BAB I PENDAHULUAN. hingga perguruan tiggi termasuk di dalamnya studi akademis dan umum, program

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang sistematis dan terstruktur, bertingkat, berjenjang, dimulai dari

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna dan

2015 POLA ASUH PANTI ASUHAN AL-FIEN DALAM PENANAMAN KEMANDIRIAN ANAK

BAB I PENDAHULUAN. bahwa mereka adalah milik seseorang atau keluarga serta diakui keberadaannya.

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial; mereka tidak dapat hidup sendiri dan

SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani sebagai bagian integral dari proses pendidikan secara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa belajar maka tidak ada ilmu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu

LINGKUNGAN DAN LEMBAGA PENDIDIKAN. a. Tempat (lingkungan fisik): keadaan iklim. Keadaan tanah dan keadaan alam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Raden Aufa Mulqi, 2016

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan anak. Orang tua yang dimaksud disini adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan perilaku maupun sikap yang diinginkan. Pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, politik, budaya, sosial dan pendidikan. Kondisi seperti ini menuntut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tidak setiap anak atau remaja beruntung dalam menjalani hidupnya.

Pendidikan Keluarga (Membantu Kemampuan Relasi Anak-anak) Farida

BAB I PENDAHULUAN. negara karena maju tidaknya suatu negara itu tergantung dari kualitas sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS

BAB I PENDAHULUAN. tetap diatasi supaya tidak tertinggal oleh negara-negara lain. pemerintah telah merancang Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

SKRIPSI. Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat. Guna Mencapai Gelar Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang eksis hampir di semua masyarakat. Terdapat berbagai masalah sosial

BAB I PENDAHULUAN. tanpa sumber daya manusia (SDM) yang mempunyai skill untuk mengolahnya,

BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakat. Pendidikan juga merupakan usaha sadar untuk menyiapkan

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

1. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan suatu

BAB I PENDAHULUAN. dukungan, serta kebutuhan akan rasa aman untuk masa depan. Orang tua berperan

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara meningkatkan motivasi dalam mengerjakan tugas rumah,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, manusia hampir tidak pernah dapat

BAB I PENDAHULUAN. khususnya orang tua juga merupakan faktor terpenting dalam mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang ingin berhasil dalam hidupnya dan semua orang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. atau usia dini dimana pada masa ini adalah masa penentuan. karakter usia dini yang salah satunya adalah masa berkelompok anakanak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan mutu pendidikan bagi bangsa Indonesia merupakan masalah

BAB I PENDAHULUAN. terhadap masa depan seseorang. Seperti yang dituturkan oleh Menteri Pendidikan

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Panti asuhan merupakan lembaga yang bergerak dibidang sosial untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari dan menjalani kehidupan. Era ini memiliki banyak tuntutantuntutan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki keunikan dan istimewa. Anak-anak sangat membutuhkan orang tua

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. persiapan untuk kehidupan yang baik dikemudian hari, oleh karena itu banyak orang tua

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Dalam pertumbuhannya, anak memerlukan perlindungan, kasih sayang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dewasa ini pada akhirnya menuntut semakin

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. 1. Persepsi Siswa Tentang Keterampilan Mengajar Guru

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terbiasa dengan perilaku yang bersifat individual atau lebih

I. PENDAHULUAN. dan dapat menyesuaikan secara aktif dalam kehidupannya. melalui pendidikan yang baik akan dihasilkan sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. secara fisik maupun psikologis. Sementara anak cenderung di dominasi oleh

BAB I PENDAHULUAN. agar dapat bersikap tenang dalam menghadapi ujian nasional. Orangtua dan

Kata kunci : Fasilitas Belajar, Lingkungan Belajar, prestasi belajar Sosiologi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tahun-tahun pertama kehidupan anak atau yang sering dikenal dengan

INTERNALISASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM MEMBENTUK KEMANDIRIAN ANAK DI PONDOK ASIH SESAMI KECAMATAN BATURETNO KAPUPATEN WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di era globalisasi seperti sekarang ini mutlak menuntut seseorang untuk membekali

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupannya, individu sebagai makhluk sosial selalu

TINJAUAN PUSTAKA. mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dessy Asri Astrianty, 2013

Bab I Pendahuluan. Manusia merupakan makhluk sosial yang hidup bermasyarakat atau dikenal dengan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang sangat penting bagi manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB IX EFEKTIVITAS, EFISIENSI, RELEVANSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan kemampuan siswa. Dengan pendidikan diharapkan individu (siswa) dapat

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, nilai dan norma kepada manusia yang dapat di harapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Nasional yang tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan fisiologis: makan, minum, kebutuhan rasa aman, rasa kasih sayang,

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas menentukan masa depan bangsa. Sekolah. sekolah itu sendiri sesuai dengan kerangka pendidikan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nonformal merupakan jalur pendidikan di luar pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dasar, pendidikan menengah maupun pendidikan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti halnya

BAB II LANDASAN TEORI

2014 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE KUIS TIM UNTUK ENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA SMP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau

BAB I PENDAHULUAN. besar dalam meningkatkan pengetahuan siswa. Selain sebagai pengajar, guru juga

BAB I PENDAHULUAN. karakter secara esensial, yaitu untuk mengembangkan kecerdasan moral (building

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan dari proses pembelajaran di sekolah tersebut. Pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN. atau anak didik sesuai dengan kebutuhan dan perkembangannya.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan mutlak bagi kehidupan manusia sejalan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat mutlak yang harus

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia diselenggarakan dalam tiga jenis; pendidikan formal, pendidikan informal dan pendidikan nonformal. Pendidikan formal adalah kegiatan yang sistematis dan terstruktur, bertingkat, berjenjang, dimulai dari sekolah dasar hingga perguruan tiggi termasuk di dalamnya studi akademis dan umum, program spesialisasi dan latihan profesional yang dilakukan terus menerus. Pendidikan informal ialah proses yang berlangsung sepanjang usia, sehingga orang mendapat pendidikan nilai, sikap, keterampilam, dan pengetahuan yang bersumber dari pengalam hidup, lingkungan, keluarga, tetangga, lingkungan pekerjaan, pasar, perpustakaan, media massa dan lain-lain. Pendidikan nonformal adalah kegiatan terorganisasi, sistematis dan diluar persekolahan yang mapan. Dilakukan secara mandiri atau merupakan bagian penting dari kegiatan yang lebih luas yang sengaja dilakukan untuk melayani peserta didik tertentu didalam mencapai tujuan belajarnya. Program pendidikan luar sekolah dan pendidikan sekolah mempunyai karakteritik yang berbeda yakni; Pendidikan sekolah mempunyai tujuan untuk jangka panjang dan umum, berorientasi pada pemilikan ijazah, waktu yang relatif lama, berorientasi ke masa depan, menggunakan waktu penuh dan terus-menerus, kurikulum diatur oleh pusat dan seragam, bersifat akademis, persyaratan peserta ketat, proses belajarnya dipusatkan di lingkunagn sekolah, terlepas dari lingkungan 1

2 kehidupan peserta didik, struktur program ketat, berpusat pada pendidik, daya dukung maksimal, pengendalian dilakukan pengelola di tingkat lebih tinggi berdasarkan kekuasaan. Sementara pendidikan luar sekolah bertujuan jangka pendek dan khusus serta kurang menekankan pentingnya ijazah, waktu relatif singkat, menekankan waktu sekarang dan tidak terus menerus. Kurikulum sesuai kepentingan peserta, mengutamakan aplikasi, persyaratan peserta longgar, belajar berpusat di masyarakat, struktur program luwes, berpusat pada peserta didik, menggunakan sumber yang tersedia, pengendalian dilakukan oleh pelaksana program dan peserta didik serta menggunakan pendekatan demokratis. Komponen, proses dan tujuan pendidikan luar sekolah mempunyai perbedaan, komponen meliputi dunia kerja, dunia usaha, yang diintegrasikan dalam kerangka pembangunan masyarakat. Hubungan fungsional antara komponen, proses dan tujuan diantaranya; masukan lingkungan yang terdiri dari unsur-unsur lingkungan yang menunjang dan mendorong program seperti sumber daya hayati, non hayati flora dan fauna. Masukan sarana atau fsilitas seperti metode dan teknik, media dan tenaga pendidik. Dan terakhir adalah masukan mentah atau peserta didik. Proses pendidikan luar sekolah terdiri atas kegiatan pembelajaran, penyuluhan dan evaluasi. Pendidikan luar sekolah juga tidak menekankan penggunaan pendidikan andragogi dan paedagogi.

3 Tujuan pendidikan luar sekolah lebih menekankan kepada output yang mencakup kuantitas dan kualitas lulusan, perubahan tingkah laku yang meliputi kognitif, afektif dan psikomotorik yang dibutuhkan oleh peserta didik seperti pengetahuan, sikap, keterampilan dan aspirasi. Panti asuhan adalah salah satu lembaga pendidikan dan perlindungan anak yang berfungsi melayani, mengasuh, mendidik, dan memenuhi hak-hak anak yang tidak memiliki salah satu orang tua (yatim/ piatu), tidak memiliki kedua orang tua (yatim-piatu) maupun anak yang terlantar kehidupannya dikarenakan keadaan ekonomi orang tua yang lemah. Tujuan panti asuhan menurut Departemen Sosial Republik Indonesia (1997:6) yaitu : (1) Panti asuhan memberikan pelayanan yang berdasarkan pada profesi pekerja sosial kepada anak terlantar dengan cara membantu dan membimbing mereka ke arah perkembangan pribadi yang wajar serta mempunyai keterampilan kerja, sehingga mereka menjadi anggota masyarakat yang dapat hidup layak dan penuh tanggung jawab, baik terhadap dirinya, keluarga dan masyarakat. (2) Tujuan penyelenggaraan pelayanan kesejahteraan sosial anak di panti asuhan adalah terbentuknya manusiamanusia yang berkepribadian matang dan berdedikasi, mempunyai keterampilan kerja yang mampu menopang hidupnya dan hidup keluarganya. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan panti asuhan adalah memberikan pelayanan, bimbingan dan keterampilan kepada anak asuh agar menjadi orang yang berkualitas.

4 (Monks & Knoers, dalam Sarlito Sarwono, 2009: 67), yang menyatakan bahwa perkembangan anak yang sehat secara fisik, psikologis, dan sosial membutuhkan suatu hubungan yang harmonis antara tiga unsur pokok, yaitu: (1) hubungan antara ibu dan anak, (2) hubungan antara anak dan keluarga, (3) serta hubungan antara anak dan lingkungan sosialnya. Selain itu, Margareth seorang ahli Psikologi Sosial dalam laporan hasil penelitiannya juga menyimpulkan bahwa Perawatan anak di yayasan panti asuhan sangat tidak baik,karena anak dipandang sebagai makhluk biologis bukan sebagai makhluk psikologis dan makhluk sosial. Padahal selain pemenuhan kebutuhan fisiologis, anak membutuhkan kasih sayang bagi perkembangan psikis yang sehat seperti halnya vitamin dan protein bagi perkembangan biologisnya. Perkembangan terakhir menunjukkan bahwa jumlah anak-anak yang terlantar semakin meningkat, sementara hanya sebagian kecil dari mereka (kira-kira 15%) yang mampu ditampung di panti asuhan, baik swasta maupun pemerintah. Realitas juga menunjukkan bahwa mereka yang beruntung (diasuh di panti asuhan) saja menunjukkan perkembangan kepribadian dan penyesuaian sosial yang kurang memuaskan, dapat dibayangkan keadaan yang lebih memprihatinkan lagi pada anakanak terlantar yang belum terjangkau penanganan dari pihak yang berwenang. Sementara masyarakat sering memberi cap negatif pada anak-anak panti asuhan tanpa melihat lebih jauh, kenapa atau bagaimana hal-hal negatif itu bisa terjadi. Oleh karenanya, dengan mendasarkan diri pada persepsi masyarakat dan pendapat beberapa ahli bahwa dalam kehidupan di panti asuhan, anak-anak tidak mendapatkan

5 lingkungan yang sehat bagi perkembangan psikologisnya, maka kiranya kita perlu mengetahui kebutuhan-kebutuhan psikologis anak panti asuhan agar mereka mendapatkan perlakuan yang sesuai dengan kebutuhan psikologis yang mereka butuhkan, sehingga perkembangan fisiknya sejalan dengan perkembangan psikologis dan sosialnya. Karena, perkembangan yang sehat dalam hal perkembangan fisik, psikologis dan sosial anak-anak panti asuhan sangatlah diperlukan agar mereka mampu hidup mandiri di tengah-tengah masyarakat luas terutama setelah mereka harus melampaui pasca terminasi (harus keluar dari lingkungan panti asuhan setelah mampu hidup mandiri/setamat SMU). Keluarga dan orangtua merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap munculnya motivasi belajar, mulai dari anak-anak sampai dewasa. Oleh karena itu orangtua berkewajiban menciptakan lingkungan dan suasana keluarga yang kondusif bagi munculnya motivasi belajar. Agar hal itu terlaksana maka orangtua diharapkan mampu memahami tugas perkembangan anak-anaknya, sehingga pemenuhan tugas perkembangan itu menjadi lebih lancar. Dalam proses pemahaman dan pemenuhan tugas perkembangan itu, suatu interaksi sosial antara keduanya sangat dibutuhkan. Dalam interaksi sosial tersebut masing-masing pihak saling memberikan rangsang dan tanggapan, sehingga timbul perhatian emosional, penilaian, pemberian informasi yang dibutuhkan anak, dan bantuan instrumen pada anak. Inilah yang disebut dengan dukungan sosial dari orangtua (Mark dan Young dalam Walgito, 2000).

6 (Murray, dalam Sarlito Sarwono, 2009) Kebutuhan adalah suatu keadaan yang ditandai oleh perasaan kekurangan dan ingin diperoleh sesuatu yang akan diwujudkan melalui suatu usaha atau tindakan. Kebutuhan-kebutuhan psikologis dalam diri individu merupakan sesuatu hal yang akan memberikan warna khusus/ ciri khas pada individu tersebut. Oleh karena itu, individu dengan dominasi kebutuhan-kebutuhan tertentu mempunyai kecenderungan untuk ingin lebih memuaskan kebutuhankebutuhan tersebut. Sama halnya dengan kebutuhan fisik seperti makan, minum, tidur, berolah raga dan lain sebagainya yang harus dipenuhi secara baik agar fisik dapat tumbuh dan berkembang dengan sehat dan baik. Demikian juga kebutuhan sosial seseorang yang membutuhkan hubungan dengan orang lain agar dapat mencapai perkembangan optimal, dan juga kebutuhan kognitif yang membutuhkan rangsangan dari luar agar mampu berkembang optimal juga, maka kebutuhan psikologis pada seseorang juga harus terpenuhi agar dirinya mampu berkembang secara baik dan sehat secara psikologis. Ada beberapa kebutuhan psikologis pada diri seorang individu agar individu tersebut mampu mengembangkan kepribadiannya secara sehat diantaranya; (1) Adanya kebutuhan untuk dihargai atas prestasi yang dicapainya, (2) Adanya kebutuhan untuk dapat menyesuaikan diri dengan tata cara/aturan-aturan lingkungannya, (3) Adanya kebutuhan untuk bertanggung jawab atas tugas-tugas yang telah dilaksanakannya, (4) Adanya kebutuhan untuk dapat diterima apa adanya oleh lingkungannya, (5) Adanya kebutuhan untuk mandiri, (6) Adanya kebutuhan untuk mendapatkan teman-teman dan orang-orang yang dapat menjalin pergaulan secara hangat dan harmonis, (7) Adanya kebutuhan untuk terlibat secara emosional dengan lingkungannya, (8) Adanya suatu kebutuhan untuk

7 dimanjakan oleh orang lain, (9) Adanya kebutuhan untuk mengadakan suatu perubahan ke arah yang lebih baik, (10) Adanya kebutuhan untuk dapat menyalurkan dorongan emosinya. Terdapat berbagai macam masalah sosial dan ekonomi yang harus dipecahkan oleh panti asuhan. Terlihat pada beberapa anak di panti asuhan yang sering kali merasa hidupnya tidak berarti, entah itu karena sebagian masyarakat memberi cap negatif, karena faktor psikologis, atau karena pelayanan panti asuhan yang tidak memuaskan. Artinya pelayanan dari panti asuhan memang tidak bisa menggantikan peran orang tua seutuhnya. Ketika anak memasuki usia remaja, masalah kebutuhannya sering terabaikan serta psikologis yang dialaminya terasa berat bagi remaja, tapi perlu diketahui bahwa dukungan dari masyarakat, motivasi dari kalangan- kalangan yang peduli seperti mahasiswa, tokoh agama, bisa membantu remaja dalam menghadapi masalah tersebut. Motivasi belajar tidak akan terbentuk apabila seorang remaja tidak mempunyai keinginan, cita-cita, atau menyadari manfaat belajar bagi dirinya. Oleh karena itu, dibutuhkan pengkondisian tertentu sehingga semangat untuk belajar dapat termotivasi. Terdapat 2 faktor yang membuat seseorang dapat termotivasi untuk belajar, yaitu: Pertama, motivasi belajar berasal dari faktor internal. Motivasi ini terbentuk karena kesadaran diri atas pemahaman betapa pentingnya belajar untuk mengembangkan dirinya dan bekal untuk menjalani kehidupan. Kedua, motivasi

8 belajar dari faktor eksternal, yaitu dapat berupa rangsangan dari orang lain, atau lingkungan sekitarnya yang dapat memengaruhi psikologis orang yang bersangkutan. Diketahui bahwa Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi pada remaja adalah: (1)Minat; bila anak yang bersangkutan memiliki minat yang tinggi pada kegiatan belajar yang berlangsung maka motivasi belajar akan tinggi. (2)Kebutuhan; anak yang memaknai belajar sebagai suatu kebutuhan untuk masa depannya, maka ia akan termotivasi untuk belajar. (3) Nilai; anak yang berorientasi belajar, menganggap belajar memiliki nilai yang tinggi baginya. (4) Sikap (perasaan terhadap sesuatu); sikap yang diambil anak terhadap kegiatan belajar, akan mempengaruhi motivasinya dalam mengikuti kegiatan belajar tersebut. (5) Aspirasi; anak yang memiliki aspirasi tinggi mengenai pendidikannya,misalnya ingin kuliah sampai S3 atau ingin jadi dokter, maka akan termotivasi untuk lebih giat dalam belajar. (6) Insentif (imbalan); Contohnya seorang anak yang dijanjikan akan dibelikan hadiah bila mendapat nilai yang bagus maka akan termotivasi untuk rajin belajar agar mendapatkan hadiah dari orang tuanya. Panti asuhan Mamiyai Al-itthidaiyah yang berada di jalan Bromo, No.25, Medan merupakan salah satu panti asuhan yang tertua di kota Medan yang telah berdiri dari tahun 1948. Sekarang terdapat 103 anak yang diasuh bersama dipanti tersebut, diantaranya 63 orang anak yatim, 2 orang piatu, 5 orang yatim piatu dan 33 orang anak ekolem atau dari golongan keluarga yang kurang mampu. 49 anak masih duduk di bangku SD, 32 anak di bangku SMP, 8 anak telah duduk di bangku SMA dan 14 anak lainnya masih berada di usia prasekolah/ usia dini.

9 Terdapat penyelenggaraan pendidikan formal di panti asuhan ini kemudian diberikan juga pendidikan nonformal seperti pelatihan keterampilan kerajinan tangan, kursus komputer, pelatihan olahraga dan pembinaan keagamaan. Panti Asuhan adalah salah satu lembaga sosial yang mendidik dan membina anak yang memiliki masalah sosial seperti kemampuan ekonomi, kurangnya salah satu dari kepala keluarga atau keduanya, sehingga lingkungan keluarga tidak lagi dapat memberikan solusi terhadap permasalahan kehidupan yang membuat mereka merasa tidak memiliki masa depan yang jelas. Melalui panti asuhan anak-anak panti diasuh, dibina dan didik dengan berbagai pengetahuan dan keterampilan sehingga dapat mengembalikan kepercayaan diri berdasarkan pengetahuan dan berbagai kreativitas yang dipelajari sehingga anakanak merasa memiliki masa depan yang jelas. Pada situasi remaja yang masih berada di lingkungan keluarga yang utuh maka orang tua dapat memberikan berbagai dukungan sosial berupa nasihat, arahan, kepedulian, penghargaan positif, serta dukungan materi terhadap remaja sehingga motivasi belajarnya bertambah, namun jika seorang remaja yang tidak lagi memiliki keluarga yang utuh dan tidak mendapatkan dukungan sama sekali dari orang tua tentu motivasi belajarnyapun tidak maksimal. Motivasi belajar remaja yang tinggi tentu memberikan dampak positif dalam bentuk prestasi belajar yang baik, namun jika motivasi belajar remaja rendah cenderung menunjukkan prestasi belajar yang kurang baik dan kelambatan dalam proses belajarnya.

10 Remaja yang berada di panti asuhan mendapat dukungan sosial dari orangorang yang berada di sekeliling mereka khususnya pengasuh panti asuhan yang berusaha untuk menggantikan peran orang tua. Dukungan sosial orang tua berpengaruh signifikant terhadap motivasi belajar remaja, bagaimana yang terjadi jika dukungan sosial diberikan orang-orang yang menggantikan peran orang tua memberikan dukungan sosial berupa nasihat, arahan, kepedulian, penghargaan positif, serta dukungan materil, apakah juga berpengaruh signifikan terhadap motivasi belajar remaja. Dalam penelitian ini yang menjadi sudut pandang dukungan sosial yang ingin diteliti adalah bentuk-bentuk dukungan sosial yang mencakup dukungan informasi, dukungan emosional, dukungan instrumental, dan dukungan appraisal yang diberikan pengasuh di panti asuhan Mamiyai Al-Ittihadiyah Medan dalam rangka megasuh, membimbing, dan mendidik anak-anak panti asuhan. Kemudian satu hal lagi yang ingin dilihat adalah motivasi belajar anak panti asuhan tersebut dalam rangka melaksanakan semua aktifitas pembelajaran dengan tanpa adanya perhatian maupun dukungan sosial orang tua di sekitar kehidupan mereka. Dari penyampaian uraian di atas dan permasalahan yang penulis temui di lapangan, penulis merasa hal ini penting untuk diteliti yaitu ; Pengaruh Dukungan Sosial Pengasuh Terhadap Motivasi Belajar Anak Panti Asuhan Usia Remaja di Panti Asuhan Mamiyai Al-Ittihadiyah Medan.

11 B. Identifikasi Masalah 1. Rendahnya motivasi belajar anak panti asuhan. 2. Kurang tercukupinya sarana dan kebutuhan belajar di panti asuhan. 3. Tidak terselenggaranya program PLS pada panti asuhan. 4. Terjadinya beberapa perilaku menyimpang pada anak usia remaja. C. Pembatasan Masalah Dari identifikasi beberapa masalah di atas, maka dibuatlah pembatasan masalah penelitian pada Pengaruh Dukungan Sosial Pengasuh Terhadap Motivasi Belajar Anak Panti Asuhan Usia Remaja (SMP dan SMA) Di Panti Asuhan Mamiyai Al-Ittihadiyah Medan. D. Rumusan Masalah Bentuk rumusan masalah yang dibuat adalah rumusan masalah asosiatif dalam bentuk hubungan kausal, yaitu : 1. Seberapa tinggi dukungan sosial yang diberikan pengasuh kepada anak panti asuhan usia remaja di panti asuhan Mamiyai Al-Ittihadiyah Medan? 2. Seberapa tinggi motivasi belajar yang dimiliki anak panti asuhan usia remaja di panti asuhan Mamiyai Al-Ittihadiyah Medan? 3. Seberapa besar pengaruh dukungan sosial pengasuh terhadap motivasi belajar anak panti asuhan usia remaja di panti asuhan Mamiyai Al-Ittihadiyah Medan?

12 E. Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui seberapa tinggi dukungan sosial yang diberikan pengasuh kepada anak panti asuhan usia remaja di panti asuhan Mamiyai Al-Ittihadiyah Medan. 2. Untuk mengetahui seberapa tinggi motivasi belajar yang dimiliki anak panti asuhan usia remaja di panti asuhan Mamiyai Al-Ittihadiyah Medan. 3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dukungan sosial pengasuh terhadap motivasi belajar anak panti asuhan usia remaja di panti asuhan Mamiyai Al-Ittihadiyah Medan. F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis: yaitu manfaat atau kegunaan yang dapat dipakai secara langsung baik pihak terkait dengan masalah penelitian, baik objek lembaga yang diteliti maupun lembaga sejenis dengan objek penelitian. 2. Manfaat konseptual: yaitu manfaat dalam bentuk konsep atau premis baru yang dihasilkan dapat dijadikan acuan bagi pengembangan ilmu dalam bidang yang diteliti atau bidang ilmu si peneliti (mahasiswa). Konsep atau premis baru yang dihasilkan dapat dijadikan acuan bagi penelitian lain jika akan melakukan penelitian dengan tema-tema yang sama dalam lingkup masalah yang berbeda.