POTENSI ARANG AKTIF BAMBU BETUNG (Dendrocalamus asper) SEBAGAI ADSORBEN ION Zn 2+ DAN SO 4 2- DALAM AIR SUMUR BOR BURUK BAKUL, BENGKALIS

dokumen-dokumen yang mirip
POTENSI ARANG AKTIF BAMBU BETUNG (Dendrocalamus asper) SEBAGAI ADSORBEN ION Mn 2+ DAN NO 3 DALAM AIR SUMUR BOR BURUK BAKUL, BENGKALIS

POTENSI ARANG AKTIF DARI TULANG SAPI SEBAGAI ADSORBEN ION BESI, TEMBAGA, SULFAT DAN SIANIDA DALAM LARUTAN

III. BAHAN DAN METODA 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di laboratorium Kimia Analitik Fakultas matematika dan Ilmu

POTENSI ARANG AKTIF MENGGUNAKAN AKTIVATOR

POTENSI ARANG AKTIF CANGKANG BUNGA PINUS SEBAGAI ADSORBEN ION KADMIUM (II) DAN TIMBAL (II) DENGAN AKTIVATOR H2SO4 DALAM LARUTAN

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal ISSN :

ANALISIS DAYA SERAP TONGKOL JAGUNG TERHADAP KALIUM, NATRIUM, SULFIDA DAN SULFAT PADA AIR LINDI TPA MUARA FAJAR PEKANBARU

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel

POTENSI ARANG AKTIF BIJI ALPUKAT (Persea americana Mill) SEBAGAI ADSORBEN ION KADMIUM (II) DAN TIMBAL (II) DENGAN AKTIVATOR H 2 SO 4

BAB III METODE PENELITIAN

Metodologi Penelitian

ADSORPSI LOGAM KADMIUM (Cd) OLEH ARANG AKTIF DARI TEMPURUNG AREN (Arenga pinnata) DENGAN AKTIVATOR HCl

POTENSI ARANG AKTIF DARI TULANG KERBAU SEBAGAI ADSORBEN ION BESI, TIMBAL, SULFAT DAN KLORIDA DALAM LARUTAN

LAMPIRAN A DATA DAN PERHITUNGAN. Berat Sampel (gram) W 1 (gram)

PENGARUH BAHAN AKTIVATOR PADA PEMBUATAN KARBON AKTIF TEMPURUNG KELAPA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. furnace, desikator, timbangan analitik, oven, spektronik UV, cawan, alat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 sampai 28 November 2013

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara Keseluruhan

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Kerangka Penelitian Kerangka penelitian secara umum dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI KARBON AKTIF DARI TEMPURUNG KELUWAK (Pangium edule) DENGAN AKTIVATOR H 3 PO 4

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium

BAB IV METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Juni 2015 di Balai Besar

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. coba untuk penentuan daya serap dari arang aktif. Sampel buatan adalah larutan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

ADSORPSI FENOL MENGGUNAKAN ADSORBEN KARBON AKTIF DENGAN METODE KOLOM

PEMBUATAN ARANG AKTIF DARI CANGKANG BUAH KARET UNTUK ADSORPSI ION BESI (II) DALAM LARUTAN

KAJIAN AKTIVASI ARANG AKTIF BIJI ASAM JAWA (Tamarindus indica Linn.) MENGGUNAKAN AKTIVATOR H 3 PO 4 PADA PENYERAPAN LOGAM TIMBAL

JKK, Tahun 2015, Volume 4(1), halaman ISSN ADSORPSI FENOL MENGGUNAKAN ADSORBEN KARBON AKTIF DENGAN METODE KOLOM

Keywords : activated charcoal, rice hurks, cadmium metal.

HASIL DAN PEMBAHASAN. = AA diimpregnasi ZnCl 2 5% selama 24 jam. AZT2.5 = AA diimpregnasi ZnCl 2 5% selama 24 jam +

LAMPIRAN 1 DATA HASIL PERCOBAAN

Lampiran 1. Prosedur Analisis

JKK, Tahun 2016, Volume 5(3), halaman ISSN ADSORPSI BESI DAN BAHAN ORGANIK PADA AIR GAMBUT OLEH KARBON AKTIF KULIT DURIAN

Jl. Soekarno Hatta, Kampus Bumi Tadulako Tondo Palu, Telp Diterima 26 Oktober 2016, Disetujui 2 Desember 2016

Pemanfaatan Kulit Singkong Sebagai Bahan Baku Karbon Aktif

BAB III METODE PENELITIAN. Ide Penelitian. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan Penelitian. Pelaksanaan Penelitian.

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A

Pemanfaatan Campuran Lempung dan Batu Cadas Teraktivasi Asam Sulfat Sebagai Adsorben Kalsium Pada Air Tanah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Hafnida Hasni Harahap, Usman Malik, Rahmi Dewi

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN: X

BAB III. BAHAN DAN METODE

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN NaOH PADA KARBON AKTIF TEMPURUNG KELAPA UNTUK ADSORPSI LOGAM Cu 2+

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 6. Pada Gambar 6 ditunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan

Kapasitas Adsorpsi Arang Aktif dari Kulit Singkong terhadap Ion Logam Timbal

BAHAN DAN METODE Alat dan Bahan Metode Penelitian Pembuatan zeolit dari abu terbang batu bara (Musyoka et a l 2009).

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

Uji Kinerja Alat Penjerap Warna dan ph Air Gambut Menggunakan Arang Aktif Tempurung Kelapa Suhendra a *, Winda Apriani a, Ellys Mei Sundari a

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang

ADSORPSI IOM LOGAM Cr (TOTAL) DENGAN ADSORBEN TONGKOL JAGUNG (Zea Mays L.) KOMBINASI KULIT KACANG TANAH (Arachis Hypogeal L.) MENGGUNAKAN METODE KOLOM

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober

BAB III METODE PENELITIAN

3 Percobaan. Untuk menentukan berat jenis zeolit digunakan larutan benzena (C 6 H 6 ).

PEMANFAATAN DAUN NANAS (ANANAS COMOSUS) SEBAGAI ADSORBEN LOGAM Ag DAN Cu PADA LIMBAH INDUSTRI PERAK DI KOTAGEDE YOGYAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN

LAMPIRAN. Lampiran I Langkah kerja percobaan adsorpsi logam Cadmium (Cd 2+ ) Mempersiapkan lumpur PDAM

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2011

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek dalam penelitian ini adalah nata de ipomoea. Objek penelitian ini adalah daya adsorpsi direct red Teknis.

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan

III. METODOLOGI PENELITIAN. di laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

JKK,Tahun 2014,Volum 3(3), halaman 7-13 ISSN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. oleh karena itu kebutuhan air tidak pernah berhenti (Subarnas, 2007). Data

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tahun 2011 di Laboratorium riset kimia makanan dan material untuk preparasi

Metodologi Penelitian

POTENSI BUBUK BIJI ALPUKAT (Persea americana Mill) SEBAGAI ADSORBEN ION KADMIUM (II) DAN TIMBAL (II) DENGAN AKTIVATOR H 2 SO 4

Gambar sekam padi setelah dihaluskan

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015

III. METODOLOGI PENELITIAN di Laboratorium Kimia Analitik dan Kimia Anorganik Jurusan Kimia

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 2011,

PEMBUATAN ADSORBEN DARI CANGKANG KERANG BULU YANG DIAKTIVASI SECARA TERMAL SEBAGAI PENGADSORPSI FENOL SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

Jurnal MIPA 37 (1): (2014) Jurnal MIPA.

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan September

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. A. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah senyawa zeolit dari abu sekam padi.

JURNAL REKAYASA PROSES. Kinetika Adsorpsi Nikel (II) dalam Larutan Aqueous dengan Karbon Aktif Arang Tempurung Kelapa

PENURUNAN KADAR COD (Chemical Oxygen Demand) LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN ARANG AKTIF BIJI KAPUK (Ceiba Petandra)

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan September 2013 sampai bulan Maret 2014

POTENSI PEMANFAATAN TULANG AYAM SEBAGAI ADSORBEN KATION TIMBAL DALAM LARUTAN Maftuhin 1, T.A. Hanifah 2, S. Anita 2

Indo. J. Chem. Sci. 6 (1) (2017) Indonesian Journal of Chemical Science

ACTIVATED CARBON PRODUCTION FROM COCONUT SHELL WITH (NH 4 )HCO 3 ACTIVATOR AS AN ADSORBENT IN VIRGIN COCONUT OIL PURIFICATION ABSTRACT

ANALISIS SIFAT ADSORPSI KARBON AKTIF KAYU DAN TEMPURUNG KELAPA PADA LIMBAH CAIR BATIK DI KOTA PEKALONGAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. standar, dilanjutkan pengukuran kadar Pb dalam contoh sebelum dan setelah koagulasi (SNI ).

ADSORPSI Pb 2+ OLEH ARANG AKTIF SABUT SIWALAN (Borassus flabellifer)

PEMANFAATAN ARANG AKTIF DARI KULIT DURIAN (Durio zibethinus L.) SEBAGAI ADSORBEN ION LOGAM KADMIUM (II)

Pemanfaatan Biomaterial Berbasis Selulosa (TKS dan Serbuk Gergaji) Sebagai Adsorben Untuk Penyisihan Ion Krom dan Tembaga Dalam Air

SINTESIS KARBON AKTIF DARI KULIT DURIAN UNTUK PEMURNIAN AIR GAMBUT

PENGARUH AKTIVASI ARANG DARI LIMBAH KULIT PISANG KEPOK SEBAGAI ADSORBEN BESI (II) PADA AIR TANAH ABSTRAK

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

PEMANFAATAN LIMBAH PADAT SISA PEMBAKARAN BOILER UNTUK PENURUNAN KADAR AMONIA DALAM LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU

Transkripsi:

POTENSI ARANG AKTIF BAMBU BETUNG (Dendrocalamus asper) SEBAGAI ADSORBEN ION Zn 2+ DAN SO 4 2- DALAM AIR SUMUR BOR BURUK BAKUL, BENGKALIS Revi Hartati 1, Sofia Anita 2, Subardi Bali 3 1 Mahasiswa Program Studi S1 Kimia 2 Bidang Kimia Analitik Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Kampus Binawidya Pekanbaru, 28293, Indonesia Revi.hartati@yahoo.com ABSTRACT Bamboo (Dendrocalamus asper ) can be used as an activated char since it has a high carbon content i.e. 47.6%. Activated char of bamboo was made from carbonization and activation processes, which used Na 2 CO 3 activator with concentration variation of 2.5%, 5%, and 7.5%, respectively. In this study, the activated char bamboo with the variation of Na 2 CO 3 concentration were characterizated and it was obtained that the optimum concentration of Na 2 CO 3 was 5% with 3.05% of moisture content, 3.67% of ash content, and surface area was 74.52 m 2 /g. The activated char bamboo with 5 % Na 2 CO 3 was tested to adsorp the ion of zink (SNI-6989.7:2009) and sulphate (SNI 06-2426-(1991) of boreholes water. Zink and sulphate content were analyzed using Atomic Absorption of Spectrofotometer (AAS) and Spectrofotometer UV-VIS, respectively. The results showed that the optimum adsorption of activated char of bamboo for zink and sulphate ion were 68.061% and 57.445%, respectively. Keywords : Char, sodium carbonate, absorption ability. ABSTRAK Bambu betung (Dendrocalamus asper) memiliki kadar karbon yang tinggi sekitar 47,6%. Oleh karena itu, bambu betung dapat dijadikan sebagai arang aktif. Arang aktif bambu betung dibuat dari proses karbonisasi dan aktivasi, menggunakan aktivator Na 2 CO 3 dengan variasi konsentrasi 2,5%, 5% dan 7,5%. Pada penelitian ini, arang aktif bambu betung dengan variasi konsentrasi dikarakterisasi dan diperoleh konsentrasi larutan Na 2 CO 3 optimum yaitu pada konsentrasi 5% dengan kandungan air 3,05%, kandungan abu 3,67% dan luas permukaan arang aktif sebesar 74,52 m 2 /g. Arang aktif dengan konsentrasi aktivator Na 2 CO 3 5% dimanfaatkan untuk mengadsorpsi ion seng (SNI-6989.7:2009) dan sulfat (SNI 06-2426-(1991) dalam air sumur bor. Ion seng dianalisis menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA), sedangkan ion sulfat dianalisis menggunakan Spektrofotometer UV-VIS. Hasil penelitian menunjukkan persentase penjerapan ion seng sebesar 68,061% dan sulfat sebesar 57,445%. Kata kunci : Arang aktif, natrium karbonat, kemampuan penjerapan 1

PENDAHULUAN Metode adsorpsi merupakan salah satu cara yang efisien dan efektif untuk mengolah air sumur bor yang berwarna. Keunggulan metode ini adalah tidak terbentuk lumpur atau slurry, zat warna dapat dihilangkan dengan baik dan adsorben yang telah digunakan dapat diregenerasi sehingga dapat digunakan kembali untuk proses pengolahan limbah. Adsorben yang umumnya digunakan untuk pengolahan air yang berwarna adalah karbon aktif. Karbon aktif dapat mengadsorpsi dengan baik senyawa-senyawa organik dan biaya produksi yang relatif murah karena bahan baku pembuatan karbon aktif dapat berasal dari biomassa. Pada penelitian ini digunakan bambu betung sebagai bahan dasar pembuatan arang aktif. Penggunaan bambu betung sebagai bahan baku dikarenakan pertumbuhan bambu yang sangat cepat dan banyak di Indonesia terutama di Kabupaten Bengkalis Kecamatan Bukit Batu Desa Buruk Bakul dan juga minimnya pengolahan bambu menjadi produk yang lebih bermanfaat. Beberapa jenis bambu telah dimanfaatkan sebagai adsorben yaitu seperti penelitian Krisdianto dkk, (2000) tentang pengaruh aktivitas dan karakterisasi arang bambu betung yang efektif menurunkan kadar iodin dan Rahayu dkk (2014) tentang penjerapan ion Cr 3+ dengan daya adsorpsi sebesar 62,829%. Adanya pemanfaatan dari arang aktif bambu betung sebagai adsorben ini diharapkan mampu menjadi solusi dalam pemecahan masalah air sumur yang berwarna dan dapat diaplikasikan dalam berbagai bidang. Pada penelitian ini, arang aktif dari bambu betung dilakukan aktivasi kimia menggunakan senyawa Na 2 CO 3 sebagai agen aktivasi. Penggunaan agen aktivasi bertujuan untuk meningkatkan luas permukaan dan volume pori arang aktif dari bambu betung, sehingga dapat dihasilkan arang aktif dengan karakteristik yang lebih baik. Penggunaan Na 2 CO 3 sebagai aktivator karena selain mudah didapat, dengan sifat Na 2 CO 3 sebagai penghablur maka akan mampu mengikat dan menurunkan titik leleh senyawa anorganik yang melapisi permukaan arang bambu betung sehingga memperbesar luas permukaan arang. Maka melalui penelitian ini ingin diketahui potensi arang aktif bambu betung (Dendrocalamus asper) menggunakan aktivator Na 2 CO 3 dengan variasi konsentrasi 2,5; 5,0 dan 7,5% sebagai adsorben ion seng dan sulfat dalam air sumur bor warga Desa Buruk Bakul, Kabupaten Bengkalis. METODE PENELITIAN A. Persiapan adsorben bambu betung Adsorben yang digunakan dalam penelitian ini adalah bambu betung (Dendrocalamus asper) yang diambil di Desa Buruk Bakul Kecamatan Bukit Batu Kabupaten Bengkalis. Bambu betung dipotong menjadi ukuran kecilkecil kemudian bambu tersebut dicuci. Setelah dicuci bambu betung dikeringkan dibawah sinar matahari sampai kering. a. Proses karbonisasi Adsorben bambu betung dikarbonisasi dalam furnace pada suhu 500 C selama 1 jam. Lalu arang bambu betung didiamkan hingga dingin, kemudian dipisahkan arang bambu 2

betung dari abu dan sisa yang belum menjadi arang. Arang bambu betung yang dihasilkan digerus dan dihaluskan, kemudian diayak dengan ayakan bertingkat 100 dan 200 mesh. Arang yang digunakan adalah arang yang tertahan di ayakan 200 mesh. b. Aktivasi Kimia Arang Aktif Bambu Betung Masing masing sebanyak 20 g arang bambu betung diaktivasi menggunakan 200 ml larutan Na 2 CO 3 dengan variasi konsentrasi 2,5%, 5% dan 7,5% (b/v) di dalam beaker gelas 250 ml, diaduk menggunakan pengaduk magnetik selama 5 menit dan ditutup dengan aluminium foil kemudian didiamkan selama 24 jam. Setelah itu campuran disaring dan dicuci dengan akuades hingga ph arang aktif tersebut netral, filtratnya diuji dengan kertas lakmus. Kemudian arang dikeringkan dalam oven pada suhu 105 C selama 1 jam, lalu didinginkan dan disimpan dalam desikator. c. Karakterisasi Arang Aktif Bambu Betung 1. Kandungan air (SNI 06-3730-1995) Arang aktif bambu betung yang akan dianalisis ditimbang sebanyak 1 gram. Arang tersebut dimasukkan ke dalam wadah yang telah kering dan diketahui berat konstannya. Kemudian arang aktif di dalam wadah tersebut dimasukkan ke dalam oven yang telah diatur suhunya 115 o C selama 1 jam. Setelah itu didinginkan dalam desikator selama 15 menit dan ditimbang sampai diperoleh berat konstan. - Keterangan : w 1 = Berat sampel dan wadah sebelum pemanasan (g) w 2 = Berat sampel dan wadah setelah pemanasan (g) w 0 = Berat sampel (g) 2. Kandungan abu (SNI 06-3730- 1995) Krusible porselin dikonstankan dengan pemanasan pada suhu 115 o C selama 30 menit kemudian didinginkan dalam desikator selama 15 menit dan ditimbang hingga konstan. Krusibel yang telah diketahui beratnya diisi dengan masing-masing 1 g arang aktif bambu betung. Kemudian dipanaskan dalam furnace pada suhu 750 o C selama 4 jam. Setelah menjadi abu, kemudian didinginkan dalam desikator, lalu ditimbang hingga konstan. Keterangan : w 1 = Berat sampel setelah pemanasan (g) w 2 = Berat krusibel kosong (g) w 0 = Berat sampel (g) 3. Adsorpsi metilen biru (SNI-06-3730-1995) Arang aktif bambu betung dipanaskan dalam oven pada suhu 115 o C selama 1 jam dan didinginkan di dalam desikator. Setelah itu, sebanyak 1 g arang aktif tersebut dimasukkan ke dalam Erlenmeyer. Sebanyak 50 ml larutan metilen biru 250 ppm ditambah ke dalam Erlenmeyer yang berisi arang tersebut, kemudian diaduk dengan pengaduk magnetik selama 15 menit dengan kecepatan 100 rpm dan didiamkan selama 5 menit dan sentrifugasi selama 10 menit. Larutan 3

jernih diukur absorbansinya pada panjang gelombang yang telah ditentukan sebelumnya. Keterangan : X m = Jumlah metilen biru yang terserap tiap gram adsorben N = Bilangan Avogadro (6,02x10 23 molekul/mol) A = Luas permukaan metilen biru (197,197x10-20 m 2 /mol) BM = Berat molekul metilen biru (319,86 g/mol) B. Pengambilan Sampel Air Sumur Bor Warga Desa Buruk Bakul Pengambilan sampel dilakukan dengan cara random sampling. Sampel air diambil dari sumur bor warga Desa Buruk Bakul Kecamatan Bukit Batu Kabupaten Bengkalis, dengan kedalaman ± 80 m, ukuran pipa yang digunakan berukuran 3 inch dan berjarak ± 1 km dari laut. Sampel air diambil dari 3 titik yang mewakili dari beberapa sumur bor warga Desa Buruk Bakul menggunakan mesin pompa air. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara mengalirkan air dari keluaran pompa selama 5 menit, kemudian dimasukkan ke dalam botol polietilen, lalu mesin pompa air dimatikan. Langkah tersebut dilakukan sebanyak 3x pengulangan dan dihomogenkan (SNI-6989.58-2008). Cara yang sama juga dilakukan untuk pengambilan sampel air pada titik lainnya. Selanjutnya semua sampel dihomogenkan dan dilakukan analisis secara in-situ dan ex-situ untuk ion seng dan sulfat. Kemudian sampel dimasukkan ke dalam 2 botol polietilen masing-masing sebanyak 1 Liter. a. Penanganan sampel Sampel dipisahkan berdasarkan analisis yang akan dilakukan. Untuk analisis kandungan logam, sampel terlebih dahulu harus diawetkan dengan penambahan HNO 3 pekat 95% sebanyak 20 tetes hingga ph sampel <2. Kemudian untuk analisis sulfat pengawetan hanya dilakukan dengan pendinginan, kemudian masing-masing sampel dibalut dengan aluminium foil dan dimasukkan ke dalam kotak pendingin untuk analisis selanjutnya. C. Adsorpsi Sampel Air Sumur Bor Menggunakan Arang Aktif Bambu Betung Arang aktif yang telah dikarakterisasi dan menunjukkan mutu yang baik, ditimbang sebanyak 20 g kemudian dipanaskan dalam oven pada temperatur 105 0 C selama 1 jam dan didinginkan dalam desikator. Kolom adsorpsi disiapkan sebanyak 2 kolom dapat menggunakan buret dengan volume 50 ml dengan menutup ujung buret dengan kapas, kemudian arang aktif yang telah dipanaskan tadi dimasukkan ke dalam kolom adsorpsi masing-masing sebanyak 5 g, sehingga diperoleh tinggi arang ± 10 cm, kemudian setiap masing-masing kolom dialiri dengan sampel air sebanyak 100 ml sesuai dengan parameter analisis yang akan ditentukan. Kemudian keran pada buret ditutup lalu sampel dibiarkan selama 1 jam, setelah 1 jam keran buret dibuka dan sampel dibiarkan mengalir akibat gaya gravitasi, efluen ditampung dalam Erlenmeyer 50 ml lalu dilakukan analisis menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) untuk ion seng dan sulfat menggunakan 4

Spektrofotometer Sinar Tampak (UV- VIS). D. Analisis Data Analisis data dari hasil penjerapan arang aktif bambu betung (Dendrocalamus asper) sebagai adsorben terhadap ion Zn 2+ dan SO 4 2- dalam air sumur bor warga Desa Buruk Bakul, Kabupaten Bengkalis disajikan secara deskriptif dalam bentuk tabel, grafik dan kurva kalibrasi. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Karbonisasi dan aktivasi Penelitian ini menggunakan bambu betung (Dendrocalamus asper) sebagai bahan baku pembuatan arang aktif. Bambu betung yang telah dipotong-potong dikeringkan dibawah terik matahari untuk menghilangkan kandungan air yang terkandung di dalam bambu betung tersebut. Adapun proses pembuatan arang aktif dari bambu betung melalui beberapa tahap. Tahap pertama yaitu tahap karbonisasi untuk memecahkan bahan-bahan organik menjadi arang, yaitu dengan cara pemanasan dengan furnace pada suhu 500 C selama 1 jam. Arang yang dihasilkan digerus dan diayak dengan pengayakan bertingkat ukuran 100 dan 200 mesh, tujuan dari pengayakan untuk mendapatkan ukuran partikel yang lebih kecil dan homogen sehingga didapatkan luas permukaan arang yang lebih besar. Tahap yang kedua yaitu tahap aktivasi secara kimia yang bertujuan untuk membuka pori-pori arang yang tertutupi saat karbonisasi dan mengurangi air yang terjebak dalam pori-pori sehingga daya adsorpsi semakin meningkat. Aktivasi dilakukan dengan perendaman menggunakan variasi konsentrasi larutan aktivator Na 2 CO 3 yaitu 2,5%, 5,0% dan 7,5%. Dengan sifat Na 2 CO 3 sebagai penghablur maka akan mampu mengikat dan menurunkan titik leleh senyawa anorganik yang melapisi permukaan arang bambu betung sehingga memperbesar luas permukaan arang. Menurut Sunardi dan Nurliani, (2008) Na 2 CO 3 digunakan sebagai aktivator karena selain mudah didapat dan dijual bebas, Na 2 CO 3 juga larut sempurna dalam air serta jika terurai tidak akan menghasilkan oksida logam dan dapat menurunkan kandungan logam. Dengan adanya perendaman dan pemanasan, aktivator akan masuk di antara lapisan heksagonal arang dan membuka permukaan yang tertutup sehingga memperbesar luas permukaan arang aktif bambu betung (Sunardi dan Nurliani, 2008). Arang aktif selanjutnya dicuci dengan akuades hingga ph netral yang bertujuan untuk menghilangkan sisa Na 2 CO 3 yang masih terkandung di dalam arang. Selanjutnya dikeringkan di dalam oven pada temperatur 105 C selama 1 jam untuk menghilangkan kandungan air yang terkandung di dalam arang aktif bambu betung, kemudian disimpan di dalam desikator untuk menjaga agar arang aktif tetap dalam kondisi kering. 2. Karakterisasi arang aktif bambu betung Karakterisasi arang aktif dilakukan untuk mengetahui kualitas arang aktif bambu betung terbaik yang diperoleh melalui variasi konsentrasi aktivator Na 2 CO 3 2,5%; 5,0% dan 7,5%. Dari karakterisasi diperoleh bahwa arang aktif bambu betung dengan 5

konsentrasi aktivator Na 2 CO 3 5% lebih baik dibandingkan aktivator Na 2 CO 3 2,5,% dan 7,5%. Hal ini terlihat pada Tabel 1 dimana didapatkan kandungan air sebesar 3,05%, kandungan abu sebesar 3,67%, dan luas permukaan arang aktif sebesar 74,521 m 2 /g. Arang aktif bambu betung dengan konsentrasi aktivator Na 2 CO 3 5% mengandung kandungan air dan kandungan abu yang rendah dan luas permukaan yang tinggi dibandingkan aktivator yang lainnya. Dengan demikian, arang aktif bambu betung dengan konsentrasi aktivator Na 2 CO 3 5% digunakan sebagai adsorben ion seng dan sulfat melalui proses adsorpsi sistem kolom. Penentuan kandungan air bertujuan untuk mengetahui sifat higroskopis dari arang aktif bambu betung. Semakin besar kandungan air arang aktif, maka semakin kecil kemampuannya untuk menjerap adsorbat. Pada Tabel 1 terlihat bahwa konsentrasi optimum terdapat pada konsentrasi aktivator 5% yang lebih baik dari konsentrasi lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa hampir secara sempurna molekul air teradsorpsi oleh arang aktif. Kandungan air yang baik untuk adsorben harus lebih rendah karena kandungan air yang tinggi akan menyebabkan pori-pori dari arang aktif akan cepat tertutup oleh air yang berada diudara, sehingga daya jerap arang akan berkurang. Penentuan kandungan abu dilakukan untuk mengetahui kandungan oksida logam dalam arang aktif bambu betung. Kandungan abu arang aktif terendah diperoleh pada konsentrasi aktivator Na 2 CO 3 5% disebabkan karena pada konsentrasi 5% ini, zat aktivator bekerja maksimal untuk mengikat senyawa yang masih tertinggal di arang.. Sedangkan pada konsentrasi 2,5 dan 7,5% kandungan abu yang dihasilkan lebih tinggi. Pernyataan dari Mohammed, dkk, (2012) kandungan abu yang tinggi akan menurunkan kemampuan arang aktif karena pori-pori arang aktif tertutupi oleh senyawa logam oksida. Menurut Subadra (2002), dalam pembentukan pori, selama proses pemanasan terjadi proses pembakaran bidang permukaan dari karbon aktif yang menghasilkan abu, sehingga semakin banyak pori yang dihasilkan maka kandungan abu yang dihasilkan juga semakin tinggi. Luas permukaan arang aktif bambu betung ditentukan dengan daya jerapnya terhadap metilen biru 250 ppm. Pada Tabel 1 luas permukaan yang didapatkan dari variasi konsentrasi aktivator 2,5%; 5,0% dan 7,5% masingmasing sebesar 72,375; 74,521 dan 66,505 m 2 /g. Terlihat bahwa luas permukaan tertinggi diperoleh pada konsentrasi aktivator Na 2 CO 3 5%. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi konsentrasi Na 2 CO 3 maka daya adsorpsi terhadap metilen biru akan semakin tinggi, hal ini menunjukkan bahwa pori-pori arang aktif semakin besar sehingga kemampuan mengadsorpsi juga semakin besar. Akan tetapi, Na 2 CO 3 yang berlebih bisa menyebabkan Na 2 CO 3 sulit keluar dari pori arang sehingga akan mempersempit volume pori karbon aktif. Hal ini dapat dilihat dari arang yang diaktivasi dengan aktivator Na 2 CO 3 7,5% mempunyai daya adsorpsi yang lebih kecil jika dibandingkan dengan konsentrasi 5%. Hal ini disebabkan karena pada konsentrasi Na 2 CO 3 7,5% keadaan arang aktif menjadi jenuh karena berlebihnya konsentrasi Na 2 CO 3 dipermukaan arang aktif, sehingga menghalangi proses penjerapan metilen 6

biru. Luas permukaan arang aktif juga dipengaruhi oleh kandungan air dan kandungan abu, sehingga tingginya kandungan air dan kandungan abu pada konsentrasi aktivator 2,5% dan 7,5% menyebabkan penjerapannya kurang optimal. Tabel 1. Karakterisasi arang aktif bambu betung dengan variasi konsentrasi aktivator Na 2 CO 3 Konsentrasi Na 2 CO 3 (%) Kandungan Air (%) Kandungan Abu (%) Luas permukaan (m 2 /g) 2,5 3,129 4,61 72,375 5 3,05 3,67 74,521 7,5 3,499 4,43 66,505 3. Hasil Analisis Sampel Air Sumur Bor Sebelum dan Setelah Adsorpsi Menggunakan Arang Aktif Bambu Betung Aktivator Na 2 CO 3 5% Tabel 2. Hasil analisis terhadap sampel air sumur bor sebelum dan setelah adsorpsi Parameter analisis PERMENKES No.416/MENKES/PER/IX/ 1990 Air sumur sebelum adsorpsi Air sumur setelah adsorpsi Ion seng (mg/l) 0,05 (mg/l) 0,0287 0,0085 Ion sulfat (mg/l) 400 (mg/l) 16,785 7,1428 Hasil analisis terhadap sampel air sumur bor warga Desa Buruk Bakul sebelum dan setelah dilakukan pengontakan terhadap arang aktif bambu betung yang telah diaktivasi selama 24 jam menggunakan aktivator Na 2 CO 3 5%. Hasil yang diperoleh dari analisis akan dibandingkan dengan PERMENKESNo.416/MENKES/PER/I X/1990 tentang persyaratan kualitas air bersih. Analisis terhadap sampel air sumur bor warga Desa Buruk Bakul ini dilakukan karena air yang dikonsumsi oleh masyarakat setempat merupakan air yang memiliki kualitas yang kurang baik karena air tersebut berwarna, bersifat asam dan tidak menutup kemungkinan mengandung logam berbahaya seperti seng dan sulfat. Warna pada sampel air ini disebabkan oleh adanya senyawa koloid yang terdispersi, contohnya adalah senyawa organik yaitu (asam humat dan asam fulvat) yang memiliki warna kuning hingga kecoklatan dan coklat gelap hingga abu-abu (Kusnaedi, 2000). 7

Keberadaan logam seng dalam tanah berasal dari pelapukan mineral (Lahuddin, 2003). Endapan seng dapat terbentuk dengan senyawa-senyawa hidroksida dan asam organik seperti asam humat dan fulvat. Dari hasil pengukuran sebelum air sumur dikontakkan dengan arang aktif bambu betung, konsentrasi seng adalah 0,0287 mg/l. Hasil ini menunjukkan bahwa konsentrasi seng di dalam air tidak terlalu tinggi karena kelarutan seng dalam air relatif rendah, logam seng juga memiliki gugus klorida dan sulfat yang mudah larut, sehingga logam seng diperairan banyak mengendap di dasar. Pengendapan logam diperairan juga terjadi karena adanya anion karbonat, hidroksil dan klorida (Effendi, 2003). Kemudian setelah dikontakan dengan arang aktif bambu betung aktivator Na 2 CO 3 5% melalui proses adsorpsi dengan sistem kolom konsentrasi seng turun menjadi 0,0085 mg/l. Turunnya konsentrasi ini disebabkan karena arang aktif bambu betung mengandung gugus hidroksida yang dapat menarik ion-ion bermuatan positif pada air salah satunya adalah ion seng. Hasil ini menunjukkan bahwa kemampuan dari arang aktif bambu betung sebagai adsorben dalam menyerap logam seng cukup baik. Dari hasil penelitian yang dilakukan, konsentrasi seng dalam air sumur bor sebelum dan setelah proses adsorpsi tidak melebihi nilai ambang batas yang telah ditetapkan PERMENKESNo.416/MENKES/PER/I X/1990 tentang persyaratan kualitas air bersih. Keberadaan sulfat dalam air sumur bor warga Buruk Bakul dipengaruhi oleh komposisi tanah sumur dan sumur penduduk yang mengandung mineral-mineral logam yang terdapat dalam tanah secara alami. Pada umumnya banyak mineral logam yang terdapat dialam berada dalam bentuk sulfida dan secara alami mineral sulfida tersebut bisa teroksidasi menjadi sulfat. Kebanyakan sulfat sangat larut dalam air, kecuali dalam kalsium sulfat, stronsium sulfat dan barium sulfat yang tidak larut. Konsentrasi sulfat yang diperoleh dari hasil pengukuran sebelum pengontakan adalah 16,785 mg/l dan setelah dilakukan pengontakan dengan arang aktif bambu betung aktivator Na 2 CO 3 konsentrasi 5% turun menjadi 7,1428 mg/l. Rendahnya penurunan konsentrasi ion ini disebabkan adanya gugus yang bermuatan negatif dari adsorben sehingga interaksinya lebih rendah. Berdasarkan hasil penelitian, konsentrasi sulfat dalam air sumur bor sebelum dan setelah proses adsorpsi tidak melebihi nilai ambang batas yang telah ditetapkan oleh PERMENKESNo.416/MENKES/PER/I X/1990 tentang persyaratan kualitas air bersih. KESIMPULAN Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa konsentrasi aktivator Na 2 CO 3 optimum diperoleh pada konsentrasi Na 2 CO 3 5% dengan kandungan air 3,05%, kandungan abu 3,67%, serta luas permukaan 74,52 m 2 /g dan arang aktif bambu betung berpotensi sebagai adsorben terhadap ion Zn 2+ 2- dan SO 4 dengan efisiensi penjerapan masing-masing adalah 68,061% dan 57,445%. DAFTAR PUSTAKA Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Kanisius, Yogyakarta. 8

Krisdianto, G. Sumarni dan A. Ismanto. 2000. Sari Hasil Penelitian Bambu. Departemen Kehutanan, Jakarta. Kusnaedi. 2000. Mengolah Air Gambut dan Air Kotor Untuk Air Minum. Penebar Swadaya, Jakarta. Lahuddin, M. 2003. Aspek Unsur Mikro dalam Kesuburan Tanah. USU- Press, Medan. Mohammed, A., Aboje, A. A., Auta, M. dan Jibril, M. 2012. A Comparative Analysis and Characterization of Animal Bones as Adsorbent. Advances in Applied Science Research. 3 (5): 3089-3096. Subabdra, I. 2002. Activated Carbon Production From Coconut Shell With (NH 4 )HCO 3 Activator As An Adsorbent In Virgin Coconut Oil Purification. Jurusan Kimia Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Sunardi dan Nurliani, 2008. Pemanfaatan Arang Aktif Sekam Padi dengan Aktivator Natrium Karbonat (Na 2 CO 3 ) 5% untuk Mengurangi Kadar besi (Fe) dalam Air Ledeng. Jurnal Hutan Tropis, 9 (23): 99-104. Rahayu, P., Wayan, K dan Wayan R. 2014. The Effectiveness Of Bamboo Bio-Charcoal As Adsorbent In Handling Chromium Ion Of Electroplating Waste. Jurnal Kimia Visvitalis. 2 (1): 146-156. 9

10