untuk meneliti tingkat predasi cecopet terhadap larva dan imago Brontispa sp di laboratorium. Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang membutuhkan. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui kemampuan predasi Cecopet Forficula auricularia terhadap larva dan Imago hama perusak pucuk (Brontispa longissima G.) tanaman kelapa (Cocos nucifera L.) Hipotesa Penelitian Cecopet F. auricularia memiliki predasi yang baik terhadap larva dan imago Brontispa sp. Dan setiap perlakuan memiliki daya predasi yang berbeda. Kegunaan Penelitian 1. Sebagai bahan penulisan skripsi untuk melengkapi persyaratan dalam menempuh ujian sarjana di Fakultas Pertanian, Medan. 2. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan dalam usaha mengendalikan hama perusak pucuk Brontispa sp tanaman kelapa (Cocos nucifera L.) TINJAUAN PUSTAKA
Serangga Hama Brontispa longissima (Gestro.) Biologi Menurut Kalshoven (1981), Hama B. longissima termasuk dalam ordo Coleoptera dan famili Chrysomelidae. Kumbang Brontispa (Brontispa longissima Gestro.) merusak pucuk kelapa terutama pada tanaman yang masih muda. Baik larva maupun kumbangnya berada di dalam lipatan anak daun muda yang belum membuka dan menggerek jaringan anak daun meninggalkan bekas-bekas gerekan memanjang. Selanjutnya daun-daun itu tetap tinggal bersatu, kemudian berkerut dan akhirnya mati ( Setyamidjaja, 1991 ). Stadium telur lamanya 4 hari. Seekor betina bertelur sebanyak ± 120 butir. Telur B. longissima berbentuk pipih jorong, panjang 1,4 mm dan lebar 0,5 mm.biasanya berbaris 2-4 butir dan dibungkus dengan kotoran bekas kunyahannya. ( Setyamidjaja, 1991 ). Gambar 1. Telur B. longissima Sumber : ( Anonimus, 2007).
Larva yang akan menjadi pupa melekatkan tubuhnya pada daun yang ada di dekatnya. Biasnya larva merusak daun yang masih lunak dengan cara mengggereknya dibagian bawah ( Suhardiyono, 1995 ). Gambar 2. Larva B. Longissima Sumber : foto langsung. Stadium larva rata-rata selama satu bulan. Larva berbentuk pipih, panjangnya 8-10 mm, berwarna kuning. Sisi badan berbulu pendek dan ekornya berkait seperti huruf U. Memiliki 4 sampai 6 instar. Larva dewasa panjangnya 10-12 mm, sisi badan berbulu pendek dan kekuningan ( Hosang, dkk., 2006 ). Gambar 3. Pupa B. Longissima Sumber : ( Anonimus, 2007 ).
Lama perkembangan masa pupa 4-7 hari. Pupa berbentuk pipih, panjangnya 9-10 mm, lebar 2 mm, warna kuning, pada ujung abdomennya juga berkait model huruf U seperti larvanya ( Setyamidjaja, 1991 ). Menurut Kalshoven (1981) elytra bagian atas berwarna kekuningan dan bagian bawah berwarna hitam dengan panjang 7 8 mm. Pada bagian elytra memiliki bercak yang sejajar ( Suhardiyono, 1995 ). Gambar 4. Imago B. longissima Sumber : Foto Langsung. Kumbang dewasa bentuknya pipih, berukuran panjang 10 mm, lebar 2 mm, kepalanya berwarna kuning-coklat. Antenanya hitam, sedangkan thoraksnya berwarna kuning. Kumbang dewasa dan juga larvanya sangat takut akan cahaya. Karena itu hama ini bergerak aktif pada malam hari. Perkembangbiakan paling cepat biasanya pada musim kemarau ( Suhardiyono, 1995 ).
Gejala Serangan Hama ini dapat menyerang semua tingkat umur tanaman, walaupun kerusakan lebih banyak terdapat pada tanaman muda di pembibitan atau setelah 3 atau 5 tahun ditanam di lapangan, terutama pada daerah kering ( Hosang, dkk., 2006 ). Gambar 5. Gejala serangan B. longissima Sumber : Foto Langsung Kerusakan yang ditimbulkan oleh kumbang ini berwarna merah coklat, keriting, dan kering. Serangan berat buah-buah muda berguguran, beberapa tahun berikutnya pohon-pohon itu dapat tidak berbuah sama sekali ( Kalshoven, 1981 ). Imago B. longissima dan larva tersebut menyerang daun muda (janur) yang belum membuka dengan cara mengorok lipatan anak daun sehingga setelah daun membuka terlihat gejala bercak-bercak memanjang dan anak daun menjadi keriput yang pada serangan berat daun menjadi kering. Hama ini berkembang pada cuaca kering dan panas ( Soedijanto dan Sianipar, 1985 ).
B. longissima merupakan hama penting pada pembibitan yang berakibat menghambat bibit dan bahkan dapat mengakibatkan kematian pada tanaman. Ambang toleransi B. Longissima adalah 20 stadia hidup (telur, larva, pupa, imago) per pucuk yang mulai membuka per pohon ( Suhardiyono, 1995 ). Baik larva maupun imago B. longissima (kumbang dewasa) hidup di dalam daun yang masih menutup dan memakan jaringan mesofil daun sehingga menimbulkan bercak memanjang dan lama-kelamaan daun berwarna kecoklatan ( Soedijanto dan Sianipar, 1985 ). Diperkirakan dalam waktu 3 (tiga) bulan setelah serangan hama tersebut akan mengalami penurunan produksi kelapa secara drastis dan apabila tidak ada langkah penanggulangan dan upaya pengendalian yang serius akan mengakibatkan kerugian yang cukup besar karena tanaman tidak menghasilkan ( Hosang, dkk, 2006 ). Serangga Predator Forficula auricularia Biologi Menurut Skelley (2007) cecopet diklasifikasikan kedalam ordo darmaptera dan famili Forficulidae. Cecopet mudah dikenal karena ada penjepit pada ekornya. Penjepit dipakai untuk menangkap dan memegang mangsanya, serta pertahanan diri. Cecopet biasanya berwarna hitam atau coklat, dewasa bisa bersayap atau tanpa sayap, aktif pada malam hari, pada siang hari bersembunyi dalam tanah atau dalam bagian tanaman. Cecopet memangsa telur, larva dan nimfa serta imago serangga yang badannya lembut ( Anonimus, 2008 ).
Serangga ini memiliki nama umum cecopet, berbentuk memanjang, ramping dan agak gepeng yang menyerupai kumbang pengembara, tetapi mempunyai sersi seperti capit. Sayap-sayap depan pendek, seperti kulit dan keras (elytra) dan tidak mempunyai rangka sayap, sehingga disebut dermaptera (derma=kulit, ptera=sayap). Elytra ini tidak digunakan untuk terbang, tetapi hanya untuk proteksi dan tidak menutupi seluruh abdomen. tipe mulut mengunyah dan metamorfosis sederhana. Cecopet muda ruas-ruas antenanya lebih sedikit dari pada yang dewasa, dengan ruas-ruas tambahan setiapkali berganti kulit. Cecopet muda dapat dibedakan dari yang dewasa dengan abdomen beruas sepuluh. Dewasa hanya memiliki delapan ruas yang nyata dan penjepit lurus seperti betina. Penjepit pada ujung abdomen digunakan untuk pertahanan, mengambil makanan (elytra pendek, jadi lebih fleksibel), dan untuk memudahkan perilaku kopulasi. Cecopet aktif pada malam hari dan bersembunyi ketika siang hari pada celah-celah dan lubang-lubang kecil di bawah kulit kayu dan reruntuhan ( Choate, 2001 ). F. auricularia dapat menghasilkan 50 90 telur masing- masing memiliki panjang 1,5 mm, diletakan di atas permukaan tanah pada seresah sisa-sisa tanaman. Stadia telur selama 10 hari, betina akan menjaga telur-telur didalam sarangnya.setelah kopulasi jantan akan meninggal ( Deptan, 2008).
Gambar 6. Telur F. Auricularia Sumber : Foto Langsung. Nimfa pengembangan meliputi 4 instars, lamanya stadia nimfa + 40-50 hari. Nimfa instar 1 dan 2 menghabiskan waktu di atas permukaan tanah dan masih dalam pengawasan cocopet dewasa. Pada instar 3 dan 4 mulai menyebar pada lingkungan sekitar (Skelley, 2007). Gambar 7. Nimfa F. auricularia Sumber ( Deptan, 2008 ). F. auricularia dewasa memiliki panjang + 12-15 mm, Memiliki dua pasang sayap (satu pasang seperti berkulit, dan satu pasang membran. Mengalami metamorfosis tidak sempurna. Tipe mulut menggigit lamanya siklus hidup + 1 tahun ( Choate, 2001 ).
Gambar 8. Imago F. auricularia Sumber : Foto Langsung. Kemampuan predator dalam memakan mangsanya dapat terjadi kenaikan yang tajam hal ini dikarenakan mangsa yang terlalu jarang dimangsa, hingga sampai pada suatu titik yang menggambarkan keadaan predator yang telah jenuh dalam memakan mangsanya (Horn, 1988). Kesukaan predator sangat kuat dipengaruhi oleh efisiensi pencarian makanan yang dihubungkan dengan bagian mangsa yang potensial. Kesukaan predator tergantung pada kualitas mangsa dan energi yang dikeluarkan untuk menangkap mangsa Naughton & Wolf (1990).