BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan nasional menurut TAP. MPR No.IV/MPR/1999 adalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. untuk mendukung pembangunan ekonomi nasional. Namun potensi tersebut. dengan pasokan produk kelautan dan perikanan.

I. PENDAHULUAN. Saat ini perikanan tangkap di Indonesia telah mengalami gejala padat tangkap

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka memenuhi kebutuhan gizi manusia. Perikanan budidaya dinilai

BAB I PENDAHULUAN. banyak, masih dianggap belum dapat menjadi primadona. Jika diperhatikan. dialihfungsikan menjadi lahan non-pertanian.

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 32 TAHUN 2015 TENTANG SENTRA PRODUKSI PERIKANAN UNGGULAN DI KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. dari laut pesisir, laut lepas, teluk dan selat. Dari luas laut sebesar itu di dalamnya

II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas

MINAPOLITAN DAN DESA LIMBANGAN, KETIKA KONSEP sdpembangunan DAN POTENSI KAWASAN DISATUKANcd ( oleh : Adi Wibowo)

BAB I PENDAHULUAN. kedua sumber utama tidak dapat memenuhi kebutuhan. Ketersediaan pangan

Lomba Penulisan Artikel HUT KORPRI Ke 43 Kabupaten Cilacap Mengangkat HARKAT, MINAPOLITAN Cilacap*

BAB I PENDAHULUAN. mampu bertahan dan terus berkembang di tengah krisis, karena pada umumnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN DI INDONESIA. Oleh: Dr. Sunoto, MES

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris dan maritim memiliki potensi besar dalam

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kewenangan yang lebih luas. Masing-masing kepala daerah

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. menjadi pusat pengembangan dan pelayanan pariwisata. Objek dan daya tarik

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

RENCANA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2018

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Air digunakan untuk kebutuhan sehari-hari (minum, mandi

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN SEKTOR KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN 2018

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kiat Kiat Jurus Jitu Pengembangan Minapolitan

I. PENDAHULUAN. rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang

PEMANFAATAN SURVAI DAN PEMETAAN LAUT DALAM RANGKA MENGOPTIMALISASIKAN PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN LAUT INDONESIA

PEMBANGUNAN MINAPOLIS DAN HINTERLAND KAWASAN MINAPOLITAN

92 pulau terluar. overfishing. 12 bioekoregion 11 WPP. Ancaman kerusakan sumberdaya ISU PERMASALAHAN SECARA UMUM

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan. Perkembangan pembangunan secara tidak langsung merubah struktur

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kota Cilacap merupakan kota yang terletak di sebelah selatan dari

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, aktivitas mikroorganisme atau proses oksidadi lemak oleh udara

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ujang Muhaemin A, 2015

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Unisba.Repository.ac.id

I. PENDAHULUAN. Tahun Budidaya Laut Tambak Kolam Mina Padi

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

4.3 Pengaruh Ketimpangan Wilayah Terhadap Kondisi Hunian BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran...

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 97 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA STRATEGIS WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. bermukim pun beragam. Besarnya jumlah kota pesisir di Indonesia merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. berkelanjutan (sustainabel development) merupakan alternatif pembangunan yang

I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

ANALISIS SUMBERDAYA PESISIR YANG BERPOTENSI SEBAGAI SUMBER PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KOTA BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. menggantungkan hidup pada sektor pertanian. Sektor pertanian tidak hanya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Daerah Istimewa Yogyakarta. Luas wilayah 506,85 km 2

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di

BAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2015

I. PENDAHULUAN. dalam pelaksanaannya didasarkan pada latar belakang, tujuan, dan kebijakan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan jumlah pulau sebanyak yang dikelilingi oleh laut seluas 7,7

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya

MEMORANDUM PROGRAM SANITASI Program PPSP 2015

PROFILE DINAS PERIKANAN DAN KELAUTAN

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan. Hal ini karena beberapa jenis sampah memiliki kandungan material

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdiri atas perairan yang di dalamnya terdapat beraneka kekayaan laut yang

BUPATI TABANAN PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis pembuatan kerupuk kulina (kulit ikan nila) merupakan salah satu

PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT DALAM KONSEP MINAPOLITAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dibandingkan dengan kabupaten-kabupaten yang lainnya seperti Sleman,

Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

PROGRAM/KEGIATAN DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN DIY KHUSUS URUSAN KEHUTANAN TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari yang terdapat di daratan hingga di lautan. Negara Kesatuan Republik

BAB I PENDAHULUAN. membentang dari Sabang sampai Merauke yang kesemuanya itu memiliki potensi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PRIORITAS AKTIVITAS PERTANIAN, INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN DI KABUPATEN KULON PROGO TUGAS AKHIR. Oleh: B U S T A M I L2D

POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP

I. PENDAHULUAN. Pemenuhan kebutuhan pangan merupakan salah satu hak manusia yang paling

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan ekonomi masyarakat dalam bidang perikanan Indonesia, telah menjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Welly Yulianti, 2015

BAB I PENDAHULUAN. bekerja sama dengan pemerintah Republik Indonesia dalam kegiatan sosial,

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN Sejarah Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

PENATAAN PEMUKIMAN NELAYAN TAMBAK LOROK SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya nasional yang berkeadilan, serta perimbangan keuangan pusat dan

PROGRAM MENUJU INDONESIA HIJAU KABUPATEN BANTUL 2011

POTENSI PERIKANAN DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN CILACAP, JAWA TENGAH. Oleh : Ida Mulyani

BAB I PENDAHULUAN. Lahan menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang kehidupan. manusia. Fungsi lahan sebagai tempat manusia beraktivitas untuk

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan daerah adalah meningkatkan. pertumbuhan sektor ekonomi, dengan pendapatan sektor ekonomi yang tinggi

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting. dalam pembangunan ekonomi, baik untuk jangka panjang maupun jangka

BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI

RENCANA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN Forum SKPD

Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat (Fitria Putri Nastiti dan Utami Dewi,SIP, M.PP.)

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prospek cerah untuk dikembangkan, karena ikan lele merupakan. air tawar yang sangat digemari oleh masyarakat.

I. PENDAHULUAN. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor Kep.32/Men/2010 Tentang Penetapan Kawasan Minapolitan

BAPPEDA Planning for a better Babel

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya perikanan di Kabupaten Gorontalo Utara meliputi perikanan tangkap dan perikanan budidaya.

PENDAHULUAN. (Rencana Aksi Pemantapan Ketahanan Pangan ).

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Buah naga merupakan buah yang berkhasiat bagi kesehatan. Beberapa khasiat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Daya Mineral yang telah diupayakan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Tengah pada periode sebelumnya.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumberdaya alam, termasuk di

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional menurut TAP. MPR No.IV/MPR/1999 adalah merupakan usaha peningkatan kualitas manusia dan masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan, berdasarkan kemampuan nasional dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta memperhatikan tantangan perkembangan global. Pembangunan semestinya dapat dilaksanakan secara merata di seluruh penjuru negeri ini sehingga pembangunan dapat menyentuh semua lapisan masyarakat hingga di daerah pelosok dan terpencil. Indonesia sebagai sebuah negara kepulauan dengan 70% luas wilayahnya adalah perairan, seharusnya mampu mensejahterakan rakyatnya dengan pemanfaatan sumberdaya alam yang terkandung di dalamnya. Seperti halnya minyak bumi dan gas serta sumberdaya alam mineral bumi lainnya yang tidak terbarukan (non-renewable resources), potensi kelautan dan perikanan Indonesia merupakan sebuah kekayaan terbarukan (renewable resources) yang seharusnya dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat Indonesia. Rondinelli (1985) mengidentifikasikan tiga konsep pengembangan kawasan, yakni (1) Konsep kutub pertumbuhan (growth pole), (2) Integrasi (keterpaduan) fungsional spasial, dan (3) Pendekatan decentralized territorial. Salah satu bentuk pendekatan pengembangan kawasan perdesaan pesisir yang dapat diwujudkan adalah berupa pengembangan kemandirian pembangunan perdesaan pesisir yang didasarkan pada potensi wilayah desa-desa pesisir itu 1

2 sendiri, dimana keterkaitan dengan perekonomian kota harus bisa diminimalkan. Untuk memanfaatkan potensi sumber daya alam yang ada khususnya yang terkait dengan pengembangan perikanan dalam arti luas maka diupayakan suatu pendekatan melalui perencanaan pengembangan kawasan minapolitan. Berkaitan dengan bentuk inilah maka pendekatan minapolitan disarankan sebagai strategi pembangunan yang terkonsentrasi di wilayah perdesaan. Minapolitan akan menjadi relevan dengan wilayah pengembangan perdesaan karena pada umumnya sektor perikanan dan pemanfaatan sumberdaya laut memang merupakan mata pencaharian utama dari sebagian besar masyarakat pesisir. Otoritas perencanaan dan pengambilan keputusan akan didesentralisasikan di desa-desa sehingga masyarakat yang tinggal di perdesaan pesisir akan mempunyal tanggung jawab penuh terhadap pekembangan dan pembangunan daerahnya sendiri. Menurut SK Dirjen Perikanan Budidaya Nomor 45 tahun 2009 tentang Pedoman Umum Pengembangan Kawasan Minapolitan, minapolitan terdiri dari kata mina dan kata politan (polis). Mina berarti ikan dan politan berarti kota, jadi minapolitan diartikan sebagai kota perikanan atau kota di daerah lahan perikanan atau perikanan di daerah kota. Pengertian minapolitan adalah kota perikanan yang tumbuh dan berkembang karena berjalannya sistem dan usaha perikanan serta mampu melayani, mendorong, menarik, menghela kegiatan pembangunan ekonomi daerah sekitarnya. Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2010, tentang Penetapan Lokasi Minapolitan, terdapat

3 197 kabupaten/kota se-indonesia yang ditetapkan sebagai lokasi minapolitan. Khusus untuk Daerah Istimewa Yogyakarta, terdapat 3 kabupaten yang ditetapkan sebagai lokasi minapolitan yaitu Kabupaten Kulon Progo, Kabupaten Sleman dan Kabupaten Gunungkidul. Dengan adanya penetapan kawasan minapolitan di daerah tersebut, diharapkan mampu meningkatkan taraf kehidupan masyarakat menjadi lebih baik. Berdasarkan luas usaha kolam budidaya di DIY, Kabupaten Sleman memiliki kolam budidaya paling luas, kemudian diikuti oleh Kabupaten Bantul, kemudian Kabupaten Kulon Progo, lalu Kabupaten Gunungkidul, dan yang terakhir Kota Yogyakarta. Luas usaha kolam budidaya tersebut dapat dilihat dari grafik di bawah ini. Luas (Ha) 900.00 800.00 700.00 600.00 500.00 400.00 300.00 200.00 100.00 0.00 2009 2010 2011 2012 2013 Gunungkidul 58.70 26.31 23.61 26.31 36.66 Bantul 226.50 105.42 84.64 105.42 107.59 Kulon Progo 221.30 63.29 46.94 63.29 56.59 Sleman 598.00 691.32 618.00 691.32 806.39 Kota 1.78 1.78 0.96 1.78 0.00 Gambar 1.1. Grafik luas usaha kolam budidaya DIY tahun 2009-2013 Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan DIY, 2014 Dari kelima wilayah kabupaten/kota di DIY, hanya dua wilayah yang memiilik hasil produksi perikanan paling besar, yaitu Kabupaten Kulon Progo dan

4 Kabupaten Sleman. Jenis komoditas perikanan yang paling besar dihasilkan oleh kabupaten tersebut adalah jenis ikan lele dan ikan nila. Produksi lele yang dihasilkan oleh Kabupaten Kulon Progo adalah sebesar 9.984.218 kg, dan prduksi ikan nila yang dihasilkan oleh Kabupaten Sleman adalah sebesar 7.940.930 kg. Hal tersebut dapat dilihat dari grafik di bawah ini. 12,000,000 10,000,000 8,000,000 6,000,000 4,000,000 2,000,000 - GUNUNGKIDUL KULON PROGO BANTUL SLEMAN KOTA Gambar 1.2. Produksi Perikanan Budidaya Per Komoditas (Kg) DIY Tahun 2013 Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan DIY, 2014 Kabupaten Sleman memiliki luas wilayah sebesar 57.482 Ha atau 18% luas wilayah DIY. Pemerintah Kabupaten Sleman menetapkan dua kawasan minapolitan, yaitu Kecamatan Berbah melalui SK Bupati Nomor 215/Kep.KDH/A/2010 tentang Penetapan Kecamatan Berbah sebagai kawasan minapolitan dan Kecamatan Ngemplak sebagai kawasan minapolitan melalui SK Bupati Nomor 216/Kep.KDH/A/2010 tentang Penetapan Kecamatan Ngemplak

5 sebagai kawasan minapolitan. Kecamatan Berbah dikembangkan untuk sentra kawasan budidaya udang galah, sedangkan Kecamatan Ngemplak dikembangkan untuk sentra kawasan budidaya ikan nila. Kebijakan ini sangatlah tepat mengingat Kabupaten Sleman memiliki dukungan potensi perikanan yang paling besar di DIY. Dari data yang diperoleh dari Dinas Kelautan dan Perikanan DIY tahun 2013, luas kolam usaha perikanan budidaya di Kabupaten Sleman adalah 806,39 Ha. Pengembangan kawasan minapolitan di Kecamatan Ngemplak ternyata berhasil. Peningkatan hasil produksi yang terjadi mulai tahun 2009 hingga tahun 2013 sangat tajam. Pada tahun 2009 hasil produksi ikan nila sebesar 3.289,9 ton, kemudia meningkat sebesar 141,37% menjadi 7.940,9 ton. Hasil produksi ikan nila di DIY secara rinci dapat dilihat dari grafik di bawah ini. 9,000.0 8,000.0 7,940.93 7,000.0 6,000.0 5,000.0 4,000.0 3,000.0 2,000.0 1,000.0-6,835.24 5371.42 3,532.2 3,289.9 2,151.03 1588.4 1,709.81 936.8 225.9 414.4 615.1 589.9 539.76 609.52 622.42 693.58 262.4 230.9 280 18.6 9.4 13.985 12.79 9.90 2009 2010 2011 2012 2013 GUNUNGKIDUL KULON PROGO BANTUL SLEMAN KOTA Gambar 1.3. Produksi ikan nila (ton) di DIY tahun 2009 hingga 2013 Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan DIY, 2014

6 Keberhasilan program minapolitan di Kecamatan Ngemplak Kabupaten Sleman tentunya tidak bisa terlepas dari partisipasi masyarakat. Hal ini dikarenakan partisipasi dan pembangunan merupakan dua hal yang sangat berkaitan erat. Agar keberhasilan pembangunan dapat dicapai maka diperlukan partisipasi masyarakat yang salah satunya bersifat proaktif atau sukarela (tanpa disuruh) (Parwoto, 1997). Keunikan kegiatan budidaya perikanan di Kecamatan Ngemplak adalah bahwa kegiatan tersebut sudah dilakukan sejak dari dulu atau turun temurun dan secara swadaya, dimana belum ada campur tangan dari pemerintah terkait kegiatan tersebut. Kemudian setelah itu pemerintah baik tingkat pusat, provinsi dan kabupaten mulai campur tangan dengan memberikan dukungan melalui program-program yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi perikanan di Kabupaten Sleman pada umumnya dan Kecamatan Ngemplak pada khususnya, hingga akhirnya ditetapkannya Kecamatan Ngemplak menjadi salah satu kawasan minapolitan di Kabupaten Sleman. Adanya perkembangan budidaya perikanan mulai dari awal mula budidaya kemudian masuknya campur tangan pemerintah hingga ditetapkannya menjadi kawasan minapolitan tentunya juga menimbulkan perkembangan partispasi masyarakat di kawasan tersebut. Untuk itu diperlukan adanya kajian mengenai partisipasi masyarakat dalam pengembangan kawasan minapolitan di Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

7 1.2 Pertanyaan Penelitian a. Bagaimana jenis partisipasi masyarakat dalam pengembangan kawasan minapolitan di Kecamatan Ngemplak Kabupaten Sleman? b. Faktor apa sajakah yang mempengaruhi terbentuknya partisipasi masyarakat dalam pengembangan kawasan minapolitan di Kecamatan Ngemplak Kabupaten Sleman? 1.3 Tujuan Penelitian a. Menemukan jenis partisipasi masyarakat dalam pengembangan kawasan minapolitan di Kecamatan Ngemplak Kabupaten Sleman. b. Menemukan faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam pengembangan kawasan minapolitan di Kecamatan Ngemplak Kabupaten Sleman. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi pihak lain. Manfaat yang diharapkan adalah manfaat akademis dan manfaat praktis. Manfaat akademis melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan dan pemahaman mengenai jenis partisipasi masyarakat dan faktorfaktor yang mempengaruhi terbentuknya partisipasi masyarakat dalam pengembangan kawasan minapolitan di Kecamatan Ngemplak Kabupaten Sleman. Manfaat praktis yang diharapkan yaitu diharapkan dapat memberikan kontribusi berupa pertimbangan dalam pembuatan kebijakan bagi pemerintah daerah

8 setempat dalam rangka meningkatkan kinerja pelaksanaan program-program pemerintah di waktu yang akan datang. Selain itu juga diharapkan dapat dijadikan referensi pengetahuan dan bahan kajian ilmiah dalam program pengembangan kawasan minapolitan. No. Nama Penulis 1. Ambar Sri Mumpuni (2012) 2. Dimas Wicaksono (2012) 1.5 Keaslian Penelitian Judul Tujuan Metode Lokasi Partisipasi masyarakat Kampung Laut Kabupaten Cilacap dalam konservasi kawasan Segara Anakan Partisipasi Masyarakat Dalam Pengurangan Resiko Banjir Kanal Timur Studi Kasus Sistem Polder Banger Kelurahan Muktiharjo Kota Semarang Mendeskripsikan partisipasi masyarakat Kampung Laut Kabupaten Cilacap dalam konservasi kawasan Segara Anakan 1. Mengevaluasi partisipasi dan kekuatan tindakan masyarakat terhadap pengurangan resiko banjir di sistem polder banger. 2. Model kelembagaan pengurangan resiko bencana yang berwawasan lingkungan dan komprehensif Sumber: Hasil analisis, 2014. Deskriptif Kualitatif Deskriptif Kualitatif Desa Ujungalang Kecamatan Kampung Laut Kabupaten Cilacap Kelurahan Muktiharjo Kecamatan Gayamsari Kota Semarang

9 Berbeda dengan penelitian yang disebutkan di atas, penelitian mengenai partisipasi masyarakat dalam pengembangan kawasan minapolitan di Kecamatan Ngemplak Kabupaten Sleman bertujuan untuk menemukan jenis partisipasi masyarakat dalam pengembangan kawasan minapolitan di Kecamatan Ngemplak Kabupaten Sleman, sedangkan penelitian partisipasi masyarakat Kampung Laut Kabupaten Cilacap dalam konservasi kawasan Segara Anakan bertujuan untuk mendeskripsikan partisipasi masyarakat. Penelitian mengenai partisipasi masyarakat dalam pengembangan kawasan minapolitan di Kecamatan Ngemplak Kabupaten Sleman juga bertujuan untuk menemukan faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam pengembangan kawasan minapolitan di Kecamatan Ngemplak Kabupaten Sleman. Tujuan ini tidak ditemukan di penelitian yang dituliskan di atas.