IV. METODE PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengumpulan Data

IV. METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional mencakup pengertian yang digunakan

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam mengambil sampel responden dalam penelitian ini

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang,

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengambilan Responden

III. METODOLOGI PENELITIAN. yang terletak di Jalan Taman Cut Mutiah nomor 11, Menteng, Jakarta Pusat

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Provinsi Lampung khususnya di PTPN VII UU

III. METODE PENELITIAN. Usahatani dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana. produksi danpendapatanyang diinginkan pada waktu tertentu.

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalis data sesuai dengan tujuan penelitian.

III. METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Hewan Desa Suka Kecamatan. Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder yang bersifat

IV. METODE PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

III. METODE PENELITIAN. untuk mengelola faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, dan modal yang

TATA NIAGA SALAK PONDOH (Salacca edulis reinw) DI KECAMATAN PAGEDONGAN BANJARNEGARA ABSTRAK

IV. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

III. METODE PENELITIAN. Petani buah naga adalah semua petani yang menanam dan mengelola buah. naga dengan tujuan memperoleh keuntungan maksimum.

4 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Teknik Pengumpulan Data

BAB III METODE PENELITIAN. ke konsumen membentuk suatu jalur yang disebut saluran pemasaran. Distribusi

Agriekonomika, ISSN ANALISIS INTEGRASI PASAR BAWANG MERAH DI KABUPATEN PAMEKASAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN UBI KAYU DI PROVINSI LAMPUNG. (Analysis of Marketing Efficiency of Cassava in Lampung Province)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

4. METODOLOGIPENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian. Jenis dan Sumber Data. Metode Penentuan Responden

111. METODOLOGI PENELITlAN

III. METODE PENELITIAN. berhubungan dengan penelitian. terdiri dari sawi, kol, wortel, kentang, dan tomat.

ANALISIS PEMASARAN LADA PERDU (Studi Kasus di Desa Marga Mulya Kecamatan Kawali Kabupaten Ciamis) Abstrak

KARYA ILMIAH MAHASISWA AGRIBISNIS

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi opersional ini mencakup pengertian yang digunakan

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok

Lampiran 1. Produksi Manis di Kabupaten Kerinci Tahun 2011


III. METODE PENELITIAN. tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2004). Penelitian ini menggunakan

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Pengumpulan Data Defenisi Operasional Penelitian

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di subdistrito Ainaro Vila dan Suco Nugufu, distrito

ANALISIS EFISIENSI SALURAN PEMASARAN BAHAN OLAHAN KARET RAKYAT (BOKAR) LUMP MANGKOK DARI DESA KOMPAS RAYA KECAMATAN PINOH UTARA KABUPATEN MELAWI

IV. METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan

Analisis Pemasaran Kakao Pola Swadaya di Desa Talontam Kecamatan Benai Kabupaten Kuantan Singingi

VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR

3. METODE 3.1. Lokasi dan Waktu 3.2. Teknik Pengumpulan Data

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN Konsep Pendapatan dan Biaya Usahatani. keuntungan yang diperoleh dengan mengurangi biaya yang dikeluarkan selama

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam menganalisis salurah buah di Jakarta, dibagi menjadi dua bagian yaitu

IV. METODE PENELITIAN

BAB IX ANALISIS PEMASARAN PEPAYA SPO DAN PEPAYA NON SPO. memindahkan suatu produk dari titik produsen ke titik konsumen.

ANALISIS PEMASARAN BENIH PADI SAWAH (Oryza sativa L.) VARIETAS CIHERANG (Suatu Kasus di Desa Sindangasih Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis)

METODE PENELITIAN. wilayah Kecamatan Karawang Timur dijadikan sebagai kawasan pemukiman dan

Program Studi Agribisnis FP USU Jln. Prof. A. Sofyan No. 3 Medan HP ,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara umum pemasaran adalah proses aliran barang yang terjadi di dalam pasar.

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN SAYURAN DATARAN TINGGI KABUPATEN KARO PROVINSI SUMATERA UTARA

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. petani responden menyebar antara tahun. No Umur (thn) Jumlah sampel (%) , ,

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS KEUNTUNGAN DAN PEMASARAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN. Eka Miftakhul Jannah, Abdul Wahab, Amrizal Nazar ABSTRAK

IV. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Cipondoh dan Kecamatan Pinang, Kota Tangerang. Penentuan lokasi sebagai

7. KINERJA RANTAI PASOK

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

III. METODE PENELITIAN

BAB IV. METODE PENELITIAN

ANALISIS PEMASARAN KOPI DI KECAMATAN BERMANI ULU RAYA KABUPATEN REJANG LEBONG

IV. METODE PENELITIAN

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar merupakan pengertian yang digunakan untuk memperoleh

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk

IV. METODE PENELITIAN

AGRISTA : Vol. 3 No. 3 September 2015 : Hal ISSN

III. METODE PENELITIAN. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Daerah

beberapa desa salah satunya adalah Desa Yosowilangun Kidul

ANALISIS PEMASARAN KEDELAI (Suatu Kasus di Desa Langkapsari Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis) Abstrak

III KERANGKA PEMIKIRAN

IV. METODE PENELITIAN

A. WAKTU DAN TEMPAT B. METODE PENELITIAN

Daerah Jawa Barat, serta instansi-instansi lain yang terkait.

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan

ANALISIS MARJIN PEMASARAN JERUK SIAM (Citrus nobilis) PETANI DI DESA MUARA RENGAS KECAMATAN MUARA LAKITAN

III. METODE PENELITIAN. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Daerah

ANALISIS EFISIENSI SALURAN PEMASARAN IKAN LELE DI DESA RASAU JAYA 1 KECAMATAN RASAU JAYA KABUPATEN KUBU RAYA

ANALISIS SALURAN PEMASARAN KOMODITAS PANDANWANGI DI DESA BUNIKASIH KECAMATAN WARUNGKONDANG KABUPATEN CIANJUR

Transkripsi:

IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive), dengan pertimbangan bahwa Kabupaten Kerinci merupakan merupakan sentra produksi kayu manis di Indonesia. Pengambilan data sampel petani dan lembaga tataniaga komoditi kayu manis dilakukan selama dua bulan yaitu sejak Februari-Maret 2012. 4.2. Data dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder yang dikumpulkan dari beberapa sumber. Data primer diperoleh dari hasil pengamatan langsung di lapangan dan wawancara langsung dengan pihak yang terlibat dalam tataniaga yaitu petani, pedagang pengumpul, dan eksportir. Sedangkan data sekunder diperoleh dari berbagai instansi atau lembaga pemerintah yang mempunyai data untuk penelitian ini, diantaranya Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Kerinci, Dinas Perdagangan Kabupaten Kerinci, Kementerian Perdagangan, Biro Pusat Statistik (BPS), dan Asosiasi Eksportir Cassiavera Indonesia di Sumatera Barat. Selain itu untuk melengkapi data-data yang diperlukan diperoleh melalui internet, hasil penelitian terdahulu, artikelartikel pada surat kabar, majalah, buku-buku, serta literatur yang mendukung. 4.3. Metode Pengumpulan Data Penentuan sampel petani dalam penelitian ini dilakukan dengan sengaja (purposive). Jumlah responden petani terdiri dari 30 orang untuk seluruh Kabupaten Kerinci. Sampel yang diambil sebanyak 30 orang karena secara statistik data sudah tersebar normal dengan jumlah sampel 30. Responden petani diambil dari enam kecamatan dari 12 kecamatan yang ada di Kabupaten Kerinci dengan pertimbangan luas lahan, total produksi, banyaknya keluarga tani yang terlibat serta akses transportasi yang digunakan oleh peneliti. Dari 30 responden tersebut diantaranya yaitu 10 responden dari Kecamatan Batang Merangin, delapan responden dari Kecamatan Gunung Raya, tiga responden di Kecamatan 34

Kayu Aro, lima responden di Kecamatan Gunung Kerinci, dua responden di Kecamatan Siulak, dan sisanya dari Kecamatan Keliling Danau. Sedangkan penentuan sampel pedagang dilakukan dengan metode snowball sampling yaitu dengan cara mengikuti arus komoditi kayu manis dari petani sampai konsumen. Responden yang didapatkan sebanyak 21 orang yang terdiri dari empat orang pedagang pengumpul desa, delapan orang pedagang pengumpul kecamatan, delapan orang pedagang besar kabupaten, dan satu eksportir. Sedangkan responden untuk pabrik pengolahan sirup kayu manis di Kabupaten Kerinci berjumlah satu orang. 4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dan kuantitatif, kemudian dilakukan langkah pengolahan dan analisis data. Analisis kualitatif bertujuan untuk menganalisis saluran pemasaran, struktur pasar, keragaan, dan perilaku pasar. Analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis margin tataniaga, analisis imbangan penerimaan terhadap biaya, serta analisis keterpaduan pasar. 4.4.1. Analisis Saluran Tataniaga Analisis ini dilakukan secara kualitatif untuk melihat saluran pemasaran yang ada di lokasi penelitian dan lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam menyalurkan komoditi kayu manis mulai dari produsen sampai ke pedagang pengecer yang pada akhirnya sampai ke konsumen akhir. Alur tataniaga tersebut dijadikan dasar dalam menggambarkan pola tataniaga. Perbedaan saluran tataniaga yang dilalui oleh suatu jenis barang akan berpengaruh pada pembagian pendapatan yang diterima oleh masing-masing lembaga tataniaga yang terlibat didalamnya. 4.4.2. Analisis Fungsi Lembaga Tataniaga Fungsi-fungsi lembaga tataniaga dapat dilihat dari masing-masing fungsi yang dilakukan oleh lembaga tataniaga dalam menyalurkan kayu manis mulai dari produsen hingga ke tangan konsumen. Fungsi-fungsi pemasaran tersebut terdiri 35

dari fungsi pertukaran (pembelian dan penjualan), fungsi fisik (penyimpanan, pengolahan dan pengangkutan) serta fungsi fasilitas (standardisasi dan grading, penanggungan risiko, pembayaran dan informasi pasar). Analisis dari fungsi tataniaga dapat digunakan untuk mengevaluasi biaya tataniaga. Kegunaan dari fungsi tataniaga juga dapat dilakukan jika antar lembaga tataniaga saling berhubungan. Fungsi tataniaga merupakan kegiatan yang harus dilakukan dalam proses tataniaga. 4.4.3. Analisis Struktur dan Perilaku Pasar Analisis struktur pasar dapat dilihat dari jumlah pembeli dan penjual yang terlibat, diferensiasi produk, dan kebebasan untuk keluar masuk pasar, serta informasi perubahan harga pasar. Analisis perilaku pasar dapat diamati melalui praktek penjualan dan pembelian antara lembaga-lembaga tataniaga, sistem penentuan dan pembayaran harga, serta kerjasama di antara lembaga tataniaga. 4.4.4. Marjin Tataniaga Margin tataniaga terdiri dari biaya-biaya pemasaran dan keuntungan pemasaran. Perhitungan margin tataniaga merupakan pertambahan dari biayabiaya dan keuntungan tataniaga yang diperoleh masing-masing lembaga tataniaga. Bentuk model matematik margin pemasaran adalah sebagai berikut: mji = Psi Pbi... (5) mji = Bti + πi... (6) Dengan demikian : πi = mji Bti... (7) jadi, besarnya total margin pemasaran adalah: Mij = Σ mji, i = 1,2,3,...n Dimana : mji = Margin tataniaga pada lembaga ke-i (Rp/kg) Psi = Harga penjualan lembaga tataniaga ke-i (Rp/kg) Pbi = Harga pembelian lembaga tataniaga ke-i (Rp/kg) Bti = Biaya tataniaga lembaga tataniaga ke-i (Rp/kg) πi = Keuntungan lembaga tataniaga ke-i (Rp/kg) Mij = Total margin tataniaga (Rp/kg) 36

4.4.5. Farmer s Share Penyebaran marjin tataniaga dilihat berdasarkan bagian (share) yang diperoleh masing-masing lembaga tataniaga. Farmer s share mempunyai hubungan negatif dengan margin tataniaga sehingga semakin tinggi marjin tataniaga, maka bagian yang akan diperoleh petani semakin rendah. Secara matematis, farmer s share dapat dirumuskan sebagai berikut : FS = P / K x 100% Keterangan : FS = Farmer s share (persentase) P = Harga di tingkat petani (Rp/kg) K = Harga beli konsumen (Rp/kg) 4.4.6. Rasio Keuntungan Terhadap Biaya Return Cost Ratio atau imbangan penerimaan terhadap biaya adalah perbandingan antara total penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan dalam satu proses produksi. Apabila π i /Ci >1 maka usahatani yang dilakukan layak dilaksanakan. Sebaliknya, apabila π i /C < 1 maka usahatani tersebut tidak menguntungkan atau tidak layak diusahakan. Semakin tinggi nilai rasio semakin besar keuntungan yang diperoleh. Rasio tersebut diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Rasio keuntungan/biaya = Keuntungan (π i ) / Biaya Tataniaga (Ci) 4.4.7. Analisis Keterpaduan Pasar Untuk menghitung indeks keterpaduan pasar perlu diketahui perkembangan harga dari waktu ke waktu serta penyebaran harga yang terjadi di pasar. Analisis indeks keterpaduan pasar antara harga di pasar petani kayu manis dan harga di pasar eksportir Padang dapat diukur dengan menggunakan metode IMC. Data yang harga yang digunakan adalah data harga bulanan selama tiga tahun, mulai dari Januari 2009 - Desember 2011. Penyusunan persamaan dilakukan dengan menggunakan pendekatan regresi sederhana (OLS) yang akan menghasilkan persamaan : Pit = b 1 Pit-1 + b 2 (Pjt Pjt-1) + b 3 Pjt-1 + e t...(8) Dimana : Pit = Harga kayu manis di tingkat petani pada waktu ke-t 37

Pit-1 = Harga kayu manis di tingkat petani pada waktu ke t-1 Pjt = Harga kayu manis di tingkat eksportir Padang pada waktu ke-t Pjt-1 = Harga kayu manis di tingkat eksportir Padang pada waktu ke t-1 b i = Parameter estimasi dengan i = 1,2,3,...n Pada penelitian ini akan dianalisis keterpaduan pasar kayu manis antara pasar ditingkat petani dengan pasar eksportir Padang. Dimana persamaanpersamaannya adalah sebagai berikut : P t = b 1 P t-1 + b 2 (P jt P jt-1 ) + b 3 P jt-1 + e t...(9) Dimana : P t = Harga kayu manis di tingkat petani pada waktu ke-t P t-1 = Harga kayu manis di tingkat petani pada waktu ke t-1 P jt = Harga kayu manis di tingkat eksportir Padang pada waktu ke-t P jt-1 = Harga kayu manis di tingkat eksportir Padang pada waktu ke t-1 b i = Parameter estimasi dengan i = 1,2,3,...n 4.4.7.1. Pengujian Hipotesa Untuk menguji secara statistik peubah bebas yang dipilih berpengaruh nyata atau tidak terhadap peubah terikat dapat dilakukan uji statistik t dan uji statistik F. Peubah bebas yang diuji yaitu harga kayu manis di tingkat petani pada waktu ke t-1 (P t-1 ), harga kayu manis di tingkat eksportir padang pada waktu ke-t (P t-1 ), harga kayu manis di tingkat eksportir pada waktu ke t-1 (P jt-1 ), dan peubah terikatnya adalah harga kayu manis di tingkat petani pada waktu ke t (P t ). Uji statistik t dapat digunakan untuk menguji koefisien regresi dari masing-masing peubah, apakah secara terpisah dan apakah peubah ke-i berpengaruh nyata terhadap peubah tidak bebas. Uji F digunakan untuk menguji koefisien regresi secara serentak, apakah peubah-peubah bebas secara bersama-sama dapat menjelaskan variasi dari peubah tidak bebas. Pengujian dari masing-masing koefisien regresi dilakukan dengan uji t-student, dengan hipotesa : H 0 : b 1 = 0, peubah bebas tidak berpengaruh nyata terhadap peubah tidak bebas H 1 : b 1 0, peubah bebas berpengaruh nyata terhadap peubah tidak bebas Pengujian dengan t-hitung adalah sebagai berikut : 38

t hitung = Dimana Se (bi) adalah standar error parameter dugaan bi Kriteria uji : t hitung < t tabel : terima H 0 t hitung > t tabel : tolak H 0 Jika hipotesa nol ditolak, berarti peubah yang diuji berpengaruh nyata terhadap peubah tidak bebas. Sebaliknya jika hipotesa nol diterima, maka peubah yang diuji tidak berpengaruh nyata terhadap peubah bebas. Sedangkan mekanisme yang digunakan untuk menguji koefisien regresi secara serentak adalah : H 0 : b 1 = b 2 =... = b k = 0 H 1 : b 1 b 2... b k 0 Statistik uji yang digunakan dalam uji F adalah : Fhit = Dengan derajat bebas (k-1), (N-k), dimana : SSR = Jumlah kuadrat regresi SSE = Jumlah kuadrat sisa N = Jumlah pengamatan k = Jumlah parameter Kriteria uji : F hitung < F tabel : terima H 0 F hitung > F tabel : tolak H 0 Jika hipotesa nol ditolak berarti minimal ada satu peubah yang digunakan berpengaruh nyata terhadap peubah tidak bebas. Sebaliknya jika hipotesa nol diterima berarti secara bersama peubah yang digunakan tidak bisa menjelaskan variasi dari peubah tidak bebas. Uji autokorelasi bertujuan untuk melihat apakah ada korelasi antar pengamatan. Uji autokorelasi ini menggunakan uji Durbin Watson. Pengujian dengan metode ini dilakukan karena di dalam model terdapat variabel lag. Pengujian ini digunakan dengan hipotesa : H 0 : ρ = 0 dan H 1 : ρ 0 39

Sedangkan koefisien Durbin-h diperoleh dari perhitungan sebagai berikut : dw = Dimana : dw = Nilai Durbin Watson e t e t-1 = Lag nilai kesalahan e 2 t = Kuadrat nilai kesalahan Koefisien Durbin watson (d) hitung dibandingkan dengan nilai tabel du dan nilai dl. Jika nilai d hitung < dl maka terdapat autokorelasi (+) dan (d) hitung > 4-dL terdapat autokorelasi (-). Jika nilai (d) hitung terdapat pada daerah lain, maka tidak terdapat autokorelasi antar pengamatan. Artinya model dapat digunakan dalam pembahasan selanjutnya. Untuk mengetahui apakah suatu pasar terpadu dalam jangka panjang maupun jangka pendek, maka dilakukan pengujian hipotesa terhadap keterpaduan pasar. Secara umum hipotesa yang akan diuji adalah : 1. Keterpaduan Pasar Jangka Panjang H 0 : b 2 = 1, pasar kayu manis terintegrasi dalam jangka panjang H 1 : b 2 1, pasar kayu manis tidak terintegrasi dalam jangka panjang t hitung = Dimana Se (b 2 ) adalah standar error parameter dugaan b 2 Apabila t hitung < t tabel maka hipotesa nol diterima secara statistik, yang artinya kedua pasar terpadu dalam jangka panjang. Sebaliknya t hitung > t tabel, maka hipotesa nol ditolak dan hipotesa alternatif diterima secara statistik, artinya kedua pasar tidak terpadu dalam jangka panjang. 2. Keterpaduan Pasar Jangka Pendek H 0 : b 1 / b 3 = 0, pasar kayu manis terintegrasi dalam jangka pendek H 1 : b 1 / b 3 0, pasar kayu manis tidak terintegrasi dalam jangka pendek Hipotesis b 1 / b 3 = 0 setara dengan b 1 = 0 sehingga hipotesis di atas dapat dituliskan sebagai berikut : H 0 : b 1 = 0, pasar kayu manis terintegrasi dalam jangka pendek H 1 : b 1 0, pasar kayu manis tidak terintegrasi dalam jangka pendek t hitung = 40

Dimana Se (b 1 ) adalah standar error parameter dugaan b 1 Apabila t hitung < t tabel maka hipotesa nol diterima secara statistik, yang artinya kedua pasar terpadu dalam jangka pendek. Sebaliknya jika t hitung > t tabel, maka hipotesa nol ditolak dan hipotesa alternatif diterima secara statistik, artinya kedua pasar tidak terpadu dalam jangka pendek. Pengujian kedua hipotesa tersebut (hipotesa keterpaduan jangka pendek dan hipotesa keterpaduan jangka panjang) adalah untuk melihat apakah suatu pengamatan cukup dekat dengan nilai yang dihipotesakan, sehingga membawa kita untuk menerima hipotesa yang dinyatakan (dalam hal ini hipotesa nol). 4.5. Definisi Operasional Dalam penelitian tataniaga kayu manis di Kabupaten Kerinci ini terdapat beberapa istilah yang dipergunakan. Maka untuk menyamakan persepsi,berikut beberapa penjelasannya: 1. Lembaga emasaran adalah lembaga-lembaga yang melaksanakan fungsi-fungsi pemasaran melalui proses distribusi kayu manis dari produsen ke konsumen luar negeri atau importir luar negeri, seperti : a. Petani kayu manis adalah petani responden yang memiliki usahatani kayu manis. b. Pedagang Pengumpul Desa (PPD) disebut juga pedagang pengumpul tingkat I yang melakukan pembelian langsung dari satu atau lebih petani responden dan menjual kembali ke pedagang pengumpul selanjutnya Biasanya pedagang ini bertempat tinggal dekat dengan daerah produksi. Volume barang yang dijual biasanya lebih sedikit dibandingkan dengan PPK serta pasar tujuan yang terbatas hanya di kawasan desa tertentu. c. Pedagang Pengumpul Kecamatan (PPK) disebut juga pedagang pengumpul tingkat II yang membeli barang dagangannya dari satu atau lebih pedagang pengumpul desa atau petani dan menjual kembali dagangannya ke pedagang pengumpul kabupaten. Volume barang yang dijual biasanya lebih besar dibandingkan dengan pedagang pengumpul desa. 41

d. Pedagang Besar Kabupaten (PBK) adalah pedagang responden yang melakukan pembelian barang dagangan dari satu atau lebih pedagang pengumpul kecamatan dan kadang juga berkeliling untuk untuk dijual kembali ke eksportir dan beberapa industri dalam negeri e. Eksportir kayu manis merupakan gudang dan melakukan pengolahan hasil terhadap kulit kayu manis yang dibeli dari pedagang besar kabupaten. 2. Marjin pemasaran adalah perbedaan harga yang dibayar konsumen akhir dengan harga yang diterima produsen untuk produk yang sama. Marjin pemasaran ini terdiri dari penjumlahan seluruh biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh seluruh lembaga pemasaran dalam proses penyaluran. 3. Biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan secara langsung dalam pemberian jasa kegiatan pemasaran. Biaya dihitung dengan merata-ratakan seluruh biaya yang dikeluarkan oleh setiap responden lembaga pemasaran. Komponen biaya yang diperhitungkan mencakup biaya pengangkutan, biaya penyusutan, biaya bongkar muat, biaya pengemasan, dan biaya retribusi. 4. Keuntungan pemasaran adalah selisih antara harga jual dengan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam pemasaran ini. 42