BAB V PENUTUP 5.1 KESIMPULAN Novel Lintang karya Ardini Pangastuti ini terbit pada tahun 1997. Pada penelitian ini novel dianalisis dengan menggunakan teori strukural. Tujuan dari analisis struktural adalah menjelaskan sedetail mungkin unsur-unsur pembangun karya sastra. Unsur-unsur tersebut terdiri dari fakta-fakta cerita dan sarana-sarana cerita yang menjadi satu kesatuan juga saling berkaitan. Selain itu, pada penelitian ini juga menganalisis amanat-amanat yang terkandung di dalam novel Lintang. Berdasarkan uraian dari bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. 1. Novel Lintang karya Ardini Pangastuti ini salah satu karya sastra yang mengagkat tema cinta, perjuangan dan impian. Hal ini berkaitan dengan kisah seorang gadis cantik, cerdas, berpendidikan tinggi, yaitu Nur Endah yang diberi julukan Lintang yang dapat memberikan inspirasi, motivasi, semangat hidup seorang pemuda bernama Gilar dalam mengubah kehidupannya. 2. Novel Lintang dibangun dari unsur-unsur pembentuk cerita yang saling berkaitan. Pada penelitian ini, seluruh unsur tersebut dianalisis dengan menggunakan teori struktural. Fakta-fakta cerita terdiri dari : judul, sudut pandang, gaya dan nada, simbolisme, dan ironi. 160 160
3. Pemberian judul novel diambil dari salah satu tokoh sentral di dalam novel, yaitu Nur Endah (Lintang). Hal ini dikarenakan tokoh Lintang sering berhubungan dengan Gilar Bagaskara yang juga tokoh sentral dalam novel ini. Meskipun kuantitas kemunculan Gilar lebih sering daripada Nur Endah, namun secara kualitas Nur Endah tetap berperan lebih penting. Sebab Nur Endah lah yang mampu mengubah kehidupan Gilar. 4. Dalam novel ini, latar yang muncul cukup bervariasai. Latar tempat antara lain : Taman dekat Parkiran, PTN Yogyakarta, Kopeng, Kampus, Rumah Gilar, Benteng Vredeburg, Rumah Makan Padang, Jalan Senopati-Malioboro, Kost Nur Endah, Jembatan Kewek, Taman Adipura di Tepian Sungai Code, Stasiun Gambir, Rumah Tante Hermin, Desa Nur Endah (Kabupaten Temanggung), Taman Monas Jakarta, Rumah Pak Sastra, Perusahaan Jamu, Pesawat, Perusahaan Penerbitan, dan Yogyakarta. Untuk latar waktu, antara lain : hampir satu tahun menjadi mahasiswa Ekonomi, tiga tahun yang lalu ketika masih kelas dua SMA, setengah tahun berpacaran dengan Firman, pada suatu hari saat berlibur ke Kopeng, sampai hampir pagi Nur Endah tidak dapat tidur, sejak peristiwa itu, sudah beberapa waktu, pukul 12.30 (saat menunggu jeda kuliah di kampus), pukul 13.47, selama ini, selama dua minggu terakhir Gilar terlihat berbeda, selama tiga hari, sore hari, hampir satu minggu, hampir tiga bulan menjalin persahabatan, pukul empat kurang sampai Adzan Maghrib, pukul tujuh pagi sampai pukul empat sore, pada hari Minggu (selama hampir empat jam sampai pukul satu 161
lebih), empat tahun lamanya, selama enam bulan berada di Jakarta, pukul enam pagi sampai sembilan malam, setiap Minggu Gilar mengirimkan puisi ke redaksi majalah, dan setiap hari Gilar berlatih menulis cerpen. Latar sosial yang ada dalam novel ini adalah : Nur Endah adalah seorang mahasiswi di PTN Yogyakarta yang merupakan anak seorang petani tembakau, Firman berasal dari anak pengusaha sukses, Gilar yang terlahir dari keluarga pas-pasan yang ayahnya seorah pesuruh di sebuah kantor, Bagas merupakan seorang seniman yang bekerja di bidang teater dan memiliki sanggar, Pak Sastra yang tidak berpendidikan tinggi namun berhasil menjadi seorang pengusaha jamu, dan Jaka Pelung yang merupakan seorang pemimpin redaksi majalah ternama. Latar suasana yang tergambar pada novel Lintang antara lain : suasana menegangkan (degdegan) ketika Nur Endah melewati Gilar, suasana mencekam ketika Firman mencoba memaksa Nur Endah agar mau tidur bersama dirinya, suasana tegang ketika Nur Endah dan Gilar berselisih pendapat mengenai aturan kost putri, suasana bimbang ketika Nur Endah dan Gilar saling merindukan satu sama lain, suasana sedih dan mengharukan ketika Gilar berkata jujur tentang alasannya sering berada di kampus kepada Nur Endah, suasana sedih dan mengharukan ketika Gilar menyesali kesalahannya kepada Tuhan, suasana sedih dan kecewa ketika usaha yang Gilar harapkan tidak berjalan sesuai dengan harapan (gagal), suasana bahagia ketika Ibu Margana mengetahui bahwa anak laki-lakinya (Gilar) sudah 162
berubah, suasana haru dan bahagia ketika Nur Endah dan Gilar bertemu setelah sekian lama tidak bertemu, suasana senang dan bahagia ketika Gilar mendapat tawaran kerja di redaksi majalah. 5. Alur pada novel Lintang termasuk alur campuran antara alur lurus dan alur flashback atau maju mundur. Dalam penceritaannya, pengarang kadangkala memasukkan peristiwa-peristiwa lampau sehingga cerita menjadi saling kait mengkait. 6. Sudut pandang pada novel Lintang menggunakan metode orang ketiga atau gaya dalang. Pengarang menyebutkan nama para tokoh yang muncul di dalam novel Lintang. Karena itu pengarang dapat menceritakan cerita dengan sebebas-bebasnya. 7. Ardini Pangastuti, pengarang novel Lintang menggunakan beberapa gaya bahasa di dalam novelnya itu, Gaya bahasa tersebut antara lain : antitesis, repetisi, asonansi, hiperbol, personifikasi dan persamaan atau simile. Selain itu, gaya humor pun diselipkan pula oleh pengarang. 8. Pada umumnya ironi didefinisikan sebagai suatu pernyataan yang berlawanan dengan apa yang diharapkan. Ironi yang muncul pada novel tersebut adalah ketika Firman mengajak Nur Endah untuk menginap bersama dengan alasan takut terjadi sesuatu jika memaksakan untuk pulang karena hari sudah hampir malam. Namun kenyataannya Firman justru memanfaatkan malam itu untuk memuaskan nafsu birahinya kepada Nur Endah. Selain itu, ketika Gilar meminta agar Nur Endah melanjutkan ceritanya. Gilar ingin mendengar 163
lanjutan dari cerita tersebut bukan karena ingin menjadikan cerita tersebut sebagai pembelajaran melainkan ingin mengetahui lebih jauh masa lalu Nur Endah. Ironi lainnya adalah ketika Gilar dengan bangga mengatakan kepada Om Ndaru bahwa dirinya menggunakan kereta Senja Utama dalam perjalanannya ke Jakarta. Padahal ia terpaksa menggunakan kereta tersebut karena jika ingin menggunakan kereta Tatar Madya kelas Ekonomi, ia harus menunggu sampai pukul 12 malam. 9. Simbolisme merupakan salah satu bagian dari sarana sastra. Simbolisme pada novel Lintang adalah, nama-nama tokoh dalam novel tersebut dan cinta Gilar kepada Nur Endah yang diungkapkan melalui puisi. Kedua hal tersebut masuk ke dalam simbolisme. 10. Pesan/amanat yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca dapat tersampaikan melalui novel tersebut. Amanat yang terkandung antara lain : a. Kejujuran b. Kesucian seorang gadis harus dijaga c. Sukses dan bahagia itu adalah pilihan d. Selalu mengingat Tuhan dan bersyukur kepadanya e. Kegagalan bukan akhir dari segalanya f. Perjuangan tidak mengenal lelah (berjuang sampai berhasil) g. Cinta adalah ketulusan 164
Demikianlah kesimpulan yang dapat ditarik pada penelitian ini dengan objek kajian novel Lintang karya Ardini Pangastuti. 165