BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. hendak menjalani tindakan operasi, pasien dengan kelainan darah bawaan dan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Transfusi darah merupakan bagian penting yang turut. menunjang dinamika dunia kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Transfusi darah merupakan bagian penting dalam. pelayanan kesehatan modern. Jika digunakan secara

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit akibat infeksi protozoa genus Plasmodium yang

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatkan derajat kesehatan. Kegiatan ini hanya diselenggarakan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang. Donor darah adalah proses pengambilan darah dari. seseorang secara sukarela untuk disimpan di bank darah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV)/ Accuired Immune Deficiency Syndrome (AIDS)

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat PTM mengalami peningkatan dari 42% menjadi 60%. 1

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular atau NCD (Non-Communicable Disease) yang ditakuti karena

BAB I PENDAHULUAN. mencakup dua aspek, yakni kuratif dan rehabilitatif. Sedangkan peningkatan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan angka mortalitas yang disebabkan oleh infeksi Human

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya dengan yang negatif remaja dengan mudah terbawa ke hal yang

nosokomial karena penyakit infeksi. Di banyak negara berkembang, resiko perlukaan karena jarum suntik dan paparan terhadap darah dan duh tubuh jauh

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL. o Riwayat Operasi Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

BAB 1 PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs)

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Hepatitis akut. Terdapat 6 jenis virus penyebab utama infeksi akut, yaitu virus. yang di akibatkan oleh virus (Arief, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu adalah memerangi HIV/AIDS, dengan target

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2013, salah satu penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. prevalensi penyakit infeksi (penyakit menular), sedangkan penyakit non infeksi

BAB I PENDAHULUAN. yang diakibatkan oleh HIV (Human Immunodeficiency Virus). Jalur transmisi

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang awalnya

BAB I PENDAHULUAN. kasus. Kematian yang paling banyak terdapat pada usia tahun yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala yang timbul akibat

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodefficiency Virus (HIV) adalah virus penyebab Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) yang

Etiology dan Faktor Resiko

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit jantung dan pembuluh darah (PJPD) merupakan penyebab utama

BAB I PENDAHULUAN. serta pengobatan penyakit banyak digunakan alat-alat ataupun benda-benda

BAB 1 PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit hati di Indonesia umumnya masih tergolong tinggi. Berdasarkan

I. PENDAHULUAN. pasangan yang sudah tertular, maupun mereka yang sering berganti-ganti

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua

HIV/AIDS (Human Immunodeficiency/Acquired Immune Deficiency. Syndrome) merupakan isu sensitive dibidang kesehatan. HIV juga menjadi isu

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan Kejadian Luar Biasa (KLB) dan termasuk masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

diantaranya telah meninggal dunia dengan Case Fatality Rate (CFR) 26,8%. Penyakit

BAB I PENDAHULUAN. secara sukarela untuk disimpan di bank darah yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. bidang pelayanan kesehatan masyarakat. Akan tetapi dalam pelaksanaaannya

Infeksi Human immunodeficiency virus (HIV) merupakan salah satu. tahun 1999 terdapat 340 juta kasus baru infeksi menular seksual setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. Veneral Disease ini adalah Sifilis, Gonore, Ulkus Mole, Limfogranuloma Venerum

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran gigi. Oleh: SHANGITA BALA JOTHY NIM:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia.

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM).

BAB 1 PENDAHULUAN. seksual. Kondisi yang paling sering ditemukan adalah infeksi gonorrhea,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan (Saifuddin, 2006). Menurut WHO (World Health Organization), pada tahun 2013 AKI

BAB 1 PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (Depkes RI, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalaminya. Akan tetapi usia tidak selalu menjadi faktor penentu dalam perolehan

BAB I PENDAHULUAN. yang mengakomodasi kesehatan seksual, setiap negara diharuskan untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (noncommunicable diseases)seperti penyakit jantung,

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Virus hepatitis B (VHB) merupakan virus yang dapat. menyebabkan infeksi kronis pada penderitanya (Brooks et

BAB 1 PENDAHULUAN. Rumah Sakit merupakan salah satu tatanan institusi kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi paling. umum di dunia dengan perkiraan sepertiga populasi

6. Untuk donor wanita : apakah anda saat ini sedang hamil? Jika Ya, kehamilan keberapa?...

BAB 1 PENDAHULUAN. Data kasus HIV/AIDS mengalami peningkatan dari tahun Menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human

BAB 1 PENDAHULUAN. penanganan serius, dilihat dari tingginya prevalensi kasus dan komplikasi kronis

BAB 1 PENDAHULUAN. Perubahan struktur masyarakat agraris ke masyarakat industri banyak

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA SISWI KELAS XI TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DI SMA NEGERI 24 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Kata kunci: HIV, sifilis, uji saring, pendonor pengganti, pendonor sukarela, UDD PMI Provinsi Bali-RSUP Sanglah vi

1 Universitas Kristen Maranatha

Frekuensi Hepatitis B dan Hepatitis C Positif pada Darah Donor di Unit Transfusi Darah Cabang Padang pada Tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh manusia. 1 HIV yang tidak. terkendali akan menyebabkan AIDS atau Acquired Immune Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dan masih sering timbul sebagai KLB yang menyebabkan kematian

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan perseorangan dan upaya kesehatan masyarakat. 1

BAB I PENDAHULUAN juta orang di seluruh dunia (Junaidi, 2010). Asma bronkial bukan hanya

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang menginfeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. bertambah, sedangkan insiden penyakit menular masih tinggi. Salah satu penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997).

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).

BAB 1 PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Donasi darah merupakan praktik klinis yang umum. dilakukan. Pada tahun 2012 World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. penderita kanker serviks baru di dunia dengan angka kematian karena kanker ini. sebanyak jiwa per tahun (Emilia, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. macam pekerjaan rumah tangga. Sedangkan HIV (Human Immuno Virus)

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut National Heart, Lung and Blood Institute, transfusi darah adalah aman dan suatu proses umum dimana pemindahan darah atau komponenkomponen darah dari satu orang (donor) ke sistem peredaran darah pada orang lain (resipien) melalui intravena (IV), dimasukkan ke dalam salah satu pembuluh darah. Transfusi darah dibutuhkan dalam merawat banyak kondisi medis misalnya anemia kronik, infeksi berat atau penyakit hati, perdarahan dan syok, kelainan darah (Thalasemia, Hemofilia dan Trombositopenia), perdarahan masif (trauma, proses pembedahan, DIC, perdarahan GI dan juga pada proses persalinan). Di mana pada keadaan tersebut tubuh penderita sendiri tidak bisa memproduksikan darah dengan baik maka terjadilah kehilangan banyak darah dari tubuh. Maka, dengan transfusi darah dapat menyelamatkan jiwa maupun memperbaiki kualitas kesehatan jika dijalankan dengan tepat (NHLBI, 2012). Transfusi darah sangat umum terjadi dalam setiap tahun, hampir 5 juta orang Amerika membutuhkan transfusi darah. Sebagian besar transfusi darah berjalan dengan baik tetapi kadang-kadang juga terjadi komplikasi ringan (NHLBI, 2012). Menurut sebuah penelitian, dilaporkan bahwa terjadi beberapa komplikasi yang tidak diharapkan ditemukan pada 6,6% resipien, dimana 55% berupa demam, 14% menggigil tanpa demam, 20% reaksi alergi terutama urtikaria, 6% hepatitis serum positif, 4% reaksi hemolitik dan 1% overload sirkulasi (Sudoyo, 2006). Menurut data WHO Global Database on Blood Safety (GDBS) pada tahun 2011, menyatakan bahwa 107 juta kantong darah telah dikumpul secara global. Sekitar 50% dari kantong darah ini dikumpul dari negara-negara berpendapatan tinggi serta 15% dari populasi dunia. Sehubungan dengan itu, terdapat perbedaan dalam pengumpulan kantong darah antara negara-negara berpendapatan tinggi dan rendah. Di samping itu, tingkat donor darah merupakan suatu indikator bagi

2 ketersediaan kantong darah di sesuatu negara. Rata-rata tingkat donor darah di negara-negara berpendapatan tinggi adalah 39,2 sumbangan per 1000 penduduk, manakala 12,6 sumbangan di negara-negara berpendapatan sedang dan 4,0 sumbangan di negara-negara berpendapatan rendah (WHO, 2013). Dalam WHO Global Strategic Plan, 2008-2015 (2007), menyatakan bahwa setiap negara bervariasi dalam kebutuhan untuk menjamin kualitas, keamanan dan ketersediaan transfusi darah tetapi, akibat dari kepesatan ekonomi dunia hari ini, kebutuhan dan pengutamaan untuk perawatan kesehatan, keselamatan darah dan ketersediaan tetap merupakan cabaran yang terbesar. Kebutuhan atau permintaan darah dan komponen darah di masing-masing negara tergantung pada tingkat perkembangan sistem kesehatan. Menurut data Unit Transfusi Darah (UTD) RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2013, jumlah permintaan kantong darah pada tahun 2013 adalah sebanyak 32,000 sedangkan hanya sebanyak 15,585 kantung darah telah dikumpul dari seluruh donor di UTD RSUP H. Adam Malik Medan, dimana 10,548 kantong dikumpul dari donor sukarela yang tidak dibayar, 4,151 kantong dari donor keluarga dan 886 kantong dari donor komersial. Yang selebihnya diperoleh dari UDD PMI cabang Medan, RSU. Herna dan RSU. Sari Mutiara. Sebanyak 513 orang telah menolak untuk menjadi donor atas beberapa sebab. Antaranya, berat badan kurang (33 orang), kadar hemoglobin kurang (444 orang), kondisi medis lainnya (18 orang), prilaku beresiko (6 orang) dan sebab lainnya (12 orang). Kanker, anemia dan haemodialisa adalah tiga penyakit utama yang paling sering membutuhkan transfusi darah di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2013. Maka, keadaan ini jelas membuktikan bahwa ketersediaan kantong darah di RSUP H. Adam Malik Medan tidak seimbang dengan kebutuhan pelayanan medis. Ini dikarenakan oleh tingkat kesadaran masyarakat untuk menjadi pendonor darah sukarela masih rendah serta perkembangan pada pelayanan kesehatan pada masa ini. Berdasarkan hasil survei Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, menunjukkan bahwa prevalensi anemia penduduk Indonesia berumur 1 tahun adalah 21,7 %, pada balita antara umur 12-59 bulan sebesar 28,1%, dan pada ibu

3 hamil sebesar 37,1 persen. Di Indonesia pada tahun 2007, prevalensi pada kasus thalasemia adalah 1.5% manakala hemofilia adalah 1.3% (Riskesdas 2007). Prevalensi leukemia didapatkan yaitu 86 kasus dari 192 kasus kanker (44,8%), sehingga kasus leukemia dikatakan lima kanker tertinggi pada anak-anak di RSUP H. Adam Malik Medan dan Sentra Diagnostik PA FK-USU pada Tahun 2009 (Ng Jo Ye, 2010). Selain itu, kasus perdarahan post partum, juga membutuhkan transfusi darah dan menurut suatu penelitian dilaporkan bahwa perdarahan post partum merupakan penyebab utama kematian ibu dibanding dengan gangguan hipertensi sekitar 33.9% di Afrika dan 30.8% di Asia (Khan KS et al, 2006). Menurut laporan Depkes RI tahun 2002, kematian ibu di Indonesia adalah sekitar 650 ibu tiap 100,000 kelahiran hidup dan dari angka tersebut 43% disebabkan oleh perdarahan post partum (Depkes RI, 2002). Tergambar dari tingginya angka prevalensi penyakit-penyakit tersebut di Indonesia, maka kebutuhan kantong darah semakin meningkat dari tahun ke tahun untuk merawat kondisi tersebut. Untuk mendapatkan sejumlah kantong darah, diperlukan kesukarelaan masyarakat dalam mendonorkan darah. Tidak semua masyarakat ingin mendonorkan darahnya secara sukarela. Dari data WHO ada 3 kategori pendonor yaitu donor pengganti / keluarga, donor bayaran / komersial dan donor sukarela yang tidak dibayar. Data yang dilaporkan ke WHO pada tahun 2011, menunjukkan peningkatan yang signifikan dari donor darah sukarela yang tidak dibayar di negara-negara berpendapatan rendah dan sedang, dimana terdapat peningkatan sebanyak 7,70 juta donor darah dari tahun 2004 sampai 2011. Kenaikan tertinggi sukarela donor darah dibayar diamati di Asia Tenggara (65%) dan Afrika (48%). Sehubungan dengan itu, 71 negara mengumpul lebih dari 90% suplai darah dari donor darah sukarela yang tidak dibayar, termasuk 60 negara dengan 100%. Manakala di 73 negara, lebih dari 50% suplai darah masih tergantung pada donor keluarga / pengganti serta donor komersial. Di 22 negara, sekitar 800,000 melaporkan mengumpulkan darah secara komersial. Jadi yang lebih baik dibutuhkan adalah dari donor sukarela yang tidak dibayar karena kebutuhan darah tidak boleh diprediksi kapan dibutuhkan dan proses pengambilan

4 darah sampai didonorkan membutuhkan waktu yang tidak sebentar, sementara darah itu harus ditransfusi untuk penyelamatan pada kasus-kasus emergensi serta menurunkan risiko untuk infeksi seperti HIV, hepatitis B, hepatitis C, dan sifilis. 2020 adalah tahun target WHO untuk semua negara mendapatkan 100% dari sediaan darah dari donor sukarela yang tidak dibayar (WHO GDBS, 2011). Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kesadaran, persepsi dan tanggapan masyarakat untuk bertindak sesuatu misalnya pengetahuan, sikap, kepercayaan, budaya, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya (Green, 1980). Penelitian terhadap penduduk Saudi tahun 2008, dinyatakan dari 609 responden, 65.84% responden tidak pernah donor darah dengan beberapa alasan. Antaranya, jarak jauh ke pusat donar darah, kesulitan transportasi, kurangnya waktu, ketakutan, ketidakpercayaan, kurang informasi dan tidak didekati oleh siapa pun untuk menyumbangkan darah. 88,5% penduduk Saudi percaya bahwa donor darah itu tidak berbahaya karena mereka mengatakan tes skrining telah dilakukan sebelum mendonor, dan 11.5% penduduk percaya bahwa donor darah itu berbahaya karena risiko tertularnya penyakit menular. Sebaliknya, 20% dari mereka mengatakan bahwa mereka akan menolak transfusi darah malah jika mereka membutuhkan karena takut terhadap risiko tertularnya penyakit menular. 55,1% percaya bahwa transfusi darah itu aman dibanding 44.9% yang percaya tidak aman. Selain itu, 11,6% mengaku mereka dan anggota keluarga mereka telah memperoleh penyakit menular termasuk hepatitis dan AIDS setelah prosudur transfusi darah (Al-Drees, 2008). Menurut penelitain Asri Budiningsih tahun 2010 terhadap pendonor darah sukarela rutin di Kota Medan, menunjukkan sebagian besar responden mempunyai pengetahuan yang sedang terhadap donor darah yaitu sebanyak 61,5%, manakala 38,5% responden memiliki pengetahuan yang baik. Dari segi sikap responden terhadap donor darah rutin dikategorikan baik yaitu sebanyak 98,5%, menyatakan setuju bahwa untuk mendonorkan darah. Selain itu, tindakan responden terhadap donor darah rutin dikategorikan baik yaitu 52,3%, dan sebanyak 47,7% memiliki kategori tindakan sedang terhadap donor darah rutin (Budiningsih A, 2010).

5 Penelitian terhadap mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun 2009, menunjukkan dari 274 responden, sebanyak 73 responden memiliki pengetahuan yang baik sementara 107 responden memiliki pengetahuan yang cukup tentang donor darah. Terhadap sikap menunjukkan baik iaitu sebanyak 214 responden. Walaupun pengetahuannya cukup dan sikapnya baik hanya 104 responden yang pernah donor darah. Terdapat beberapa alasan yang dikemukakan oleh mahasiswa untuk menolak mendonorkan darah yaitu tidak memiliki kriteria donor, takut terinfeksi dan terhadap jarum suntik, tidak tahu bagaimana menjadi donor dan lain-lain lagi. Dari hasil penelitian ini, disimpulkan bahwa tidak dijumpai adanya hubungan yang signifikan terhadap perbandingan antara tingkat pengetahuan dan sikap responden terhadap tindakan donor darah (Janice, 2009). Menurut penelitian di Lagos Nigeria, menyatakan bahwa sejumlah besar dari pendonor (92.9%) menyumbangkan oleh karena manfaat yang akan mereka peroleh dari rumah sakit, meskipun banyak dari pendonor berpendidikan (98.9%). Beberapa alasan yang menyebabkan seseorang tidak mendonorkan darah oleh karena rasa sakit, rasa takut pada efek sampingan yang bisa mereka dapat dari donor darah. 52,4% percaya bahwa mereka mungkin dapat terkena virus Human Immunodeficiency (HIV) atau infeksi hepatitis dari donor darah. Sejumlah 47% takut pada efek samping, seperti penurunan berat badan (23.8%), kegagalan seksual (5.9%), tekanan darah tinggi (5.2%), tiba-tiba kematian (3.3%), dan kejang (1.47%). Dan terdapat beberapa alasan daripada pendonor komersial, yaitu 41% mahu sertifikat sebagai penghargaan untuk donasi, sedangkan 13.6% lebih suka uang, kurang dari 3% dikatakan nama mereka perlu diumumkan atau dipublikasikan di media. Justeru, 2.58% pendonor menyumbangkan darah secara sukarela (Olaiya MA et al, 2004). Penelitian di India Selatan terhadap kalangan Mahasiswa Kedokteran, menunjukkan bahwa dari 188 responden, rata-rata mereka mempunyai pengetahuan yang baik dan sikap yang positif terhadap donor darah. Tetapi hanya 24 (12.77%) responden yang pernah donor darah dengan alasan ia adalah kewajipan moral mereka, untuk menyelamatkan nyawa, memelihara kesehatan

6 sendiri dan kebanyakan 164 (87,23%) responden tidak pernah donor darah dengan alasan tidak pernah berpikir tentang donor darah 42 (25,61%), mahasiswa takut karena sakit atau komplikasi 42 (25.61%), karena alasan keselamatan 36 (21.95%), tidak memiliki kriteria donor darah 21 (12.80%) dan karena mitos dan kesalahpahaman terhadap donor darah 17 (10.37%) (Yerpude dan Jogdand, 2013). Penelitian terhadap mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura Pontianak di Indonesia, menunjukkan pengetahuan dan sikap mahasiswa cukup baik terhadap donor darah. Walaupun, pengetahun dan sikap mereka baik terhadap donor darah tetapi diketahui bahwa dari 82 jumlah responden hanya 10 responden yang pernah donor darah, sementara sebanyak 72 responden tidak pernah donor darah. Hal ini jelas menunjukkan bahwa, meskipun tingkat pengetahuan dan sikap seseorang baik, belum tentunya tindakan mereka juga akan baik (Sari SE et al, 2013). Maka, mempertimbangkan alasan diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian pada keluarga pasien yang berkunjung ke Ruang Rawat Inap RSUP H. Adam Malik Medan untuk mengetahui bagaimana pengetahuan, sikap dan tindakan mereka terhadap donor darah. Oleh karena, keluarga pasien dianggap mungkin sering melihat, mendengar cerita dari keluarga pasien lain dan keluarga sendiri yang membutuhkan darah untuk menyelamatkan jiwa. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan keluarga pasien terhadap donor darah di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2014?

7 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan keluarga pasien terhadap donor darah di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2014. 1.3.2. Tujuan Khusus Untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan keluarga pasien terhadap donor darah di RSUP H. Adam Malik Medan berdasarkan data sosiodemografi yang terdiri dari umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, agama dan suku. 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Bagi Peneliti Penelitian ini dapat diharapkan menjadikan sebagai pengetahuan peneliti mengenai hal-hal yang berkaitan dengan donor darah dan juga tentang transfusi darah sehingga menjadi suatu pengalaman yang nyata dalam mengembangkan kemampuan dalam bidang penelitian kesehatan. 1.4.3. Bagi RSUP H. Adam Malik Medan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi suatu bahan sumber bagi RSUP H. Adam Malik Medan, untuk mengetahuai bagaimana persepsi, tanggapan dan juga peranan keluarga pasien RSUP H. Adam Malik Medan terhadap donor darah agar dapat meningkatkan promosi tentang donor darah kepada keluarga pasien supaya mereka lebih mengetahui kepentingan donor darah. 1.4.4. Bagi Petugas dan Pemerintah Hasil penelitian ini juga dapat jadikan sebagai referensi dan informasi untuk penelitian atau studi selanjutnya yang berhubungan tentang donor darah kepada para peneliti. Selain itu, juga dapat menjadi sebagai bahan rujukan bagi pemerintah yang terkait misalnya pihak UTD-RSUP H. Adam Malik Medan,

8 UTD-PMI, Dinas Kesehatan dan Dinas Pendidikan untuk mengambil langkah dalam promosi kegiatan donor darah kepada masyarakat.