BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hingga menetas, yang bertujuan untuk mendapatkan individu baru. Cara penetasan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperbanyak jumlah daya tetas telur agar dapat diatur segala prosesnya serta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konstruksi khusus sesuai dengan kapasitas produksi, kandang dan ruangan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan pada 28 Mei--28 Juni 2012,

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penetasan telur ada dua cara, yaitu melalui penetasan alami (induk ayam)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bumirestu, Kecamatan Palas, Kabupaten

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dikenal dengan istilah susut tetas. Pengaruh perlakuan terhadap susut tetas

BAB II LANDASAN TEORI

PENDAHULUAN. penyediaan daging itik secara kontinu. Kendala yang dihadapi adalah kurang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Itik merupakan ternak jenis unggas air yang termasuk dalam kelas Aves, ordo

I. PENDAHULUAN. serta meningkatnya kesadaran akan gizi dan kesehatan masyarakat. Akan

I. PENDAHULUAN. Peningkatan populasi penduduk di Indonesia menyebabkan perkembangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. species dari Anas plitirinchos yang telah mengalami penjinakan atau domestikasi

TINJAUAN PUSTAKA. Itik adalah salah satu jenis unggas air ( water fowls) yang termasuk dalam

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada1 Maret--12 April 2013 bertempat di Peternakan

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. banyaknya telur yang menetas dibagi dengan banyaknya telur yang fertil.

Penyiapan Mesin Tetas

TATALAKSANA PENETASAN TELUR ITIK

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan pada 1 Maret--5 April 2013

PENDAHULUAN. semakin pesat termasuk itik lokal. Perkembangan ini ditandai dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan metode-metode mengajar lainnya. Metode ini lebih sesuai untuk mengajarkan

Irawati Bachari, Iskandar Sembiring, dan Dedi Suranta Tarigan. Departemen Perternakan Fakultas Pertanian USU

PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan sumber protein. Di Indonesia terdapat bermacam-macam

I. PENDAHULUAN. peternakan seperti telur dan daging dari tahun ke tahun semakin meningkat.

III. BAHAN DAN MATERI. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 minggu pada Desember 2014 Januari 2015,

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia, permintaan

PEMBIBITAN DAN PENETASAN

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Penelitian Adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai

HASIL DAN PEMBAHASAN. Inseminasi Buatan pada Ayam Arab

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelompok Tani Ternak Rahayu merupakan suatu kelompok peternak yang ada di

HASIL DAN PEMBAHASAN. morfologi. Penilaian dilakukan pada DOD yang baru menetas untuk melihat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam arab (Gallus turcicus) adalah ayam kelas mediterain, hasil persilangan

TINJAUAN PUSTAKA. Itik adalah salah satu jenis ungags air ( water fawls) yang termasuk dalam

I. PENDAHULUAN. Ternak itik yang berkembang sekarang merupakan keturunan dari Wild

Temu Teknis Fungsionat non Penebti 2000 BAGIAN DAN PERLENGKAPAN MESIN TETAS Bagian-bagian dan perlengkapan yang ada pada mesin tetas sederhana dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. arab dengan ayam buras. Ayam arab mulai dikenal oleh masyarakat kira-kira

Pengaruh Umur dan Pengelapan Telur terhadap Fertilitas dan Daya Tetas

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Pengaruh Indeks Bentuk Telur terhadap Daya Tetas dan

I. PENDAHULUAN. masyarakat menyebabkan konsumsi protein hewani pun meningkat setiap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pembibit atau parent stock (PS) adalah ayam penghasil final stock

ALAT PENETAS TELUR OTOMATIS DENGAN KAMERA PEMANTAU

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 6. Kualitas Eksterior Telur Tetas Ayam Arab

I. PENDAHULUAN. Usaha peternakan merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingginya kebutuhan masyarakat akan daging ayam membuat proses

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. membentuk beberapa variasi dalam besar tubuh, konformasi, dan warna bulu.

1. PENDAHULUAN. pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler atau yang juga disebut ayam pedaging merupakan salah satu

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ayam Lokal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Aves, ordo Anseriformes, famili Anatidae, sub famili Anatinae, tribus Anatinae

I. PENDAHULUAN. unggas di Sumatera Barat, salah satunya adalah peternakan Itik. Di Nagari Pitalah,

HASIL DAN PEMBAHASAN. Total jumlah itik yang dipelihara secara minim air sebanyak 48 ekor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pembibit adalah ayam penghasil telur tetas fertil yang digunakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penghasil telur. Ayam bibit bertujuan untuk menghasilkan telur berkualitas tinggi

[Pemanenan Ternak Unggas]

PERBANDINGAN FERTILITAS SERTA SUSUT, DAYA DAN BOBOT TETAS AYAM KAMPUNG PADA PENETASAN KOMBINASI

Kata kunci: penetasan, telur itik Tegal, dan mesin tetas

TINJAUAN PUSTAKA. Kelas: Osteichtyes, Ordo: Perciformes, Famili: Eleotritidae, Genus: Butis

II. TINJAUAN PUSTAKA. potensial di Indonesia. Ayam kampung dijumpai di semua propinsi dan di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Itik lokal Indonesia dikenal sebagai keturunan itik Indian Runner yang banyak

HATCH PERIOD AND WEIGHT AT HATCH OF LOCAL DUCK (Anas sp.) BASED ON DIFFERENCE OF INCUBATOR HUMIDITY SETTING AT HATCHER PERIOD

BAB I PENDAHULUAN. efektif karena satu induk ayam kampung hanya mampu mengerami maksimal

TUGAS AKHIR PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN MESIN TETAS TELUR

Struktur Telur. Suhardi, S.Pt.,MP Universitas Mulawarman

PENGARUH UMUR TELUR TETAS PERSILANGAN ITIK TEGAL DAN MOJOSARI DENGAN PENETASAN KOMBINASI TERHADAP FERTILITAS DAN DAYA

1. Pendahuluan. 2. Kajian Pustaka RANCANG BANGUN ALAT PENETAS TELUR SEDERHANA MENGGUNAKAN SENSOR SUHU DAN PENGGERAK RAK OTOMATIS

BAB II DASAR TEORI. Sedangkan dalam penetasan telur itu sendiri selama ini dikenal ada dua cara, yakni: Cara alami Cara buatan

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April November 2016 di Desa

BAB I PENDAHULUAN. khususnya akan kebutuhan daging unggas maupun telur yang kaya akan sumber

Pengaruh Umur Telur Tetas Itik Mojosari dengan Penetasan Kombinasi terhadap Fertilitas dan Daya Tetas

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. 1. Telur itik Pajajaran sebanyak 600 butir. Berasal dari itik berumur 25 35

PENGARUH FREKUENSI PEMUTARAN DAN PEMBILASAN DENGAN LARUTAN DESINFEKTANTERHADAP DAYA TETAS, MORTALITAS DAN BOBOT TETAS AYAM ARAB

II. TINJAUN PUSTAKA. Kalkun (turkey) adalah jenis unggas darat yang berasal dari kalkun liar yang

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk

MATERI DAN METODE. Materi

PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN PEMBIBITAN AYAM LOKAL TAHUN 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK

Manajemen Pemeliharaan Ayam Jantan

I PENDAHULUAN. tidak dapat terbang tinggi, ukuran relatif kecil berkaki pendek.

Sumber pemenuhan kebutuhan protein asal hewani yang cukup dikenal. masyarakat Indonesia selain ayam ialah itik. Usaha beternak itik dinilai

[Pengelolaan Penetasan Telur]

EVALUASI TELUR TETAS ITIK CRp (CIHATEUP X RAMBON) YANG DIPELIHARA PADA KONDISI MINIM AIR SELAMA PROSES PENETASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggul dari tetuanya. Ayam pembibit terbagi atas 4 yaitu ayam pembibit Pure

PENGARUH UMUR INDUK ITIK DAN SPECIFIC GRAVITY TERHADAP DAYA TETAS DAN MORTALITAS EMBRIO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler merupakan ayam penghasil daging dalam jumlah yang

Pengaruh Umur Induk dan Specific...Netty Siboro PENGARUH UMUR INDUK ITIK DAN SPESIFIC GRAVITY TERHADAP KARAKTERISTIK TETASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam Kedu merupakan salah satu ayam lokal langka Indonesia. Ayam. bandingkan dengan unggas lainnya (Suryani et al., 2012).

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi

I. PENDAHULUAN. pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi

Pengaruh Konsentrasi Infusa Daun Sirih (Piper betle Linn.).. Chairunnisa Saumi Aripin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertumbuhan cepat, kulit putih dan bulu merapat ke tubuh (Suprijatna et al., 2005).

PENGARUH KONSENTRASI ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA PADA FUMIGASI TELUR ITIK TERHADAP DAYA TETAS DAN KEMATIAN EMBRIO

II. TINJAUAN PUSTAKA. penghasil telur juga dapat dimanfaatkan sebagai ternak penghasil daging

OTOMATISASI MESIN TETAS UNTUK MEINGKATKAN PRODUKSI DOC (DAY OLD CHICK) AYAM LURIK DAN EFISIENSI USAHA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

Gambar 3. Kondisi Kandang yang Digunakan pada Pemeliharaan Puyuh

SAEI (Saba Auto Eggs Incubator (With Auto Rotating Eggs Mechanism))

TINJAUAN PUSTAKA. ternak seperti sapi, kerbau, kambing, babi dan ayam, dan lain-lain dalam suatu

Penelitian ini telah dilakukan selama 2 bulan pada bulan Februari-Maret di Laboratorium Patologi, Entomologi dan Mikrobiologi, dan Laboratorium

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan untuk menyeleksi pejantan dan betina yang memiliki kualitas tinggi

I. PENDAHULUAN. Sektor peternakan sangat penting dalam memenuhi kebutuhan gizi. Sumber daya

Transkripsi:

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penetasan Penetasan merupakan suatu proses perkembangan embrio di dalam telur hingga menetas, yang bertujuan untuk mendapatkan individu baru. Cara penetasan terbagi dua yaitu penetasan alami (menggunakan induk) dan penetasan buatan (menggunakan alat tetas telur). Penetasan buatan lebih praktis dan efisien dibandingkan penetasan alami, penggunaan alat tetas telur memiliki kelebihan yaitu dengan kapasitas yang lebih banyak sehingga membantu peternak dalam menjaga kontiniuitas usahanya. Prinsip kerja alat tetas yaitu mengkondisikan panas yang ditimbulkan oleh hasil eraman induk ayam dengan alat pemanas buatan (Sujionohadi dan Setiawan, 2007). Pentingnya penanganan telur tetas dapat mempengaruhi keberhasilan suatu proses penetasan. Kesalahan dalam penanganan telur tetas akan menyebabkan kegagalan dalam proses penetasan (Kholis dan Sarwono, 2013). Proses penetasan dimulai ketika telur tetas dimasukkan ke mesin tetas sampai dengan telur menetas menghasilkan day old chick dan dikeluarkan dari mesin tetas. Mesin tetas berperan mengganti induk unggas dalam penetasan telur. Proses penetasan pada telur, penting menciptakan kondisi yang ideal seperti penetasan alami, sehingga pada mesin tetas temperatur, kelembaban, dan sirkulasi udara dalam ruang mesin tetas harus diperhatikan ( Suprijatna dkk., 2005).

3 2.1.1. Telur tetas ayam Telur tetas merupakan telur fertil atau telur yang telah dibuahi baik secara alami maupun buatan, dihasilkan dari peternakan ayam pembibit bukan peternakan komersial (Suprijatna dkk., 2005). Telur yang ditetaskan haruslah melalui proses seleksi, tidak semua telur tetas dapat digunakan dalam penetasan. Faktor utama yang perlu diperhatikan dalam memilih telur tetas adalah kualitas telur, jika kualitas telur yang akan ditetaskan buruk maka presentase jumlah telur yang menetas rendah. Bobot telur tetas haruslah seragam sehingga besarnya juga seragam, yaitu tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Telur yang terlalu besar menyebabkan kantung udara terlalu kecil untuk perkembangan embrio sehingga telur akan terlambat untuk menetas (Kholis dan Sarwono, 2013). Bobot telur setiap spesies unggas memiliki perbedaan. Faktor yang mempengaruhi bobot telur yaitu lingkungan, genetik, komposisi telur, periode bertelur, umur unggas dan bobot badan induk (Gunawan, 2001). 2.2. Persiapan Penetasan Serangkain kegiatan persiapan penetasan yaitu meliputi seleksi telur tetas, fumigasi telur tetas dan mesin tetas. 2.2.1. Seleksi telur tetas Telur tetas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan pada penetasan. Penyeleksian telur diperlukan pada penetasan, telur diseleksi sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Kriteria telur yang layak ditetaskan yaitu

4 bentuk telur normal tidak terlalu bulat atau lonjong, ukuran dan warna seragam serta ketebalan kulit telur rata dengan tekstur permukaan telur yang halus (Cahyono, 2011). Banyak hal perlu diperhatikan dalam menyeleksi telur. Proses seleksi pada telur tetas, untuk menghasilkan telur dengan kualitas baik maka perlu memperhatikan kebersihan kerabang, keutuhan kerabang, bentuk telur dan bobot telur (Hardjosworo dan Rumkiasih, 2000). Bentuk telur salah satu acuan pada proses seleksi, karena bentuk telur dapat menentukan bobot tetas. Bobot tubuh day old chick yang diperoleh pada akhir penetasan dipengaruhi oleh bentuk dari telur tetas, ukuran besar telur berpengaruh terhadap anak ayam yang menetas (Gillespie, 1992). 2.2.2. Fumigasi telur tetas Salah satu langkah untuk menanggulangi pencemaran bakteri pada telur tetas serta mempertahankan kualitas telur dilakukan sanitasi telur menggunakan metode fumigasi. Metode fumigasi pada telur tetas dilakukan dengan menggunakan gas formaldehyde hasil campuran formalin dengan kalium permangat (Murtidjo, 2005). Fumigasi pada telur tetas merupakan suatu pencegahan agar telur terhindar dari kontaminasi hama, jumur maupun bakteri yang nantinya dapat menggangu perkembangan embrio di dalam telur pada proses penetasan. Telur tetas yang telah diseleksi sebaiknya segera dilakukan fumigasi agar mencegah atau terhindar dari kontaminasi hama, jamur dan bakteri menggunakan formalindan KMnO 4 berkisar 20 menit (Rahayu dkk., 2011).

5 2.2.3. Fumigasi mesin tetas Salah satu persiapan yang dilakukan sebelum memasuki proses penetasan yaitu fumigasi mesin tetas. Ruangan alat penetas sebelum digunakan harus dibersihkan terlebih dahulu dengan cara desinfeksi menggunakan disinfektan yang bertujuan mencegah kontaminasi bakteri melalui mesin tetas (Murtidjo, 2005). Selanjutnya, setelah disinfeksi dilakukan pada mesin tetas, selanjutnya yaitu fumigasi mesin tetas. Fumigasi sebenarnya sama dengan disinfeksi perbedaannya terletak pada sasaran yang disucihamakan. Disinfeksi yaitu penyucihamaan langsung pada mesin tetas, sedangkan fumigasi melalui udara yang tersebar di dalam mesin tetas. Disinfeksi pada mesin tetas menggunakan disinfektan yaitu allcide. Fumigasi pada mesin tetas yang biasa digunakan yaitu kalium permanganat dan formaldehida 40% (Paimin, 2012). 2.3. Temperatur Mesin Tetas Temperatur pada mesin tetas sangat berpengaruh terhadap keberhasilan proses penetasan, karena itu ketika penetasan menggunakan mesin tetas temperatur mesin tetas harus mengacu pada suhu alami pada saat induk ayam mengerami telur tetas. Pengontrolan suhu yang kurang diperhatikan akan dapat menggagalkan proses penetasan telur. Panas dalam ruangan mesin tetas harus selalu dipertahankan sesuai dengan yang dibutuhkan. Temperatur yang terlalu tinggi pada mesin tetas akan memberi dampak buruk bagi anak ayam yang dihasilkan, embrio di dalam telur mengalami dehidrasi sehingga day old chick

6 akan lemah yang dapat menyebabkan kekerdilan dan mortalias yang tinggi (Hartono dan Isman, 2010). Prinsip pengoprasian mesin tetas, suhu harus stabil dan dikontrol secara teratur. Temperatur akan terus meningkat dan menurun ketika telur akan menetas, temperatur yang ideal didalam mesin tetas pada hari ke - 1 sampai hari ke - 19 adalah 37,5 0 C sampai 37,7 0 C dan pada hari ke -20 sampai ke - 21 adalah 36,1 0 C 37, 2 0 C ( Murtidjo, 2005). 2.4. Kelembaban Mesin Tetas Kelembaban merupakan salah satu penentu keberhasilan dalam proses penetasan telur, kelembaban berfungsi untuk menjaga cairan yang terdapat didalam telur. Fungsi cairan didalam telur yaitu melarutkan zat-zat nutrisi dalam telur, dimana zat tersebut digunakan untuk makanan embrio selama berada didalam telur. Kelembaban yang tidak optimal menyebabkan embrio yang terdapat didalam telur tidak dapat memecahkan kerabang yang terlalu keras. Kelembaban yang terlalu tinggi dapat menyebabkan embrio tidak dapat bernafas dan mengalami kematian, disebabkan masukknya air melalui pori-pori kerabang sehingga terjadi penimbunan cairan didalam telur (Hartono dan Isman, 2010). Banyaknya uap air yang berasal dari telur tetas berpengaruh terhadap kelembaban di dalam mesin tetas, sehingga pengawasan kelembaban sangat penting dilakukan pada alat penetas buatan. Kelembaban ideal merupakan kelembaban yang sangat diperlukan pada penetasan telur, supaya embrio bisa berkembang dengan baik. Kelembaban yang ideal pada mesin tetas pada hari ke - 1 sampai ke

7-18 adalah 55-60% dan pada hari ke - 19 sampai ke - 21 adalah dinaikkan menjadi 75% (Kartasudjana dan Suprijatna, 2010). 2.5. Ventilasi Ventilasi juga memegang peranan penting pada proses penetasan yaitu mengatur keluar masuknya udara di dalam mesin, ketika karbodioksida meningkat maka ventilasi akan mengambil oksigenuntuk masuk ke dalam mesin dan membuang karbodioksida keluar. Ventilasi pada mesin tetas harus sesuai agar sirkulasi udara di dalamnya berjalan dengan baik sehingga perkembangan embrio di dalam mesin tetas bertumbuh dengan baik (Paimin, 2012). Ventilasi juga berperan sebagai penyeimbang antara temperatur dan kelembaban. Ventilasi yang tidak baik akan menyebabkan penumpukan karbondioksida yang dapat mengganggu pertumbuhan embrio di dalam telur tetas (Cahyono, 2011). Ketika telur tetas dimasukkan ke dalam mesin tetas, ventilasi harus dalam keadaan tertutup. Menjelang hari keenam dan seterusnya, ventilasi mulai diaktifkan agar terjadi pertukaran gas yang baik yang memberikan dampak yang baik bagi perkembangan embrio. Semakin besar perkembangan embrio di dalam telur, semakin banyak jumlah O 2 yang dibutuhkan. 2.6. Pemutaran Telur Pemutaran telur penting dilakukan agar setiap bagian telur dapat menerima panas secara merata. Pemutaran telur memiliki arah yang berlawanan dengan posisi telur semula. Pemutaran telur berfungsi menyeragamkan suhu permukaan

8 telur dan mencegah menempelnya embrio pada kerabang telur yang akan ditetaskan (Winarto dkk., 2008). Pemutaran telur yang baik akan membantu mengoptimalkan pertumbuhan embrio, sehingga telur yang menetas menghasilkan anak ayam dalam keadaan normal. Posisi pemutaran telur memegang perananan penting dalam suatu proses penetasan. Pemutaran telur dengan frekuensi yang baik akan meberikan hasil yang baik pada hasil akhir penetasan. Pemutaran telur sebaiknya dilakukan satu kali setiap jam, sehingga selama satu hari diperoleh 24 kali putaran. Pemutaran telur dengan kemiringan 45 0 akan akan memberikan hasil yang baik pada proses penetasan ( Murtidjo, 2005). 2.7. Candling Candling merupakan suatu istilah yang biasa digunakan untuk meneropong telur dalam penetasan. Candling merupakan kegiatan pemeriksaan embrio didalam telur yang akan ditetaskan menggunakan bantuan cahaya. Peneropongan dimulai dengan menyalakan lampu listrik. Peneropongan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui keberadaan atau perkembangan embrio yang terdapat didalam telur tetas (Kholis dan Sarwono, 2013). Telur infertil yang terkena cahaya lampu akan tampak terang kemerahan saat candling. Selain mengetahui keberadaan embrio, candling juga berfungsi untuk mengetahui telur fertil dan infertil, serta telur fertil tetapi embrio mati (Wakhid, 2013).

9 2.8. Pull chick Pull chick merupakan serangkaian kegiatan yang dimulai dari pengeluaran dan pengumpulan DOC dari mesin hatcher yang biasa disebut turun ayam, lalu diteruskan dengan proses seleksi. Sebelum proses pull chick dilakukan, terlebih dahulu dilakukan pengecekan terhadap DOC untuk memastikan keseluruhan telah mentas dengan kondisi DOC sudah kering ( Fadilah dkk., 2009). Pada suatu penetasan, seluruh telur menetas biasanya tidak secara bersamaan. Pelaksaan pada pull chick, anak ayam yang baru menetas jangan tergesa- gesa dikeluarkan dari mesin tetas hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya cacat pada anak ayam (Suprijatna dkk., 2005) 2.8.1. Seleksi day old chick Anak ayam yang telah menetas kemudian diseleksi, sekaligus dilakukan pembagian sesuai gradenya. Seleksi anak ayam yang baru menetas merupakan kegiatan memisahkan anak ayam yang baik dengan yang tidak baik kondisinya. DOC yang dapat dijual dengan kualitas baik disebut saleable chick. Anak ayam dengan kualitas baik dapat dikelola dan dikembangkan lebih lanjut, sedangkan yang buruk harus diapkir ( Suprijatna dkk., 2005). Day old chick yang tidak layak dijual memiliki kondisi buruk sebagai contoh yaitu DOC pincang, DOC tidak dapat berdiri dan DOC mata tertutup. Anak ayam yang baru menetas, yang tidak memenuhi syarat dengan kualitas yang baik harus disingkirkan atau dibuang ( Isman dan Hartono, 2010).

10 2.9. Daya Tetas Daya tetas merupakan banyaknya telur fertil yang menetas pada akhir penetasan yang dinyatakan dalam bentuk persen. Banyak faktor yang mempengaruhi daya tetas telur, salah satunya yaitu lama penyimpanan. Telur tetas jika disimpan dalam waktu yang lama akan mengurangi daya tetasnya. Daya tetas telur akan menurun seiring dengan penambahan waktu penyimpanan dan lamanya telur disimpan sebelum ditetaskan (Suharno dan Setiawan, 2012). Lama penyimpanan merupakan salah satu faktor yang menentukan daya tetas dan kematian embrio di dalam telur tetas (Cahyono, 2011).