BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertanian merupakan mata pencaharian pokok dan kunci pertumbuhan yang mantap untuk perekonomian secara keseluruhan bagi negara yang sedang berkembang. Pertanian dalam arti luas mencakup: pertanian rakyat (termasuk usaha pertanian keluarga dimana yang diproduksi adalah bahan makanan seperti beras, palawija dan lainnya), perkebunan (termasuk perkebunan rakyat dan perkebunan besar), kehutanan, peternakan, dan perikanan (Mubyarto, 1977 : 15). Provinsi Bali sebagai salah satu wilayah yang mempunyai potensi alam yang cukup besar terutama tanah yang subur dan sangat cocok untuk mengembangkan sektor pertanian. Struktur perekonomian Provinsi Bali dalam lima tahun terakhir masih didominasi oleh tiga sektor yaitu pertanian dalam arti luas, sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor jasa. Krisis ekonomi yang berkepanjangan pada tahun 1997, disusul kemudian dengan Bom Bali I dan Bom Bali II di Kuta yang merupakan pusat kegiatan sektor pariwisata, menyebabkan sektor pariwisata Bali mengalami penurunan dan mengalami trauma yang berkepanjangan. Hal ini menyebabkan pemerintah Provinsi Bali kembali mengembangkan sektor pertanian khususnya perkebunan untuk menunjang perekonomian Bali. Salah satu upaya penanganan dari sektor pertanian yaitu meningkatkan hasil-hasil sektor perkebunan yang dikelola dan
diawasi oleh Dinas Perkebunan Provinsi Bali dengan menangani beberapa tanaman industri yang mempunyai nilai ekonomis seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.1. Tabel 1.1 Jenis Tanaman Unggulan, Hasil Produksi Saat Panen dan Bentuk Produksi Akhir Perkebunan Rakyat di Provinsi Bali Tahun 2006 No Jenis Tanaman Hasil Produksi Bentuk Akhir Produksi 1 Kelapa Dalam Buah Kelapa Kopra 2 Kelapa Hibrida Buah Kelapa Kopra 3 Kopi Arabika Buah Basah Kopi Beras 4 Kopi Robusta Buah basah Kopi beras 5 Cengkeh Bunga basah Bunga Kering 6 Vanili Polong basah Polong kering 7 Jambu Mete Mentor Basah Mete gelendong 8 Kakao Buah basah Biji kering 9 Kapuk Buah basah Serat/biji 10 Karet Lateks Lateks kebun 11 Tembakau Rakyat Daun basah Rajangan 12 Tembakau Virginia Daun basah Krosok kering Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Bali, 2007 Sektor pertanian berperan cukup besar dalam dunia industri. Untuk itu pemerintah daerah pada bidang yang terkait menetapkan beberapa komoditas unggulan yang menjadi sasaran perkembangannya. Komoditas cengkeh adalah salah satu komoditas unggulan Provinsi Bali karena, cengkeh dapat dipergunakan untuk obat-obatan, bahan baku parfum sumber eugenol, dan cengkeh juga dapat digunakan sebagai bumbu masakan, sehingga cengkeh merupakan salah satu sumber penghidupan bagi sebagian penduduk Indonesia dan Bali pada khususnya. Oleh karena itu pemerintah mengharapkan agar produksi cengkeh dapat ditingkatkan. Namun pada kenyataannya produksi cengkeh Bali terus mengalami penurunan, padahal Indonesia umumnya diketahui sebagai salah satu negara penghasil cengkeh terbesar di dunia (Nonik, 2007). Tetapi pada masa
sekarang Provinsi Bali pada khususnya belum mampu untuk memproduksi cengkeh dalam skala yang besar untuk memenuhi permintaan pasar sehingga disini campur tangan pemerintah sangat diperlukan agar produksi cengkeh dapat ditingkatkan lagi. Tabel 1.2 Perkembangan Produksi Cengkeh di Provinsi Bali Tahun 1996-2006 Tahun Produksi (Ton) Perkembangan (%) 1996 5.235.842-1997 3.849.942 (26.46) 1998 4.618.035 19.95 1999 1.244.698 (73.04) 2000 1.165.726 (6.34) 2001 3.097.516 165.71 2002 7.061.875 127.98 2003 6.680.211 (5.40) 2004 8.205.011 22.82 2005 5.451.500 (33.55) 2006 7.466.006 36.95 Rata- rata Perkembangan 20.78 Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Bali, 1996-2007 Keterangan : angka dalam kurung nilainya negatif Pada Tabel 1.2 dapat diketahui bahwa perkembangan produksi cengkeh Provinsi Bali dari tahun 1996-2006, berfluktuasi. Perkembangan produksi cengkeh tertinggi terdapat pada tahun 2001 sebesar 165.71 persen atau sebesar 3.097.516 hal ini dikarenakan luas areal yang dimanfaatkan semakin bertambah. Penurunan produksi cengkeh tertinggi terjadi pada tahun 1999 yaitu minus 73.04 persen atau sebesar 1.244.698 ton. Naik turunnya produksi cengkeh disebabkan oleh beberapa faktor. Adapun faktor-faktor tersebut antara lain: 1) Jumlah petani pengelola
Jumlah petani pengelola yang dimaksud adalah banyaknya orang yang mengusahakan/mengelola usaha perkebunan/pertanian atas resiko sendiri. 2) Luas tanah usaha tani dan tingkat kesuburan tanah usaha tani Luas usaha tani dan tingkat kesuburan tanah usaha tani adalah keseluruhan wilayah yang menjadi tempat penanaman/mengerjakan proses penanaman, dan tingkat kesuburan tanah tersebut adalah, jumlah zat yang terkandung didalam tanah dan memang mampu dan baik untuk ditanami cengkeh. 3) Tenaga kerja Tenaga kerja adalah orang yang bekerja disektor perkebunan cengkeh, tenaga kerja mempengaruhi naik turunnya produksi cengkeh dikarenakan tenaga kerja terlibat langsung dalam proses produksi cengkeh mulai dari penanaman, pemeliharaan (pemupukan), sampai pada saat pemetikan hasil. 4) Modal Modal adalah tanah/lahan, alat alat pertanian dan bahan-bahan pertanian. Berdasarkan sifatnya modal dibedakan menjadi: a. modal tetap, modal yang tidak habis pada satu periode produksi meliputi lahan perkebunan. b. Modal bergerak, meliputi jenis tanaman yang ditanam pada lahan perkebunan seperti cengkeh. Berdasarkan sumbernya modal dibedakan menjadi : a. modal milik sendiri b. pinjaman kredit
c. kontrak/sewa 5) Tingkat teknologi Tingkat teknologi dalam hal ini adalah cara-cara bertani yang dulunya menggunakan sistem sederhana sekarang sudah digantikan dengan tenaga mesin, misalnya dalam hal pemupukan yang sekarang sudah menggunakan pupuk buatan dari pabrik yang mampu meningkatkan produksi cengkeh. Selain faktor faktor dari usaha tani terdapat pula faktor-faktor diluar usaha tani yang dapat berpengaruh terhadap berhasilnya suatu usaha tani antara lain : 1) Tersedianya sarana transportasi dan komunikasi yang lancar sangat mendukung para petani dalam memproduksi dan memasarkan hasil cengkeh. 2) Adanya badan usaha tani yang bertujuan agar mempermudah petani dalam memasarkan hasil taninya. 3) Pemberian fasilitas kredit digunakan untuk membantu para petani dalam bidang permodalan agar mampu untuk membeli bibit unggul untuk meningkatkan produksi 4) Pemberian penyuluhan bagi para petani sangat penting agar para petani dapat mengetahui cara-cara menanam cengkeh serta pengolahannya agar tidak terjadi kesalahan sehingga hasil yang didapat bisa maksimal dan berkualitas. Adanya faktor-faktor tersebut diatas diharapkan akan mampu untuk membantu para petani didalam cara pengolahan tanaman cengkeh tersebut agar
hasil yang mereka dapatkan mempunyai kualitas yang baik serta hasil panen yang dapat dimaksimalkan jumlahnya dengan sendirinya akan mampu untuk meningkatkan harga cengkeh itu sendiri. Dalam rangka meningkatkan komoditas perkebunan cengkeh pemerintah Provinsi Bali telah mencanangkan program Pengembangan Kawasan Industri Masyarakat Bali. Tujuan dari Pembangunan perkebunan cengkeh di Bali pada hakekatnya adalah untuk meningkatkan produksi serta untuk memenuhi kebutuhan industri dalam negeri dan juga industi luar negeri. Disamping itu tujuan lain yang ingin dicapai adalah untuk dapat meningkatkan kualitas serta menghasilkan usaha perkebunan cengkeh yang lebih berdaya saing dan juga efisien, sehingga pada gilirannya akan lebih meningkatkan kesejahtraan para petani. Mengingat potensi komoditas cengkeh rakyat di wilayah Provinsi Bali cukup besar maka tidak berlebihan bila cengkeh dapat dijadikan harapan untuk meningkatkan kesejahtraan petani. Oleh karena itu perhatian yang lebih besar sangat perlu diberikan untuk meningkatkan produktifitas tanaman cengkeh rakyat agar dapat mempercepat proses peningkatan pendapatan petani cengkeh sekaligus mendorong peningkatan perekonomian Provinsi Bali. Menurut Daniel ( 2002;21) tanah merupakan faktor kunci dalam usaha pertanian. Tanpa tanah rasanya mustahil usaha tani dapat dilakukan walaupun kemajuan teknologi membuat manusia bisa mengusahakan tanaman tanpa tanah (hidroponik), tapi media tempat usaha tersebut tanpa memerlukan tanah atau ruang. Dalam produksi cengkeh lahan yang digunakan adalah lahan perkebunan. Luas lahan merupakan faktor yang paling penting didalam proses produksi karena
setiap proses produksi pasti memerlukan lahan atau tempat begitu juga didalam memproduksi cengkeh, jika lahan yang dipergunakan memadai tentu akan memaksimalkan jumlah produksi. Namun dengan bertambahnya jumlah penduduk serta adanya alih fungsi lahan dari lahan pertanian menjadi daerah pemukiman dari tahun ketahun, maka akan terjadi penciutan kepemilikan lahan yang sangat besar. Tabel 1.3 Perkembangan Luas Lahan (areal) Perkebunan Cengkeh di Provinsi Bali Tahun 1996-2006 Tahun Luas Areal (Ha) 1996 28.639-1997 27.933 (2,46) 1998 26.524 (5,04) 1999 24.125 (9,04) 2000 22.473 (6,84) 2001 20.662 (8,05) 2002 20.295 (1,77) 2003 19.679 (3,03) 2004 19.010 (3,39) 2005 15.919 (16,25) 2006 15.728 (1,19) Perkembangan (%) Rata-rata perkembangan (5,18) Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Bali Tahun 1996-2007 Keterangan : angka dalam kurung nilainya negatif Pada Tabel 1.3 dapat diketahui bahwa luas lahan perkebunan cengkeh di Provinsi Bali dari tahun ke tahun mengalami penurunan. Penurunan tertinggi terjadi pada tahun 2005 yaitu sebesar 16,25 persen, dan penurunan terendah terjadi pada tahun 2006 yaitu sebesar 1,19 persen. Berkurangnya luas lahan perkebunan yang ada di Provinsi Bali banyak disebabkan karena lahan yang ada sekarang banyak digunakan untuk pemukiman penduduk dimana jumlah penduduk yang ada sekarang jumlahnya terus mengalami peningkatan. Sehingga
terjadinya penciutan lahan perkebunan serta pertanian dewasa ini. Dimana ini merupakan masalah yang sangat dramatis sehingga paling tidak terdapat jalan keluar yang tepat dari pemerintah untuk menanganinya. Usaha tani tidak terlepas dari penggunaan tenaga kerja yang besar disesuaikan dengan luas lahan yang digunakan namun dilain pihak usaha perkebunan cengkeh memiliki daya tarik. Tenaga kerja yang dimaksud disini adalah tenaga kerja yang bekerja disektor pertanian yang terdiri dari tenaga kerja pria, wanita dan anak-anak. Jumlah tenaga kerja yang digunakan sudah diequivalenkan dengan produktivitas tenaga kerja laki-laki dewasa, wanita dewasa dan anak-anak..dalam penelitian ini digunakan variabel tenaga kerja karena tenaga kerja sangat dibutuhkan dalam pengolahan lahan dan pemeliharaan cengkeh. Tabel 1.4 Jumlah dan Perkembangan Tenaga Kerja di Bidang Perkebunan Cengkeh di Provinsi Bali Tahun 1996-2006 Tahun Tenaga Kerja (Orang) 1996 545.051-1997 599.534 9.99 1998 480.737 19.81 1999 261.617 (45.58) 2000 211.812 (19.03) 2001 322.451 52.23 2002 535.141 65.96 2003 695.410 29.94 2004 654.142 (5.93) 2005 567.501 (13.24) 2006 777.211 36.95 Perkembangan (%) Rata-rata Perkembangan 11.91 Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Bali tahun 1996-2007 Keterangan : angka dalam kurung nilainya negatif
Berdasarkan Tabel 1.4 dapat dilihat bahwa secara umum jumlah tenaga kerja yang bekerja di perkebunan cengkeh dari tahun ke tahun berfluktuasi, dengan rata-rata perkembangan sebesar 11.91 persen. Perkembangan tenaga kerja yang tertinggi selama periode tahun 1996-2006 terdapat pada tahun 2002 yaitu sebanyak 535.141 orang atau sebanyak 65.96 persen. Penurunan jumlah tenaga kerja tertinggi terdapat pada tahun 1999 yaitu sebanyak 261.617 orang atau minus 45.58 persen, hal ini disebabkan karena adanya ketertarikan para pekerja untuk bekerja dibidang lainnya sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan tenaga kerja di bidang produksi cengkeh. Perkembangan total produksi cengkeh selain dipengaruhi oleh luas lahan dan jumlah tenaga kerja juga dipengaruhi oleh tingkat harga. Perkembangan tingkat harga cengkeh dari tahun 1996-2006 dapat dilihat pada Tabel 1.5, dimana dalam hal ini harga yang dimaksud adalah harga yang diberikan oleh produsen ( harga jual dari petani). Tabel 1.5 Perkembangan Tingkat Harga Cengkeh di Provinsi Bali Tahun 1996-2006 Tahun Tingkat Harga Cengkeh (Rp/Kg) Perkembangan (%) 1996 2.697-1997 2.727 1,11 1998 3.460 26,87 1999 6.698 93,58 2000 31.041 363.43 2001 44.262 42,59 2002 41.166 (6,99) 2003 14.326 (65,19) 2004 24.324 69,78 2005 29.196 20,02 2006 31.206 6,88 Rata-rata perkembangan 42,03 Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Bali tahun 1996-2007 Keterangan : angka dalam kurung nilainya negatif
Berdasarkan Tabel 1.5 dapat dilihat bahwa perkembangan tingkat harga cengkeh yang terjadi di Provinsi Bali selama periode 1996-2006 mengalami fluktuasi. Hal ini diperkirakan akibat dari krisis ekonomi yang puncaknya terjadi pada tahun 1997. Persentase penurunan tingkat harga tertinggi terjadi pada tahun 2003 yaitu 65,19 persen dengan tingkat harga Rp 14.326,00 dari tingkat harga tahun sebelumnya. Tingkat harga cengkeh terendah terjadi pada tahun 1996 yaitu sebesar Rp 2.697,00, sedangkan tingkat harga cengkeh tahun 1997 sebesar Rp 2.727,00, dimana hal ini disebabkan karena terjadinya krisis ekonomi yang terjadi pada tahun tersebut. Berdasarkan latar belakang, maka dapat dirumuskan pokok permasalahan sebagai berikut. 1) Apakah luas lahan, jumlah tenaga kerja dan tingkat harga cengkeh secara serempak berpengaruh signifikan terhadap total produksi cengkeh di Provinsi Bali Tahun 1996-2006?. 2) Bagaimanakah pengaruh luas lahan, jumlah tenaga kerja dan tingkat harga cengkeh secara parsial terhadap total produksi cengkeh di Provinsi Bali Tahun 1996-2006?. 3) Seberapa besar pengaruh lahan (areal), jumlah tenaga kerja dan tingkat harga terhadap total produksi cengkeh di provinsi Bali tahun 1996-2006? 1.2 Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1) Tujuan Penelitian Berdasarkan pokok permasalahan tersebut, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.
(1) Untuk mengetahui pengaruh luas lahan, jumlah tenaga kerja dan tingkat harga cengkeh secara serempak terhadap total produksi cengkeh di Provinsi Bali tahun 1996-2006. (2) Untuk mengetahui pengaruh luas lahan jumlah tenaga kerja dan tingkat harga secara parsial terhadap total produksi cengkeh di Provinsi Bali tahun 1996-2006. (3) Untuk mengetahui berapa besar pengaruh luas lahan (areal), jumlah tenaga kerja dan tingkat harga terhadap total produksi cengkeh di Provinsi Bali tahun 1996-2006. 2) Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi: (1) Manfaat Teoritis Dapat menambah referensi dan informasi untuk generasi selanjutnya yang berkaitan dengan masalah ekonomi pembangunan terutama yang berkaitan dengan pembangunan di bidang perkebunan cengkeh agar tercapai hasil yang maksimal. (2) Manfaat Praktis Penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu masukan dan pertimbangan dalam menentukan kebijakan, terutama yang berkaitan dengan upaya peningkatan total produksi cengkeh di Provinsi Bali.
1.3 Sistematika Penyajian Skripsi ini terdiri dari 4 (empat) bab, yang keseluruhan bab memiliki hubungan saling berkaitan. Gambaran umum mengenai isi masingmasing bab adalah sebagai berikut. Bab I : Merupakan Bab pendahuluan yang menguraikan hal hal mengenai latar belakang masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, metode penulisan dan sistematika penyajian. Bab II : Merupakan Bab tinjauan teoritis menguraikan teori-teori dan materi yang relevan yang mendukung permasalahan, yang mendasar dan mendukung pokok permasalahan. Bab III : Merupakan Bab metode penelitian yang menguraikan tentang lokasi, obyek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel dan teknik analisis data. Bab IV : Merupakan Bab pembahasan yang menguraikan tentang gambaran umum daerah penelitian, dan pembahasan hasil penelitian yang menguraikan dan menyajikan pembahasan yang menggunakan uji asumsi klasik, uji serempak dan uji secara parsial. Bab V : Merupakan Bab yang memuat simpulan-simpulan yang mencakup hasil pembahasan yang telah dibahas dalam bab sebelumnya, serta saran-saran yang diajukan berdasarkan simpulan.