BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Pengumpulan/ Penyajian Data Dasar Secara Lengkap Pengkajian kasus By Ny A dengan asfiksia sedang di RSUD Karanganyar dilakukan dengan manajemen 7 langkah Varney. Pada langkah pertama yaitu pengumpulan data dasar didapatkan bahwa pasien bernama By Ny A umur 1 menit, lahir pada tanggal 29 Mei 2014 pukul 17.20 WIB. Nama ibu, Ny A umur 20 tahun, hari pertama haid terakhir ibu tanggal 15 Agustus 2013 dengan usia kehamilan 41 minggu. Bayi Ny A lahir secara spontan dengan induksi atas indikasi KPD 10 jam. Bayi tampak lemah, tidak menangis kuat, ekstremitas tampak kebiruan, lemas dan nafas megap-megap dengan skor APGAR 1 menit pertama adalah 6. Berat badan bayi terlihat lebih kecil dari ukuran normal 2. Interprestasi Data Dasar Tanggal : 29 Mei 2014 Pukul : 17.21 WIB a. DIAGNOSA KEBIDANAN By Ny A umur 1 menit dengan asfiksia sedang 38
39 Data Dasar DS : Ibu mengatakan baru saja melahirkan anak pertamanya pukul 17.20 WIB pada tanggal 29 Mei 2014 dengan jenis kelamin perempuan DO : KU : Lemah Inspeksi : Bayi tidak menangis kuat, ekstremitas tampak kebiruan, nafas megap-megap, Berat badan bayi lebih kecil dari ukuran normal Skor APGAR 1 = 6 b. MASALAH 1) Masih terdapat sekret dalam mulut dan hidung 2) Nafas belum teratur 3) Kekurangan oksigen Dasar 1) Usaha napas megap-megap 2) Ekstremitas berwarna biru c. KEBUTUHAN Resusitasi awal, jika kondisi bayi masih buruk dilanjutkan VTP, kompresi dada, intubasi endotrakeal, resusitasi kimia.
40 3. Identifikasi Diagnosa Atau Masalah Potensial/ Diagnosa Masalah Potensial/ Diagnosa Potensial dan mengantisipasi Penanganannya Diagnosa potensial : Asfiksia berat Antisipasi tindakan oleh bidan: Resusitasi dan Observasi skor APGAR 4. Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera Kolaborasi dengan Dokter Spesialis Anak untuk pemberian terapi dan tindakan 5. Menyusun Rencana Asuhan Yang Menyeluruh Tanggal : 29 Mei 2014 Pukul: 17.21 WIB a. Potong dan ikat tali pusat b. Menyelimuti bayi c. Lakukan tindakan resusitasi tahap awal d. Observasi Skor APGAR bayi menit ke 5 e. Lakukan pemeriksaan fisik, refleks, dan antropometri f. Lakukan identifikasi bayi. g. Observasi Skor APGAR bayi menit ke 10 h. Lakukan pemeriksaan keadaan umum dan vital sign bayi i. Jaga kehangatan bayi j. Lakukan advice dokter spesialis anak untuk pemberian terapi dan tindakan selanjutnya : 1) Rawat di Ruang Dahlia (PICU/NICU) dan rawat dalam boks hangat 2) Berikan injeksi cefotaxime 125mg/12 jam
41 k. Berikan injeksi vitamin K 1 1 mg IM di paha kiri anterolateral 6. Pelaksanaan Langsung Asuhan Dengan Efisien Dan Aman Tanggal : 29 Mei 2014 Pukul : 17.21 WIB a. Memotong dan mengikat tali pusat dengan umbilical cord (17.21 WIB). b. Menyelimuti bayi menggunakan kain kering, tidak sampai menutupi muka dan dada (17.21 WIB). c. Meletakkan bayi pada meja resusitasi dan melakukan tindakan resusitasi, antara lain : 1) Mengatur posisi kepala bayi sedikit ekstensi dengan mengganjal lipatan handuk kecil di bahu (17.21 WIB). 2) Membersihkan jalan napas pada mulut dan hidung bayi dengan menghisap lendir pada mulut dan hidung dengan menggunakan suction (17.22 WIB). 3) Mengeringkan bayi dan memberikan rangsangan taktil dengan mengusap punggung dan menepuk telapak kaki bayi (17.22 WIB) 4) Mengatur kembali posisi kepala bayi sedikit ekstensi ( 17.22 WIB) 5) Menilai bayi kembali (17.23 WIB). d. Mengobservasi Skor APGAR menit ke 5 (17.25 WIB) e. Melakukan pemeriksaan fisik (head to toe), pemeriksaan refleks dan mengukur antropometri (17.26 WIB)
42 f. Melakukan identifikasi bayi berupa stempel telapak kaki kanan dan kiri bayi dan memasang gelang identitas pada tangan kiri bayi (17.30 WIB). g. Mengobservasi Skor APGAR menit ke 10 (17.30 WIB) h. Melakukan pemeriksaan vital sign bayi (17.31 WIB) i. Menjaga kehangatan bayi dengan memberi pakaian bayi dan bedong (17. 34 WIB) j. Melakukan advice dokter spesialis anak untuk pemberian terapi dan tindakan yaitu: 1) Memindahkan bayi ke ruang Dahlia (PICU/NICU) dan merawat bayi dalam boks hangat (17.40 WIB) 2) Memberikan injeksi cefotaxime 125 mg/12 jam (17.43 WIB) k. Memberikan injeksi vit K 1 Phytomenadione 1 mg di paha kiri anterolateral bayi (17.45 WIB) 7. Evaluasi Tanggal : 29 Mei 2014 Pukul :17. 50 WIB a. Tali pusat bayi telah di potong dan diikat dengan klem tali pusat. b. Bayi dalam keadaan terbungkus kain kering. c. Bayi telah diletakkan di meja resusitasi. Dilakukan resusitasi tahap awal pada bayi; hasil bayi menangis, nafas belum teratur, tubuh kemerahan ekstremitas biru.
43 d. Hasil observasi Tabel 4.1 APGAR Skor By Ny A Menit ke 5 Tanda 0 1 2 5 I Warna Kulit Frekuensi Jantung Biru/ pucat Tidak ada Tubuh kemerahan, ekstremitas biru Kurang dari 100x/ menit Tubuh dan ekstremitas kemerahan Lebih dari 100x/ menit 1 2 Reflek Tidak ada Gerakan sedikit Tonus otot Lumpuh Ekstrimitas fleksi sedikit Usaha Napas Tidak ada Lambat, tidak teratur Menangis 1 Gerakan aktif 1 Menangis kuat 2 JUMLAH 7 e. Telah dilakukan pemeriksaan head to toe, pemeriksaan refleks dan pengukuran antropometri dengan hasil: 1) Pemeriksaan Fisik a) Kepala : Bentuk mesochepal, tidak ada caput succedanum, tidak ada chepal hematoma b) Muka : Tidak ada oedema c) Mata : Simetris antara kanan dan kiri, sklera berwarna putih (tidak ikterik), conjunctiva merah muda (tidak anemis) d) Telinga : Simetris antara kanan dan kiri, tidak ada serumen e) Hidung: Berlubang, tidak ada polip
44 f) Mulut : Tidak ada labioskisis ataupun labiopalatoskisis g) Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid maupun kelenjar limfe, tidak teraba massa h) Dada : Puting susu simetris antara kanan dan kiri i) Perut : Tali pusat masih basah, tidak ada perdarahan j) Ekstremitas: Simetris, jari tangan dan kaki lengkap, berwarna biru, sedikit gerakan k) Genetalia: Labia mayora menutupi labia minora, tidak ada kelainan 2) Pemeriksaan Refleks a) Reflek moro : Ada, bayi memperlihatkan gerakan seperti memeluk ketika dirangsang. b) Reflek rooting : Ada, bayi menoleh ke arah rangsangan ketika sudut mulut bayi disentuh. c) Reflek sucking : Ada, ketika disusui bayi menghisap namun tidak kuat dan hanya sebentar kemudian hisapannya dilepas. d) Reflek tonick neck: Ada, kaki bayi bergerak keluar ketika kepala bayi digelengkan ke salah satu sisi.
45 3) Antropometri a) Lingkar kepala : 31 cm b) Lingkar dada : 32 cm c) Berat badan : 2400 gram d) Panjang badan : 49 cm f. Identifikasi bayi telah dilakukan dengan mendokumentasikan stempel telapak kaki kiri dan kanan bayi dan memasang gelang identitas berwarna merah muda pada tangan kiri bayi g. Hasil observasi Tabel 4.2 APGAR Skor By Ny A Menit ke 10 Tanda 0 1 2 5 I Warna Kulit Frekuensi Jantung Biru/ pucat Tidak ada Tubuh kemerahan, ekstremitas biru Kurang dari 100x/ menit Tubuh dan ekstremitas kemerahan Lebih dari 100x/ menit 2 2 Reflek Tidak ada Gerakan sedikit Tonus otot Lumpuh Ekstrimitas fleksi sedikit Usaha Napas Tidak ada Lambat, tidak teratur Menangis 1 Gerakan aktif 2 Menangis kuat 2 JUMLAH 9 h. Hasil pemeriksaan: Frekuensi Jantung : 124 x/menit Suhu : 36,4 o C Pernafasan : 45 x/menit i. Bayi telah telah dibedong
46 j. Telah dilakukan advice dokter spesialis anak untuk tindakan dan terapi selanjutnya. Hasil: 1) Bayi telah dipindahkan ke Dahlia (PICU/NICU) dan dirawat dalam boks hangat 2) Injeksi cefotaxime 125 mg/12 jam telah diberikan pada paha kanan anterolateral bayi k. Injeksi vit K 1 Phytomenadione 1 mg telah diberikan pada paha kiri anterolateral bayi Catatan Perkembangan I Pada hari ke 0 dilakukan observasi pada pukul 19.30 WIB pada tanggal 29 Mei 2014 di bangsal Dahlia. Bidan mengatakan bahwa bayi menangis kuat, bergerak cukup aktif, bayi belum BAB dan BAK. Dari data obyektif, dilakukan pemeriksaan dengan hasil keadaan umum bayi baik, denyut jantung bayi 134x/menit, pernafasan 50x/menit, suhu 36, 6 C, warna kulit bayi kemerahan, tidak kuning, tidak sianosis, tidak ada retraksi, reflek menghisap bayi sedang dan bayi berada di dalam box hangat. Skor APGAR menit ke 5 dan ke 10 adalah 7 dan 9. Sehingga didapatkan assessment By Ny A umur 0 hari dengan riwayat asfiksia sedang. Dilakukan perencanaan yaitu melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk pemberian terapi dan tindakan dengan hasil dokter
47 memberikan advice melanjutkan terapi injeksi cefotaxime 125 mg/12 jam secara intra muscular dan dirawat di box hangat. Kemudian mengobservasi BAB dan BAK dengan hasil bayi telah BAK 1x warna kuning jernih daan BAB 1x mekonium pada pukul 21.15 WIB, warna kehitaman konsistensi lembek. Kemudian menjaga kenyamanan dan kehangatan bayi dengan mengganti kain pengalas dengan yang bersih dan mengganti popok bayi jika basah. Serta melakukan pencegahan infeksi dengan mencuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi. Dan mendokumentasikan semua tindakan dalam rekam medis. Catatan Perkembangan II Pada hari pertama dilakukan kembali observasi pukul 06.00 WIB pada tanggal 30 mei 2014 di bangsal dahlia. Bidan mengatakan bahwa bayi menangis kuat, bergerak aktif, BAK 2x dan belum minum. Dan data obyektif, dilakukan pemeriksaan dengan hasil keadaan umum bayi baik, frekuensi jantung bayi 124 x/menit, pernafasan 44x/menit, suhu 36, 8 C, warna kulit bayi kemerahan, tidak kuning, tidak sianosis, tidak ada retraksi, reflek menghisap bayi sedang dan bayi berada di dalam box hangat. Sehingga didapatkan assessment By Ny A umur 1 hari dengan riwayat asfiksia sedang. Dilakukan perencanaan yaitu menjaga personal hygiene dengan memandikan bayi pada pagi hari, melakukan perawatan tali pusat serta mengganti pakaian bayi. Kemudian menjaga kehangatan bayi dengan
48 membedong bayi. Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk pemberian terapi dan tindakan dengan hasil memberikan advice melanjutkan terapi injeksi cefotaxime 125 mg/12 jam secara intra muscular dan ASI on demand. Kemudian bayi mulai disusukan ASI secara On demand dengan hasil reflek hisap bayi sedang dan ASI belum keluar lancar. Melakukan observasi vital sign dengan hasil pada pukul 12.00 WIB keadaan umum baik, denyut jantung 136x/menit, pernafasan 44x/menit, suhu 36,8 c, pada pukul 18.00 WIB keadaan umum baik, frekuensi jantung 124x/menit, pernafasan 48x/menit dan suhu 36,8 C. Melakukan pencegahan infeksi dan mendokumentasikan tindakan. Catatan Perkembangan III Pada hari kedua dilakukan observasi pada pukul 06.00 WIB pada tanggal 31 Mei 2014 di bangsal dahlia. Bidan dan Ny A mengatakan bahwa bayi menangis kuat, bergerak aktif, BAK 7x, BAB 2x menghisap kuat. Dan dari data obyektif, dilakukan pemeriksaan dengan hasil keadaan umum bayi baik, frekuensi jantung bayi 128x/menit, pernafasan 42x/menit, suhu 36, 8 C, warna kulit bayi kemerahan, tidak kuning, tidak sianosis, tidak ada retraksi, reflek menghisap bayi kuat dan bayi berada di dalam box Sehingga didapatkan assessment By Ny A umur 2 hari dengan riwayat asfiksia sedang. Dilakukan perencanaan menjaga personal hygiene dengan memandikan bayi pada pagi hari, melakukan perawatan tali pusat serta mengganti
49 pakaian bayi. Kemudian menjaga kehangatan bayi dengan membedong bayi. Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk pemberian terapi dan tindakan dengan hasil memberikan advice bahwa bayi diperbolehkan pulang pada hari itu. Sebelum pulang bayi mendapatkan imunisasi HB 0 dan ibu mendapatkan penyuluhan mengenai ASI Esklusif. Dan menganjurkan ibu untuk kontrol ulang 1 minggu lagi. B. Pembahasan Pada kasus ini, penulis akan membahas mengenai asuhan kebidanan bayi baru lahir pada By Ny A umur 1 menit dengan asfiksia sedang di RSUD Karanganyar dengan menggunakan manajemen kebidanan 7 langkah Varney beserta 5 langkah SOAP sebagai data perkembangannya. 1. Pengumpulan Data Dasar secara Lengkap Berdasarkan pengumpulan data subjektif ditemukan kelainan atau masalah pada riwayat persalinan sekarang yaitu diperoleh data bahwa bayi lahir dengan induksi atas indikasi KPD 10 jam dan air ketuban keruh. Hal ini merupakan salah satu yang menjadi faktor resiko terjadinya asfiksia bayi baru lahir (Kosim, 2012). Kemudian juga didapatkan tanda-tanda bayi dengan asfiksia sedang yaitu skor APGAR pada menit pertama adalah 6 yang ditandai dengan pernapasan lambat dan tidak teratur, denyut jantung >100 x/menit dan ekstremitas bayi berwarna biru.
50 Hal ini sesuai dengan teori Dewi (2010) yang menyebutkan bahwa gejala asfiksia sedang skor APGAR 4-6. Ditandai pula dengan warna tubuh kemerahan ekstremitas biru, frekuensi jantung lebih dari 100 x/menit, gerakan sedikit, tonus otot kurang baik, napas megap-megap. Dapat diambil kesimpulan pada tahap pengumpulan data dasar tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan kasus nyata yang penulis kaji. 2. Interpretasi Data Dasar Diagnosis kebidanan yang dapat ditegakkan pada kasus ini adalah Bayi Ny A umur 1 menit dengan asfiksia sedang. Diagnosis kebidanan tersebut dapat ditegakkan berdasarkan data-data yang diperoleh, di mana data tersebut sesuai dengan teori Dewi (2010). Masalah yang muncul pada kasus ini adalah masih terdapat secret dalam mulut dan hidung, nafas belum teratur, kekurangan oksigen. Dasar dari masalah tersebut adalah usaha napas megap-megap dan ekstremitas berwarna biru. Dalam masalah ini bayi membutuhkan resusitasi awal, jika kondisi bayi masih buruk dilanjutkan VTP, kompresi dada, intubasi endotrakeal dan resusitasi kimia. Hal ini sudah sesuai dengan teori Dewi (2010) dan Rahardjo (2012) yang menyebutkan bahwa masalah yang dapat muncul pada kasus asfiksia sedang adalah sekret dalam mulut dan hidung, nafas belum teratur, kekurangan oksigen. Dan kebutuhan bayi sudah sesuai dengan teori Winkjosastro (2009), Drew (2009), Varney (2008) bahwa kebutuhan pada kasus ini adalah resusitasi awal, jika kondisi bayi masih
51 buruk dilanjutkan VTP, kompresi dada, intubasi endotrakeal dan resusitasi kimia. Sehingga pada tahap ini penulis tidak menemukan kesenjangan. 3. Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial atau Diagnosa Potensial dan Mengantisipasi Penanganannya Diagnosa potensial pada By Ny A dengan asfiksia sedang adalah potensial terjadi asfiksia berat. Pada kasus tersebut antisipasi yang bisa dilakukan bidan adalah resusitasi dan mengobservasi skor APGAR. Menurut Dewi (2010) antisipasi agar tidak terjadi asfiksia berat adalah bidan harus segera melakukan resusitasi bayi baru lahir pada setiap menolong persalinan untuk mengantisipasi dan melakukan observasi skor APGAR. Diagnosa potensial ini tidak muncul karena dapat diatasi dengan melakukan resusitasi segera setelah bayi lahir dan dilakukan observasi skor APGAR. Pada tahap ini penulis tidak menemukan kesenjangan. 4. Menetapkan Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera Tindakan segera pada kasus By Ny A ini adalah melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk pemberian terapi dan tindakan bahwa kebutuhan terhadap tindakan segera pada kasus asfiksia sedang adalah dengan melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis anak. Sehingga pada tahap ini penulis tidak menemukan kesenjangan. 5. Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh Perencanaan kasus asfiksia sedang pada By Ny A antara lain: a. Potong dan ikat tali pusat b. Selimuti bayi
52 c. Lakukan tindakan resusitasi tahap awal. d. Observasi skor APGAR menit ke 5 e. Lakukan pemeriksaan fisik, refleks, dan antropometri f. Lakukan identifikasi bayi. g. Observasi skor APGAR menit ke 10 h. Observasi KU dan VS bayi i. Jaga kehangatan bayi j. Lakukan advice dokter spesialis anak untuk pemberian terapi dan tindakan selanjutnya : a) Rawat di Ruang Dahlia (PICU/NICU) dan rawat dalam boks hangat b) Berikan injeksi cefotaxime 125mg/12 jam k. Berikan injeksi vitamin K 1 1 mg IM di paha kiri anterolateral Menurut teori Winkjosastro (2009), Drew (2009) dan Varney (2008) rencana tindakan yang dilakukan pada bayi baru lahir dengan asfiksia sedang adalah melakukan penilaian BBL, melakukan resusitasi tahap awal, jika dalam waktu 30 bayi belum bernapas teratur, lakukan tindakan VTP, jika dalam melakukan tindakan VTP dengan balon dan sungkup wajah tidak efektif lanjutkan dengan pemasangan intubasi trakea, makukan kompresi dada apabila setelah 15-30 detik melakukan VTP namun frekuensi denyut jantung bayi <60 x/menit atau 60-80 x/menit dan tidak bertambah, memberikan resusitasi kimia/ obat-obatan (jika denyut jantung bayi tidak terdeteksi), melakukan pemantauan skor
53 APGAR dan vital sign. Dapat diambil kesimpulan tahap perencanaan pada kasus By Ny A penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dan praktik. 6. Pelaksanaan Langsung Asuhan dengan Efisien dan Aman Implementasi yang dilakukan pada kasus bayi asfiksia pada By Ny A dengan asfiksia sedang disesuaikan dengan rencana tindakan baik secara mandiri maupun kolaborasi. Sehingga tidak terdapat kesenjangan dalam pelaksanaan asuhan kebidanan pada kasus By Ny A. 7. Evaluasi Setelah dilakukan resusitasi tahap awal yaitu suction dan rangsangan taktil mulai bayi lahir sampai semua lendir terhisap, bayi menangis kuat dan perawatan sampai hari kedua diperoleh hasil tidak terjadi asfiksia berat, dengan nilai skor APGAR meningkat, keadaan umum By Ny A sudah membaik yang ditandai dengan menangis kuat, nafas lebih teratur, gerakan aktif, semua anggota tubuh bayi kemerah, reflek hisap kuat, bayi tidak mengalami gangguan dalam buang air besar dan buang air kecil. Keadaan bayi sebelum pulang adalah baik, kulit kemerahan, refleks hisap dan telan (+) kuat, gerak aktif, hasil pemeriksaan vital sign denyut jantung 128 x/menit, pernafasan 42 x/menit dan suhu 36,8 C. Hal ini sesuai dengan hasil yang diharapkan antara lain tidak terjadi asfiksia berat, yang ditandai dengan skor APGAR meningkat
54 yaitu denyut jantung lebih dari 100 x/menit, bayi bernapas teratur, bayi menangis kuat, gerakan bayi aktif, tubuh dan ekstremitas bayi merah (Marmi, 2012). Sehinga dapat diambil kesimpulan bahwa pada tahap evaluasi penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dan praktik. Catatam Perkembangan Dalam catatan perkembangan, dilakukan pemantauan pasca resusitasi meliputi melakukan kolaborasi dengan dokter Spesialis Anak untuk pemberian terapi dan tindakan dengan advice melanjutkan terapi injeksi cefotaxime 125mg/12 jam dan melanjutkan perawatan di dalam boks hangat. Mengobservasi keadaan umum dan vital sign. Menjaga kebersihan bayi, melakukan pencegahan infeksi dan memenuhi kebutuhan nutrisi bayi. Asuhan pasca resusitasi ini tidak sesuai dengan teori PPGDON (2013) meliputi, bila bayi masih perlu di monitor, bayi dapat dirawat di ruang special care, memantau tanda vital, menjaga bayi agar tetap hangat, melakukan foto rontgen dada untuk menentukan etiologi dan melihat adanya komplikasi resusitasi. Pada asuhan pasca resusitasi tidak dilakukan foto rontgen dada atas dasar penanganan kasus asfiksia sedang pada By Ny A hanya sampai pada tahap resusitasi awal bayi sudah dapat bernafas spontan sehingga tidak diperlukan foto rontgen. Karena foto rontgen akan dilakukan apabila resusitasi dilakukan sampai pada tahap kompresi dada. Sehingga hal ini tidak menjadi sebuah masalah.
55 Untuk pemberian terapi antibiotika dimana pada teori penatalaksanaan bayi baru lahir dengan asfiksia tidak disebutkan untuk pemeberian terapi antibiotika. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya sepsis neonatorum atas dasar dalam riwayat persalinan mengalami ketuban pecah dini dan air ketuban keruh. Namun hal ini tidak menjadi masalah karena diluar konteks penanganan bayi baru lahir dengan asfiksia