Pemodelan Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jawa Tengah dengan Pendekatan Spatial Autoregressive Confused(SAC) ABSTRACT

dokumen-dokumen yang mirip
PEMODELAN PRODUKSI PADI DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN PENDEKATAN SPATIAL ECONOMETRICS

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya bidang ekonomi. pertumbuhan ekonomi menjadi salah satu

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

PEMODELAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN PENDEKATAN SPASIAL AUTOREGRESSIVE MODEL PANEL DATA

SPATIAL AUTOCORRELATION UNTUK DETEKSI DATA KEWILAYAHAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PROVINSI JAWA TENGAH 1. PENDAHULUAN

PEMODELAN SPATIAL ERROR MODEL (SEM) UNTUK INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) DI PROVINSI JAWA TENGAH

PENERAPAN MODEL SPASIAL DURBIN PADA ANGKA PARTISIPASI MURNI JENJANG SMA SEDERAJAT DI PROVINSI JAWA TENGAH

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN MODEL SPATIAL AUTOREGRESSIVE (SAR)

BAB I PENDAHULUAN. dengan menurunnya kinerja perekonomian. Oleh karena itu pertumbuhan ekonomi

BAB III METODE PENELITIAN

SPATIAL AUTOREGRESSIVE MODEL DAN SPATIAL ERROR MODEL PADA PERTUMBUHAN EKONOMI SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN DI EKS KARESIDENAN SURAKARTA

PEMODELAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB)

SPATIAL AUTOREGRESSIVE MODEL DAN MATRIKS PEMBOBOT SPASIAL ROOK CONTIGUITY UNTUK PEMODELAN GINI RATIO DI INDONESIA TAHUN 2014.

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi mengikuti pola yang tidak selalu mudah dipahami. Apabila

Maslim Rajab Syafrizal 1, Setiawan 2, Sutikno 3

ANALISIS SPASIAL PENGARUH TINGKAT PENGANGGURAN TERHADAP KEMISKINAN DI INDONESIA (Studi Kasus Provinsi Jawa Tengah) Abstract

Pemodelan Angka Putus Sekolah Usia Wajib Belajar Menggunakan Metode Regresi Spasial di Jawa Timur

BAB I PENDAHULUAN. yang melibatkan seluruh kegiatan dengan dukungan masyarakat yang. berperan di berbagai sektor yang bertujuan untuk meratakan serta

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Kemampuan yang meningkat ini disebabkan karena faktor-faktor. pembangunan suatu negara (Maharani dan Sri, 2014).

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TENAGA KERJA DI JAWA TENGAH TAHUN 2014

Pemodelan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengangguran Terbuka di Provinsi Jawa Timur Tahun 2015 Menggunakan Regresi Spasial

ESTIMASI MODEL SIMULTAN SPASIAL PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1. Data Penelitian No Kabupaten Y X1 X2 X3 1 Kab. Cilacap Kab. Banyumas Kab.

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan kekhasan daerah

I. PENDAHULUAN. cepat, sementara beberapa daerah lain mengalami pertumbuhan yang lambat.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan merangsang proses produksi barang. maupun jasa dalam kegiatan masyarakat (Arta, 2013).

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMISKINAN DI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN MODEL GALAT SPASIAL ABSTRACT

Gede Suwardika 1, korespondensi: 1 ABSTRAK

PEMODELAN KETAHANAN PANGAN KEDELAI (GLYSINE SOYA MAX (LENUS&MERRIL)) DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN PENDEKATAN SPATIAL REGRESSION

BAB III METODE PENELITIAN. mengemukakan definisi metode penelitian sebagai berikut: mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.

Kata kunci : LISA, Moran I, Spatial Autocorrelation. Abstract

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sampai ada kesenjangan antar daerah yang disebabkan tidak meratanya

PENDEKATAN EKONOMETRIKA PANEL SPASIAL UNTUK PEMODELAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DI KALIMANTAN BARAT

MODEL REGRESI SPASIAL UNTUK ANAK TIDAK BERSEKOLAH USIA KURANG 15 TAHUN DI KOTA MEDAN

PROVINSI JAWA TENGAH. Data Agregat per K b t /K t

Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Terapannya 2016 p-issn : ; e-issn :

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Jawa Tengah terletak di antara B.T B.T dan 6 30 L.S --

Teknik Ensemble dengan Additive Noise pada Estimasi Parameter Model Autoregressive Spasial

BAB VI PENUTUP Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. World Bank dalam Whisnu, 2004), salah satu sebab terjadinya kemiskinan

III. METODOLOGI PENELITIAN

OPTIMALISASI MATRIK BOBOT SPASIAL BERDASARKAN K-NEAREST NEIGHBOR DALAM SPASIAL LAG MODEL

Pemodelan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kriminalitas di Jawa Timur dengan Analisis Regresi Spasial

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. hasil dari uji heterokedastisitas tersebut menggunakan uji Park. Kriteria

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMBENTUKAN MODEL DATA PANEL FIXED EFFECT MENGGUNAKAN GUI MATLAB

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK

BAB 3 GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN DAERAH KAB/KOTA DI JAWA TENGAH

BAB III METODE PENELITIAN. kepada pemerintah pusat. Penulis melakukan pengambilan data

BAB I PENDAHULUAN. keadilan sejahtera, mandiri maju dan kokoh kekuatan moral dan etikanya.

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan pembangunan ekonomi tradisional. Indikator pembangunan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Trend Kesenjangann Ekonomi Antar Wilayah di Provinsi Jawa Tengah

PEMBENTUKAN MODEL SPASIAL DATA PANEL FIXED EFFECT MENGGUNAKAN GUI MATLAB (Studi Kasus : Kemiskinan di Jawa Tengah)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMISKINAN DI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN MODEL GALAT SPASIAL

Disusun: Maslim Rajab Syafrizal NRP Dosen Pembimbing: Dr. Ir. Setiawan, M.Si Dr. Sutikno, S.Si, M.Si. 1/24/2012 Seminar Hasil

PEMODELAN KASUS TINDAK PIDANA DI KOTA SURABAYA DENGAN PENDEKATAN REGRESI SPASIAL 1 Defi Mustika Sari, 2 Dwi Endah Kusrini dan 3 Suhartono

BAB 5 PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Ringkasan Hasil Regresi

PEMODELAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BALITA GIZI BURUK DI JAWA TIMUR DENGAN PENDEKATAN REGRESI SPASIAL

TABEL 4.1. TINGKAT KONSUMSI PANGAN NASIONAL BERDASARKAN POLA PANGAN HARAPAN

MODEL SPASIAL DURBIN DENGAN EFEK TETAP UNTUK TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014 PROVINSI JAWA TENGAH

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini dilakukan analisis model Fixed Effect dan pengujian

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sektor industri mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekonomi

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI GIZI BURUK BALITA DI JAWA TENGAH DENGAN METODE SPATIAL DURBIN MODEL SKRIPSI

Pemodelan Kasus Tindak Pidana di Kota Surabaya dengan Pendekatan Regresi Spasial

BAB 3 GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN DAERAH KAB/KOTA DI JAWA TENGAH

Estimasi Parameter pada Regresi Spatial Error Model (SEM) yang Memuat Outlier menggunakan Iterative Z Algorithm

BAB 2 LANDASAN TEORI

MODEL SPASIAL DURBIN EROR UNTUK INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI JAWA TENGAH

APLIKASI MODEL SPATIAL AUTOREGRESSIVE UNTUK PEMODELAN ANGKA PARTISIPASI MURNI JENJANG PENDIDIKAN SMA SEDERAJAT DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. turun, ditambah lagi naiknya harga benih, pupuk, pestisida dan obat-obatan

(R.16) KAJIAN MODEL SPASIAL DURBIN (SDM) DALAM PEMODELAN KEADIAN DIARE DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (Studi Kasus : Kabupaten Tuban)

PERBANDINGAN METODE ORDINARY LEAST SQUARE (OLS) DAN REGRESI ROBUST PADA PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DI JAWA TENGAH TAHUN 2013

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2018 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. sejahtera, makmur dan berkeadilan. Akan tetapi kondisi geografis dan

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan

PEMODELAN KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN METODE SEEMINGLY UNRELATED REGRESSION (SUR) SPASIAL

pendekatan dalam penelitian ini dinilai cukup beralasan.

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU

BAB III PEMBAHASAN. Analisis cluster merupakan analisis yang bertujuan untuk. mengelompokkan objek-objek pengamatan berdasarkan karakteristik yang

GUBERNUR JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan tersendiri dalam pembangunan manusia,hal ini karena. sistem pemerintahan menjadi desentralisasi.

Gambar 1 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Jawa Tengah,

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan manusia diukur melalui Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PEMODELAN DAN PEMETAAN ANGKA BUTA HURUF PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN PENDEKATAN REGRESI SPASIAL. Bertoto Eka Firmansyah 1 dan Sutikno 2

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGANGGURAN DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN

DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

BAB III METODE PENELITIAN. kabupaten/kota di provinsi Jawa Tengah yang terdiri dari : 1. Kab. Banjarnegara 13. Kab. Demak 25. Kab.

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2011: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,93 PERSEN

BAB III PEMBAHASAN. Pada pembahasan kali ini akan diuraikan langkah-langkah dalam melakukan

Transkripsi:

Pemodelan Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jawa Tengah dengan Pendekatan Spatial Autoregressive Confused(SAC) Haznam Prabowo (1), Abdul Karim (2) (1) FMIPA, UNIMUS (Haznam Prabowo) Email : haznamprabowo@gmail.com (2) FMIPA,UNIMUS (Abdul Karim) Email : abdulkarim@unimus.ac.id ABSTRACT Economic growth becomes one indicator of the state's economic condition. Increased economy is done by increasing development in various economic sectors and equitable economic development to the regions. Therefore, with the equalization of economic development will provide an increase in the value of gross domestic product of a region. In this research, the description of gross regional domestic product and influencing factors from the territorial point of view with costumaize weighting matrix, and spatial autoregressive confused PDRB modeling using spatial effect on response and residual variables. The results showed that the spread of GRDP in Central Java Province has a pattern that clustered between adjacent areas. Based on the GRDP relationship with the variables that affect the workforce (TK), human capital (HC), road infrastructure (INF), it can be interpreted that the similarities and differences in characteristics of each district that close together cause increase or decrease GDP Central Java Province. This study was conducted with the aim of determining the weighting matrix and modeling the Central Java GRDP with the appropriate weighting matrix. Based on SAC model analysis results are significantly better than OLS model with AIC value. The significant variables directly affect human capital. While the indirect effect occurs on residuals. Keywords: GRDP, Spatial autoregressive confused (SAC), Spatial Econometrik 1. PENDAHULUAN Pembangunan di Indonesia telah mengalami kemajuan di berbagai bidang salah satunya bidang ekonomi.pertumbuhan ekonomi menjadi salah satu indikator kondisi perekonomian negara.peningkatan perekonomianbisa dilakukandenganpeningkatan pembangunanpadaberbagaisektor ekonomi di suatu daerah.terbentuknya pusat-pusat pertumbuhan ekonomi di berbagai wilayah diharapkan terjadi proses pemerataan pembangunan ekonomi ke daerah sekitarnya, maka dengan adanya pemerataan pembangunan ekonomi akanmemberikan penambahan nilai produk domestik bruto suatu wilayah. Produk domestik regional bruto yang dijadikan tolak ukur pertumbuhan ekonomi.oleh karena itu pertumbuhan ekonomi sering di jadikan tolak ukur keberhasilan pemerintah dan bembuatan kebijakan ekonomi sebagai upaya peningkatan ekonomi suatu negara.dimana pertumbuhan ekonomi yang tinggi menjadi fokus pemerintah Indonesia dalam beberapa kurun waktu terakhir sehingga Indonesia berhasil naik kelas dari negara berpendapatan rendah menjadi negara berpendapatan menengah (middle income country). Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah dapat di lihat dari nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).PDRB ialah laju pertumbuhan ekonomi diukur berdasarkan nilai tambah yang dapat dihasilkan oleh suatu wilayah. PDRB yaitu agregat nilai tambah yang 120

dihasilkan oleh unit-unit produksi yang beroperasi di wilayah tersebut(bps,2016). PDRB merupakan cerminan potensi perekonomian suatu wilayah.pdrb menjadi Salah satu tolak ukur keberhasilan pembangunan adalah laju pertumbuhan ekonomi.di Jawa Tengah merupakan provinsi yang berkontribusi cukup besar terhadap perekonomian nasional. Di Jawa Tengah sendiri Sepanjang tahun 2015 perekonomian yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga berlaku mencapai Rp 1.014.074,2 miliar. Tahun 2015 tumbuh 5,4 persen meningkat dibanding tahun 2014 (5,3 persen). Dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional pada tahun 2015 perekonomian Jawa Tengah lebih tinggi 0,40 persen. Tobler (1970) mengemukakan hukum pertama tentang geografi, yaitu kondisi pada salah satu titik atau area berhubungan dengan kondisi pada salah satu titik atau area yang berdekatan. Hukum ini yang menjadi landasan bagi kajian sains regional. Efek spatial sering terjadi antara satu wilayah dengan wilayah yang lain. Pada data spatial, seringkali pengamatan di suatu lokasi bergantung pada pengamatan di lokasi lain yang berdekatan (neighboring). Dalam pemodelan regresi spatial terdapat model SpatialAutoregressive (SAR) serta Spatial Error Model (SEM). Selanjutnya LeSage dan Pace dalam Karim (2013) mengenalkan kasus khusus dari spasial autoregressiveyakni adanya penambahan pengaruh lagspasial variabel respon dan residual yang di kenal dengan spatial autoregressive confused (SAC). Pada SAC memiliki lag spasial pada variabel respon dan residual. 2. KAJIAN LITERATUR 2.1 Pemodelan Spatial Anselin(1988) menjelaskan terdapat dua efek spatial dalam ekonometrika yaitu efek spatial responce dan spatial heterogenity.spatialresponcemenunjukkanketerkaitan (autocorrelation) antarlokasi obyek penelitian(crosssectional data set).spatialheterogenity mengacu padakeragaman bentuk fungsional dan parameter pada setiap lokasi.lokasi-lokasi kajian menunjukkan ketidak homogenan dalam data. Menurut LeSage (1999) dan Anselin (1988), model spatial secara umum dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan (2.1) dan (2.2) y Wy Xβ u (2.1) u Wu ε ~ N(0, 2 I) (2.2) Dimana y suatuvektorvariabelendogenus,berukuran n1sedangkan Xadalah matriks variabel eksogenus,berukuran nk1 kemudian βadalah vektor parameter koefisien regresi, berukuran k 11dan ρ adalah parameter koefisien spatial lagvariabel endogenus. Sedangkan adalah parameter koefisien spatial lag pada error, u adalah vektor error pada persamaan (2.1) berukuran n 1 dan : vektor error pada persamaan (2.2) berukuran n 1, yang berdistribusi normal dengan mean nol dan varians 2 I. Kemudian W Matriks pembobot, berukuran n x n. Imatriks identitas, berukuran n n,n adalah banyaknya amatan atau lokasi (i = 1, 2, 3,, n) serta kadalahbanyaknya variabel independen (k = 1, 2, 3,.l). Pemodelan spatial dibagi menjadi beberapa macam diantaranya yaitu Spatial Autoregressive Model (SAR), Spatial Error Model (SEM),Spatial Autoregressive Confused (SAC), Spatial Durbin Model (SDM)dan Spatial Durbin Error Model (SDEM). 2.2 Matriks Pembobot Matriks pembobot spatial (W) diperoleh dari ketersinggungan antar wilayah dan jarak dari ketetanggaan (neighborrhood) atau jarak antara satu region dengan region yang lain. Menurut LeSage (1999), ada beberapa metode untuk mendefinisikan hubungan 121

persinggungan (contiguity) antar wilayah, yaitu Persinggungan tepi(linear Contiguity),Persinggungan sisi Rook Contiguity), Persinggungan sudut (Bhisop Contiguity), Persinggungan dua tepi(double Linear Contiguity), Persinggungan dua sisi (Double Rook Contiguity), persinggungan sisi-sudut (Queen Contiguity),persingungan sisi dengan karakteristik sama (Customize Continguity) 2.3 Akaike Information Criteria (AIC) AIC dalam Acquah (2013) adalah suatu ukuran informasi yang berisi pengukuran terbaik dalam uji kelayakan estimasi model. AIC digunakan untuk memilih model yang terbaik diantara model-model yang diperoleh. Pemilihan model didasarkan pada kesalahan hasil ekspektasi yang terkecil yang membentuk data observasi baru (error) yang berdistribusi sama dari data yang digunakan, lebih lanjut AIC mampu mengukur kecocokan model dari estimasi menggunakan estimasi maximum likelihood dari data yang sama, didefinisikan: AIC 2log L 2 p Dimana p adalah jumlah parameter model dan L adalah nilai maksimum likelihood dari hasil estimasi model. 3. METODE PENELITIAN Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data skunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) untuk periode tahun 2015. Dalam penelitian ini yang di jadikan observasi adalah Kabupaten dan kota di Jawa Tengah. Data yang digunakan adalah PDRB berdasarkan harga berlaku untuk 35 Kabupaten dan kota di Jawa Tengah. Selain PDRB harga berlaku data tenaga kerja,human capital dan infrastruktur jalanmenjadi indikator dalam penelitian ini. Spesifikasi model PDRB di Jawa Tengah dengan pendekatan Spatial Autoregressive Confused adalah sebagai berikut : Model SAC ( Spatial Autoregressive confused): y Wy X X X I W 0 1 1 2 2 3 3 1 Dimana, y adalah PDRB harga berlaku, x1 adalah infrastruktur jalan, x 2 adalah Tenaga kerja, x3adalah Human kapital, w adalah Matriks Bobot Spatial, adalah Residual Spatial dari Kabupaten/Kota ke-i, i adalah Residual Dari Kabupaten/Kota ke-i. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pola Penyebaran PDRB Provinsi Jawa Tengah Produksi padi di provinsi Jawa Tengah berdasarkan hasil sensus pertanian 2013 Badan Pusat Statistik menunjukan bahwa produksi padi di Jawa Tengahberada diurutanketiga produksi padi terbesar se Indonesia setelah Jawa Barat dan Jawa Timur, degan total produksi sebanyak 10,34 juta ton padi kering giling. Adapun penyebaran produksi padi dan faktor-faktor yang mempengaruhi dijelaskan dalam gambar sebagai berikut : ui 122

Gambar 4.1 PDRB Kabupaten/Kota di provinsi Jawa Tengah Sumber : Diolah dari publikasi Jawa Tengah dalam angka BPS Jawa Tengah 2016 Gambar 4.1 Pada gambar menunjukan pola penyebaran PDRB di Jawa Tengah tahun 2015.Berdasarkan gambar 4.1 dapat di ketahui bahwa warna Kabupaten/kota semakin jelas, maka PDRB di Kabupaten/Kota tersebut semakin tinggi. Dapat dilihat bahwa Kabupaten/Kota yangmemiliki nilai PDRB pada kisaran 387.982.789 sampai 134.268.634 juta adalah Kota Semarang, Kabupaten Cilacap, Kabupaten Kudus. Kabupaten/Kota dengan nilai PDRB kisaran 29.117.331 sampai 38.798.789 juta adalah KabupatenBayumas, Kabupaten Semarang, kota surakarta, Kabupaten brebes kabupatin pati, Kabupaten Kendal. Kabupaten/Kota dengan nilai PDRB kisaran 20.182.089 sampai 29.117.331 juta adalah Kabupaten Klaten,Kabupaten Sragen, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Tegal, Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Jepara, Kabupaten Kebumen. Kabupaten/Kota dengan nilai PDRB kisaran 10.983.566 sampai 20.182.089 juta adalah Kabupaten Grobogan, Kabupaten Demak, Kabupaten Pemalang, Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Pekalongan, Kabupaten Blora, Kabupaten Temanggung, Kabupaten Batang, Kabupaten Banjar, Kabupaten Wonosobo, Kabupaten Purworejo, Kabupaten Rembang.Kabupaten/Kota dengan nilai PDRB kisaran 6.466.971 sampai 10.983.566 juta adalah Kota Tegal, Kota Salatiga, Kota Pekalongan, Kota Magelang. Matriks pembobot spatial (W) yang diperoleh dari ketersinggungan antar wilayah dan jarak dari ketetanggaan (neighborhood) atau jarak antara satu wilayah kabupaten atau kota dengan kabupaten atau kotayang lain. Dalam penelitian ini digunakan Pembobot customize karena matriks pembobot spatial ini tidak hanya mempertimbangkan faktor persinggungan dan kedekatan antar lokasi wilayah akantetapi faktor-faktor lainnya yang disesuaikan dengan karakteristik masalahnya. Karakteristik yang dimaksud adalah adanya hubungan saling mempengaruhi antar wilayah karena memiliki hubungan timbal balik. Dimana W=1 untuk wilayah yang bersisian (common size) atau titik sudutnya (common vertex) bertemu dengan wilayah yang menjadi perhatian, Wij=0 untuk wilayah lainnya. 4.2 Pemodelan PDRB Kabupaten dan Kota di JawaTengah dengan Pendekatan Spatial Autoregressive Confused a. Uji Dependensi Spatial Uji dependensi spasial di gunakan untuk mengidentifikasi apakah ada hubungan antar lokasi terhadap masing - masing variabel dengan uji Morans Tabel 4.1 Pengujian Morans I Variabel Nilai Morans I P-value Kesimpulan PDRB 0.229 0.409 Terima H 0 TK 1.643 0.050* Tolak H 0 123

HC 2.276 0.011* Tolak H 0 INF 0.325 0.372 Terima H 0 Ket : * signifikan pada α = 5% Berdasarkan pengujian Morans I diperoleh hasil, dapat diketahui bahwa variabel TK dan HC terdapat dependensi spasial yang signifikan pada = 5 %. Sedangkan variabel PDRB dan INF tidak terdapat dependensi spasial karena p-value > α = 5%.Jadi dapat disimpulkan terdapat responsi spatial dalam variabel TK dan HC. Selanjutnya dilakukan pengujian dependensi model secara local dengan Scatterplot untuk uji local morans sebagai berikut : Gambar 4.2Morans ScatterplotPPDRBDari gambar 4.2 dapat disimpulkan bahwa pola penyebaran PDRB menunjukan pola mengelompok pada kuadran II yang berarti Kabupaten/Kota yang memiliki nilai PDRB yang rendah mengelompok dengan Kabupaten yang memiliki nilai PDRB yang tinggi. Sebagai contoh Kabupaten Demak dan Jepara terletak di kuadran II artinya Kabupaten Demak dan Jepara memiliki nilai PDRB rendah dan dikelilingi Kabupaten yang memiliki nilai PDRB yang tinggi. Contoh lain Kota Semarang, Kabupaten Kudus dan Kabupaten Cilacap terletak di kuadran IV artinya Kota Semarang, Kabupaten Kudus dan Kabupaten Cilacap mempunyai PDRB yang tinggi namun di kelilingi oleh Kab/Kota yang mempunyai nilai PDRB yang rendah. b. Estimasi Parameter Model OLS SAC Estimasi model OLS dan SAC ini menghasilkan parameter-parameter yang berpengaruh terhadap PRBD provinsi Jawa Tengah dengan tingkat signifikansi 5 %. Adapun hasil estimasi parameter tersaji dalam tabel 4.2 sebagai berikut : Tabel 4.2 Hasil PengujianEstimasi Parameter Model OLS dan SAC Parameter OLS Koefisien (P-value) SAC Koefisien (P-value) Intercept -1,2e-06-0,004 (1,000) (0,936) TK -1,9e-01 0,080 (0,405) (0,649) HC 9,7e-01 0,771 (2.6e-05) (4,5e-06) INF -8,90e-02-0,116 (0,559) (0,340) Rho - -0,020 124

B erd asa - (0,686) Lamda - -0,142 - (0,049) AIC 74,222 73,169 *Signifikan pada α = 5% Ket:TK = Tenaga Kerja HC = Human Capital rkan ouput tabel 4.2 dapat disimpulkan bahwa hanya parameter HC signifikan pada model OLS dan SAC pada = 5%, Sedangkan pada model SAC hasil menunjukkan adanya dependensi spasial pada variabel respon dan error. Koefesien rho negatih dan tidak signifikan artinya tidak ada dependensi spasial pada variabel respon, sedangkan koefisien lambda bertanda negatif dan signifikan pada tingkat α= 5%, artinya ada keterkaitan PDRB pada suatu wilayah dengan wilayah lainnya yang berdekatan. c. Pemilihan Model Terbaik PDRB Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Pemilihan model terbaik berdasarkan pada perbandingan nilai AIC pada masingmasing model.berikut hasil pemilihan model terbaik di sajikan dalam tabel 4. Tabel 4.3 Pemilihan Model Terbaik PDRB Model Nilai AIC OLS 74,222 SAC 73,169* Jika dibandingkan nilai AIC dari kedua model maka dapat disimpulkan model SAC adalah model yang terbaik berdasarkan nilai AIC yang terkecil yaitu 73.169. 5 SIMPULAN 1. Pola penyebaran data Produk domestik regional bruto provinsi jawa tengah mempunyai pola penyebaran yang menyebar/acak antar wilayah yang saling berdekatan satu sama lain. Maka dalam penentuan matrik Pembobot karena pola penyebaran yang acak dan tidak ada kemiripan karakteristik antar wilayah, maka matrik pembobot yang digunakan adalah matrik pembobot costumized. 2. Berdasarkan hasil pemodelan PDRB di provinsi Jawa Tengah dapat disimpulkan bahwa dari model OLS dan SAC, diperoleh model SAC yang terbentuk secara umum adalah sebagai berikut: PDRB 0,004 0,771 X u u 0,142 i 2i n wu ij j j1, ij i i INF = Infrastruktur Jalan AIC = Nilai Kebaikan Model Dapat diinterpretasikan bahwa nilai PDRB di pengaruhi langsung oleh HC adalah sama untuk seluruh kabupaten/kota yang ada di Provinsi Jawa Tengah dengan nilai sebesar 0,771%, artinya jika HC di kabupaten dan kota naik 1% satuan maka akan terjadi kenaikan nilai PDRB sebesar 0,771% dan faktor lain di anggap konstan. Pengaruh tidak langsung yang didapat dari koefisien lamdha adalah sama untuk setiap kabupaten dan kota dengan nilai sebesar -0,142%. artinya jika terjadi kenaikan PDRB di kabupaten dan kota sebesar 1% maka pada wilayah disekitarnya yang saling berhubungan akan mengalami penurunan sebesar 0,142 % pada wilayah tersebut. 125

5. REFERENSI Anselin, L. (1988). Spatial Econometrics: Methods and Models. Kluwer Academic Publishers, Dordrecht. Anselin,L. (2001), Spatial econometrics. In: Baltagi, BH (ed) A companion totheoretical econometrics,blackwell,malden, MA Arbués, P., Baños, J. F., & Mayor, M. (2015). The spatial productivity of transportation infrastructure. Transportation Research Part A: Policy and Practice, 75, 166-177. Badan Pusat Statistik (BPS). (2015).Produk Domestik Regional Bruto. Badan Pusat Statistik (BPS).( 2016). Jawa Tengah Dalam Angka 2016. Draper, Norman R., and Harry Smith.(2014).Appliedregression analysis. John Wiley & Sons.. Karim & Setiawan (2012), mengkaji factor-faktor yang mempengaruhi PDRB sektor industri menggunakan Spatial Durbin Error Model (SDEM). Karim, A dan Setiawan.(2013). PemodelanPDRB Sektor Industri Menggunakan Ekonometrika Spasial di Jawa Timur.Thesis, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya. Karim, Abdul, Moh Yamin Darsyah, AndRochdi Wasono.(2016). "Pemodelan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sektor Industri Dengan Pendekatan Spatial Autoregressive Panel Data." Karim (2016) Pemodelan (PDRB) Industri Dengan Pendekatan Spatial Autoregressive Panel Data. Karim, A., & Setiawan, S. (2016). Pemodelan PDRB Sektor Industri Di Swp Gerbang kertasusiladan Malang-Pasuruan Dengan Pendekatan Spatial Durbin Error Model (SDEM). Karim, A., & Wasono, R. (2017). Pemodelan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sektor Industri Dengan Pendekatan Spasial Data Panel LeSage,JamesP.(1998)."Spatialeconometric. LeSage, J.P, (1999), The Theory andpracticeofspatialeconometrics, Departement of Economics University of Toledo. LeSage, J.P. dan Pace, R.K. (2009), Introduction to Spatial Econometrics, R Press, Boca Ration. Tobler, W.R., (1970), A computer movie simulating urban growth in the Detroitregion. Economic Geography 46, 234 240. 126