas yang sama). 2. Litologi penyusun wilayah kajian yang berpotensi mengalami banjir adalah pada litologi yang tersusun oleh batuan sedimen berupa batugamping dan batulempung. 3. Topografi wilayah pedataran alluvial dengan kemiringan lahan antara 0 2 %. 4. Dataran Banjir yang cukup luas (sungai nimbotong dan sungai nembu) dengan tingkat erosi lateral yang sangat intensif.

Bencana Gerakan Tanah/Tanah Longsor Gerakan tanah (landslide) didefinisikan secara sederhana sebagai pergerakan masa batuan, debris atau tanah menuju bagian bawah lereng (Cruden, 1991, dalam Cornforth, 2004). Tanah longsor dapat terjadi karena beberapa sebab baik faktor alam maupun faktor perbuatan manusia. Tanah longsor terjadi karena adanya penurunan nilai faktor keamanan lereng. Perubahan nilai faktor keamanan disebabkan oleh perubahan pada kekuatan gaya penahan (resisting force) dan gaya pendorong (driving force). Gambar 13. Tipe gerakan tanah berdasarkan material bergerak (British Geological Survey)

Analisis SIG Analisis terhadap potensi wilayah rawan bencana gerakan tanah di Wilayah Pembangunan III (Distrik Nimboran, Nimbokrang, Namblong, Kemtuk, Kemtuk Gresi dan Gresi Selatan) dilakukan dengan melibatkan beberapa parameter dan menggunakan dukungan Sistem Informasi Geografis (SIG) dan teknologi penginderaan jauh yang mampu menganalisis secara spasial wilayah-wilayah yang dianggap berpotensi sebagai rawan bencana Tanah Longsor Adapun peta-peta dasar yang dipergunakan sebagai pedoman dalam analisis ini, terdiri dari : 1. Peta Kemiringan Lereng 2. Peta Penggunaan Lahan 3. Peta Geologi 4. Peta Densitas Kelurusan Struktur Geologi

Teknik Pembobotan dan Skoring Pembobotan merupakan teknik pengambilan keputusan pada suatu proses yang melibatkan berbagai faktor secara bersama-sama dengan cara memberi bobot pada masing-masing faktor tersebut (Saaty, 1980) Pembobotan dilakukan secara subjektif dengan melibatkan parameter kemiringan lereng, landuse, data geologi dan densitas kelurusan struktur geologi. Masing-masing faktor tersebut memiliki peran yang berbeda dan diindikasikan dengan perbedaan bobot antara faktor-faktor tersebut Tabel 3. Tabel Analisis Pembobotan Data No. Parameter Bobot (%) 1. Kemiringan Lereng 40 2. Penggunaan Lahan/landuse 25 3. Geologi 20 4. Densitas Kelurusan 15

..lanjutan Tabel 4. Tabel Peringkat Rawan Longsor Skala Prospek Status Rawan Longsor < 2 Rendah 3-4 Sedang 5 < Tinggi Bobot 4 Bobot 3 Bobot 2 Bobot 1 Union Overlay Peta Zonasi Rawan Longsor Gambar 14. Bagan Alir Pembuatan Peta Rawan Longsor

Analisis dan Ekspose Data Gambar 15. Kenampakan Erosi vertical dan lateral yang intensif terjadi pada ruas jalan poros di Distrik Nimboran dan Gresi Selatan

..lanjutan Gambar 16. Ekspose Longsoran dengan pendekatan Struktur Geologi

Dalam hubungannya dengan analisis terhadap potensi longsoran,maka di dapatkan hal-hal sebagai berikut : 1. Sekitar 95 % data longsoran (mass movement/soil creep) dijumpai pada kontur anomaly rendah, yakni antara 38.9 mgal hingga 56.9 mgal. 2. Karakteristik bentukan kontur anomaly yang sejajar dan memanjang mengidentifikasi arah umum dari struktur geologi regional yang bekerja pada arah relatif barat laut tenggara 3. Arah umum regional kelurusan relatif sejajar dengan lokasi longsoran atau dengan kata lain jalur-jalur erosi sebagai pemicu bahaya longsoran searah dengan arah kelurusan tektonik.

Gambar 17. Peta Potensi Rawan Gerakan Tanah

Berdasarkan analisis pembobotan dan geofisika yang telah dilakukan, maka Wilayah Pembangunan III Kabupaten Jayapura, dapat dibagi atas 3 kelas potensi rawan tanah longsor (gerakan tanah), yakni : 1. Potensi Tinggi, yang terletak di bagian tengah daerah kajian yang melampar kearah tenggara yang meliputi Distrik Nimboran, sebagian Distrik Namblong, Distrik Kemtuk Gresi, Distrik Kemtuk dan Distrik Gresi Selatan. Luasan pada kelas ini adalah 330.2406 Km 2. 2. Potensi Sedang, yang terletak di bagian utara dan selatan daerah kajian yang meliputi : Distrik Gresi Selatan, sebagian Distrik Namblong, Distrik Nimboran dan Distrik Kemtuk Gresi serta bagian utara dari Distrik Nimbokrang. Luasan pada kelas ini adalah 285.791 Km 2. 3. Potensi Rendah, yang terletak di bagian utara daerah kajian yang melampar kearah tenggara dan terletak pada semua distrik di Wilayah Kajian namun sebagian besar kelas terletak pada distrik Nimbokrang. Luasan pada kelas ini adalah 266.6178 Km 2.

Penyebab Bahaya Gerakan Tanah Secara umum penyebab gerakkan tanah/batuan adalah sebagai berikut : Topografi, menyangkut kemiringan lereng yang relatif besar (> 30º) dan panjang lereng > 100m. Material penyusun berupa batuan sedimen dengan porositas dan permeabilitas tinggi sehingga bila curah hujan tinggi, gaya kohesi antara butiran pengikat batuan menjadi berkembang sehingga dapat menyebabkan terjadinya bahaya gerakan tanah/longsor. Tebal lapisan tanah penutup cukup tebal, antara 50-120 cm, dan tidak memiliki tumbuhan penutup yang lebat. Tumbuhan yang dominan adalah semak berupa alang-alang. Sebagian lokasi longsor berkaitan dengan kegiatan penggalian batu yang dilakukan oleh masyarakat lokal secara tradisional maupun modern menggunakan peralatan berat. Intensitas curah hujan yang cukup merata dalam setahun terakhir. Perubahan fungsi lahan akibat pertambahan penduduk karena proses migrasi.

1. Bencana geologi yang terjadi di Wilayah Pembangunan III Kabupaten Jayapura teridentifikasi terdiri atas : Bencana Gempa Bumi, Bencana Banjir dan Bencana Tanah Longsor. 2. Zonasi Bencana Gempa Bumi di Wilayah Kajian diperoleh berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan data magnitude kegempaan yang dikompilasi dengan data densitas perpotongan kelurusan guna menghasilkan sebuah peta interpretasi distribusi kegempaan di Wilayah Kajian, dimana dari hasil analisis didapatkan bahwa wilayah Bengerang dan Dormandi (Distrik Kemtuk) merupakan wilayah dengan tingkat magnitude kegempaan yang paling besar. Sementara itu, wilayah dengan tingkat magnitude terkecil berada pada wilayah Nimbokrang. 3. Potensi Bahaya Banjir dengan menggunakan metode SIG yang dikompilasi dengan data lapangan menunjukkan Zona Potensi Bahaya Banjir dalam kategori Tinggi berada di distrik Nimbokrang, Nimboran, Namblong, Kemtuk Gresi dan Kemtuk. Selanjutnya zonasi potensi banjir dalam kategori sedang hanya terdeteksi pada sebagian distrik Kemtuk Gresi (Grime dan Keyambo). Zona Potensi Banjir dalam kategori Rendah hanya tersebar di bagian selatan (distrik gresi selatan) mengingat distrik ini berada pada topografi perbukitan dan memiliki elevasi yang cukup besar

4. Potensi Bahaya Gerakan Tanah dalam Kategori Tinggi tersebar secara setempat-setempat pada beberapa wilayah yakni sebagian wilayah barat dari Distrik Nimboran dan bagian selatan dari Distrik Nimbokrang. Hal ini disebabkan oleh kemiringan lereng yang lebih dari 55 % dengan litologi penyusunnya terdiri atas batugamping dan batulempung. 5. Faktor utama penyebab banjir di Distrik-distrik dalam Wilayah Pembangunan III sebagian besar disebabkan oleh dimensi dataran banjir yang terlalu luas, erosi lateral yang intensif pada sungaisungai utama dan intensitas curah hujan yang sangat tinggi. 6. Faktor utama yang menyebabkan terjadinya gerakan tanah/tanah longsor di Wilayah Pembangunan III adalah disamping intensitas curah hujan yang tinggi, juga litologi penyusun lereng yang tersusun oleh litologi batuan sedimen yang memiliki viskositas yang tinggi sehingga sangat mudah untuk mengalami erosi dan longsor. Pengaruh tektonik juga sangat dominan memicu terjadinya gerakan tanah, hal ini dibuktikan dengan melakukan pengujian secara spasial, ground check dan analisis geofisika yang menunjukkan arah gaya utama tektonik searah dgn rekahan pemicu longsoran di lapangan. 7. Diperlukan adanya penguatan kelembagaan dan partisipasi masyarakat dalam melakukan mitigasi bencana geologi yang terjadi di Wilayah Pembangunan III, Kabupaten Jayapura.

1. Ketiga jenis Bencana Geologi yang berpotensi terjadi di Wilayah Pembangunan III Kabupaten Jayapura adalah suatu hal yang sifatnya mendesak, sehingga diperlukan partisipasi masyarakat dengan dukungan instansi terkait, khususnya dalam hal pembentukan tim yang menangani sistem peringatan dini secara terhadap bahaya geologi mulai dari tingkatan kabupaten hingga kampung-kampung 2. Sosialisasi dan Pembuatan Jalur Evakuasi pada daerah-daerah tertentu yang dianggap berpotensi membahayakan melalui mekanisme tertentu dengan dukungan dari instansi terkait.

Diperlukan adanya kerjasama lintas sektoral yang melibatkan dinas-dinas terkait khususnya dalam penanganan mitigasi bencana geologi sehingga eksekusi kebijakan yang bersifat teknis utamanya pada wilayah-wilayah yang dianggap vital untuk segera ditanggulangi dan bisa segera dilaksanakan dengan baik.

TERIMA KASIH