HIGIENE SANITASI DAN ANALISIS ZAT PEMANIS BUATAN PADA DODOL YANG DI PRODUKSI DI KECAMATAN PANYABUNGAN KABUPATEN MANDAILING NATAL TAHUN 2012

dokumen-dokumen yang mirip
Lampiran 1. Kategori Objek Pengamatan. Keterangan. Prinsip I : Pemilihan Bahan Baku Tahu. 1. Kacang kedelai dalam kondisi segar dan tidak busuk

LEMBAR OBSERVASI HIGIENE SANITASI PENGOLAHAN BUBUR AYAM DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Lembar Observasi. Hygiene dan Sanitasi Pedagang Minuman Teh Susu Telur (TST) yang Dijual di Kecamatan Medan Area di Kota Medan Tahun 2012

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

LEMBAR OBSERVASI ANALISIS

Karakteristik Responden

Tidak (b) Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. gizi dan mempunyai bentuk yang menarik, akan tetapi juga harus aman dalam arti

BAB I PENDAHULUAN. asasi setiap rakyat Indonesia dalam mewujudkan sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lembar Kuesioner Hygiene Sanitasi Pada Pedagang Siomay di Jl. Dr. Mansyur. Padang Bulan Di Kota Medan Tahun Nama : No.

BAB I PENDAHULUAN. menentukan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu, kesehatan perlu dijaga dari hal-hal

BAB I PENDAHULUAN. digunakan dalam makanan. Kurangnya perhatian terhadap hal ini telah sering

LEMBAR OBSERVASI HYGIENE SANITASI PENGOLAHAN DODOL SALAK Berdasarkan Kepmenkes RI No.942/SK/VII/2003

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ancaman penyakit yang berkaitan dengan higiene dan sanitasi khususnya

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENJAMAH MAKANAN DI RUMAH MAKAN

LEMBAR KUESIONER UNTUK PENJAMAH MAKANAN LAPAS KELAS IIA BINJAI. Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Sebelah Barat : berbatasan dengan Sungai Bulango. b. Sebelah Timur : berbatasan dengan Kelurahan Ipilo

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

Kesehatan Lingkungan. Utara, Medan, 20155, Indonesia

LAMPIRAN. Keadaan Kantin di FIP UPI Bumi Siliwangi

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 236/MENKES/PER/IV/1997 TENTANG PERSYARATAN KESEHATAN MAKANAN JAJANAN

HUBUNGAN HYGIENE SANITASI LINGKUNGAN PENJUALAN DENGAN KANDUNGAN ESCHERICHIA COLI PADA AIR TEBU DI BEBERAPA KECAMATAN DI KOTA MEDAN TAHUN 2015

Lampiran 1. Lembar ObservasiHigiene Sanitasi Pembuatan Ikan Asin di Kota Sibolga Tahun 2012

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mereka sedang dalam puncak pertumbuhan. Pada anak usia sekolah akan terus

HUBUNGAN HIGIENE SANITASI DENGAN KEBERADAAN BAKTERI Eschericia coli PADA JAJANAN ES KELAPA MUDA (SUATU PENELITIAN DI KOTA GORONTALO TAHUN 2013)

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

ANALISIS KADAR SIKLAMAT PADA ES PUTER YANG DIJUAL PEDAGANG DI KABUPATEN GRESIK. Anik Eko Novitasari, M. Arifudin ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi

STUDI KANDUNGAN BAKTERI Salmonella sp. PADA MINUMAN SUSU TELUR MADU JAHE (STMJ) DI TAMAN KOTA DAMAY KECAMATAN KOTA SELATAN KOTA GORONTALO TAHUN 2012

HIGIENE SANITASI PANGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dengan cara menghilangkan atau mengatur faktor-faktor lingkungan

UNTUK KEPALA SEKOLAH SDN KOTA BINJAI

BAB I PENDAHULUAN. harus aman dalam arti tidak mengandung mikroorganisme dan bahan-bahan kimia

Lampiran 1. Formulir Persetujuan Partisipasi Dalam Penelitian FORMULIR PERSETUJUAN PARTISIPASI DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) NASKAH PENJELASAN

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 942/Menkes/SK/VII/2003 tentang Pedoman Persyaratan Higiene Sanitasi Makanan Jajanan, makanan

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. UCAPAN TERIMA KASIH... ii. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR GAMBAR... xv BAB I PENDAHULUAN...

PENETAPAN KADAR SIKLAMAT PADA BEBERAPA MINUMAN RINGAN KEMASAN GELAS DENGAN METODA GRAVIMETRI

Kuesioner ditujukan kepada karyawan pengolah makanan

CARA PRODUKSI PANGAN Jejaring Promosi Keamanan Pangan dalam Sistem Keamanan Pangan Terpadu Nasional SIAP SAJI YANG BAIK

HIGIENE SANITASI INDUSTRI RUMAH TANGGA PENGOLAHAN TERASI DAN ANALISA RHODAMIN B PADA TERASI BERBAGAI MEREK DI PASAR KOTA MEDAN TAHUN 2011.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Propinsi Gorontalo terdiri dari 1 Kota dan 5 Kabupaten dalam luas wilayah

Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut WHO, makanan adalah : Food include all substances, whether in a

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Faktor-faktor yang menentukan kualitas makanan baik, dapat ditinjau dari

BAB I PENDAHULUAN. dapat melangsungkan kehidupan selain sandang dan perumahan. Makanan, selain mengandung nilai gizi, juga merupakan media untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi alternatif makanan dan minuman sehari-hari dan banyak dikonsumsi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. atau dikenal dengan kampus induk/pusat, kampus 2 terletak di Jalan Raden Saleh,

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 965/MENKES/SK/XI/1992 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Bahan pangan adalah bahan yang memungkinkan manusia tumbuh dan

Dewi Ayu Setiawati 1, Nurmaini 2, Indra Chahaya 2. Departemen Kesehatan Lingkungan

I. PENDAHULUAN. setiap orang. Menurut Food and Agriculture Organization (FAO) dalam. terbawa hingga dewasa. Kegemaran masyarakat akan jajan atau

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk makanan dari jasaboga. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik

BAB 1 PENDAHULUAN. bila dikonsumsi akan menyebabkan penyakit bawaan makanan atau foodborne

1 KUISIONER GAMBARAN HYGIENE SANITASI PENGELOLAAN MAKANAN DAN PEMERIKSAAN

ASPEK HYGIENE SANITASI MAKANAN PADA RUMAH MAKAN DI TERMINAL 42 ANDALAS KOTA GORONTALO 2012 ABSTRAK

sebagai vector/ agen penyakit yang ditularkan melalui makanan (food and milk

KUALITAS MINUMAN ES DAWET PADA BEBERAPA PRODUSEN DITINJAU DARI KANDUNGAN Escherichia coli DAN HIGIENE SANITASI PENGOLAHAN DI KOTA MEDAN TAHUN 2011

I. Data Responden Penjamah Makanan 1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan :

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Makanan merupakan salah satu dari tiga unsur kebutuhan pokok manusia,

ANALISA SANITASI DAN HIGIENE PENYAJIAN MAKANAN DI KANTIN UNIVERSITAS KRISTEN PETRA SURABAYA

HYGIENE SANITASI MAKANAN DAN PEMERIKSAAN FORMALIN SERTA BORAKS PADA MAKANAN JAJANAN (OTAK-OTAK) DI KOTA TANJUNGPINANG TAHUN 2013 SKRIPSI OLEH

BAB I PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana

KUESIONER PENGAMATAN FAKTOR RISIKO CEMARAN MIKROBA PADA PENJAMAH MAKANAN DI KANTIN SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN MEDAN JOHOR TAHUN 2016

terlebih dahulu isi daftar identitas yang telah disediakan. 2. Bacalah dengan baik setiap pertanyaan, kemudian beri tanda ( ) pada jawaban yang

KEAMANAN PANGAN UNTUK INDONESIA SEHAT. keterkaitannya dengan penyakit akibat pangan di mana masalah keamanan pangan di suatu

BAB I PENDAHULUAN. melakukan berbagai upaya sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. tambahan pangan, bahan baku dan bahan lain yang digunakan dalam proses pengolahan

BAB I PENDAHULUAN. karbohidrat, protein, vitamin, mineral, dan sebagainya (Depkes RI, 2000).

Lampiran 1. Daftar Angka Paling Mungkin Coliform dengan Tiga Tabung

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 pasal 48 telah. kesehatan keluarga, perbaikan gizi, pengawasan makanan dan minuman,

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 942/MENKES/SK/VII/2003 TENTANG PEDOMAN PERSYARATAN HYGIENE SANITASI MAKANAN JAJANAN

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bahan makanan. Zat gizi yaitu zat-zat yang diperoleh dari bahan makanan

BAB I PENDAHULUAN. dalam kesehatan dan kesejahteraan manusia (Sumantri, 2010).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh enzim, aktifitas mikroba, hewan pengerat, serangga, parasit dan

PENYELENGGARAAN HYGIENE SANITASI PENGOLAHAN SALAK DI PT. AGRINA DESA PARSALAKAN KECAMATAN ANGKOLA BARAT KABUPATEN TAPANULI SELATAN TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. yang secara alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi

ANALISIS KUANTITATIF SIKLAMAT DALAM AIR PEMANIS PADA SIRUP JAJANAN ES KELAPA DI SIRING BANJARMASIN MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang kesehatan No. 23 tahun 1992 pasal 10 menyebutkan bahwa

I. PENDAHULUAN. Pada era globalisasi keadaan gizi masyarakat yang baik menjadi salah satu cara

BAB I PENDAHULUAN. setiap rakyat Indonesia dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas

Ikan segar - Bagian 3: Penanganan dan pengolahan

Lampiran 1. Aspek Penilaian GMP dalam Restoran

DAFTAR PUSTAKA. Alsuhendra, dan Ridawati, Bahan Toksik Dalam Makanan. Cetakan pertama. Penerbit: PT.Remaja Rosdakarya. Bandung.

BAB IX SANITASI PABRIK

HIGIENE DAN SANITASI PENGELOLAAN MAKANAN DAN KEPADATAN LALAT PADA WARUNG MAKAN DI PASAR TRADISIONAL PASAR HORAS PEMATANGSIANTAR TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Seluruh masyarakat merupakan konsumen dari makanan sekaligus

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Ilotidea, Tualango, Tabumela, Tenggela dan Tilote. Kecamatan Tilango memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan keberhasilan program sanitasi makanan dan minuman

IMPLEMENTASI PERMENKES RI NO. 1096/MENKES/PER/ VI/2011 TENTANG HIGIENE SANITASI JASABOGA TERHADAP KELAYAKANAN FISIK JASABOGA DI KOTA SIBOLGA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyelenggaraan makanan yang sehat dan aman merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. teknologi pangan dan bahan kimia yang dibutuhkan agar mutunya baik.

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan, dan keturunan. Berdasarkan ke empat faktor tersebut, di negara yang

ANALISIS Escherichia coli DAN HIGIENE SANITASI PADA MINUMAN ES TEH YANG DIJUAL DI PAJAK KARONA JAMIN GINTING KECAMATAN MEDAN BARU TAHUN 2013

Transkripsi:

HIGIENE SANITASI DAN ANALISIS ZAT PEMANIS BUATAN PADA DODOL YANG DI PRODUKSI DI KECAMATAN PANYABUNGAN KABUPATEN MANDAILING NATAL TAHUN 2012 1 Juita Asnipa 1, Wirsal Hasan 2, Taufik Ashar 2 1 Program Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Departemen Kesehatan Lingkungan 2 Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara, Medan, 20155, Indonesia juitaasnipa@ymail.com Abstract Hygiene sanitation and analysis of artificial sweeteners on the produce of dodol on Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal in 2012. is a kind of snack which is popular and spread among the Indonesian community. The process which is home industry made the control of sweetener usage is unclear, based on the producer desire. More over the process is still traditionally, as of the workers do not care enough to the hygiene sanitation of the dodol making process. The purpose of this research was to obtain the description of hygiene sanitation process and the analysis of artificial sweeteners content on the produce of dodol snack in Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal in 2012. The type of this research was descriptive survey by observing sanitation hygiene and laboratory analysis to obtain artificial sweetener contents on dodol. The result of the research showsed that hygiene sanitation principal on dodol making process which comply with Ministry of Health Decree of Indonesia Number 942 / Menkes / SK / VII/2003 was storage of raw. From the 7 samples of dodol which inspected, there were 3 samples which contain of artificial sweeteners with saccharin grading are 00274 mg/kg, 0.0073 mg/kg, and 0.0054 mg/kg which comply with health permit, according to Permenkes RI 722/Menkes/Per / IX/1988. The Health Department needs to conduct a thorough counseling and supervision by the related institution (Department of Health) on the importance of food hygiene sanitation, also counseling to the producer in the usage of food sweeteners. Key words:, Hygiene Sanitation, Artificial Sweeteners. Pendahuluan Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi setiap rakyat Indonesia dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk melaksanakan pembangunan nasional. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan atau minuman (UU 7, 1996).

2 Keamanan pangan merupakan persyaratan utama yang harus dimiliki oleh setiap produksi yang beredar di pasaran. Setiap produsen bahan pangan yang memproduksi dan mempromosikan produk makanan dan minuman harus didasarkan pada standar dan persyaratan kesehatan. Untuk menjamin keamanan pangan olahan, maka dibutuhkan pengawasan, pengaturan dan pembinaan dari pemerintah (Depkes RI, 2004). Salah satu masalah keamanan pangan yang masih memerlukan pemecahan yaitu penggunaan bahan tambahan, untuk berbagai keperluan. Penggunaan bahan tambahan makanan dilakukan oleh industri pembuatan maupun pada proses pengolahan pangan, misalnya adalah berbagai jajanan yang umumnya dihasilkan oleh industri kecil atau rumah tangga. Kecamatan Panyabungan merupakan salah satu daerah yang memproduksi makanan dodol oleh industri rumah tangga. Berdasarkan observasi langsung terdapat 7 industri rumah tangga dengan jumlah seluruh penjamah yaitu 21 penjamah makanan dodol. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui higiene sanitasi dan analisis zat pemanis buatan pada dodol yang di produksi di kecamatan panyabungan kabupaten mandailing natal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran higiene dan sanitasi pengolahan dan menganalisa kandungan zat pemanis buatan pada makanan dodol yang diproduksi di Kecamatan Panyabungan, Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2012. Manfaat Penelitian memberi masukan bagi pengelola industri rumah tangga tentang pemakaian zat pemanis sebagai bahan tambahan makanan pada makanan dodol yang diproduksi di Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal dan sebagai masukan bagi Dinas Kesehatan Kota Panyabungan khususnya bagian Kesehatan Lingkungan dalam hal program pengawasan dan pembinaan kepada pedagang makanan jajanan Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah survei yang bersifat deskriptif yaitu dengan melihat higiene sanitasi dan analisis laboratorium untuk mengetahui pemanis buatan yang terdapat pada dodol yang di produksi di Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2012. Lokasi penelitian bertempat pada beberapa industri rumah tangga di Kecamatan Panyabungan. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2012. Hasil dan Pembahasan Berdasarkan hasil observasi dengan menggunakan kuesioner kepada penjamah makanan dodol maka karakteristik penjamah dan higiene sanitasi makanan dodol sebagai berikut : Tabel 4.1. Distribusi Jumlah Penjamah. Industri n 1. I 3 2. II 4 3. III 4 4. IV 2 5. V 3 6. VI 2 7. VII 3 Jumlah 21 Jumlah dari seluruh penjamah makanan dodol yang diproduksi di Kecamatan Panyabungan Kabupaten

Mandailing Natal yaitu 21 penjamah makanan. Tabel 4.2. Distribusi Penjamah Berdasarkan Jenis Kelamin No Jenis Kelamin Jumlah % 1. Laki-laki 8 38,1 2. Perempuan 13 61,9 Jumlah 21 100,0 Berdasarkan tabel 4.2. diatas, bahwa pembuat dodol yang berjenis kelamin laki-laki ada sebanyak 8 orang (38,1%) dan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 13 orang (61,9%). Tabel 4.3. Distribusi Penjamah Berdasarkan Umur 3. Menjaga kebersihan badan : tangan, rambut, kuku, pakaian 4. Tidak menggunakan perhiasan yang berukir-ukir 5. Mecuci tangan setiap kali hendak menangani makanan 6. Tidak sambil merokok, tidak menggaruk anggota badan 7. Tidak batuk di hadapan makanan, tidak bersin di hadapan makanan 8. Menggunakan pakaian yang bersih 9. Penjamah tidak bersentuhan langsung dengan makanan tetapi menggunakan peralatan 3 17 81,0 4 19,0 19 90,5 2 9,5 8 38,1 13 61,9 11 52,4 10 47,6 15 71,4 6 28,6 20 95,2 1 4,8 7 33,3 14 66,7 Golongan Umur (Tahun) Jumlah % 1. 10-19 2 9,5 2. 20-29 1 4,8 3. 30-39 5 23,8 4. 40-49 7 33,3 5. 50-59 4 19,0 6. 60-69 1 4,8 7. 70-79 1 4,8 Jumlah 21 100,0 Berdasarkan tabel 4.3. dapat dilihat bahwa golongan umur yang paling banyak pada pembuat dodol adalah 40-49 tahun berjumlah 7 pembuat dodol (33,3%). Tabel 4.4. Distribusi Penjamah Kriteria Penilaian 1. Tidak menderita penyakit menular : Batuk, Pilek, Influenza, Diare, dan penyakit perut lainnya 2. Menggunakan APD : celemek, tutup kepala, sarung tangan Ya Tidak 12 57,1 9 42,9 1 4,8 20 95,2 Berdasarkan tabel 4.4. di ketahui bahwa dari 9 kriteria penilaian dalam Penjamah makanan dodol dapat di lihat tidak ada 1 pun yang memenuhi syarat kesehatan. Tabel 4.5. Distribusi Penjamah Berdasarkan Lama Bekerja Lama Bekerja (tahun) n % 1. 2-4 11 52.4 2. 5-7 6 28.6 3. 8-10 1 4.8 4. 11-13 3 14.3 Jumlah 21 100,0 Berdasarkan tabel 4.5. diatas, diketahui bahwa penjamah yang bekerja membuat dodol yang paling lama ada 3 orang (14,3%) yaitu 11-13 tahun.

4 Tabel 4.6. Distribusi Penjamah Berdasarkan Pemilihan Bahan Baku Kriteria Penilaian 1. Tepung pulut yang digunakan dalam keadaan baik, bersih, tidak kutuan 2. Santan kelapa yang digunakan dalam keadaan segar dan tidak basi, bersih 3. Gula aren yang digunakan baik, bersih, tidak berampas 4. Bahan makanan kemasan terdaftar pada Departemen Kesehatan Misal : pemanis yang digunakan - 0 7 100 Berdasarkan tabel 4.6. dapat diketahui bahwa 3 kriteria penilaian dalam prinsip pemilihan bahan baku makanan memenuhi syarat kesehatan, dan hanya 1 kriteria penilaian tidak memenuhi syarat kesehatan yaitu bahan makanan kemasan tidak terdaftar pada Departemen Kesehatan misal, pemanis yang digunakan pada makanan dodol.hal ini terlihat dari kondisi pemilihan bahan baku dari segi bahan olahan dalam kemasan yang tidak terdaftar di Departemen Kesehatan misalnya bahan tambahan makanan seperti pemanis yaitu gula aren yang digunaka dari hasil industri rumah tangga yang ada di Kabupaten Mandailing Natal sehingga belum tardaftar di Departemen Kesehatan Tabel 4.7. Distribusi Penjamah Berdasarkan Penyimpanan Bahan Baku Kriteria Penilaian 1. Tersedia tempat penyimpanan bahan makanan yang bersih dan tertutup 2. Tempat penyimpanan bahan makanan kedap air 3. Tempat Penyimpanan bahan makanan terpisah dari makanan jadi Berdasarkan tabel 4.7. diketahui bahwa semua industri (100%) menggunakan tempat penyimpanan bahan baku makanan yang tertutup, bersih dan kedap air, serta menggunakan tempat penyimpanan bahan baku makanan terpisah dari makanan jadi. Tempat penyimpanan bahan baku makanan harus dalam keadaan bersih, kedap air dan tertutup, serta penyimpanan bahan baku makanan terpisah dari makanan jadi (Depkes RI, 2004).

5 Tabel 4.8. Distribusi Penjamah Berdasarkan Pengolahan Bahan Baku Kriteria Penilaian 1. Menggunakan air yang bersih dalam setiap pengolahan 2. Peralatan dicuci dahulu sebelum digunakan dalam setiap pengolahan 3. Peralatan harus selalu dibersihkan setelah digunakan 4. Peralatan tidak gompel, rusak atau retak 5. Lantai harus dalam keadaan bersih, kering, tidak lembab, tidak licin 6. Tempat pengolahan bebas vektor (lalat,tikus,dll) dan binatang pengganggu 7. Tersedia tempat mencuci tangan dan air yang cukup 8. Tersedia air yang digunakan dari PAM/sumur 9. Tersedia tempat pembuangan sampah tertutup dan kedap air 7 100-5 71,4 2 28,6 5 71,4 2 28,6 2 28,6 5 71,4-0 7 100-0 7 100 Berdasarkan tabel 4.8. dapat diketahui bahwa dari 9 kriteria dalam prinsip pengolahan bahan baku makanan ada 4 kriteria yang memenuhi syarat kesehatan yaitu menggunakan air yang bersih dalam setiap pengolahannya, peralatan tidak gompel rusak atau retak, tersedia tempat mencuci tangan dan air yang cukup, tersedia air yang digunakan dari PAM/sumur. Tabel 4.9. Distribusi Penjamah Berdasarkan Pengangkutan Jadi Kriteria Penilaian 1. Tersedia tempat khusus untuk mengangkut makanan jadi 2. Tempat dalam keadaan bersih 3. di angkut dalam keadaan tertutup 5 71,4 2 28,6 Pada tabel 4.9. dapat lihat bahwa dari 3 kriteria penilaian prinsip pengangkutan makanan jadi hanya 2 kriteria yang memenuhi syarat kesehatan yaitu tersedia tempat khusus untuk mengangkat makanan jadi yang terbuat dari bahan plastik dan tempatnya dalam keadaan bersih. yang sudah dimasak selama 5-8 jam di angkut ke dalam ember berbahan yang terbuat dari plastik dengan menggunakan sendok berbahan plastik agar dodol tersebut tidak lengkat pada sendok. Kemudian di bawa ke dalam rumah untuk didinginkan, proses pendinginan dilakukan selama 1 malam atau 12 jam dalam keadaan terbuka hal ini dapat menyebabkan terkontaminasinya makanan melalui udara, sehingga makanan tersebut tidak aman untuk dikonsumsi karena bisa menyebabkan penyakit.

6 Tabel 4.10. Distribusi Penjamah Berdasarkan Penyimpanan Jadi Kriteria Penilaian 1. Tersedia wadah khusus untuk menyimpan makanan jadi 2. Wadah harus dalam keadaan bersih 3. Terhindar dari sinar matahari atau gangguan panas 4. Terhindar dari pencemaran dan binatang pengganggu 6 85,7 1 14,3 6 85,7 1 14,3 3 42,9 4 57,1 5 71,4 2 28,6 Berdasarkan tabel 4.10. diketahui bahwa semua (100%) kriteria penilaian dalam prinsip penyimpanan bahan baku makanan tidak memenuhi syarat kesehatan karena menggunakan wadah yang berbuat dari bahan plastik yang tidak di tutupi sehingga memungkinkan makanan dodol dapat terkontaminasi dalam tahap proses pendinginan. dodol yang sudah dimasak dimasukkan ke dalam ember berbahan plastik dan tidak ditutup diletakkan diatas lantai sebelum akhirnya di lakukan pengemasan. Dalam penyimpanan makanan jadi yang dilakukan juga dapat menyebabkan terkontaminasinya makanan melalui udara, sehingga makanan tersebut tidak aman untuk dikonsumsi karena bisa menyebabkan penyakit. Tabel 4.11. Distribusi Penjamah Berdasarkan Pengemasan Jadi Kriteria Penilaian 1. Pengemas berpakaian bersih 2. Menggunakan APD yaitu sarung tangan, masker. 3. Sumpit untuk membungkus dodol dalam keadaan baik dan bersih - 0 7 100 Dari tabel 4.11. di atas dapat di ketahui bahwa dari 3 kriteria penilaian dalam prinsip penyimpanan makanan jadi ada 2 kriteria yang memenuhi syarat kesehatan yaitu pengemas berpakaian bersih dan sumpit untuk pembungkus dodol dalam keadaan baik dan bersih. Pengemasan makanan bertujuan untuk memberi perlindungan terhadap kerusakan, dapat memberikan dan mempertahanakan kualitas produksi, berfungsi sebagai peindung terhadap gangguan luar serta untuk menarik perhatian konsumen. Bahan pengemas yang digunakan seperti plastik harus dalam keadaan baik dan bersih. Ketika mengemas makanan penjamah seharusnya menggunakan sarung tangan agar terhindar dari kontaminasi, serta memakai pakaian yang bersih (Depkes RI, 2004).

7 Tabel 4.12. Distribusi Penjamah Berdasarkan Lama Produksi makanan dodol Lama Produksi (tahun) n % 1. 2 2 28,6 2. 5 1 14,3 3. 7 1 14,3 4. 10 1 14,3 5. 13 2 28,6 Jumlah 7 100,0 Berdasarkan tabel 4.12. dapat dilihat bahwa yang telah memproduksi dodol selama 2 tahun berjumlah 2 pedagang (28,6%), memproduksi dodol selama 5 tahun berjumlah 1 pedagang (14,3%), memproduksi 7 tahun berjumlah 1 pedagang (14,3%), memproduksi 10 tahun berjumlah 1 pedagang (14,3%) dan memproduksi selama 13 tahun berjumlah 2 pedagang (28,6%). Tabel 4.13. Hasil Pemeriksaan Jenis Zat Pemanis Buatan Pada Tahun 2012 No 1 2 3 4 5 6 7 Jenis Sampel (I) (II) (III) (IV) (V) (VI) (VII) Hasil Pemeriksaan Zat Pemanis Buatan Sakarin Siklamat Sorbitol Positif Negatif Negatif Positif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Positif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium secara kualitatif menunjukkan bahwa dari 7 industri rumah tangga terdapat 3 industri yang menggunakan menggunakan pemanis buatan yaitu pada makanan dodol I, makanan dodol II dan makanan dodol III. Jenis zat pemanis yang digunakan adalah sakarin. Berdasarkan penelitian yang menyebutkan bahwa sakarin dalam dosis tinggi dapat menyebabkan kanker pada hewan percobaan. Pada tahun 1977 Canada s Health Protection Branch melaporkan bahwa sakarin bertanggung jawab terjadinya kanker kantong kemih (Yuliarti, 2007). Tabel 4.14. Hasil Pemeriksaan Kadar Zat Pemanis Buatan Pada Tahun 2012 1. 2. 3. Jenis Sampel (I) (II) (IV) Kadar Zat Pemanis Buatan (mg/kg) 0,0274 0,0073 0,0054 Keterangan syarat syarat syarat Sakarin merupakan pemanis yang digunakan pada dodol. Kadar yang digunakan oleh industri rumah tangga tersebut adalah 0,0274 mg 0,0073 mg 0,0054 mg. Artinya walaupun terdapat 3 makanan dodol yang mengandung sakarin tetapi semua industri tersebut telah memenuhi syarat kesehatan karena menggunakan zat pemanis dengan kadar yang masih dibawah ambang batas berdasarkan Permenkes RI 722/Menkes/Per/IX/1988 yaitu 100 mg/kg BB. Jumlah zat aditif yang diizinkan untuk digunakan dalam bahan pangan harus merupakan kebutuhan minimum untuk mendapatkan pengaruh yang

8 dikehendaki. Jika penggunaan bahanbahan tersebut secara terus-menerus dan melebihi dari kadar yang ditentukan, maka akan terakumulasi (tertimbun) dalam tubuh yang akhirnya dapat merusak jaringan atau organ tertentu (Irianto dalam Fitriani, 2007). Tabel 4.15. Hasil Perhitungan Nilai ADI (Acceptable Daily Intake) Pada Jenis Sampel 1. (I) 2. (II) 3. (IV) Jumlah sakarin 0,1370 mg 0,0365 mg 0,027 mg Keterangan Syarat Syarat Syarat Dari tabel 4.15. diketahui bahwa tiga sampel yang memenuhi syarat kesehatan karena semuanya masih berada di bawah nilai ambang batas berdasarkan nilai ADI yaitu 5 mg/kg BB maksudnya tiap orang dapat mengkonsumsi sakarin dalam batas aman yaitu 5 mg. Berdasarkan nilai ADI yaitu 5 mg/kg dengan kadar sakarin 0,1370 mg, 0,0365 mg dan 0,027 mg menurut SNI-01-6993-2004. Sekalipun penggunaanya diizinkan, pemanis buatan dan juga bahan kimia lain sesuai peraturan penggunaannya harus dibatasi. Alasannya, meskipun aman dikonsumsi dalam kadar kecil, tetap saja dalam batas-batas tertentu akan menimbulkan bahaya bagi kesehatan manusia. Pembatasan tersebut di kenal dengan ADI (Acceptable Daily Intake) atau asupan harian yang dapat diterima. ADI merupakan jumlah maksimal pemanis buatan dalam mg/kg berat badan yang dapat dikonsumsi tiap hari selama hidup tanpa menimbulkan efek yang merugikan kesehatan (Yuliarti, 2007). World Health Organization (WHO) menyatakan adanya batas maksimum yang boleh dikomsumsikan per hari atau Acceptable Daily Intake (ADI) yakni banyaknya milligram suatu bahan atau zat yang boleh dikomsumsi per kilogram bobot badan per hari. (BPOM RI,2004). Kesimpulan dan Saran Penerapan 6 prinsip higiene sanitasi pengolahan makanan dodol di Kecamatan Panyabungan berdasarkan Kepmenkes RI 942/Menkes /SK/VII/2003 yang tidak memenuhi syarat kesehatan yaitu pada prinsip pemilihan bahan baku, pengolahan bahan baku, pengangkutan makanan, penyimpanan makanan jadi, serta penyajian makanan dodol dan yang memenuhi syarat kesehatan yaitu pada prinsip penyimpanan bahan baku. Terdapat terdapat 3 sampel yang positif yang mengandung sakarin dengan kadar masing masing berada di bawah nilai ambang batas semua yang diizinkan yaitu yaitu 0,0274 mg, 0,0073 mg, 0,0054 mg. Penjamah makanan dodol harus menerapkan higiene sanitasi dalam tiap pengolahannya dan menghindari terjadinya penyalahgunaan zat pemanis buatan untuk kedepannya, agar dodol yang dihasilkan aman dan sehat Daftar Pustaka Badan POM RI., 2004. Persyaratan Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pemanis Buatan dalam Produk Pangan. Cahyadi, W., 2005. Bahan Tambahan Pangan. Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.

9 Depkes RI., 2004. Hygiene Sanitasi dan Minuman. Dirjen PPM dan PL, Jakarta. Depkes RI., 2003. KepMenkes RI 942/Menkes/SK/VII/2003 tentang Persyaratan Higiene Sanitasi Jajanan. DepKes RI, Jakarta. Depkes RI., 1996. Undang-Undang RI 7 Tahun 1996 Tentang Pangan, Jakarta. Depkes RI., 1988. Permenkes RI 722/Menkes/Per/IX/1988 Tentang Bahan Tambahan, Jakarta. Fitriani, E., 2011. Hygiene Sanitasi Pengolahan Dan Analisa Kandungan Zat Pewarna Merah Pada Kipang Pulut Di Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2011. Skripsi Mahasiswa FKM USU. SNI 01-6993-2004., Tentang Bahan tambahan pangan pemanis buatan -Persyaratan penggunaan dalam Produk Pangan. Yuliarti, N,. 2007. Awas! Bahaya Di Balik Lezatnya. Penerbit Andi, Yogyakarta.