Alam Minangkabau. Alam Minangkabau terbagi atas dua bagian, yaitu daerah. Luhak Nan Tigo dan daerah Rantau. Luhak Nan Tigo merupakan tiga daerah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. melangsungkan kehidupan bermasyarakat. Seperti yang diamanatkan oleh. masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia baik secara langsung maupun tidak langsung selalu memerlukan

RANCANGAN PERATURAN NAGARI SITUJUAH GADANG Nomor: 03/NSG/2002. Tentang BENTUK PARTISIPASI ANAK NAGARI DALAM PEMBANGUNAN NAGARI

BAB I PENDAHULUAN. tanah ini dengan sendirinya menimbulkan pergesekan- pergesekan. kepentingan yang dapat menimbulkan permasalahan tanah.

4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambaha

SISTEM PEMERINTAHAN NAGARI DI MINANGKABAU SKRIPSI DISUSUN OLEH HENI MELIA SAFITRI

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2018 TENTANG NAGARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN AGAM KECAMATAN BASO NAGARI SIMARASOK Alamat : Anak Ala Jorong Simarasok Kode pos 26192

HASIL WAWANCARA. 4. Hari/Tanggal : Selasa/ 11 September Politik sedang mengadakan riset mengenai tugas dan fungsi Wali Nagari

DAFTAR ISI BAB I. PENGANTAR... 1

etnis- Galundi Nan Baselo. Taratak Dusun Koto Nagari. Mangumpua nan taserak manjapuik nan tatingga. benang merah

LEMBARAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Barat memiliki 19 kabupaten kota,179 kecamatan dan 648 nagari. 1

PEMERINTAHAN KABUPATEN LIMA PULUH KOTA KANTOR WALI NAGARI SITUJUAH GADANG KECAMATAN SITUJUAH LIMO NAGARI

BAB III MONOGRAFI NAGARI AIR DINGIN KABUPATEN SOLOK Letak Geografis dan kependudukan Nagari Air Dingin

BAB II GAMBARAN UMUM NAGARI ARIPAN. oleh para pendiri Nagari dengan akiran an, yang menunjukkan sifat. Jadi Arifan

BAB I PENDAHULUAN. komunitas masyarakat matrilineal paling besar di dunia (Kato, 2005).

FILOSOFI TUNGKU TIGO SAJARANGAN DALAM SISTEM PEMERINTAHAN SUMATERA BARAT

I. PENDAHULUAN. daerah di Indonesia. Sumatera Barat dengan sistem pemerintahan nagari yang. tersendiri yang berbeda dengan masyarakat Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. rasakan atau yang mereka alami. Menurut Damono (2003:2) karya sastra. selama ini tidak terlihat dan luput dari pengamatan.

PERATURAN NAGARI SUNGAI KAMUYANG NOMOR : 05 TAHUN 2003 TENTANG TATA CARA AKAD NIKAH DAN BARALEK KAWIN

BAB I PENDAHULUAN. oleh hukum adatnya masing-masing. Negara telah mengakui hak-hak adat

PERAN KELEMBAGAAN LOKAL ADAT DALAM PEMBANGUNAN DESA

KEPEMIMPINAN BARU DALAM SUKU DI MINANGKABAU (Studi : Masyarakat Nagari Simalidu Kecamatan Koto Salak Kabupaten Dharmasraya) JURNAL OLEH:

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG LOKASI PENELITIAN. kenegerian Rumbio Kociok Banamo Kamaruzzaman Godang Bagolau Datuk

PERANAN KERAPATAN ADAT NAGARI (KAN) DALAM PENYELESAIAN SENGKETA TANAH ULAYAT DI MINANGKABAU (STUDI KASUS DI NAGARI SULIT AIR-KABUPATEN SOLOK)

BAB I PENDAHULUAN. pusaka peninggalan mayit kepada ahli warisnya. 1

BAB I PENDAHULUAN. terdahulu, dan harta ini berada dibawah pengelolahan mamak kepala waris (lelaki

BAB I PENDAHULUAN. Nan Tigo (wilayah yang tiga). Pertama adalah Luhak Agam yang sekarang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V PENUTUP. perkawinan yang pantang oleh adat. Di Kenagarian Sungai Talang yang menjadi

PEMERINTAH KABUPATEN AGAM KECAMATAN BASO NAGARI SIMARASOK Alamat : Anak Ala Jorong Simarasok Kode pos 26192

BAB I PENDAHULUAN. pangan dalam kehidupannya, yaitu dengan mengolah dan mengusahakan

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG TANAH ULAYAT DAN PEMANFAATANNYA

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III PRAKTEK PEWARISAN HARTA PUSAKA TINGGI TIDAK BERGERAK DALAM MASYARAKAT ADAT MINANGKABAU. A. Gambaran Umum Nagari Pariangan Kecamatan Pariangan

BAB IV LARANGAN NIKAH BAYO DALAM MASYARAKAT SIMPANG KALAM KABUPATEN PASAMAN

Analisis metaforis..., Widya, FIB, UI, 2010.

BAB III PELAKSANAAN PEMBAGIAN HAK WARIS PADA MASYARAKAT ADAT MINANGKABAU

Kajian Pakaian penghulu Minangkabau

PERATURAN DAERAH PROPINSI SUMATERA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2007 POKOK-POKOK PEMERINTAHAN NAGARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT

BAB IV PRAKTEK PEWARISAN HARTA PUSAKA TINGGI TIDAK BERGERAK DALAM MASYARAKAT ADAT MINANGKABAU DI NAGARI PARIANGAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II KAMPAR HAK TANAH ULAYAT

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan yang bersifat sentralistik dengan cara mendelegasikan sejumlah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Kata kunci: Nagari, Political Conflict, Ninik Mamak, Alim Ulama, Cerdik Pandai

BAB I PENDAHULUAN. yang dinamakan kematian. Peristiwa hukum tersebut menimbulkan akibat

BAB II LANDASAN TEORI. Bagian ini menjelaskan mengenai teori kepemimpinan dan gaya

PERANAN KERAPATAN ADAT NAGARI ( KAN ) DALAM PENYELESAIAN SENGKETA TANAH HARTA PUSAKO TINGGI DI KENAGARIAN TALANG MAUR PAYAKUMBUH

I. PENDAHULUAN. Motivasi terbesar yang mendasari perjuangan rakyat Indonesia merebut

I. PENDAHULUAN. Pesatnya kemajuan tehnologi di bidang industri akan berdampak positif maupun

I. PENDAHULUAN. oleh penghulu-penghulu suku yang memiliki kewenangan yang sama derajatnya

HASIL WAWANCARA. Konteks Tatap Muka dalam Komunikasi Antarpribadi

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik. daerah untuk melaksanakan urusan pemerintah tertentu.

Tujuan Umum Pembelajaran Mampu berkomunikasi dengan menerapkan prinsip budaya setempat (Minangkabau)

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SISTEM PEMERINTAHAN NAGARI

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB V KABUPATEN AGAM DAERAH AGRARIS. Tabel 5.1 karakteristik Wilayah dan Kependudukan Kabupaten Agam

CERITA RAKYAT DI KECAMATAN 3 NAGARI KABUPATEN PASAMAN ANALISIS STRUKTURAL SKRIPSI


PERATURAN DAERAH PROPINSI SUMATERA BARAT NOMOR : 9 TAHUN 2000 TENTANG

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA NOMOR : 03 TAHUN 2009 TENTANG ETIKA DAN TATA TERTIB PERGAULAN MAHASISWA DI KAMPUS

DAFTAR PUSTAKA. A.A Navis, Alam Terkembang Jadi guru :Adat dan Kebudayaan Minangkabau, ( Jakarta PT. Pustaka Grafitipers, 1986).

BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG KENAGARIAN GADUT KECAMATAN TILATANG KAMANG KABUPATEN AGAM

Analisis Hukum Islam Terhadap Pembagian Waris Dalam Adat Minang (Studi Kasus Di Desa Biaro Gadang, Sumatera Barat)

KEPASTIAN HUKUM BAGI TANAH ULAYAT MASYARAKAT MINANGKABAU DI SUMATERA BARAT Oleh: Ridho Afrianedy,SHI, Lc (Hakim PA Sungai Penuh)

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan beragam etnis dan budaya. Terdiri

JURNAL PENYELESAIAN SENGKETA TANAH ULAYAT DI KERAPATAN ADAT NAGARI KECAMATAN LUBUK BEGALUNG KOTA PADANG. Oleh: P R I M A Z O L A NPM:

BAB 11 PROFIL DESA KOTO PERAMBAHAN. Kampar Timur Kabupaten Kampar. Menurut beberapa tokoh masyarakat, Desa

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. oleh sebagian masyarakat pedesaan. Namun masih banyak wilayah pedesaan yang

Nan Tasirek Dalam Balai Adat

HASIL DAN PEMBAHASAN

ADOPSI HUKUM ADAT MATRILINEAL AKIBAT HUKUM ADOPSI 15/03/2018

BAB IV PENERAPAN HAK-HAK MASYARAKAT HUKUM ADAT TERHADAP PENGELOLAAN HUTAN DI INDONESIA. Undang-Undang Dasar 1945 mengakui keberadaan Masyarakat Hukum

PERGESERAN PERAN NINIK MAMAK DALAM MEMBIMBING KEMENAKAN DI KENAGARIAN LUBUK JANTAN KABUPATEN TANAH DATAR. Roza Oktavia dan Yoskar Kadarisman

BAB I PENDAHULUAN. prinsip matrilineal. Prinsip matrilineal maksudnya adalah mengikuti garis

KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER DALAM ADAT MINANGKABAU. Rahima Zakia

TENTANG LAMBANG DAERAH KABUPATEN SOLOK SELATAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR NOMOR 4 TAHUN 2008 T E N T A N G NAGARI

LAPORAN PERKEMBANGAN STOK BENIH 10 (SEPULUH) HARIAN

Rajo Tigo Selo. Rabu, 11/06/ :16 WIB

PEMERINTAH KABUPATEN LIMA PULUH KOTA KANTOR WALI NAGARI SITUJUAH GADANG KECAMATAN SITUJUAH LIMO NAGARI

HOTEL RESORT DI KAWASAN WISATA ISTANO BASA PAGARUYUNG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PARIAMAN,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, suami istri memikul suatu tanggung jawab dan kewajiban.

DAFTAR ISIAN PEMETAAN SOSIAL MASYARAKAT HUKUM ADAT (MHA) (IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI MHA SERTA MASALAH SOSIALNYA) KEBERADAAN MHA

PENYULUHAN DAN PELATIHAN PERLENGKAPAN PROSESI ADAT PERKAWINAN KANAGARIAN NAN XX KOTA PADANG

BAB I PENDAHULUAN. tapi juga dalam kehidupan bermasyarakat. Perkawinan merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. dan memiliki budaya yang berbeda-beda. Banyaknya perbedaan dari masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. Minangkabau mempunyai generasi penerus yang merupakan parik paga

BERGESERNYA FUNGSI DAN PERANAN PEMlMPlN ADAT Dl MINANGKABAU (Studi Kasus di Padang Pariaman- Sumatera Barat)

BERGESERNYA FUNGSI DAN PERANAN PEMlMPlN ADAT Dl MINANGKABAU (Studi Kasus di Padang Pariaman- Sumatera Barat)

BAB I PENDAHULUAN. jumlah suku bangsa atau kelompok etnik yang ada. Akan tetapi ahli hukum adat

BAB I PENDAHULUAN. kaum ditentukan oleh luasnya tanah yang dimiliki.1. Minangkabau sampai saat ini adalah manggadai. Di Minangkabau sendiri

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara tradisional, daerah-daerah dalam pengaruh Minangkabau disebut Alam Minangkabau. Alam Minangkabau terbagi atas dua bagian, yaitu daerah Luhak Nan Tigo dan daerah Rantau. Luhak Nan Tigo merupakan tiga daerah utama di Sumatera Barat, yaitu Luhak Tanah Datar, Luhak Agam, dan Luhak Lima Puluh Kota. Di luar daerah inti Minangkabau terdapat rantau, yakni pemukiman yang berada di pinggiran yang keberadaannya berbatasan dengan dunia luar dan melaluinya ide-ide dan kebiasaan-kebiasaan baru diperkenalkan kepada Alam (Kato, 2005:187). Wilayah Minangkabau memiliki sistem kepemimpinan yang berbeda dengan daerah lain yang ada di Indonesia. Sistem kepemimpinan pertamakali dikenal dengan unsur Urang Nan Ampek Jinih yang terdiri dari Penghulu, Manti, Dubalang dan Malin. Namun, setelah Minangkabau ditaklukan Belanda jabatan manti dan dubalang dihapus sesuai dengan struktur pemerintahan desa yang dibangun pada masa itu, sedangkan peranan Malin diganti dengan Ulama. Semenjak itu sampai sekarang unsur Urang Nan Ampek Jinih berubah menjadi Penghulu, Alim Ulama dan Cerdik Pandai yang ideal dikenal dengan konsep Tungku Tigo Sajarangan atau Tali Nan Tigo Sapilin (Navis, 1984:144). Namun demikian unsur Urang Nan Ampek Jinih masih bertahan di Nagari Tanjung Alam bersama dengan Tungku Tigo Sajarangan dan menjalankan tugas bersama sesuai dengan peran dan fungsinya masing-masing. 1

Pertama, Penghulu merupakan fungsional adat yaitu orang yang bertugas mengurus semua urusan adat dan sebagai pemegang sako secara turun temurun. Pada hakekatnya penghulu berada di pintu adat atau disebut dengan pemimpin adat. Kedua, Alim Ulama yaitu orang yang bertugas membantu penghulu dalam urusan agama. Alim ulama dikenal sebagai suluah bendang dalam nagari dan pada hakekatnya alim ulama berada di pintu syarak. Ketiga, Cerdik pandai merupakan orang yangmenguasai ilmu, baik ilmu adat, ilmu agama, maupun ilmu pengetahuan yang mencari kebenaran dan berusaha menegakkan kebenaran di tengah masyarakat, serta memajukan ilmunya untuk kemajuan masyarakat nagari. Pada hakekatnya cerdik pandai berada di pintu ilmu (Dt. Perpatih Nan Tuo, (eds), 2002: 95-96). Kepemimpinan penghulu dalam kaum sesuai dengan rumusan adat, jadi penghulu sakato adat, jadi rajo sakato daulat (jadi penghulu sepakat kaum, jadi raja sepakat daulat). Artinya, seorang penghulu diangkat apabila ada kesepakatan dari kaum, sedangkan seorang raja diangkat apabila ia memegang kekuasaan di dalam kerajaan. Sebagai pemimpin yang diangkat oleh kaumnya maka seorang penghulu berkewajiban sebagai pelindung bagi sesama anggota kaumnya serta bertanggung jawab agar nilai martabat masyarakatnya tetap suci (Anwar, 1997:33). Setelah memenuhi berbagai persyaratan untuk dapat menduduki jabatan penghulu, maka seseorang yang terpilih menjadi penghulu akan diikat lagi dengan berbagai larangan dan pantangan. Maksudnya adalah menghindari perbuatan yang bertentangan dan menyimpang dari Syarak (Islam), adat Minangkabau serta 2

perbuatan yang dapat merendahkan harkat dan martabat kepemimpinannya. Adapun perbuatan yang dapat merendahkan harkat dan martabat seorang penghulu diungkapkan dengan: "Hilie malonjak, mudiak mangacau. Kiri kanan mamacah parang. Mangusuik alam nan salasai, mangaruah aia nan janiah. Bapaham bak kambiang dek ulek karano miskin pado budi. Barundiang bak sarasah tajun karano takabua dalam hati. Mangubahi lahie jo batin, maninggakan sidiq jo tabalig. Mamakai cabuah sio-sio,kato nan lalu lalang bak cando mambaka buluah. Rundiang bak marandang kacang sabab lidah tak batulang. Artinya, hilir melonjak, mudik mengacau. Kiri kanan menimbulkan masalah. Mengusut persoalan yang telah selesai dan memperkeruh air yang telah jernih. Memiliki paham seperti kambing dihinggapi ulat karena miskin budi. Berbicara seperti air terjun karena memiliki sifat sombong. Mengubah yang lahir menjadi batin, mengandung dendam dan kesumat, dan suka menuhuk kawan seiring. Meninggalkan sidiq dan tabliqh yaitu suka lari dari kebenaran, tidak mau menurut jalan yang lurus, dan suka berbohong. Memakai cabul sia-sia atau mengerjakan pekerjaan yang sia-sia seperti suka mengganggu istri orang dan berbicara yang kotor-kotor. Perkataannya seperti membakar buluh yaitu berkata semaunya saja, tidak peduli orang akan tersinggung. Rundingannya seperti orang merendang kacang, hal ini disebabkan karena lidahnya tidak bertulang, setiap orang dipandang enteng, dan menganggap tidak ada lagi orang yang lebih hebat dan pintar darinya. Jadi, makna yang terkandung dalam pepatah tersebut adalah seorang penghulu dilarang untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang 3

menimbulkan keresahan, masalah, dan kekacauan dalam masyarakat (Hakimy, 1984:79). Seorang penghulu adalah andiko dari kaumnya atau raja bagi kemenakannya, berfungsi sebagai kepala pemerintah, menjadi pemimpin dan sebagai teladan di dalam kaumnya serta menjadi jaksa dan pembela terhadap berbagai perkara yang datang dari luar kaum. Sebagai pemimpin kaum seorang penghulu bertugas dan bertanggung jawab memelihara keselamatan dan kesejahteraan kaumnya sesuai dengan hukum dan kelaziman. Sebagaimana yang diungkapkan pepatah bahwa seorang penghulu itu ibarat kayu gadang ditangah padang, ureknyo tampek baselo, dahannyo tampek bagantuang, daunnyo tampek balinduang, batangnyo tampek basanda (kayu besar di tengah padang, uratnya tempat bersila, dahannya tempat bergantung, daunnya tempat berlindung, batangnya tempat bersandar) (Navis, 1984:139). Disamping tugas-tugas yang harus dilaksanakan oleh seorang penghulu juga ada kewajiban yang tidak boleh ditinggalkan. Pertama adalah manuruik alua nan luruih yaitu tiap-tiap sesuatu yang akan dilaksanakan hendaklah menurut garis-garis kebenaran yang telah digariskan oleh adat. Kedua, manampuah jalan nan pasa, yaitu peraturan-peraturan yang harus dilaksanakan dalam kehidupan masyarakat, seorang penghulu harus taat dan melaksanakan apa yang telah ditetapkan oleh agama dan adat dan tidak boleh menyimpang dari aturan yang ada. Ketiga, mempunyai tangan harato pusako dan memelihara anak kemenakan, dimana seorang penghulu harus bisa menjaga semua harta pusaka yang dimiliki 4

oleh kaummnya dengan tujuan untuk kepentingan bersama dan memperhatikan anak kemenakan agar tidak berperilaku menyimpang (Navis, 1984:139). Seorang penghulu juga memiliki keterkaitan dengan nagari. Nagari merupakan kediaman utama yang dianggap sebagai pusat aktivitas sebuah desa. Secara formal yang menjadi pemimpin di Minangkabau adalah penghulu. Sebagai pemimpin dalam masyarakat, seorang penghulu harus mampu membawa anggota kaumnya ke jalan yang benar demi tercapainya kesejahteraan dan ketentraman serta membimbingnya untuk mematuhi aturan-aturan hukum yang berlaku. Penghulu atau pemimpin dalam masyarakat Minangkabau harus menjadi contoh teladan bagi anggota masyarakat terutama anak kemenakannya, berkelakuan baik dan bertanggung jawab. Namun kenyataan ditemukan saat ini banyak terjadi perubahan dan pergeseran terhadap kedudukan dan peran penghulu di Minangkabau, bahkan perbuatan dan tingkah laku penghulu sudah mulai menyimpang. Banyak kasus perilaku menyimpang yang dilakukan oleh penghulu pada saat ini, seperti yang terjadi di Solok pada tahun 2002 yaitu seorang yang bergelar datuak (Penghulu) memperkosa seorang dokter gigi pada suatu malam saat mengantar sang dokter menuju daerah paninjauan di Solok (http://www.rantaunet.com), melakukan perbuatan maksiat, perselingkuhan, menjual harta pusaka tinggi tanpa seizin anggota kaum, berjudi dan bekelahi. Salah satu nagari yang berada dalam cakupan wilayah Minangkabau yang memiliki banyak suku dan gelar penghulu yang beragam adalah Nagari Tanjung Alam yang berada daerah Luhak Nan Tuo yaitu Kabupaten Tanah Datar. Nagari Tanjung Alam memiliki lima suku yang dibagi ke dalam 16 sub suku yang 5

terdapat dalam 12 jorong. Setiap suku yang ada tidak hanya memiliki satu orang penghulu saja, akan tetapi setiap suku dibagi lagi menjadi beberapa bagian atau sub suku dan dipimpin oleh beberapa orang penghulu. Setiap penghulu berkewajiban memimpin anak kemenakan dan anggota kaumnya dan bertanggung jawab kepada KAN sebagai lembaga yang bertugas mengurus masalah adat di Nagari Tanjung Alam. Jumlah penghulu secara keseluruhan yang ada di Nagari Tanjung Alam berjumlah 309 orang. Namun karena berbagai hal sehingga sampai saat ini penghulu yang masih aktif (masih hidup) di Nagari Tanjung Alam berjumlah 197 orang dan 112 orang yang lainnya sudah meninggal dunia dan belum diangkat penggantinya (Sako Nan Balipek). Tabel 1.1 Penghulu Suku di Nagari Tanjung Alam No Nama Suku Jumlah Penghulu Belum ada Pengganti Masih Aktif (Sako Nan Balipek) 1. Bodi 5 1 2. Caniago 9 28 3. Singkuang 12 30 4. Kutianyir 5 10 5. Jambak 8 7 6. Mandahiliang 12 10 7. Salo 2 4 8. Piliang Laweh 14 21 9. Piliang Sani 6 34 10. Parit Cancang 3 7 11. Dalimo 7 6 12. Guci 6 13 13. Tanjuang 4 7 14. Pisang 8 5 15. Simabua 4 7 16. Sikumbang 7 7 Jumlah 112 197 Sumber: Data Sekunder (2014) 6

Dari 197 orang jumlah penghulu yang masih aktif di Nagari Tanjung Alam, berdasarkan observasi dan data yang diperoleh, ditemukan tiga orang penghulu yang berperilaku menyimpang yaitu, berselingkuh dengan istri orang lain, menjual harta pusaka tinggi tanpa izin keluarga perempuan (dunsanak) yang hasilnya tidak dibagi, dan berkelahi. Tabel 1.2. Perilaku Menyimpang Penghulu No Nama Suku Bentuk Penyimpangan Tahun Kejadian 1. Datuak X Jambak Perselingkuhan 2011 2. Datuak Y Dalimo Perselingkuhan 2012 3. Datuak Z Salo - Menjual harta pusaka 2009 tinggi tanpa izin - Berkelahi 2013 Sumber : Data Primer (2014) Dari gambaran dan penjelasan diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang permasalahan ini karena dalam kehidupan bermasyarakat di Minangkabau terutama di Nagari Tanjung Alam, seorang penghulu adalah orang yang mengontrol dan mengendalikan perbuatan anak kemenakan dan warga masyarakat supaya tidak menyimpang dan tidak terlepas dari norma-norma yang mengikat kehidupan bersama. Namun kenyataannya seorang penghulu melakukan perbuatan yang menyimpang. Oleh karena itu penulis ingin melihat tentang kontrol sosial masyarakat terhadap penghulu yang berperilaku menyimpang tersebut. 1.1. Perumusan Masalah Penghulu sebagai pemimpin, kedudukan dan peranannya sangat besar di tengah-tengah masyarakat Minangkabau. Penghulu dikatakan juga tiang nagari, 7

kuat penghulu maka kuat pulalah nagari, sehingga segala sesuatu yang terjadi dalam masyarakat erat kaitannya dengan fungsi seorang penghulu. Penghulu harus menghindari pekerjaan dan perbuatan yang dilarang oleh agama seperti sirik, perbuatan maksiat, mencuri, mabuk, dan berjudi. Kemudian pekerjaan dan sifat yang dilarang oleh adat yaitu pekerjaan yang menyimpang dari alur dan patut seperti perbuatan yang memecah belah orang berkeluarga, menimbulkan huruhara, berkelahi, melakukan kekerasan serta perbuatan yang menimbulkan kerugian dalam kaum seperti menjual harta pusaka kaum. Selain itu penghulu juga berkewajiban mengontrol perilaku anak kemenakan dan warga masyarakat agar tidak menyimpang. Akan tetapi seiring dengan perkembangan zaman dan perubahan dalam masyarakat, perbuatan dan perilaku menyimpang yang harus dihindari oleh seorang penghulu sudah tidak diindahkan lagi dalam konteksnya sebagai pemimpin. Dengan demikian, maka terjadi pula perubahan terhadap pelaksana kontrol sosial, yaitu kontrol sosial yang seharusnya dilaksanakan oleh penghulu, sekarang dilakukan oleh masyarakat. Oleh karena itu dapat dirumuskan permasalahan penelitian dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut: Bagaimana kontrol sosial masyarakat terhadap penghulu yang berperilaku menyimpang? 1.3. Tujuan Penelitan 1.3.1. Tujuan Umum Berdasarkan latar belakang di atas maka tujuan umum dari penelitian ini adalah mendeskripsikan kontrol sosial masyarakat terhadap penghulu yang berperilaku menyimpang di Nagari Tanjung Alam, Kecamatan Tanjung Baru. 8

1.3.2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan bentuk-bentuk kontrol sosial masyarakat terhadap penghulu yang berperilaku menyimpang b. Mendeskripsikan bentuk-bentuk sanksi sosial yang diberikan masyarakat terhadap penghulu yang berperilaku menyimpang. 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Akademik Penelitian ini dapat memberikan kontribusi ilmu terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya yang berhubungan dengan disiplin ilmu sosial, terutama dalam kajian tentang masyarakat dan kebudayaan Minangkabau 1.4.2. Manfaat Praktis 1. Penelitian ini dapat menjadi masukan bagi peneliti lainnya khususnya bagi pihak-pihak yang tertarik untuk meneliti permasalahan ini lebih lanjut. 2. Bahan informasi dan pedoman bagi masyarakat dan pemerintah nagari untuk mempertimbangkan dan memperhitungkan berbagai hal demi menghindari perbuatan-perbuatan yang menyimpang dari norma yang berlaku dalam wilayah adat Minangkabau. 3. Bahan pertimbangan bagi lembaga KAN untuk mengendalikan tingkah laku anggotanya agar dapat menjalankan tugasnya sebagai seorang penghulu dalam masyarakat sesuai dengan aturan-aturan yang ada. 9