BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA. komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya

TINJAUAN PUSTAKA. budidaya ini meluas praktiknya sejak paruh kedua abad ke 20 di dunia serta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. Meskipun sebagai bahan makanan pokok, padi dapat digantikan atau disubstitusi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Padi merupakan salah satu komoditas strategis baik secara ekonomi, sosial

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Pertanian organik merupakan bagian dari pertanian alami yang dalam

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai merupakan salah satu tanaman palawija penting di Indonesia.

TINJAUAN PUSTAKA. definisi sempit dan pertanian organik dalam definisi luas. Dalam pengertian

TINJAUAN PUSTAKA. meramu bahan-bahan kimia (anorganik) berkadar hara tinggi. Misalnya, pupuk urea

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan. Sektor tanaman pangan adalah sebagai penghasil bahan makanan

I. PENDAHULUAN. rumahtangga yang mengusahakan komoditas pertanian. Pendapatan rumahtangga

BAB VIII PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PRIMA TANI OLEH PETANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGANNYA

BAB I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. seperti industri, jasa, pemasaran termasuk pertanian. Menurut Rogers (1983),

II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. seluruh uang atau hasil material lainnya yang dicapai dari penggunaan kekayaan

Analisis Risiko Usahatani Kedelai Di Kecamatan Jawai Selatan Kabupaten Sambas. Abstract

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi BAB 1.

BAB VII FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEINOVATIFAN PETANI DAN LAJU ADOPSI INOVASI

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dekade ini termasuk di Indonesia. Berdasar Undang-undang Nomor 18 tahun 2012

MOTIVASI PETANI DALAM MENGGUNAKAN BENIH PADI HIBRIDA PADA KECAMATAN NATAR DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN. Oleh: Indah Listiana *) Abstrak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya

PENDAHULUAN. mereka berniat meningkatkan produksi padi semaksimal mungkin menuju

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Teori Adopsi dan Difusi Inovasi

BAB I PENDAHULUAN. sumber pendapatan bagi sekitar ribu RTUT (Rumah Tangga Usahatani Tani) (BPS, 2009).

III KERANGKA PEMIKIRAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

2. TINJAUAN PUSTAKA. Keterangan : KV = risiko produksi padi σ y. = standar deviasi = rata rata produksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pertanian modern atau pertanian anorganik merupakan pertanian yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. commit to user

II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000),

V. DAMPAK SUBSIDI PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PADI SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ADOPSI PUPUK ORGANIK DI PROVINSI LAMPUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV. METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. Tumbuhan padi (Oryza sativa L) termasuk golongan tumbuhan. Tumbuhan padi bersifat merumpun, artinya tanaman tanamannya anak beranak.

III. KERANGKA PEMIKIRAN

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Ciburuy dan Desa Cisalada, Kecamatan

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut:

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penting di Indonesia termasuk salah satu jenis tanaman palawija/ kacang-kacangan yang sangat

BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

II. TINJAUAN PUSTAKA. input atau faktor-faktor produksi (tanah, tenaga kerja, modal, teknologi, pupuk,

PENDAHULUAN Latar Belakang

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI DALAM MEMILIH WAKTU PANEN JAGUNG (Kasus Pada Petani Jagung di Kabupaten Serang Provinsi Banten)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

BAB I PENDAHULUAN. terlebih keuntungan dalam sektor pertanian. Sektor pertanian terutama

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. penelitian, sedangkan pada bagian implikasi penelitian disajikan beberapa saran

BAB I PENDAHULUAN. mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian pada setiap tahap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

INDEKS. biofuel 63, ceteris paribus 164 constant return to scale 156, 166

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan salah satu komoditi pangan yang sangat dibutuhkan di

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

PENGANTAR. Latar Belakang. merupakan keharusan untuk memenuhi kebutuhan pangan, papan, dan bahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

VIII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI

TUGAS POKOK DAN FUNGSI SATUAN KERJA DINAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

PENCAPAIAN TARGET SWASEMBADA JAGUNG BERKELANJUTAN PADA 2014 DENGAN PENDEKATAN SISTEM DINAMIS

III. KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. dalam arti sempit dan dalam artisan luas. Pertanian organik dalam artisan sempit

TINJAUAN PUSTAKA. Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) pola tanam bergilir, yaitu menanam tanaman secara bergilir beberapa jenis

BAB I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Kandungan gizi kacang hijau per 100 gr. Tabel 1.2 Perbandingan kandungan protein kacang hijau per 100 gr

PENDAHULUAN. kehidupan para petani di pedesaan tingkat kesejahteraannya masih rendah.

III KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perekonomian padi dan beras merupakan pendukung pesatnya

III KERANGKA PEMIKIRAN

FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG MEMPENGARUHI TINGKAT ADOPSI PENGKAJIAN SISTEM USAHATANI LAHAN KERING DATARAN RENDAH DI LEMBAH PALU SULAWESI TENGAH

Transkripsi:

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kacang Kedelai Kacang kedelai terkenal dengan nilai gizinya yang kaya dan merupakan salah satu makanan yang mengandung 8 asam amino yang penting dan dibutuhkan oleh tubuh manusia. Tidak seperti makanan lain yang mengandungi lemak jenuh dan tidak dapat dicerna yang terdapat pada sebagian besar makanan hewan, kacang kedelai tidak mengandung kolesterol, mempunyai rasio kalori rendah dibandingkan protein dan bertindak sebagai makanan yang tidak menggemukkan bagi penderita obesitas. Kacang kedelai juga mengandung kalsium, besi, potassium dan phosphorus. Kacang kedelai juga kaya akan vitamin B kompleks. Kacang kedelai merupakan salah satu yang mengandung protein tinggi, makanan yang berkalsium tinggi, kacang kedelai juga unik karena bebas dari racun kimia. Sedangkan tisu lemak hewan diketahui mengandung 20 kali lipat baja berat, racun serangga dan racun tanaman dibandingkan yang terdapat pada tanaman kacang-kacangan (Adisarwanto, 2008). Menurut Sudaryanto dkk (2001) bahwa kedelai memiliki potensi pasar yang luas di dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan pangan dan pakan. Namun, potensi pasar yang besar dan terus berkembang tersebut belum dapat dimanfaatkan secara optimal melalui pengembangan produksi dalam negeri. Pengembangan kedelai menghadapi persoalan teknis, sosial, dan ekonomi. Jika kondisi sosial ekonomi kondusif maka secara teknis pengembangan kedelai memiliki potensi dan peluang yang memadai. Senada dengan Saleh, dkk, (1999) menyatakan bahwa produktivitas kedelai dipengaruhi oleh jenis tanah, kualitas benih, varietas, pengelolaan tanaman, takaran pupuk, 12

pengendalian hama dan penyakit, waktu tanam dan panen, teknologi yang digunakan, dan interaksi semua faktor tersebut. Kendala nonteknis dalam usaha tani kedelai adalah ketersediaan modal. Produktivitas kedelai antara lain ditentukan oleh penggunaan sarana produksi yang tepat, sehingga untuk memacu peningkatan produksi kedelai, perlu penyediaan fasilitas kredit yang memadai. Hal ini karena dengan modal yang terbatas, petani akan mengurangi penggunaan sarana produksi untuk menekan biaya. 2.2 Faktor-Faktor Sosial Ekonomi Slamet (2003) menyatakan bahwa perilaku petani dipengaruhi oleh pengetahuan, kecakapan, dan sikap mental petani itu sendiri. Digiatkannya penyuluhan pertanian diharapkan akan terjadi perubahan-perubahan terutama pada perilaku serta bentukbentuk kegiatannya seiring dengan terjadinya perubahan cara berpikir, cara kerja, cara hidup, pengetahuan dan sikap mental yang lebih terarah dan lebih menguntungkan, baik bagi dirinya beserta keluarganya maupun lingkungannya. Senada dengan Kartasapoetra (1994) bahwa petani yang berusia lanjut sekitar 50 tahun ke atas, biasanya fanatik terhadap tradisi dan sulit untuk diberikan pengertian yang dapat mengubah cara berpikir, cara kerja dan cara hidupnya. Mereka ini bersikap apatis terhadap adanya teknologi baru. Menurut Mosher (1997), latar belakang sosial ekonomi dan budaya maupun politik sangat mempengaruhi cepat atau lambatnya suatu inovasi seperti: umur, tingkat pendidikan, keberanian mengambil resiko, pola hubungan masyarakat dengan dunia luar (tingkat kosmopolitan) dan sikap terhadap perubahan.

Seperti halnya Soekartawi (2003) bahwa cepat tidaknya mengadopsi inovasi tergantung dari faktor intern dan ekstern sendiri, yaitu faktor sosial dan ekonomi. Faktor-faktor sosial itu diantaranya umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga dan pengalaman bertani. Sedangkan faktor ekonomi diantaranya, luas lahan yang dimiliki dan pendapatan. Seperti juga menurut Ginting (2002) bahwa inovasi adalah gagasan, tindakan atau barang yang dianggap baru oleh seseorang. Adopsi teknologi baru proses yang terjadi dari petani untuk menerapkan teknologi tersebut pada usaha taninya. Hal ini biasanya dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: 1. Umur petani Makin muda umur petani biasanya mempunyai semangat untuk ingin tahu apa yang belum mereka ketahui, sehingga dengan demikian mereka berusaha untuk lebih cepat melakukan anjuran dari kegiatan penyuluhan. 2. Pengalaman bertani. Petani yang sudah lebih lama bertani akan lebih muda menerapkan anjuran penyuluh daripada petani pemula, hal ini dikarenakan pengalaman yang lebih banyak sehingga sudah dapat membuat perbandingan dalam mengambil keputusan. 3. Tingkat pendidikan petani Pendidikan merupakan sarana belajar, dimana selanjutnya akan menanamkan sikap yang menguntungkan menuju penggunaan praktek pertanian yang lebih modern. Mereka yang berpendidikan tinggi relatif lebih cepat dalam melakukan anjuran penyuluh. Tingkat pendidikan yang rendah umumnya kurang menyenangi inovasi

sehingga sikap mental untuk menambah ilmu pengetahuan khususnya ilmu pertanian kurang. 4. Total pendapatan Adalah jumlah pendapatan bersih yang diterima dari usahatani atau usahatani lainnya. 5. Luas pemilikan lahan Petani yang mempunyai lahan yang luas adalah lebih mudah menerapkan anjuran penyuluh daripada petani yang memiliki lahan yang sempit, hal ini dikarenakan keefisienan dalam penggunaan sarana produksi. 6. Jumlah tanggungan Banyaknya jumlah tanggungan keluarga, akan mendorong petani untuk melakukan banyak kegiatan/aktifitas terutama dalam upaya mencari dan menambah pendapatan keluarga. Marx mengemukakan dua postulat yang utama yaitu: pertama, determinisme ekonomi, yang menyatakan faktor ekonomi adalah penentu fundamental bagi struktur dan perubahan masyarakat. Bentuk-bentuk produksi yang bersifat teknologis menentukan organisasi sosial suatu produksi, yaitu relasi-relasi yang mengakibatkan pekerja memproduksikan hasil dengan lebih efektif. Kedua, menyentuh mekanisme perubahan (change), yang menurut pandangan Marx, perubahan sosial itu harus dipahami dalam arti tiga fase atau tahap yang selalu tampak ( Hart, 1995). Fauziah, dkk (1999) menyatakan bahwa tingkat kosmopolitan dapat diartikan sebagai keterbukaan maupun hubungan petani dengan dunia luar yang nantinya diharapkan akan

memberikan inovasi baru bagi para petani dalam menjalankan usaha taninya. Tingkat kosmopolitan dapat diukur dari perkembangan sumber inovasi baru, antara lain media elektronik (TV, radio, telepon), media cetak (surat kabar, tabloid, majalah) dan bepergiannya petani keluar daerah tempat tinggal mereka atau keluar desa dalam rangka memasarkan hasil usaha tani mereka serta mendapatkan pendidikan dan informasi mengenai inovasi pertanian untuk mengembangkan usahatani mereka. Hal ini juga dikemukakan oleh Van den Ban dan Hawkins (1999) bahwa kebutuhan petani akan informasi dapat diperoleh melalui media massa (cetak maupun elektronik). Hal ini karena petani akan memperoleh informasi dari berita-berita yang ditampilkan baik di media cetak maupun media elektronik. Akan tetapi ada kalanya petani tidak mau menerima pengetahuan dan pendapat yang ditransfer melalui media, tetapi menggunakan pengetahuan dan pendapatan tersebut secara kreatif serta membentuk pendapat sendiri. Dalam proses ini petani juga bisa memanfaatkan sumber-sumber informasi lain seperti organisasi penyuluhan. Menurut Novizar (2000) bahwa pertanian merupakan bagian dari hidupnya bagi petani. Bahkan suatu cara hidup. Sehingga tidak hanya aspek-aspek ekonomi saja tetapi aspekaspek sosial, kebudayaan, kepercayaan dan aspek-aspek tradisi, semuanya memegang peranan penting dalam tindakan petani. Namun demikian dari segi ekonomi pertanian, berhasil tidaknya produksi petani dan tingkat harga yang diterima oleh petani untuk hasil produksinya merupakan faktor yang sangat mempengaruhi perilaku dan kehidupan petani.

Seperti yang dikemukakan oleh Supandi (2008) bahwa peran petani adalah sebagai pelaku utama dan sekaligus sebagai penerima manfaat. Van den Ban dan Hawkins (1999) menyatakan bahwa agen penyuluhan dapat membantu petani memahami besarnya pengaruh struktur sosial ekonomi dan teknologi untuk mencapai kehidupan yang lebih baik, dan menemukan cara mengubah struktur atau situasi yang menghalanginya untuk mencapai tujuan tersebut. Mereka dapat membantu petani meramalkan peluang keberhasilan dengan segala konsekuensinya, dengan memberikan wawasan luas yang dapat dipengaruhi oleh beberapa aspek sosial dan aspek ekonomi. Hal ini juga dikemukakan oleh Supandi (2008) bahwa tiga aspek sosial dalam konsep pembangunan berkelanjutan yaitu sosial, ekonomi dan lingkungan harus terintegrasi dimana individu dan lembaga saling berperan agar terjadi perubahan. Menurut Van den Ban dan Hawkins (1999), di negara berkembang, dipercayai bahwa cara terbaik untuk meningkatkan efisiensi usahatani dan meningkatkan produksi pertanian adalah dengan mendidik petani. Sebagian petani tidak mempunyai pengetahuan serta wawasan yang memadai untuk dapat memahami persoalan mereka, memikirkan pemecahannya atau memilih pemecahan masalah yang paling tepat untuk mencapai tujuan mereka. Ada kemungkinan pengetahuan mereka berdasarkan kepada informasi yang keliru karena kurangnya pendidikan, pengalaman serta faktor budaya lainnya.

Menurut Kartasapoetra (1994) bahwa pendidikan dinilai sebagai sarana peningkatan pengetahuan tentang teknologi yang baru, karena pendidikan merupakan sarana belajar dimana selanjutnya diperkirakan akan menanamkan pengertian sikap yang menguntungkan menuju pertanian yang modern. Suhardiyono (1992) menyatakan bahwa dalam menunjang pembangunan pertanian tidak terlepas dari kemampuan petani dalam menerapkan teknologi secara efektif dan penyuluh bertindak sebagai jembatan sekaligus penghantar teknologi. Teknologi yang dimaksudkan adalah teknologi pertanian yang berarti bagaimana cara penyebaran benih, pemeliharaan tanaman, memungut hasil serta termasuk pula benih pupuk, obat-obatan, pemberantasan hama, alat-alat, sumber tenaga kerja dan kombinasi jenis-jenis usaha oleh para petani dalam fungsinya selaku pengelola untuk mengambil keputusan. Syahyuti (2006), yang mengemukakan bahwa partisipasi diperlukan untuk menjamin keberlanjutan pembangunan, karena pembangunan berkelanjutan sangat tergantung pada proses sosial. Mengacu pada tiga aspek masyarakat yaitu sosial, ekonomi, dan lingkungan harus diintegrasikan di mana individu dan lembaga saling berperan agar terjadi suatu perubahan, partisipasi diterima sebagai alat yang esensial. Oleh karena itu, kemampuan dan kemauan petani mengadopsi teknologi budidaya anjuran merupakan syarat mutlak tercapainya upaya pengembangan pertanian di suatu daerah. Hal ini dipertegas dengan pernyataan dari Soekartawi (2003) bahwa semakin besar jumlah anggota keluarga akan semakin besar pula tuntutan kebutuhan rumah tangga. Hal demikian berarti besarnya jumlah anggota keluarga akan sangat mempengaruhi

keputusan petani dalam berusaha tani. Kegagalan petani dalam berusaha tani akan sangat berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan keluarga. Jumlah anggota keluarga yang besar seharusnya memberikan dorongan yang kuat untuk berusahatani intensif dengan menerapkan teknologi baru, sehingga akan meningkatkan usahatani. 2.3 Produktivitas Kedelai Marchlup dan Chamberlin mengemukakan bahwa produktivitas batas dalam arti produk batas fisis; jadi artinya jumlah produksi in natura, yang ditambahkan oleh kesatuan terakhir sebuah alat produksi kepada produksi total seorang pengusaha; produktivitas batas dalam arti nilai daripada produk batas fisis; jadi artinya produk batas fisik kali harga per satuan; produktivitas batas dalam arti jumlah uang, yang ditambahkan oleh kesatuan terakhir sebuah alat produksi, kepada hasil total berupa uang pengusaha yang bersangkutan (Winardi, 1983). Menurut Soeharsono (1989) menyatakan bahwa usahatani yang bagus sebagai usahatani yang produktif dan efisien sering dibicarakan sehari-hari. Usahatani yang produktif berarti usahatani itu produktivitasnya tinggi. Pengertian produktivitas ini sebenarnya merupakan penggabungan antara konsepsi efisiensi usaha (fisik) dengan kapasitas tanah. Efisiensi fisik mengukur banyaknya hasil produksi (output) yang dapat diperoleh dari satu kesatuan input. Sedangkan kapasitas dari sebidang tanah tertentu menggambarkan kemampuan tanah itu untuk menyerap tenaga dan modal sehingga memberikan hasil produksi bruto yang sebesar-besarnya pada tingkatan teknologi

tertentu. Oleh karena itu, secara teknis produktivitas merupakan perkalian antara efisiensi (usaha) dan kapasitas (tanah). Senada dengan Soekartawi (2003) yang mengemukakan bahwa hasil yang diperoleh petani pada saat panen disebut produksi dan biaya yang dikeluarkan disebut biaya produksi. Penggolongan biaya produksi dilakukan berdasarkan sifatnya. Biaya tetap (fixed cost) ialah biaya yang tidak ada kaitannya dengan jumlah barang yang diproduksi. Petani harus tetap membayarnya, berapapun jumlah komoditi yang dihasilkannya. Misalnya sewa lahan, bangunan, ternak kerja dan lain sebagainya. Biaya tidak tetap adalah biaya yang berubah apabila luas usahanya berubah. Biaya ini ada apabila ada suatu barang yang diproduksi, misalnya upah buruh tani. Ariani (2005) menyatakan bahwa tingkat produktivitas yang stabil, produksi dan luas areal tanam akan berjalan seiring. Hal ini berarti besarnya kenaikan produksi ditentukan pula oleh peningkatan luas areal tanam. Oleh karena itu, tingkat produksi kedelai yang makin menurun disebabkan oleh makin berkurangnya areal tanam. Tanpa perluasan areal tanam, upaya peningkatan produksi kedelai sulit dilakukan karena laju peningkatan produktivitas berjalan lambat, apalagi bila harga sarana produksi tinggi dan harga produk rendah. Mosher (1997) menyebutkan bahwa lahan pertanian sebagai aset penting yang dimiliki petani sangat menentukan peluang berusaha bagi dirinya. Aset ini berpengaruh terhadap besarnya pendapatan yang mereka peroleh dari pengelolaan atas lahan tersebut. Lahan sempit tentu saja hasil yang diperoleh juga tidak memadai, pendapatan yang mereka peroleh juga rendah.

Senada dengan Alimoeso (2008) yang menyatakan bahwa di samping perluasan areal, upaya peningkatan produksi kedelai dapat dilakukan dengan menaikkan produktivitas dan stabilitas hasil, serta menekan senjang hasil dan kehilangan hasil pada saat panen dan pascapanen. Peningkatan produksi kedelai dapat dilakukan dengan: 1) memperluas areal tanam, 2) meningkatkan produktivitas, 3) mengamankan produksi, dan 4) memperkuat kelembagaan. Perluasan areal tanam diutamakan pada wilayah yang pernah menjadi sentra produksi kedelai dan pemanfaatan lahan secara optimal melalui peningkatan indeks pertanaman. Peningkatan produktivitas antara lain dilakukan dengan menggunakan benih varietas unggul bermutu; pengamanan produksi dengan memberikan bantuan sarana pascapanen; dan perbaikan sistem kelembagaan dengan memperbaiki sistem lembaga permodalan dan menguatkan peran gabungan kelompok tani dan kemitraan. Soeharsono (1989) menyatakan bahwa kualitas manusia (pendidikan, ketrampilan dan keahlian) yang rendah mengakibatkan rendahnya pemanfaatan teknologi dan inovasi dalam proses produksi, sehingga bukan saja kemampuan produksi akan rendah, tetapi produktivitas dalam produksi pun akan rendah. Rendahnya tingkat produksi mengakibatkan tingkat penghasilan yang rendah pula. Sementara dengan rendahnya tingkat kualitas sumber daya manusia, kemampuan dalam pengembangan teknologi akan semakin rendah pula, sehingga membutuhkan dana investasi yang cukup besar untuk melakukan penelitian dan perkembangan. Pernyataan tersebut dipertegas oleh Supadi (1995), bahwa perbedaan letak geografis dan letak administratif dapat mendorong perkembangan yang berbeda pada suatu

wilayah. Hal ini terlihat dengan adanya perbedaan perkembangan kondisi wilayah maupun kondisi masyarakatnya. Keberhasilan penyuluhan yang terjadi pada suatu desa akan mendorong perubahan karakteristik masyarakatnya, dimana akan mempengaruhi produktivitas kerja petani terkait dalam penerimaan materi penyuluhan sehingga petani dapat menerapkan inovasi dari materi penyuluhan yang diterima. Prabowo (2008) menyatakan, untuk meningkatkan produksi kedelai hingga swasembada bukan hal yang mustahil. Dengan memberikan jaminan harga yang layak, petani akan tertarik untuk menanam kedelai. Pemerintah perlu melindungi petani karena di negara lain pun, pemerintah tidak hanya melindungi petani, tetapi juga produk pertaniannya. Seperti halnya Pakpahan (2004) juga mengemukakan bahwa petani di negara-negara maju masih mendapat perlindungan dan memperoleh subsidi yang sangat besar. Sebaliknya di negara-negara berkembang seperti Indonesia, subsidi bagi petani justru dihapus. 2.4 Regresi Linier Berganda Menurut Nazir (2003) bahwa jika parameter suatu hubungan fungsional antara satu variabel dependen dengan lebih dari satu variabel ingin diestimasikan, maka analisis regresi yang dikerjakan berkenaan dengan regresi berganda (multiple regression). Analisis berganda mempunyai kaedah yang sama dengan analisis regresi sederhana. Supriana (2008) menyatakan bahwa prinsip-prinsip yang mendasari regresi linier berganda, tidak berbeda dengan regresi linier sederhana, namun dalam regresi linier

berganda akan dijumpai beberapa permasalahan. Permasalahan ini berkaitan dengan digunakannya sejumlah variabel didalam model (hal ini tidak dijumpai dalam model regresi linier sederhana yang hanya mengkaji satu variabel bebas). Fenomena berubahnya suatu variabel tidak hanya dipengaruhi oleh satu faktor, melainkan variabel tersebut dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Danang (2009) jika pengukuran antarvariabel melibatkan lebih dari satu variabel bebas (X1, X2, X3,...,Xn) dinamakan analisis regresi linier berganda, dikatakan linier karena setiap estimasi atas nilai diharapkan mengalami peningkatan atau penurunan mengikuti garis lurus. Persamaan estimasi regresi linier berganda sebagai berikut : Dimana : a = nilai konstanta Y = a + b 1 X 1 + b 2 X 2 + b 3 X 3 +... + b n X n b 1, b 2, b 3,..., b n = nilai koefisien regresi variabel X 1, X 2, X 3,..., X n untuk menentukan nilai a dan b 1, b 2, b 3,..., bn dipergunakan beberapa persamaan regresi linier berganda : 1. SY = an + SX 1 + b 2 SX 2 +... + b n SX n 2. SX 1 Y = asx 1 + b 1 SX 1 2 + b 2 SX 1 X 2 +... + b n SX 1 X n 3. SX 2 Y = asx 2 + b 1 SX 1 X 2 + b 2 SX 2 2 +... + b n SX 2 X n dan seterusnya. Supriana (2008) menyatakan bahwa model regresi yang digunakan untuk membuat hubungan antara satu variabel terikat dan beberapa variabel bebas disebut model regresi berganda. Adapun modelnya dituliskan sebagai berikut: Dimana: Y i = β o + β 1 X 1i +β 2 X 2i +β 3 X 3i +...+β k X k +u i

Yi = Variabel terikat Xi = Variabel bebas i = 1,2,3,...k (banyaknya observasi) Sebagaimana dalam regresi sederhana, nilai-nilai parameter tersebut akan diduga, sehingga modelnya menjadi: Dimana: Ỷ i = b o + b 1 X 1i +b 2 X 2i +b 3 X 3i +...+b k X k i = 1,2,3,...k (banyaknya observasi) b o,b 1,b 2, b 3...b k dugaan β o,β 1,β 2,β 3...β k Senada dengan Umar (2005) yang menyatakan bahwa data hasil pengamatan Y dipengaruhi oleh variabel-variabel bebas X 1,X 2,X 3,...X k, sehingga rumus umum dari regresi linier berganda itu adalah : Y=a + b X 1 + c X 2 +... + k X k koefisien-koefisien a,b,c,...k, dapat dicari dengan berbagai cara, misalnya dengan kuadrat terkecil ataupun dengan matrik. Untuk mengetahui adanya masalah multikolinearitas (Multicolinearity), pada model regresi, maka dilakukan pengujian model regresi dengan menggunakan metode Backward Elimination pada uji SPSS (Statistical Program for Social Science). Multikolinearitas adalah salah satu masalah yang terdapat pada model regresi dimana terdapatnya hubungan linier diantara variabel-variabel bebas dalam model regresi. Biasanya korelasinya mendekati sempurna atau sempurna (korelasi tinggi atu bahkan

satu). Jika variabel bebas berkorelasi dengan sempurna, maka disebut dengan (Multikolineritas Sempurna) Perfect Multicolinearity Dampak dari Multikolinearitas adalah : 1. Pengaruh dari masing-masing variabel bebas tidak dapat dideteksi atau sulit dibedakan karena koefisien regresi masing-masing variabel bebas tidak dapat digunakan lagi untuk menduga nilai variabel terikat. 2. Standard error cenderung meningkat dengan bertambahnya variabel bebas. 3. Probabilitas untuk menerima hipotesis yang salah (kesalahan b) semakin besar. Metode Backward Elimination ini berguna untuk mengatasi masalah multikolinearitas yang terjadi pada model regresi berganda. Metode ini dipilih dari menu method yang terdapat d SPSS, dimana metode ini merupakan metode yang akan mengeluarkan variabel bebas yang berkorelasi dengan variabel bebas lainnya sehingga tidak menyebabkan masalah multikolinearitas lagi. Pengujian dengan SPSS, dapat dilihat pada uji Colinearity Diagnostic yaitu: a. Pengujian pada Egeinvalue. Jika Egeinvalue mendekati nilai nol, maka akan terjadi multikolinearitas. b. Pengujian pada Condition Index. Jika harga Condition Index melebihi angka 15, maka akan terjadi multikolinearitas.

2.5 Kerangka Pemikiran Faktor sosial, ekonomi merupakan faktor yang ada dalam diri petani. Faktor tersebut dapat berpengaruh terhadap usahatani kedelai. Faktor sosial ekonomi tersebut nantinya akan mempengaruhi produktivitas kedelai begitupun dengan teknologi. Kedelai merupakan salah satu jenis tanaman palawija (kacang-kacangan) yang diusahakan dan dikelola petani. Kedelai merupakan pangan penting setelah padi dan jagung. Selain sebagai sumber protein, makanan berbahan kedelai dapat dipakai sebagai penurun kolesterol darah yang dapat mencegah penyakit jantung. Kedelai juga berfungsi sebagai anti-oksidan dan dapat mencegah penyakit kanker. Baik faktor sosial, ekonomi maupun teknologi petani sangat membantu dan berhubungan dengan cara berfikir petani dalam usahataninya. Petani juga perlu mempertimbangkan keadaan atau kondisi baik dari segi sosial, segi ekonomi maupun segi teknologi. Hal ini dimaksudkan agar petani dapat memperoleh hasil dari usaha pertaniannya. Dalam pertimbangan tersebut para petani harus yakin mampu mengelola usahataninya semaksimal mungkin dengan kemampuan mereka baik segi sosial, ekonomi maupun teknologinya.

Adapun skema kerangka pemikiran dapat digambarkan pada Gambar 1. Faktor Sosial antara lain: umur pengalaman bertani jumlah tanggungan frekuensi penyuluhan kosmopolitan Petani Kedelai Usahatani Kedelai Faktor Ekonomi terdiri dari: luas lahan pendapatan Produktivitas Kacang Kedelai Teknologi terdiri dari: varietas bibit unggul pupuk penggunaan alsintan pestisida Keterangan : Menyatakan pengaruh Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran 2.6 Hipotesis Penelitian Beberapa faktor sosial ekonomi serta teknologi [umur, pengalaman bertani, jumlah tanggungan, frekuensi penyuluhan, kosmopolitan, luas lahan, pendapatan, varietas bibit unggul, pupuk, penggunaan alsintan (alat-alat mesin pertanian)] berpengaruh nyata terhadap produktivitas kacang kedelai di daerah penelitian.