BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI. Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan konsep

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. oleh peneliti terdahulu yang ada kaitannya dengan penelitian yang akan dilakukan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI. Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. karena kajian pustaka merupakan langkah awal bagi peneliti dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. mutakhir yang pernah diteliti oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. bertumpu pada penelaahan kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan pustaka yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. penelitian yang ditemukan oleh para peneliti terdahulu yang berhubungan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Tutur merupakan salah satu jenis teks sastra tradisional yang mengandung

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. Kajian pustaka memuat hasil-hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. dasarkan bertumpu pada penelaahan kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. Dalam melakukan sebuah penelitian memerlukan adanya kajian pustaka.

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi syarat. Dilihat dari segi isinya, karya jenis tutur tidak kalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. Selain berfungsi untuk menyusun landasan atau kerangka teori, kajian pustaka

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. Kajian pustaka menjelaskan gagasan, pemikiran atau studi-studi mutakhir

BAB I PENDAHULUAN. berkembang mengiringi kebudayaan dari zaman ke zaman.akibat perkembangan itu

BAB I PENDAHULUAN. namun hingga kini proses kreativitas penciptaan geguritan masih berlangsung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kajian pustaka adalah paparan atau konsep-konsep yang mendukung pemecahan

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dikatakan Horatio (Noor, 2009: 14), adalah dulce et utile

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan tersebut.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Nellasari Mokodenseho dan Dian Rahmasari. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep merupakan ide-ide, penggambaran hal-hal, atau benda-benda

BAB I PENDAHULUAN. untuk diteladani. Berdasarkan isi karya sastra itu, banyak karya sastra yang dipakai

BAB I PENDAHULUAN. tersebut disusun telah diperhitungkan segi-segi pementasannya dan sewaktu

BAB 1 PENDAHULUAN. karya sastra. Di zaman modern seperti sekarang ini, karya sastra sudah berkembang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. aspek-aspek kemasyarakatannya, baik yang berhubungan denga penciptanya, gambaran

TUTUR WIDHI SASTRA DHARMA KAPATIAN: ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI. Corresponding Author

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI. Universitas udayana. Beberapa hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti dari

BAB I PENDAHULUAN A. Bahasa Karya Sastra

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. pikiran sastrawan tentang kehidupan yang diungkapkan lewat bahasa (Sayuti,

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi, sastra berasal dari bahasa latin, yaitu literatur

BAB I PENDAHULUAN. mamak atau pulang ka bako (Navis,1984: ). Dengan kata lain dikenal

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa konsep, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra yang tercipta merupakan hasil dari proses kreativitas pengarang. Pengarang

BAB I PENDAHULUAN. indah setelah diberi arti oleh pembaca (Teeuw, 1984 : 91)

BAB I PENDAHULUAN. Budaya Timur dan Barat adalah dua budaya yang ada di dunia. Keberadaanya

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial

BAB I PENDAHULUAN. amanat, sudut pandang dan gaya bahasa yang saling berhubungan. Dengan demikian,

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI. Kajian pustaka berfungsi untuk mengetahui faktor-faktor original atau

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. penelitian (Putra, 2010: 10). Novel Sentana Cucu Marep karya I Made Sugianto yang banyak

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup

GEGURITAN SUMAGUNA ANALISIS STRUKTUR DAN NILAI OLEH PUTU WIRA SETYABUDI NIM

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Agar peneliti dan pembaca mendapatkan gambaran yang jelas mengenai preposisipreposisi

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52.

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi, maka karya sastra sangat banyak mengandung unsur kemanusiaan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. beberapa penulis dalam meneliti atau mengkaji karya sastra. Beberapa diantaranya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. bahasa. Seni bahasa tersebut berupa kata-kata yang indah yang terwujud dari

BAB 1 PENDAHULUAN. sastra mengambil isi sastra tersebut dari kehidupan sehari-hari yang terdapat

BAB I PENDAHULUAN. bentuk-bentuk karya sastra yang lainnya seperti puisi, cerpen, drama, dan lain

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tumpuan serta puncak keagungan bangsa adalah berupa

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan akar dari kebudayaan nasional. Keberadaan karya sastra dapat

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari negara Jepang. Haruki Murakami, lahir 12 Januari 1949, dan menghabiskan masa

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Refleksi Kehidupan Masyarakat Palestina dalam novel Sognando Palestina belum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan melalui kata-kata yang indah sehingga. berbentuk tulisan dan karya sastra berbentuk lisan.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastrawan yang dicetak pun semakin banyak pula dengan ide-ide dan karakter. dengan aneka ragam karya sastra yang diciptakan.

BAB I PENDAHULUAN. Geguritan merupakan salah satu karya sastra Bali tradisional yang masih

BAB II LANDASAN TEORI. suatu karya seni yang berhubungan dengan ekspresi dan keindahan. Dengan kata

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Pendekatan-Pendekatan dalam Karya Sastra

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu genre sastra yang memiliki dua dimensi, yaitu dimensi drama

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif peran sastrawan dan faktor-faktor yang melingkupi seorang sastrawan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian sastra, seorang peneliti harus memiliki kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Bab I. Pendahuluan. mengandung bidang pandang. Sastra bagi sebagian orang dinilai sebagai sebuah

Bab I Pendahuluan. pengarang yang berada dalam situasi setengah sadar (subconcius). Setelah memiliki

BAB I PENDAHULUAN. (fiction), wacana naratif (narrative discource), atau teks naratif (narrativetext).

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian yang relevan dengan penelitian tentang novel Bumi Cinta karya

BAB I PENDAHULUAN. Naskah drama merupakan karangan yang berisi kisah. Bahkan kadang juga

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, ide, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI. 9 Universitas Indonesia

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan

BAB I PENDAHULUAN. antara sastra Bali dengan kebudayaan Bali, di antaranya: Sastra Bali sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. peneliti memaparkan mengenai penelitian-penelitian yang pernah menganalisis tokoh utama

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik. Dengan demikian, melalui pengajaran sastra, peserta didik. memiliki kemampuan memahami dan menghargai seni budaya.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Penelitian ini memuat tentang hasil-hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti yang lebih dulu yang ada kaitannya dengan penelitian yang akan dilakukan. Beberapa penelitian yang berkaitan dengan pembahasan struktur dan fungsi pernah dilakukan sebelumnya, diantaranya: Sastrawan (2009) dalam skripsinya yang berjudul Tutur Panugrahan Dalem Analisis Struktur dan Fungsi, menguraikan tentang struktur yang membangun Tutur Panugrahan Dalem yang dibagi menjadi tiga unsur dominan yaitu usada, caru, dan mantra. Serta memiliki nilai yang relevan untuk diterapkan atau difungsikan pada kehidupan masyarakat. Skripsi ini menyajikan struktur teks Tutur Penugrahan Dalem yang terdiri dari usada, caru, dan mantra. Wiriawan (2011) dalam skripsinya yang berjudul Smarareka Analisis Struktur dan Fungsi, yang menguraikan tentang struktur yang membangun Tutur Smarareka, yang meliputi wariga, usada, mantra, upakara, upacara dan gaya bahasa. Sedangkan fungsi tutur tersebut dibagi menjadi dua, yaitu fungsi pendidikan dan fungsi pengatur pranata masyarakat Bali. Skripsi ini menyajikan tutur tentang bagaimana kehidupan manusia dari awal hingga semua yang dialami manusia selama hidupnya, serta struktur yang membentuk di antaranya wariga, usada, mantra, upacara, upakara, dan gaya bahasa. 7

Suardhiyani (2011) dalam skripsinya yang berjudul Geguritan Manusa Yadnya Analisis Struktur dan Fungsi, yang menguraikan tentang struktur yang membangun Geguritan Manusa Yadnya, yang meliputi upacara dan upakara. Sedangkan fungsi geguritan ini dibagi menjadi tiga, yaitu fungsi sebagai penuntun dalam upacara keagamaan, fungsi informasi dan fungsi pendidikan. Dalam skripsi ini disajikan struktur geguritan Manusa Yadnya yang terdiri dari upakara dan upacara. Ketiga kajian tersebut sangat membantu dan memberikan inspirasi dalam melakukan analisis terhadap teks Tutur Widhi Sastra Darma Kapatian serta sebagai pembanding teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini. Ketiga kajian tersebut membahas tentang struktur dan fungsi. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Sastrawan, Wiriawan, dan Suardhiyani memang sama-sama meneliti dengan analisis struktur dan fungsi namun objek kajiannya yang berbeda. Dalam Tutur Widhi Sastra Darma Kapatian struktur yang dibahas meliputi satuan forma dan satuan naratif. Selain itu juga membahas mengenai fungsi tutur tersebut dalam kehidupan masyarakat. 2.2 Konsep Konsep merupakan unsur-unsur pokok dari suatu penelitian, definisi, batasan secara singkat dari kelompok fakta, gejala, atau merupakan definisi dari apa yang perlu diamati dalam proses penelitian. Beberapa konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 8

2.2.1 Struktur Secara etimologis, struktur berasal dari kata structural (bahasa Latin) yang berarti bentuk atau bangunan. Asal muasal strukturalisme, seperti sudah dikemukakan diatas, dapat diacak dalam poitica Aristoteles, dalam kaitannya dengan tragedi, lebih khusus dalam pembicaraan mengenai plot. Secara definitif, strukturalisme berarti paham mengenai unsur-unsur, yaitu struktur itu sendiri, dengan mekanisme antarhubungannya, disatu pihak antarhubungan unsur yang satu dengan unsur lainnya, dipihak yang lain hubungan antara unsur dengan totalitasnya. Istilah Struktur sering dikacaukan dengan sistem. Definisi dan ciriciri struktur sering disamakan dengan definisi dan ciri-ciri sistem. Secara etimologis struktur berasal dari kata structura (Latin), berarti bentuk, bangunan, sedangkan sistem berasal dari kata systema (Latin), berarti cara (Ratna, 2009: 88-91). Pada dasarnya analisis struktural bertujuan memaparkan secermat mungkin fungsi dan keterkaitan antar berbagai unsur karya sastra yang secara bersama-sama menghasilkan sebuah totalitas. Selain itu analisis struktur tak cukup dilakukan hanya sekedar mendata unsur tertentu sebuah karya fiksi, misalnya peristiwa, plot, tokoh, latar, ataupun yang lainnya. Namun, yang lebih penting adalah menunjukkan bagaimana hubungan antara unsur itu dan sumbangan yang diberikan terhadap tujuan estetik dan makna keseluruhan yang ingin dicapai. Hal itu perlu dilakukan mengingat bahwa karya sastra merupakan sebuah struktur yang kompleks dan unik (Nurgiantoro, 2007:37). 9

Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995:119) mendefinisi bentuk sebagai bangunan, gambaran, rupa atau wujud, sistem atau susunan. Di dalam Ensiklopedia Indonesia edisi khusus (t.t.:449) pengertian bentuk adalah rupa indah yang menimbulkan kenikmatan artistik melalui cerapan pengelihatan dan penalaran. Bentuk indah dicapai dengan keseimbangan struktur artistik, keselarasan (harmoni) dan relevansi. Istilah formal yang dikemukakan oleh Ratna (2009:49) yang menyebutkan bahwa secara etimologis formal berasal dari bahasa Latin, yaitu forma berarti bentuk atau wujud, dan berkaitan dengan pemakaian istilah tersebut, maka penelitian ini menggunakan istilah bentuk. 2.2.2 Fungsi Fungsi sastra dalam masyarakat sering masih wajar dan langsung terbuka untuk penelitian ilmiah. Khususnya masalah hubungan antara fungsi estetik dan fungsi lain (agama, sosial) dalam variasi dan keragamannya dapat kita amati dari dekat dengan dominan tidaknya fungsi estetik: demikian pula kemungkinan perbedaan fungsi untuk golongan kemasyarakatan tertentu (Teeuw, 1984:304). Wellek dan Warren (1990: 25) yang sependapat dengan dialektika berfikir Horace menyebutkan bahwa karya sastra berfungsi sebagai dulce (hiburan) dan utile (berguan atau bermanfaat). Konsep fungsi karya sastra juga dikemukakan oleh Robson (1978: 25) menyebutkan bahwa fungsi atau kegunaan karya sastra tradisional erat kaitannya dengan bidang: (a) agama, filsafat, mitologi; (b) ajaran yang bertalian dengan sejarah etika; (c) keindahan alam atau hiburan. Setiap karya sastra yang dihasilkan oleh pengarang mempunyai sejarah 10

kejadiannya, artinya tiap teks direka atau dilahirkan guna memenuhi suatu fungsi. Selain itu, fungsi sastra sebagai hiburan, yang biasanya digunakan untuk menyenangkan hati dan menenangkan pikiran. Luxemburg (1984 : 94) menyebutkan bahwa fungsi adalah keseluruhan sifat-sifat yang bersama-sama menuju tujuan yang sama serta dampaknya. Sastra tidak hanya mencerminkan kenyataan, juga turut membangun masyarakat dan hendaknya berperan sebagai guru. Karya sastra harus menjalankan fungsi didaktik, hendaknya tidak hanya membuka mata orang bagi kekurangankekurangan di dalam tata masyarakat. 2.2.3 Tutur Tutur merupakan karya sastra tradisional memiliki arti yang sangat luas, seperti yang dipaparkan oleh Haryati Soebadio, bahwa tutur berarti pelajaran dogmatis yang diteruskan kepada murid-murid yang memenuhi syarat (1985 : 3). Lebih lanjut I Gusti Ngurah Bagus memberi pengertian bahwa tutur adalah nasehat, atau bicara. Kata pengulangan tutur-tuturan kadang-kadang disebut juga tuturan dalam istilah teknis dongeng mempunyai arti cerita lisan (1979 : 15). Dalam kamus Jawa Kuna-Indonesia dijelaskan bahwa kata tutur berarti daya, ingatan, kenang-kenangan, kesadaran. (Zoetmulder dkk, 1995 : 1307). 2.2.4 Widhi Sastra Dharma Kapatian Widhi Sastra Dharma Kapatian merupakan sebuah naskah lontar yang di dalamnya membicarakan tentang tata cara Upacara Pengabenan. Widhi Sastra 11

Dharma Kapatian dapat dibagi menjadi empat kata yakni kata Widhi, Sastra, Dharma, dan Kapatian. Dalam kamus bahasa Jawa Kuna-Indonesia kata Widhi berarti Tuhan (Zoetmulder dkk, 1995:1427). Sastra memiliki arti petunjuk (Zoetmulder dkk, 1995:1052). Dharma berarti kewajiban (Zoetmulder dkk 1995:197) dan Kapatian dapat diartikan sebagai kematian. Secara tersirat dapat disimpulkan bahwa Widhi Sastra Dharma Kapatian memiliki arti wahyu atau petunjuk yang diturunkan oleh Tuhan tentang tata cara kewajiban manusia dalam melaksanakan upacara kematian. 2.3 Landasan Teori Teori brasal dari kata theoria (bahasa latin). Secara etimologis teori berarti kontemplasi terhadap kosmos dan realitas. Pada tataran yang lebih luas, dalam hubungannya dengan dunia keilmuan, teori berarti perangkat pengertian, konsep, proposisi yang mempunyai kolerasi, dan telah teruji kebenarannya (Ratna, 2006:88). Pada umumnya, teori dipertentangkan dengan praktek. Setelah salah satu ilmu pengetahuan berhasil untuk mengabstraksikan keseluruhan konsepnya kedalam suatu rumusan ilmiah yang dapat diuji kebenarannya, yaitu teori itu sendiri, maka teori tersebut mesti dioperasikan secara praktis, sehingga cabangcabang ilmu pengetahuan sejenis dapat dipahami secra lebih rinci dan mendalam. Pada dasarnya, teori dengan praktek, kumpulan konsep dengan kumpulan data penelitian, bersifat saling membantu, saling melengkap. Teori adalah alat, kapasitasnya berfungsi untuk mengarahkan sekaligus membantu memahami objek 12

secara maksimal. Teori memiliki fungsi statis sekaligus dinamis (Ratna, 2009: 1-2). 2.3.1 Teori Struktural Dibidang ilmu sastra penelitian struktural dirintis jalannya oleh kelompok peneliti Rusia antara 1915-1930. Mereka biasanya disebut kaum Formalis. Kaum Formalis beranggapan bahwa karya sastra itu merupakan sistem sarana. Karya seluruhnya dipandang sebagai tanda, lepas dari fungsi refrensial atau mimetiknya. Karya sastra dalam anggapan ini menjadi tanda yang otonom, yang hubungannya dengan kenyataan bersifat tak langsung. Maka itu penelitian sastra pertama-tama bertugas untuk meneliti struktur karya sastra yang kompleks dan multidimensional, di mana setiap aspek dan anasir berkaitan dengan aspek anasir yang semuanya mendapat makna penuhnya dari fungsinya dalam totalitas karya itu. Analis struktural terhadap suatu karya sastra dilakukan dengan memusatkan amanatnya hanya pada karyanya, mengungkapkan unsur-unsur pembangun strukturnya dengan menelitinya secara cermat dan mengamati bentuk pertalian antara unsur yang membangunnya menjadi struktur yang utuh, bulat dan menyeluruh (Teeuw, 1984 : 128). Analisis struktural bertujuan untuk membongkar dan memaparkan secermat, seteliti, semendetail dan semendalam mungkin keterkaitan dan keterjalinan semua anasir dan aspek karya sastra bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh ( Teeuw, 1988 : 135). Menurut Teeuw, istilah stuktur dalam sastra dapat dikenakan dalam dua tataran yang sangat berbeda, yakni pada tataran 13

karya sastra dan pada tataran sistem. Struktur pada tataran karya terutama lebih diarahkan pada pendekatan objektif dengan melihat karya sastra sebagai sesuatu yang otonom. Sementara struktur pada tataran sistem berusaha mengaitkan karya sastra dengan unsur-unsur lain seperti agama, kebudayaan dan lain-lain (Teeuw, 1984 : 140). Dengan demikian dalam konteks ini kajian aspek agama, filsafat, dan sosial menjadi bagian yang dikedepankan, termasuk mengaitkannya dengan gejala serta sistem-sistem tanda dalam sastra. Teori struktural dipakai dalam menganalisis struktur Tutur Widhi Sastra Darma Kapatian. 2.3.2 Teori Fungsi Setelah melakukan analisis struktur, kemudian dilanjutkan dengan analisis fungsi teks Tutur Widhi Sastra Dharma Kapatian. Fungsi sastra dalam masyarakat masih sering lebih wajar dan langsung terbuka untuk penelitian ilmiah. Khususnya masalah hubungan antara fungsi estetis dan fungsi lain (agama, sosial) serta kemungkinan perbedaan fungsi untuk golongan kemasyarakatan tertentu (Teeuw, 1984 : 38). Damono ( 1979 : 4) menyatakan bahwa karya sastra berfungsi sebagai pembaharu dan perombak, selain itu karya harus mengajarkan sesuatu denga cara menghibur. Fungsi utama karya sastra adalah untuk melukiskan, mencerminkan kehidupan manusia, sedangkan kehidupan manusia itu sendiri selalu mengalami perkembangan (Ratna, 2010:73). Fungsi sebuah teks keseluruhan sifat-sifat yang bersama-sama menuju tujuan yang sama serta dampaknya (Luxemburg, 1984: 94). Hubungan karya 14

sastra dengan masyarakat merupakan kompleksitas hubungan yang bermakna, antar hubungan bertujuan untuk saling menjelaskan fungsi-fungsi prilaku sosial yang terjadi pada saat tertentu (Ratna, 2009 :137). Fungsi Tutur Widhi Sastra Dharma Kapatian yang akan dianalisis dalam penelitian ini dikaitkan dengan situasi dan kondisi masyarakat Bali. 15