PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman bawang merah diduga berasal dari Asia. Sebagian literatur menyebutkan bahwa tanaman ini berasal dari Asia Tengah, terutama Palestina dan India, tetapi sebagian lagi memperkirakan asalnya dari Asia Tenggara dan Mediterania. Sumber lain menduga asal usul bawang merah dari Iran dan pegunungan sebelah utara Pakistan, namun ada juga yang menyebutkan asal tanaman ini dari Asia Barat yang kemudian berkembang ke Mesir, Turki, Israel dan Yunani Kuno ( Rukmana, 2005). Pada kondisi seperti sekarang ini, Indonesia yang sedang dalam keadaan krisis ekonomi harus dapat memaksimalkan penggunaan sumber daya alamnya sebagai salah satu jalan untuk dapat memulihkan kondisi perekonomiannya. Sebagai negara agraris sejak dahulu dan dengan dengan potensi alam yang memadai, sebenarnya kita tidak perlu menjadi negara pengimpor bawang merah seperti sekarang (www.lablink.or.id, 2008). Menurut Direktorat Jenderal Hortikultura Departemen Pertanian (2008), konsumsi rata-rata bawang merah untuk tahun 2007 adalah 4,74 kg/kapita/tahun atau 0,43 kg/kapita/bulan. Estimasi permintaan domestik untuk komoditas tersebut pada tahun 2007 mencapai 1.090.200 ton (konsumsi = 904.914 ton; benih dan industri = 185.286 ton), sedangkan produksi bawang merah Indonesia pada tahun 2007 adalah 832.609 ton sehingga kebutuhan akan bawang merah nasional tidak terpenuhi. Kini persoalan benih terjawab dengan kehadiran benih bawang merah berupa biji yaitu varietas Tuk Tuk. Dari hasil pengujian dilapangan, benih bawang
merah Tuk Tuk ini mampu memberikan kenaikan hasil produksi 10 15 ton/ha. Tuk Tuk merupakan varietas unggul bawang merah yang diproduksi oleh PT. East West Seed Indonesia dan telah diregistrasikan oleh Departemen Pertanian RI, sehingga menjadi varietas unggul bawang merah asal biji pertama yang terdaftar. Selain mampu meningkatkan produksi, dengan menggunakan benih bawang merah Tuk Tuk, juga menghemat biaya benih, tentu hal ini akan sangat menguntungkan petani karena dapat menghemat biaya sebesar 30 % ( www.suloh.or.id, 2008 ). Karena benih bawang merah berupa biji, maka kebutuhan benih untuk menanam bawang merah tidak banyak diperlukan lagi yaitu 4 kg /Ha dengan harga Rp 800.000 /kg atau sekitar 3,2 juta/ha. Sedangkan kebutuhan benih umbi sekitar 1,5 ton/ha, dimana harga benih umbi saat ini Rp 14.000/kg atau butuh Rp 21 juta/ha. Dari segi kualitas benih bawang merah Tuk Tuk lebih menarik, yaitu ukuran umbi-umbinya lebih besar, padat, warna umbi lebih merah, daya simpan lebih lama dibandingkan bawang lokal yaitu dapat melebihi 3 bulan ( www.suloh.or.id, 2008 ). Dalam suatu pertanaman sering terjadi persaingan antar tanaman maupun antara tanaman dengan gulma untuk mendapatkan unsur hara, air, cahaya matahari maupun ruang tumbuh. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasinya adalah dengan pengaturan jarak tanam. Dengan tingkat kerapatan yang optimum maka akan diperoleh indeks luas daun (ILD) yang optimum dengan pembentukan bahan kering yang maksimum (Effendi, 2002). Jarak tanam yang biasa digunakan untuk tanaman bawang merah dengan umbi adalah 15 x 20 cm dan 20 x 20 cm. Sedangkan jarak tanam yang direkomendasikan untuk
penanaman bawang merah dengan menggunakan biji adalah 10 x 10 cm (www.ewsi.co.id, 2008). Jarak tanam yang terlalu renggang dapat menghasilkan kualitas produksi yang lebih baik. Namun pada jarak tanam yang terlalu sempit mungkin tanaman budidaya akan memberikan kuantitas hasil yang tinggi namun kwalitasnya juga rendah karena adanya kompetisi antar tanaman itu sendiri. Oleh karena itu dibutuhkan jarak tanam yang maksimal untuk memperoleh hasil yang maksimum (Dad Resiworo, 1992). Meningkatnya peredaran pupuk anorganik (kimia) dan pupuk alternatif memang membuat petani punya banyak pilihan, namun juga menjadi bingung karena terlalu banyak jenis yang ditawarkan dan disanjung dengan promosi menggiurkan. Namun dari analisis laboratorium, banyak ditemukan pupuk anorganik yang tak sesuai dengan komposisi dalam label bahkan tak sedikit yang dipalsukan. Penggunaan pupuk kimia padahal harus sesuai kebutuhan lapangan dan kondisi tanah, dimana analisis kesuburan tanah sangat diperlukan agar diketahui kandungan unsur hara makro dan mikronya demi pemakaian yang lebih efisien (Drajat, 2007). Jarak tanam mempengaruhi populasi tanaman dan keefisienan penggunaan cahaya, juga mempengaruhi kompetisi antara tanaman dalam menggunakan air dan unsur hara, dengan demikian akan mempengaruhi hasil produksi tanaman. Pada umumnya, produksi tiap satuan luas yang tinggi tercapai dengan populasi tinggi, karena tercapainya penggunaan cahaya secara maksimum di awal pertumbuhan. Akan tetapi pada akhirnya, penampilan masing-masing tanaman secara individu akan menurun karena adanya persaingan untuk memperoleh cahaya dan faktor-faktor tumbuh lainnya. Tanaman memberikan respons dengan
mengurangi ukuran baik pada seluruh tanaman maupun bagian-bagian tanaman (cabang, buah, umbi atau polong) (Harjadi, 2005). Tanaman membutuhkan unsur-unsur hara yang diperlukan bagi pertumbuhannya. Unsur hara tersebut sebagian telah tersedia di tanah, namun sebagian lagi harus ditambahkan dengan jalan pemupukan. Berdasarkan aplikasinya, pupuk dibedakan menjadi dua yaitu pupuk akar dan pupuk daun. Pupuk daun termasuk pupuk anorganik yang cara pemberiannya ke tanaman melalui penyemprotan ke daun (Lingga dan Marsono, 2007). Pupuk daun dapat disebut juga sebagai pupuk tambahan atau pupuk alternatif. Pupuk daun ini memiliki keuntungan tersendiri dikarenakan selain mengandung unsur hara makro juga mengandung unsur hara mikro (Agromedia Pustaka, 2007). Pemberian pupuk anorganik dan pengaturan jarak tanam merupakan suatu alternatif yang perlu dipertimbangkan dalam usaha meningkatkan hasil bawang merah, sehingga perlu diketahui secara pasti peranan masing-masing faktor dalam mempengaruhi komponen pertumbuhan dan produksi. Dari penelitian ini diharapkan dapat diketahui dosis pupuk anorganik dan jarak tanam yang tepat untuk memperoleh hasil produksi yang maksimal. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dosis pupuk cair anorganik dan jarak tanam terhadap pertumbuhan dan produksi bawang merah (Allium ascalonicum L. var. Tuk Tuk ) asal biji.
Hipotesa Penelitian 1. Pupuk cair anorganik Petrovita berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi bawang merah. 2. Perbedaan jarak tanam berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi bawang merah. 3. Adanya interaksi pupuk anorganik Petrovita dan jarak tanam berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi bawang merah. Kegunaan Penelitian 1. Sebagai bahan untuk menyusun skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. 2. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.