FAKTOR-FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA NELAYAN DI DESA TUADA KECAMATAN JAILOLO KABUPATEN HALMAHERA BARAT

dokumen-dokumen yang mirip
*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

Kata kunci : Sikap Kerja, Keluhan Muskuloskeletal Disorder

HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS FISIK DAN UMUR DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA BURUH BAGASI DI PELABUHAN SAMUDERA BITUNG

GAMBARAN POSISI KERJA DAN KELUHAN GANGGUAN MUSCULOSKELETAL PADA PETANI PADI DI DESA KIAWA 1 BARAT KECAMATAN KAWANGKOAN UTARA

HUBUNGAN ANTARA POSISI KERJA DENGAN KELUHAN MUKULOSKELETAL PADA EKSTREMITAS BAWAH TENAGA KERJA MATAHARI MEGA MALL DI MANADO

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Manusia dituntut untuk berusaha atau bekerja dalam rangka memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas dari peran

Kata kunci: Status Gizi, Umur, Beban Kerja Fisik, Keluhan Muskuloskeletal.

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

Krisdianto, et al, Hubungan Faktor Individu dan Faktor Pekerjaan dengan Keluhan Muskuloskeletal

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB I PENDAHULUAN. dengan program pengembangan dan pendayagunaan SDM tersebut, pemerintah juga memberikan jaminan kesejahteraan, kesehatan dan

As'Adi, et al, Hubungan Antara Karakteristik Individu dan Manual Material Handling dengan Keluhan...

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

HUBUNGAN ANTARA POSTUR KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA BAGIAN PRESS DRYER UD. ABIOSO, BOYOLALI

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan pada sistem otot rangka/musculoskeletal disorders (MSDs)

GAMBARAN BEBAN KERJA BERDASARKAN DENYUT JANTUNG PADA TENAGA KERJA BONGKAR MUAT (TKBM) PELABUHAN SAMUDERA BITUNG.

HUBUNGAN POSTUR KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DAN PRODUKTIVITAS KERJA PADA PEKERJA BAGIAN PENGEPAKAN DI PT. DJITOE INDONESIA TOBAKO

HUBUNGAN ANTARA POSTUR KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA PEMBUATAN BATU BATA

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANNGUANMUSKULOSKELETAL PADA CLEANING SERVICE

HUBUNGAN ANTARA SIKAP KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PENJAHIT DI PASAR 45 MANADO Victoria P. Pinatik*,,A. J. M. Rattu*, Paul A. T.

Hubungan Tingkat Risiko Ergonomi Dan Masa Kerja Dengan Keluhan Muskuloskeletal Pada Pekerja Pemecah Batu

BAB I PENDAHULUAN. Repository.unimus.ac.id

HUBUNGAN POSTUR KERJA TIDAK ERGONOMIS DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN DENGAN MUSCOLOSKELETAL DISORDERS

Kata Kunci: Nelayan, Umur, Masa Kerja, Lama Kerja dan Keluhan Musculoskeletal.

*FakultasKesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

ANALISIS POSTUR KERJA PADA MEKANIK BENGKEL SEPEDA MOTOR HIDROLIK X DAN NON-HIDROLIK Y KOTA SEMARANG

HUBUNGAN MASA KERJA DAN POSISI TANGAN SAAT MENGEMUDI DENGAN KELUHAN NYERI BAHU PADA SOPIR BUS DI KABUPATEN BOYOLALI

HUBUNGAN ANTARA POSTUR KERJA DENGAN TINGKAT KELUHAN SUBYEKTIF MUSKULOSKELETAL PADA PENJAGA PINTU TOL TEMBALANG SEMARANG

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MUSCULOSKELETAL DISORDERS PADA PEKERJA BATIK DI KECAMATAN SOKARAJA BANYUMAS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluhan muskuloskeletal adalah kerusakan pada bagian-bagian otot

HUBUNGAN SIKAP KERJA DINAMIS DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PERAWAT BAGIAN BANGSAL KELAS III DI RSUD DR. MOEWARDI

ABSTRACT. Key words : age, length of employment, vibration, musculoskeletal complaints ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. harus sesuai dengan kondisi tubuh serta tenaga yang dimiliki oleh masing-masing individu

GAMBARAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PENJAHIT DI KOTA DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN.

HUBUNGAN TEKNIK ANGKAT BEBAN DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DI INDUSTRI PAVING BLOK DESA MEKARWANGI KECAMATAN CISAYONG KABUPATEN TASIKMALAYA 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Gambaran risiko..., Tati Ariani, FKM UI, 2009

HUBUNGAN POSISI KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA UNIT PENGELASAN PT. X BEKASI

sesuatu dari satu tempat ke tempat lainnya. Pentingnya transportasi terlihat pada

SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia perindustrian di era globalisasi dan Asean Free Trade

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN OTOT SENDI PADA OPERATOR KOMPUTER BAGIAN KEUANGAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peranan manusia sebagai sumber tenaga kerja pada industri

BAB I PENDAHULUAN. penyakit akibat kerja, keluhan muskuloskeletal merupakan keluhan yang paling sering

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia dewasa ini lebih dikonsentrasikan pada

BAB I PENDAHULUAN. Low Back Pain (LBP) merupakan salah satu masalah pada. muskuloskeletal paling umum dan saat ini menjadi masalah paling luas

Analisis Postur Kerja dengan Rapid Entire Body Assesment (REBA) di Industri Pengolahan Tempe

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN NYERI PINGGANG PADA PENGRAJIN SONGKET DI DESA TALANG AUR KECAMATAN INDRALAYA KABUPATEN OGAN ILIR

BAB I PENDAHULUAN. dengan pekerjaan manual handling. Suatu hal yang sangat beralasan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Indonesia

Disusun Oleh : FREDYLA J PROGRAM FAKULTAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN MASA KERJA DAN POSISI TUBUH SAAT BEKERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PERAWAT

TUGAS AKHIR. Akhmad Abul A la Almaududi R

HUBUNGAN POSTUR KERJA DENGAN KELUHAN CUMULATIVE TRAUMA DISORDERS (CTDs) PADA PEKERJA PELINTINGAN ROKOK MANUAL DI PT.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

Kata kunci: intensitas pencahayaan, usia, kelelahan mata, lux meter, flicker fusion

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghasilkan barang dan jasa yang bermutu tinggi. Namun, menurut Notoadmodjo

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI

GAMBARAN DISTRIBUSI KELUHAN TERKAIT MUSKULOSKELETAL DISORDERS (MSDs) PADA TUKANG SUUN DI PASAR ANYAR BULELENG TAHUN 2013

Kata Kunci: masa kerja, suhu lingkungan, sikap kerja, keluhan musculoskeletal

Dwi Bayu Retnaningtyas 1, Siti Harwanti 2, Nur Ulfah 3 Alumni 1, Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan Unsoed 2-3

* Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata Kunci: Masa Kerja, Posisi Kerja, Keluhan Musculoskeletal

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

KATA PENGANTAR. Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkah

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas yang sering dilakukan oleh manusia Peter Vi, (2000) dalam Tarwaka

*Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sam Ratulangi Manado

SKRIPSI. Skripsi Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1Kesehatan Masyarakat. Disusun oleh : RIA NUR ELLYANA J

BAB I PENDAHULUAN. akibat nyeri punggung. Nyeri punggung bagian bawah merupakan penyebab

Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro, **) Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Semarang

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2020 mendatang, di mana Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan persyaratan yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi

FAKTOR RISIKO KELUHAN MUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDs) PADA AKTIVITAS PENGANGKUTAN BERAS DI PT BUYUNG POETRA PANGAN PEGAYUT OGAN ILIR

HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA FISIK DENGAN KELUHAN NYERI PUNGGUNG PADA BURUH BAGASI DI PELABUHAN LAUT MANADO

Hubungan Antara Umur dan Masa Kerja dengan Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada Pekerja Laundry

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA

HUBUNGAN SIKAP KERJA ANGKAT-ANGKUT DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA KULI PANGGUL DI GUDANG BULOG SURAKARTA

ANALISIS POSTUR KERJA PADA TENAGA KERJA DENGAN METODE REBA AREA WORKSHOP PT X JAKARTA TIMUR

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi. Kata Kunci : Nyeri Punggung Bawah, Umur, Masa Kerja, Lama Kerja, Pelabuhan

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kecelakaan, penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan

HUBUNGAN ANTARA UMUR, MASA KERJA DAN KEBIASAAN MEROKOK DENGAN INDEKS KESEGARAN KARDIOVASKULER PEGAWAI PEMADAM KEBAKARAN KOTA MANADO

Analisis Postur Kerja Menggunakan Metode Ovako Work Posture Analysis System (OWAS) (Studi Kasus: PT Sanggar Sarana Baja Transporter)

HUBUNGAN ANTARA KELELAHAN KERJA DAN MASA KERJA DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PADA TENAGA KERJA BONGKAR MUAT DI PELABUHAN BITUNG TAHUN 2015

HUBUNGAN BEBAN KERJA FISIK DAN POSTUR KERJA TERHADAP KELUHAN MUSKULOSKELETAL DI RANGKA BAWAH UPT. BALAI YASA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari sistem pelayanan

TUGAS AKHIR. Diajukan guna melengkapi sebagai syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh : Nama : Nur Ngaeni NIM :

I. PENDAHULUAN. Keluhan low back pain (LBP) dapat terjadi pada setiap orang, dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. tidak alamiah, alat dan sarana kerja yang tidak sesuai dengan pemakainya

HUBUNGAN ANTARA UMUR DAN MASA KERJA DENGAN KELUHAN MUSCULOSKELETAL

KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA LAUNDRY DI KECAMATAN DENPASAR SELATAN, BALI

HUBUNGAN GERAKAN BERULANG PADA TANGAN DENGAN KELUHAN CARPAL TUNNEL SYNDROME PADA PEKERJA PENJULID BUKU DI PT. PUTRA NUGRAHA TRIYAGAN SUKOHARJO

ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH SKRIPSI. DisusunGunaMemenuhi Salah SatuSyaratUntuk MemperolehIjazah S1 Kesehatan Mayarakat. Disusunoleh :

HUBUNGAN POSTUR KERJA DENGAN KELUHAN CUMULATIVE TRAUMA DISORDERS (CTDs) PADA PEKERJA PELINTINGAN ROKOK MANUAL DI PT.

HUBUNGAN SIKAP KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PENGRAJIN PATUNG KAYU DI DESA KEMENUH, GIANYAR TAHUN 2015

Umami et al, Hubungan antara Karakteristik Responden dan Sikap Kerja duduk dengan..

BAB I PENDAHULUAN. kematian termasuk 37% back pain, 15% hearing loss, 13% chronic obstructive

Transkripsi:

FAKTOR-FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA NELAYAN DI DESA TUADA KECAMATAN JAILOLO KABUPATEN HALMAHERA BARAT Falensia Brany*, Diana Vanda Doda*, Harvani Boky* *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi ABSTRAK Keluhan muskuloskeletal masih tinggi ditempat kerja. Menurut laporan dari Bureu Labor Statisitcs (BLS) angka kecelakaan muskuloskeletal saat pengangkatan beban (5%), untuk kegiatan mendorong dan menarik (%), gerakan berulang (3%) dan lain-lainnya (%). Keluhan muskuloskeletal dapat mengakibatkan menurunnya produktivitas kerja. Banyak faktor yang mempengaruhi keluhan muskuloskeletal diantaranya adalah faktor individu, faktor pekerjaan dan faktor lingkungan merupakan faktor risiko dari keluhan muskuloskeletal. Nelayan tradisional dalam proses kerjanya menangkap ikan masih menggunakan peralatan seadanya sehingga harus mengandalkan tenaga manusia dan kekuatan otot yang dapat menyebabkan keluhan muskuloskeletal. Hal ini terjadi karena pada saat nelayan bekerja, posisi kerja nelayan tidak ergonomis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah faktor individu dan faktor pekerjaan berhubungan dengan keluhan muskuloskeletal pada nelayan di desa Tuada. Jenis penelitian ini adalah penelitian survei analititk dengan pendekatan kuantitatif. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian cross sectional dengan jumlah sampel sebanyak 9 responden tetapi hanya 63 responden yang sesuai dengan kriteria sampel yang ditetapkan oleh peneliti. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan penyebaran kuesioner dan observasi langsung pada proses kerja untuk dilakukan penilaian postur kerja dengan menggunakan metode Ovako Working Posture Analysis System (OWAS). Berdasarkan uji korelasi spearman menunjukkan bahwa keluhan muskuloskeletal berhubungan dengan faktor individu seperti usia (p-value=.), IMT (p-value=.) dan masa kerja (p-value=.) sedangkan faktor pekerjaan berdasarkan OWAS menunjukkan bahwa adanya hubungan antara keluhan muskuloskeletal dengan postur kerja menurunkan jaring (p-value=.5) dan postur kerja menarik jaring (p-value=.4). Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah terdapat hubungan antara keluhan muskuloskeletal dengan usia, IMT, masa kerja dan faktor pekerjaan. Saran untuk pekerja sebaiknya lebih memperhatikan dan memahami bahaya-bahaya terkait dengan pekerjaan yang dilakukan dan melakukan substitusi terhadap peralatan penangkapan ikan dengan menamabahkan katrol untuk meringankan beban pada saat menarik jaring. Pekerja diharapkan bisa melakukan pekerjaan dengan sikap kerja yang lebih ergonomi dengan mengurangi frekuensi membungkuk saat menarik jaring dan menurunkan jaring agar dapat mencegah terjadinya keluhan muskuloskeletal. Kata kunci : Keluhan muskuloskeletal, Faktor Individu, Faktor Pekerjaan, Nordic Body Map, OWAS. ABSTRACT Musculoskeletal complaints are still high in the workplace. According to a report from Bureu Labor Statisitcs (BLS) the number of musculoskeletal accidents during load lifting (5%), for push and pull activity (%), repetitive motion (3%) and others (%). Musculoskeletal complaints can result in decreased work productivity. Many factors that affect musculoskeletal complaints include Individual factors, occupational factors and environmental factors are risk factors of musculoskeletal complaints. The prevalence of musculoskeletal complaints is mostly found in informal workers such as fishermen with, farmers and workers that is 3.%. Traditional fishermen in the process of working to catch fish are still using equipment so it must rely on human power and muscle strength that can cause musculoskeletal complaints. This happens because when the fisherman works, the working position of the fisherman is not ergonomic. This study aims to determine whether individual factors and work factors related to musculoskeletal complaints to fishermen in Tuada village. Workers generally pay less attention to body position in work. The type of this research is analititk survey research with quantitative approach. The research design used was cross sectional study design with the number of samples as many as 9 respondents but only 63 respondents according to the sample criteria set by the researchers. Data collection technique in this research is by spreading the questionnaire and direct observation on the work process for work posture assessment by using Ovako Working Posture Analysis System (OWAS) method. The spearman correlation test showed that musculoskeletal complaints were associated with individual factors such as age (p-value =.), BMI (p-value =.) and length of service (p-value =.) Whereas work factor based on OWAS shows that there is a relationship between complaint with job posture decreasing net (p-value =.5) and work post pulling net (p-value =.4). Conclusion from result of this research is there is relationship between

musculoskeletal complaint with age, BMI, work period and work factor. Workers are expected to do work with a more ergonomic work attitude by reducing the frequency of bending when pulling the net and lowering the net in order to prevent musculoskeletal complaints Keywords: Musculoskeletal Complaints, Individual Factors, Occupational Factors, Nordic Body Map, OWAS. PENDAHULUAN Keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian otot-otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit. Apabila otot menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu yang lama, akan menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligament dan tendon. Keluhan hingga kerusakan inilah yang biasanya disebut dengan muskuloskeletal disorders (MSDs) atau cidera pada sistem muskuloskeletal (Suma mur, 99). Ada 4 faktor yang dapat meningkatkan timbulnya keluhan muskuloskeletal yaitu postur kerja yang tidak alamiah, tenaga yang berlebihan, pengulangan berkali-kali dan lamanya waktu kerja (OHSCO, ). Profil Data BPS tahun menunjukkan bahwa di Indonesia terdapat sekitar.9 desa pesisir yang tersebar di 3 kabupaten/kota pesisir. Dari 34, juta jiwa penduduk Indonesia, ada 6, juta jiwa yang bekerja di sektor informal dan sekitar 3% diantaranya adalah nelayan. Data lainnya, 3 juta penduduk miskin di Indonesia, sekitar, juta jiwa (5,4%) diantaranya adalah nelayan dan masyarakat pesisir. Prevalensi penyakit muskuloskeletal di Indonesia berdasarkan pernah didiagnosis oleh tenaga kerja kesehatan yaitu.9% dan berdasarkan didiagnosis atau gejala yaitu 4.%. prevalensi penyakit muskuloskeletal terbanyak terdapat pada pekerja informal seperti nelayan, petani dan buruh yaitu 3.% (Riskesdas, 3). Nelayan adalah orang yang aktif dalam melakukan penangkapan ikan dan binatang air lainnya (Suyitno, ). ada beberapa tahapan proses kerja yang dilakukan oleh nelayan tradisional dalam penangkapan ikan yaitu tahap persiapan, tahap penurunan jaring, tahap penarikan jaring dan tahap pengangkutan hasil tangkapan. Nelayan akan melakukan pekerjaan setiap hari dan akan melakukan gerakan yang terus menerus selama bekerja sehingga kemungkinan dapat mengalami kelelahan otot dan nyeri pada bagian tubuh tertentu. Pada observasi awal peneliti menemukan adanya posisi kerja yang salah pada nelayan ketika hendak menurunkan dan menarik jaring. Posisi kerja yang tidak ergonomis seperti punggung yang terlalu membungkuk, leher yang ditekuk dalam waktu yang cukup lama dan pembebanan berlebihan ketika menarik jaring yang berisi hasil tangkapan. Ketika peneliti melakukan wawancara terhadap beberapa nelayan, nelayan mengeluh sering merasakan nyeri punggung dan sakit pada leher dan pinggan setelah bekerja

Berdasarkan hasil waawancara dan observasi awal pada nelayan terkait dengan keluhan muskuloskeletal, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan keluhan muskuloskeletal pada nelayan di Desa Tuada Kecamatan Jailolo Kabuoaten Halmahera Barat. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian dilakukan di Desa Tuada Kecamatan Jailolo Kabupaten Halmahera Barat pada bulan Mei sampai bulan Juni tahun. Sampel dalam penelitian ini adalah nelayan di Desa Tuada. Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri dengan instrumen tambahan seperti kuesioner, tabel kombinasi posisi OWAS, nordic body map, alat ukur tinggi badan, timbangan berat badan, alat tulis dan alat perekam. Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, pengukuran, wawancara dan dokumentasi. Analisis data melalui langkah-langkah tahap pengumpulan data, pengolahan data, analisis data, penyajian data dan tahap penarikan kesimpulan. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Berdasarkan hasil penelitian diperoleh karakteristik responden pada nelayan di Desa Tuada adalah sebagai berikut : Tabel. Distribusi Responden Berdasarkan Usia Usia n % 4. 5 39. 4 3. < 5 Tahun 5 35 Tahun >35 Tahun Total 63 Berdasarkan tabel diatas, diketahui responden yang berusia 5-35 tahun sebanyak 5 responden (39.%), sedangkan responden yang berusia <5 tahun hanya 4 responden (.%). Tabel. Distribusi Responden Berdasarkan Kebiasaan Merokok Kebiasaan n % Merokok Ya Tidak 33 3 5.4 4.6 Total 63 Berdasarkan tabel. Diketahui bahwa responden yang merokok lebih banyak yaitu 33 responden (5.4%) dari responden yang tidak merokok yaitu 3 responden (4.6%). Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Kebiasaan Olahraga Kebiasaan n % Olahraga Ya Tidak 5 3 39. 6.3 Total 63 Berdasarkan tabel 3, diketahui bahwa responden dengan kebiasaan olahraga lebih sedikit yaitu 5 responden (39.%) dari responden yang memiliki kebiasaan merokok sebanyak 3 responden (6.3%). Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan Indeks Massa Tubuh Status Gizi n % <.5 (Kurus).5-4.9 (Normal) 5. -. (BB Lebih) 39 6 6.9 5.4. 3

>. (Obesitas) Total 63 Berdasarkan tabel 4, diiketahui status gizi responden dilihat dari indeks massa tubuh setiap responden. Responden dengan status gizi normal adalah yang paling banyak dengan jumlah 39 responden (6.9%) sedangkan responden yang obesitas berjumlah responden (.%). Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja Masa Kerja n % < 5 Tahun 5 Tahun > Tahun 9 3. 3. 5. Total 63 Berdasarkan tabel 5, diketahui bahwa responden dengan masa kerja > tahun sebanyak 3 responden (5.%), sedangkan responden dengan masa kerja < 5 tahun hanya responden (.%). Tabel 6. Tingkat Risiko Postur Kerja Menarik Jaring Tingkat Risiko n % Rendah Sedang Sangat 3 6 4.6 5.9 4.3. Total 63 Berdasarkan tabel 6, diketahui responden dengan postur kerja dalam tingkat risiko tinggi sebanyak 6 responden (4.3%) sedangkan tingkat risiko sedang hanya responden (5.9%) Tabel. Tingkat Risiko Postur Kerja Menurunkan Jaring Tingkat Risiko n % Rendah Sedang Sangat 6 4 3. 5.4 3. 33.3 Total 63 Berdasarkan tabel, diketahui responden dengan postur kerja dalam tingkat risiko tinggi sebanyak 4 responden (3.%) sedangkan tingkat risiko rendah hanya responden (5.9%). Tabel Tingkat Keluhan Muskuloskeletal Berdasarkan Nordic Body Map Tingkat Keparahan n % Rendah Sedang Sangat 34. 54. 3..6 Total 63 Berdasarkan tabel, diketahui tingkat keluhan muskuloskeletal responden dalam kategori sedang paling banyak yaitu 34 responden (54.%) sedangkan dalam kategori sangat tinggi hanya responden (.6%). Tabel 9. Hubungan antara Keluhan Muskuloskeletal dengan Usia Usia Responden < 5 tahun 5-35 Tahun >35 Tahun Keluhan Muskuloskeletal Rendah Sedang Sangat 4 Total p- value n % n % n % n % n % 6 9.5.6.6 5 6 3.9 5.4.6 3 4.. 5.9.6 4 5 4. 39. 3. r..443

Total. 34 53.9 3..6 63 Berdasarkan tabel 9, diketahui bahwa bahwa terdapat hubungan yang cukup kuat dan responden yang berusia < 5 tahun mengalami keluhan muskuloskeletal paling banyak dalam katgori rendah yaitu 6 responden (9.5%), sebagian besar reponden yang berusia 5-35 tahun mengalami keluhan muskuloskeletal paling banyak dalam kategori sedang sebanyak 6 responden (5.4%), dan responden yang berusia > 35 tahun mengalami keluhan searah antara keluhan muskuloskeletal dengan usia karena keluhan muskuloskeletal mulai dirasakan pada umur setengah baya pada saat kekuatan dan ketahanan otot mulai menurun maka risiko keluhan muskuloskeletal semakin meningkat (Tarwaka, ). Usia mempunyai hubungan yang sangat erat dengan kekuatan otot bahkan para ahli lainnya menyatakan muskuloskeletal dalam kategori sedang bahwa usia merupakan penyebab utama sebanyak 3 responden (.6%). Berdasarkan hasil uji korelasi spearman terjadinya keluhan pada otot karena semakin tua atau bertambahnya usia, maka kekuatan diperoleh nilai p-value=. < a =.5 dengan nilai r (+).443 yang menunjukkan otot semakin berkurang. Tabel. Hubungan antara Keluhan Muskuloskeletal dengan Indeks Massa Tubuh Status Gizi Responden Kurus Normal BB Lebih Obesitas Keluhan Muskuloskeletal Rendah Sedang Sangat Total n % n % n % n % n %. 4 3 3.. 4. 9 4. 4.3 6.3.6 39 6 6.9 5.4. Total. 34 54 3..6 63 p- value. r.33 Berdasarkan tabel, diketahui bahwa paling banyak responden memiliki status gizi normal mengalami keluhan muskuloskeletal dalam kategori sedang sebanyak 4 responden (3.%), responden dengan berat badan lebih mengalami keluhan muskuloskeletal paling banyak dalam kategori tinggi yaitu 9 responden (4.3%) dan responden yang obesitas mengalami keluhan muskuloskeletal paling banyak dalam kategori tinggi sebanyak 4 responden (6.3%). Berdasarkan hasil uji korelasi spearman diperoleh nilai nilai p-value =. <.5 dengan nilai r = (+).33 yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang cukup kuat dan searah antara keluhan muskuloskeletal dengan indeks massa tubuh karena responden dengan status gizi normal dan berat badan lebih samasama mengalami keluhan muskuloskeletal 5

yang disebabkan karena pekerjaan yang dilakukan nelayan tergolong dalam pekerjaan yang berat sehingga semua nelayan mengalami keluhan muskuloskeletal. Hasil peneltian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Krisdianto, 5 pada nelayan dengan IMT.5-5. mengalami keluhan muskuloskeletal sebanyak responden (3.%) dengan menggunakan uji asosiasi lambda diketahui nilai p =. <.5 sehingga ada hubungan antara IMT dengan keluhan muskuloskeletal. Berat badan, tinggi badan dan massa tubuh merupakan faktor yang daoat mnyebabkan terjadinya keluhan muskuloskeletal walaupun pengaruhnya relatif kecil (Tarwaka, 3). Tabel. Hubungan antara Keluhan Muskuloskeletal dengan Masa Kerja Keluhan Muskuloskeletal Masa Rendah Sedang Sangat Total Kerja n % n % n % n % n % < 5 Tahun 5- tahun > Tahun 4 6.3 3. 3. 3..5 33.3 6 3.6 9.5.6 6.6 9 3. 3. 5. p- value R..45 Total. 34 54 3..6 63 Berdasarkan tabel, diketahui bahwa jumlah peralatan seadanya sehingga membutuhkan responden yang mengalami keluhan muskuloskeletal paling banyak pada masa kerja > tahun dalam kategori tinggi 3 responden (.6%), responden dengan masa kerja 5- tahun mengalami keluhan muskuloskeletal sedang sebanyak responden (.5%) dan responden dengan masa kerja < 5 tahun mengalami keluhan muskuloskeletal rendah sebanya 4 responden (6.3%). Berdasarkan hasil uji korelasi spearman diperoleh nilai nilai p-value =. <.5 dengan nilai r = (+).45 yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang cukup kuat dan searah antara keluhan muskuloskeletal dengan masa kerja karena responden bekerja dengan pengerahan tenaga dan kekuatan otot yang berlebihan yang dilakukan selama lebih dari jam sehari dan hampir setiap hari responden melakukan kegiatan yang sama dengan waktu istirahat responden yang kurang sehingga menyebabkan responden dengan masa kerja yang lama lebih mudah mengalami keluhan muskuloskeletal. Menurut Suma mur (9) dalam seminggu orang hanya bisa bekerja selama 4-5 jam lebih dari itu kecenderungan timbulnya hal-hal yang tidak diinginkan. Gangguan pada otot muncul tahun setelah bekerja dengan jenis pekerjaan yang sama.

Rihiimaki et al (99) menjelaskan bahwa masa kerja mempunyai hubungan dengan keluhan otot dan juga penelitian yang dilakukan oleh Bedu, dkk (3) juga meyebutkan ada hubungan bermakna antara masa kerja dengan keluhan muskuloskeletal. Tabel. Hubungan antara Keluhan Muskuloskeletal dengan Postur Kerja Menurunkan Jaring Keluhan Muskuloskeletal Postur Kerja Rendah Sedang Sangat Total p- value r Menurunkan n % n % n % n % n % Jaring Rendah Sedang 3..6 5.9..6.6.6 3.6 5.9.5.35 Sangat 5.9 6 5.9 9.5 5.9. 6 4 4.3. Total. 34 54. 3..6 63 Berdasarkan tabel, diketahui responden Berdasarkan hasil uji korelasi spearman dengan risiko rendah mengalami keluhan muskuloskeletal dalam kategori sedang sebanyak responden (5.9%), responden dengan risiko sedang mengalami keluhan muskuloskeletal dalam kategori sedang sebanyak responden (.%), responden dengan kategori risiko tinggi mengalami keluhan muskuloskeletal dalam kategori sedang dan tinggi masing-masing sebanyak responden (5.9%) sedangkan responden dengan kategori risiko sangat tinggi mengalami keluhan muskuloskeletal dalam kategori tinggi sebanyak responden (.%). diperoleh nilai nilai p-value =.5 <.5 dengan nilai r = (+).35 yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang cukup kuat dan searah antara keluhan muskuloskeletal dengan postur kerja menurunkan jaring karena postur kerja yang tidak ergonomik seperti posisi punggung yang terlalu membungkuk, leher yang menekuk serta posisi kaki yang cenderung menekuk sehingga menyebabkan responden mengalami keluhan muskuloskeletal. Postur Kerja Menarik Jaring Rendah Sedang Sangat Tabel 3. Hubungan antara Keluhan Muskuloskeletal denga Postur Kerja Menarik Jaring Keluhan Muskuloskeletal Rendah Sedang Sangat Total n % n % n % n % n %.6.6 3. 5.9 5.9.6 6 5.4 3. 3.6 9 4.3 4 3. 6 9.5 5 3. 33.3 p- value r.4.35

Total. 34 53.9 3..6 63 Berdasarkan tabel 3, diketahui bahwa responden dengan risiko rendah mengalami keluhan muskuloskeletal paling banyak dalam kategori sedang dan tinggi masing-masing berjumlah orang (.6%), responden dengan tingkat risiko sedang mengalami keluhan muskuloskeletal dalam kategori tinggi sebanyak orang (5.9%), responden dengan tingkat risiko tinggi mengalami keluhan muskuloskeletal dalam kategori tinggi sebanyak 9 responden (4.3%) sedangkan responden dengan tingkat risiko sangat tinggi mengalami keluhan muskuloskeletal dalam kategori sedang sebanyak 5 responden (3.%). Berdasarkan hasil uji korelasi spearman diperoleh nilai p-value =.4 <.5 dengan nilai r = (-).35 menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang cukup kuat namun tidak searah antara keluhan muskuloskeletal dengan postur kerja menarik jaring karena postur kerja responden yang tidak ergonomis seperti terlalu membungkuk saat menarik jaring, tumpuan pada salah satu kaki posisi lengan pada saat menarik jaring dengan beban yang berlebih merupakan faktor yang menyebabkan pekerja mengalami keluhan muskuloskeletal. Postur kerja berkaitan erat dengan ergonomik, akibat postur kerja yang salah dapat menyebabkan penyakit akibat kerja. Masalah postur kerja sangat penting diperhatikan karena berhubungan langsung dengan proses kerja yang salah serta dilakukan dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan tidak optimalnya proses kerja (Andrian, 3). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Bukhori () yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara risiko pekerjaan dengan keluhan muskuloskeletal diperoleh nilai p-value =. <.5. KESIMPULAN. Nelayan yang berusia 5-35 tahun mengalami keluhan muskuloskeletal sebanyak 39.% dan >35 tahun mengalami keluhan muskuloskeletal sebayak 3.% jika dibandingkan dengan nelayan yang berusia < 5 tahun hanya.% yang mengalami keluhan muskuloskeletal. Indeks massa tubuh nelayan dengan status gizi normal lebih banyak mengalami keluhan muskuloskeletal yaitu 6.9% jika dibandingkan dengan nelayan yang memiliki status gizi berat badan lebih yang mengalami keluhan sebanyak 5.4 % sedangkan responden dengan status gizi obesitas yang mengalami keluhan muskuloskeletal hanya.%. 3. Lebih banyak nelayan yang mengalami keluhan muskuloskeletal pada masa kerja > tahun yaitu sebanyak 5.%, responden dengan masa kerja 5- tahun mengalami keluhan muskuloskeletal

sebanyak 3.% jika dibandingkan dengan responden yang masa kerjanya < 5 tahun hanya.%. 4. Faktor Pekerjaan Gambaran faktor pekerjaan diukur dengan OWAS dan didapatkan distribusi postur kerja saat menurunkan dan menarik jaring responden mengalami keluhan muskuloskeletal paling banyak dengan tingkat keparahan sedang dan tinggi sehingga disimpulkan tindakan korektif diperlukan segera mungkin untuk memperbaiki kesalahan postur kerja yang ada. 5. Keluhan Muskuloskeletal Semua responden mengalami keluhan muskuloskeletal dengan tingkat keparahan rendah (.%) tingkat keparahan sedang (54.%) tingkat keparahan tinggi (3.%) sedangkan tingkat keparahan sangat tinggi (.6%). SARAN Saran-saran peneliti terkait dengan hasil penelitian pada kesimpulan di atas adalah:. Pekerja sebaiknya lebih memperhatikan dan memahami bahaya-bahaya terkait dengan pekerjaan yang dilakukan. Postur tubuh selama bekerja sebaiknya diperhatikan oleh pekerja sebagai langkah awal mencegah terjadinya keluhan muskuloskeletal. Untuk pekerja yang sudah mengalami keluhan muskuloskeletal diharapkan untuk tetap menjada sikap kerjanya sehingga tidak menambah risiko keluhan yang dialami.. Melakukan substitusi terhadap peralatan penangkapan ikan dengan menamabahkan katrol untuk meringankan beban pada saat menarik jaring. Apabila tidak dapat dilakukan substitusi terhadap peralatan penangkapan ikan, pekerja diharapkan bisa melakukan pekerjaan dengan sikap kerja yang lebih ergonomi dengan mengurangi frekuensi membungkuk saat menarik jaring dan menurunkan jaring agar dapat mencegah terjadinya keluhan muskuloskeletal. 3. Perlu adanya penelitian lebih lanjut terkait faktor-faktor risiko keluhan muskuloskeletal dengan jumlah sampel yang lebih banyak untuk melihat hubungan antar variabel yang lebih akurat. 4. Melakukan sosialisasi terkait bahaya ergonomi dan pengendaliannya kepada nelayan dan promosi kesehatan dan keselamatan kerja pada nelayan serta pemeriksaan kesehatan yang rutin dilakukan untuk nelayan dan juga semua masayarakat 9

DAFTAR PUSTAKA Andrian, Deni. 3. Pengukuran Tingkat Risiko Ergonomi Secara Biomekanika Pada Pekerja Pengangkutan Semen (Studi Kasus : PT. Semen Baturaja). Laporan Kerja Praktek Fakultas Teknik Universitas Binadarma, Palembang. Bedu H.S, Russeng S.S, & Rahim M.R. 3. Faktor yang Berhubungan dengan Gangguan Muskuloskeletal pada Cleaning Service di RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar. Tidak Dipublikasikan. Laporan Penelitian. Makassar: Bagian Kesehatan & Keselamatan Kerja, FKM Universitas Hasanuddin. Badan Pusat Statistik.. Jumlah Desa Pesisir di Indonesia. (http://bps.go.id) diakses pada 5 Maret. Bukhori, Endang.. Hubungan Faktor Risiko Pekerjaan dengan Terjadinya Keluhan Muskuloskeletal Disorders (MSDs) pada Tukang Angkut Beban Penambang Emas di Kecamatan Cilogran Kabupaten Lebak Tahun. Skripsi ilmiah. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Krisdianto, et al. (5. Hubungan Faktor Individu dan Faktor Pekerjaan dengan Keluhan Muskuloskeletal Akibat Kerja (Studi pada Nelayan di Desa Puger Wetan Kecamatan Puger Kabupaten Jember. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember. Diakses pada April. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Riset Kesehatan Dasar. 3 OHSCO.. Resource Manual for The MSDs Prevention Guideline for Ontario Suyitno,. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Nelayan. Ekonomi Pembangunan. Menjelajah dunia dengan ilmu pengetahuan. Suma mur. 9. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hiperkes). Jakarta: CV Sagung Seto. Tarwaka. 3. Ergonomi Industri Dasar- Dasar Pengetahuan Ergonomi dan Aplikasi di Tempat Kerja. Harapan Press. Surakarta. Tarwaka.. Ergonomi Industri, Dasar- Dasar Pengetahuan Ergonomi dan Aplikasi di Tempat kerja. Penerbit: Harapan Press Solo.