BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Distribusi penduduk yang tidak merata di Indonesia telah terjadi jauh sebelum masa penjajahan Belanda, dimana penduduk terkonsentrasi di Pulau Jawa dan Bali. Hasil Sensus Penduduk D.I.Yogyakarta tahun 2010 mengemukakan bahwa distribusi penduduk Provinsi D.I.Yogyakarta terpusat di Kabupaten Sleman, Kabupaten Bantul, dan kabupaten Gunungkidul. Jumlah penduduk dari ketiga kabupaten tersebut secara berturut-turut meliputi 1.093.110 jiwa; 911.503 jiwa; dan 675.382 jiwa (BPS, 2010). Apabila dilihat dari segi kepadatan penduduk, maka kepadatan penduduk di Provinsi D.I.Yogyakarta tahun 2010 adalah 1.085 jiwa per km 2. Artinya bahwa setiap 1 km 2, wilayah D.I.Yogyakarta dihuni oleh 1.085 jiwa penduduk. Kepadatan penduduk ini berada pada urutan ketiga secara nasional setelah Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat. Kepadatan penduduk DKI Jakarta tahun 2010 adalah 14.469 jiwa per km 2, sedangkan kepadatan penduduk Jawa Barat adalah 1.217 jiwa per km 2 (BPS, 2010). Kepadatan penduduk di Provinsi D.I.Yogyakarta dapat diketahui berdasarkan wilayah. Kepadatan penduduk dipengaruhi oleh jumlah penduduk yang semakin meningkat dibagi dengan luas wilayah. Kepadatan penduduk di Provinsi D.I.Yogyakarta mayoritas terdapat di Kota Yogyakarta. Setiap 1 km 2 wilayah Kota Yogyakarta dihuni oleh 11.958 jiwa penduduk. Hal ini terjadi karena Kota Yogyakarta adalah ibukota Provinsi D.I.Yogyakarta, sehingga Kota Yogyakarta dijadikan sebagai pusat dari segala aktivitas, kegiatan, bahkan pendidikan dan perkonomian. Kota Yogyakarta merupakan kota yang memiliki penduduk yang beragam (Juningsih, 2015). Seiring berjalannya waktu, pendidikan semakin berkembang sehingga menyebabkan penduduk yang berasal dari luar Yogyakarta melakukan migrasi untuk meningkatkan kualitas hidup. Penduduk tersebut membangun permukiman baru, sehingga Kota Yogyakarta semakin beragam dan mencerminkan miniatur Indonesia (Junungsih, 2015).
Pembangunan pada setiap wilayah akan mempengaruhi terjadinya migrasi (Trisnaningsih, 1993). Semakin banyak pembangunan di setiap wilayah, maka arus migrasi semakin tinggi. Migrasi tersebut terjadi karena adanya faktor pendorong dan penarik terhadap suatu wilayah. Kondisi sosial ekonomi di daerah asal yang tidak memungkinkan untuk memenuhi kebutuhan seseorang menyebabkan orang tersebut melakukan migrasi untuk memenuhi kebutuhannya. Aspek migrasi di Indonesia dapat dirasakan pada provinsi-provinsi tertentu, seperti D.I.Yogyakarta, DKI Jakarta, Sumatera Barat, dan Lampung (Mantra, 1998). Migrasi telah terjadi sejak zaman dahulu kala, yaitu pada zaman kerajaan di Indonesia. Hingga saat ini, perpindahan penduduk (migrasi) tersebut terus berlanjut, sehingga mengakibatkan terjadinya perubahan struktur penduduk. Migrasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah migrasi penduduk secara geografis dengan menggunakan batasan administrasi. Batasan administrasi yang digunakan adalah batas provinsi, kabupaten, kecamatan, kelurahan, serta pedukuhan (Mantra, 1985). Biasanya alasan terjadinya migrasi pada setiap daerah berbeda-beda, sehingga terdapat migran yang hanya melakukan migrasi dalam waktu tertentu dan tidak bertujuan untuk menetap. Data yang digunakan untuk mengetahui migrasi bersumber dari data sensus penduduk dan survei penduduk antar sensus. Alasan pemilihan sumber data ini adalah karena data sensus penduduk lebih lengkap apabila dibandingkan dengan data lain seperti data registrasi penduduk. Data yang dimaksud misalnya data jumlah penduduk, migrasi, kepadatan penduduk, distribusi penduduk. Keterbatasan yang terdapat dalam data sensus penduduk adalah data ini hanya mengungkapkan volume dan arus migran antar provinsi di Indonesia. Selain itu, sensus penduduk hanya menjaring perpindahan penduduk yang melewati batas provinsi dalam jangka waktu 6 bulan, sedangkan perpindahan penduduk dalam jarak dekat lebih banyak terjadi di Indonesia. Meskipun demikian, data migrasi yang diperoleh dari sensus penduduk sangat penting untuk mengetahui jaringjaring migrasi antar provinsi di Indonesia. Sumber data yang berasal dari Survei
Penduduk Antar Sensus (SUPAS) digunakan sebagai data migrasi risen untuk mengetahui keterbaharuan data migrasi di Provinsi D.I.Yogyakarta (BPS, 2010). Salah satu bagian dari migrasi penduduk adalah terjadinya migrasi risen. Migrasi risen merupakan perpindahan penduduk yang pernah pindah dalam kurun waktu 5 tahun terakhir (mulai dari 5 tahun sebelum pencacahan). Migrasi risenlebih mencerminkan dinamika spasial penduduk antar provinsi dibandingkan dengan migrasi seumur hidup yang relatif statis. Dinamika spasial yang dimaksud adalah pergerakan penduduk secara keruangan yang menyebabkan terjadinya perubahan penduduk. Migrasi semasa hidup tidak digunakan dalam penelitian ini karena migrasi semasa hidup hanya mencerminkan dinamika migrasi sejak lahir, serta tidak memiliki perpindahan secara dinamis dari tahun ke tahun. Migrasi total tidak digunakan dalam penelitian karena tidak memiliki batasan waktu antara migrasi masuk dengan migrasi keluar pada wilayah kajian (BPS, 2010). Migrasi total berbeda dengan migrasi risen dalam hal waktu. Migrasi risen memiliki batasan waktu, yaitu lima tahun yang lalu, sedangkan migrasi total tidak memiliki batasan waktu seperti migrasi risen. Batasan waktu penting dalam kajian karena mampu menujukkan perubahan, baik jumlah migrasi risen maupun arus migrasi risen. Hal ini memberikan perbedaan arus migrasi risen dari waktu ke waktu. Analisis mengenai migrasi risen dari waktu ke waktu penting untuk dilakukan karena tingkat arus migrasi dapat diamati. Selain itu, arus migrasi risen menggambarkan perubahan yang terjadi pada peta kekuatan ekonomi di berbagai pulau atau provinsi, mengingat ekonomi merupakan motif utama bagi migran untuk masuk ke dalam arus migrasi (Mantra, et al., 1985). 1.2. Rumusan Masalah Pertumbuhan dan persebaran penduduk di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta menimbulkan permasalahan. Berdasarkan hasil sensus penduduk, laju pertumbuhan penduduk dari tahun 1980 hingga 2010 menunjukkan adanya kenaikan dan penurunan. Tahun 1980, laju pertumbuhan penduduk mencapai 1,1%, kemudian menurun menjadi 0,58% pada tahun 1990. Tahun 2000, laju pertumbuhan penduduk semakin menurun yaitu 0,72%. Penurunan laju
pertumbuhan penduduk terjadi akibat program pemerintah dalam memberikan dan menjalankan program Keluarga Berencana (KB). Selain itu, program perbaikan taraf kesehatan masyarakat seperti membaiknya kesehatan ibu, anak dan balita merupakan salah satu bagian dari program tersebut. Tahun 2010, laju pertumbuhan penduduk Provinsi D.I.Yogyakarta meningkat menjadi 1,04% per tahun (BPS, 2010). Hal ini berkaitan dengan angka kematian yang semakin menurun dan angka harapan hidup di provinsi ini semakin meningkat, serta jumlah migrasi yang masuk ke provinsi ini semakin bertambah. Salah satu tujuan migran masuk ke Provinsi D.I.Yogyakarta adalah untuk bersekolah dan bekerja. Tahun 2011, laju pertumbuhan penduduk Provinsi D.I.Yogyakarta adalah 1,23, sedangkan tahun 2015, 1,16%. Penurunan laju pertumbuhan penduduk disebabkan karena persentase fertilitas tidak seimbang dengan mortalitas. Artinya adalah bahwa laju pertumbuhan penduduk menurun karena tingkat kelahiran dan tingkat kematian menurun, sedangkan faktor migrasi yang masuk ke provinsi ini juga semakin meningkat (BPS DIY, 2014). Migrasi dapat meningkatkan jumlah penduduk apabila jumlah penduduk yang masuk ke suatu wilayah lebih banyak daripada jumlah penduduk yang meninggalkan wilayah tersebut. Sebaliknya, migrasi dapat mengurangi jumlah penduduk apabila jumlah penduduk yang masuk ke suatu wilayah lebih sedikit daripada jumlah penduduk yang meninggalkan wilayah tersebut. Secara terus menerus, penduduk akan dipengaruhi oleh jumlah bayi yang lahir (menambah jumlah penduduk), tetapi di sisi lain akan dikurangi oleh jumlah kematian yang terjadi pada semua kelompok umur. Sementara itu, migrasi juga berperan dalam mempengaruhi jumlah penduduk. Dengan kata lain, migrasi dijadikan sebagai penyeimbang jumlah penduduk apabila laju pertumbuhan penduduk menurun dan fertilitasi (TFR) menurun. Berdasarkan permasalahan di atas, maka timbullah pertanyaan sebagai berikut: a. Bagaimana karakteristik migran yang masuk di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta berdasarkan Sensus Penduduk tahun 2010;
b. Bagaimana arus migrasi risen di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta berdasarkan Sensus Penduduk tahun 1980-2010 dan SUPAS 2015? 1.3. Tujuan Penelitian Secara umum, penelitian ini bertujuan menganalisis migrasi risen di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta berdasarkan data Sensus Penduduk tahun 1980-2010. Secara operasional, tujuan dari penelitian ini adalah: a. Mengkaji karakteristik migran risen yang masuk ke Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta berdasarkan Sensus Penduduk tahun 2010; b. Memetakan arus migrasi risen di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta berdasarkan Sensus Penduduk tahun 1980-2010 dan SUPAS 2015. 1.4. Manfaat Penelitian a. Manfaat secara Praktis Penelitian migrasi risen di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 1980-2010 dapat memberikan manfaat dalam kebijakan kependudukan. Kebijakan kependudukan yang dimaksud adalah penyebaran penduduk di Provinsi DIY, sehingga persebaran penduduk di provinsi ini semakin merata. b. Manfaat Secara Akademis Dengan mengetahui arus migrasi risen dan karakteristik migran risen di Provinsi D.I.Yogyakarta, maka dapat dipahami persebaran penduduk di provinsi ini. Selain itu, penelitian ini dijadikan sebagai sumber pengetahuan terkait karakteristik migran yang masuk di provinsi ini. 1.5. Penelitian Sebelumnya Penelitian mengenai migrasi telah banyak dilakukan oleh para ahli. Biasanya data yang digunakan untuk mengkaji migrasi bersumber dari data sensus penduduk. Beberapa peneliti yang telah meneliti migrasi antara lain Hasan (1983) menganalisis perubahan pola migrasi penduduk di Provinsi Sulawesi. Hasil penelitian beliau menunjukkan bahwa volume, arus, dan arah migrasi tahun 1980
mengalami perubahan dibandingkan dengan tahun 1971. Tingkat migrasi masuk tahun 1971 adalah 1,4%, sedangkan tahun 1980 tingkat migrasi berubah menjadi 1,9% dari jumlah penduduk pada tahun-tahun tersebut. Tingkat migrasi keluar tahun 1980 hampir 2 kali lipat dari tahun 1971, yaitu 8,4% dan 4,7%. Migrasi keluar cenderung menuju pusat-pusat pertumbuhan ekonomi yang baru seperti perusahaan hutan (kayu) di Kalimantan Timur, pertanian pangan di Jambi dan Sulawesi Tengah serta potensi alam yang besar yang berupa hutan dan tanah yang subur di Irian Jaya. Kaharudin Anas (1983) melakukan penelitian mengenai pola migrasi di Kalimantan Timur. Arus migrasi yang masuk di Kalimantan Timur dipengaruhi oleh jarak. Pengaruhnya adalah semakin jauh jarak yang ditempuh, maka jumlah migran yang masuk ke Kalimantan Timur semakin berkurang. Tahun 1971 dan 1980, daerah tujuan utama migran asal Provinsi Kalimantan Timur adalah Provinsi Jawa Timur, DKI Jakarta dan Kalimantan. Tatik Mariyanti (2010) melakukan penelitian tentang pengaruh industrialisasi terhadap migrasi per provinsi di Indonesia tahun 2010. Data yang digunakan oleh Tatik merupakan data yang bersumber dari BPS 2010 dan statistik Indonesia dan Statistik Nasional 2010. Tatik melakukan analisis data dengan menggunakan analisis inferensial dengan menggunakan model regresi liniear. Tatik mengemukakan bahwa konstribusi sektor industri terhadap PDRB berpengaruh positif terhadap migrasi per provinsi di Indonesia pada tahun 2010. Pengaruhnya adalah perkembangan sektor industri mampu meningkatkan pendapatan setiap provinsi, bahkan daerah di Indonesia. Selain itu, kontribusi sektor industri terhadap tenaga kerja memberikan dampak positif. Dampaknya adalah sektor industri mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah banyak, sehingga mampu menarik penduduk dari luar daerah untuk melakukan kecenderungan dalam melakukan migrasi. Sudibia (2012) melakukan pola migrasi dan karakteristik migran berdasarkan Hasil Sensus Penduduk 2010 di Provinsi Bali. Hasil Penelitian beliau antara lain pertama, jumlah migran risen yang masuk ke Bali berdasarkan hasil
Sensus Penduduk 2010 cenderung meningkat dibandingkan dengan keadaan pada tahun 2000 yaitu meningkat dari 76,6 ribu orang menjadi 102,4 ribu orang selama periode 2000-2010. Jumlah migran keluar dari Provinsi Bali cenderung menurun dari 54,8 ribu orang menjadi 41,2 ribu orang selama periode 2000-2010. Kedua, pola migrasi risen yang masuk ke Provinsi Bali pada tahun 2000 tidak berbeda nyata dengan keadaan pada tahun 2010 (Tabel 1.1). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti diatas, maka hal yang membedakannya dengan penelitian penulis adalah lokasi penelitian penulis. Penulis melakukan penelitian di Provinsi D.I.Yogyakarta. Data yang digunakan oleh penulis bersumber dari data hasil sensus penduduk. Tahun yang digunakan oleh penulis adalah tahun 1980, 1990, 2000, dan 2010. Selain itu, penulis juga menggunakan data SUPAS 2015 untuk mengetahui migrasi risen di Provinsi D.I.Yogyakarta tahun 2015. Hal lain yang membedakan dengan penelitian lain adalah penulis memetakan arus migrasi risen, baik arus migrasi risen masuk maupun migrasi risen keluar. Hal ini dilakukan untuk mengetahui provinsi penyumbang migran risen dan volume migrasi risen di D.I.Yogyakarta.
No. Tabel 1.1 Keaslian Penelitian Peneliti, Tahun, Tujuan Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian Judul 1 Hasan Mangunrai (1983). Perubahan Pola Migrasi Penduduk Sulawesi Selatan 1971-1980. Tesis Tujuan Penelitian ini adalah mengetahui perubahan pola migrasi penduduk 1971 dan 1980 di Sulawesi Selatan yang meliputi migrasi semasa hidup, migrasi total, migrasi kembali, serta hubungan secara deskriptif, pertumbuhan migrasi dengan pertumbuhan ekonomi, perhubungan dan fasilitas kesehatan 1971 dan 1980 di Sulawesi Selatan. penelitian ini adalah menggunakan deskriptif dengan menggunakan data sekunder hasil Sensus Penduduk 1971 dan 1980 yang diperoleh dari BPS. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pola migrasi yang meliputi volume, arus, dan arah perpindah tahun 1980 mengalami perubahan dibandingkan dengan tahun 1971. Tingkat migrasi masuk tahun 1971 adalah 1,4%, sedangkan tahun 1980 tingkat migrasi berubah menjadi 1,9% dari jumlah penduduk pada tahun-tahun tersebut. tingkat migrasi keluar tahun 1980 hampir 2 kali lpat dari tahun 1971, yaitu 8,4% dan 4,7%. Migrasi keluar cenderung menuju pusat-pusat pertumbuhan ekonomi yang baru seperti perusahaan hutan (kayu) di Kalimantan Timur, pertanian pangan di Jambi dan Sulawesi Tengah serta potensi alam yang besar yang berupa hutan dan tanah yang subur di Irian Jaya. 2 H. Kaharuddin Anas (1983) Perkembangan Pola Migrasi Kalimantan Timur 1971-1980 Tesis 3 Sudibia, I K., Dayuh Rimbawan, I N., Adnyana (2012) Pola migrasi dan Karakteristik Migran Berdasarkan Hasil Sensus Penduduk 2010 di Provinsi Bali Jurnal Tujuan Penelitian ini adalah mengetahui perkembangan pola migrasi Kalimantan Timur tahun 1971 dan 1980 yang meliputi migrasi semasa hidup, migrasi total, migrasi kembali, perkiraan migrasi bersih antar sensus, karakteristik migran, serta migran satu tahap dan migran beberapa tahap Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola migrasi penduduk di Provinsi Bali berdasarkan hasil SP 2010; dan mengetahui karakteristik migran masuk di Provinsi Bali berdasarkan hasil SP 2010. penelitian ini adalah analisis data sekunder dari Sensus Penduduk 1971 dan 1980. Teknik analisa data yang digunakan adalah analisa deskriptif dengan membuat perhitungan dari tabulasi silang. penelitian ini adalah menggunakan metode analisis deskriptif. Penelitian ini menunjukkan bahwa migrasi masuk di Kalimantan Timur dipengaruhi oleh jarak. Semakin jauh jarak yang ditempuh semakin kurang jumlah migran. Dikelompok tinggi, dari dua periode sensus penduduk yakni tahun 1971 dan 1980 daerah tujuan utama sampai dengan ketiga tidak berubah yakni Jawa Timur, DKI Jakarta dan Kalimantan. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah pertama, jumlah migran risen yang masuk ke Bali berdasarkan hasil SP 2010 cenderung meningkat dibandingkan dengan keadaan pada tahun 2000 yaitu meningkat dari 76,6 ribu orang menjadi 102,4 ribu orang selama periode 2000-2010. Jumlah migran keluar dari Provinsi Bali cenderung menurun dari 54,8 ribu orang menjadi 41,2 ribu orang selama periode 2000-2010. Kedua, pola migrasi risen yang masuk ke Provinsi Bali pada tahun 2000 tidak berbeda nyata dengan keadaan pada tahun 2000.
Lanjutan Tabel 1.1 No. Peneliti, Tahun, Judul Tujuan Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian 4 A.A Tara Trendyari (2014) Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Migrasi Masuk ke Kota Denpasar. Jurnal Tujuan penelitian adalah menganalisis pengaruh variabel sosial ekonomi berupa pendapatan, kesempatan kerja, investasi, akses pelayanan pendidikan, dan akses pelayanan kesehatan terhadap migrasi masuk ke Kota Denpasar. Metode yang digunakan adalah Stratified random sampling yang distrata berdasarkan wilayah kecamatan di Kota Denpasar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel pendapatan kesempatan kerja, investasi, akses pelayanan pendidikan, dan akses pelayanan kesehatan berpengaruh signifikan secara simultan terhadap migrasi masuk ke Kota Denpasar. Variabel pendapatan, kesempatan kerja, dan investasi berpengaruh positif dan signifikan, sedangkan variabel akses pelayanan pendidikan dan akses pelayanan kesehatan tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap migrasi masuk ke Kota Denpasar. Variabel pendapatan berpengaruh paling dominan terhadap migrasi masuk ke Kota Denpasar. 5 Tatik Mariyanti (2010) Pengaruh industrialisasi terhadap migrasi per provinsi di Indonesia pada tahun 2010. Jurnal Tujuan penelitian adalah mengetahui pengaruh industrialisasi terhadap migrasi per provinsi pada tahun 2010 penelitian adalah analisis statistik deskriptif dan analisa inferensial dengan menggunakan model regresi liniear. Hasil penelitian menunjukkan bahwakontribusi PDRB berepngaruh positif terhadap migrasi per provinsi di Indonesia tahun 2010. Tingkat upah minimum rata-rata sangat berpengaruh baik secara substansi maupun secara statistik terhadap migrasi. UMR yang tinggi menunjukkan kondisi kesejahteraan masyarakat semakin tinggi. 6 Yusni Maulida (2013) Pengaruh Tingkat Upah terhadap Migrasi Masuk di Kota Pekanbaru. Jurnal Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh upah terhadap arus migrasi di Kota Pekanbaru penelitian adalah regresi sederhana Hasil penelitian menunjukkan bahwa upah memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap jumlah migrasi masuk di Kota Pekanbaru.