BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia pada dasarnya mempunyai dua macam bentuk verba, (i) verba asal, yaitu verba yang dapat berdiri sendiri tanpa afiks dalam konteks sintaksis, (ii ) verba turunan, yaitu verba yang harus atau dapat memakai afiks, bergantung pada tingkat keformalan bahasa atau pada posisi sintaksisnya (Alwi, et.al., 2003:98). Salah satu cara dalam pembentukan verba turunan adalah dengan cara afiksasi. Afiksasi adalah proses atau hasil penambahan afiks pada akar, dasar, atau alas (Kridalaksana, 2008:3). Afiks adalah bentuk terikat yang bila ditambahkan pada bentuk lain akan mengubah makna gramatikalnya. Konsep ini mencakup prefiks, sufiks, infiks, simulfiks, konfiks, suprafiks ( Kridalaksana, 2008:3). Prefiks adalah afiks yang ditambahkan di bagian depan pangkal mis. ber- pada bersepeda (Kridalaksana, 2008:199). Sufiks adalah afiks yang ditambahkan pada bagian belakang pangkal misalnya -an pada ajaran (Kridalaksana, 2008:230). Infiks adalah afiks yang diselipkan ke dalam dasar (Kridalaksana, 2008:93), misalnya -em- pada gemetar. Simulfiks adalah afiks yang tidak berbentuk suku kata dan yang ditambahkan atau dileburkan pada dasar; misalnya {ŋ} pada ngopi (pangkalnya kopi) (Kridalaksana, 2008:222). Konfiks adalah afiks tunggal yang terjadi dari dua bagian yang terpisah; missal ke-an dalam keadaan, kelaparan, dsb (Kridalaksana, 2008:130). Suprafiks adalah afiks yang berupa fonem 1
2 suprasegmental; mis. pada kata Batak Toba ásora jernih, asorá macam (Kridalaksana, 2008:231). Dalam penelitian ini penulis akan meneliti mengenai verba berprefiks berdalam bahasa Indonesia. Prefiks ber- merupakan salah satu prefiks pembentuk verba dalam bahasa Indonesia. Misalnya berbalik, berbelah, berada, dan belajar. Mengenai verba berprefiks ber-, Dardjowidjojo menyatakan verba dengan prefiks ber- hanya memiliki tiga subset saja, (i) ber- + k.dasar. Contohnya beragama, berduri, berkawan, berdansa, bersua, bergegas, (ii) ber- + k.dasar + -kan. Contohnya berdasar(kan), berisi(kan), bermandi(kan), beratap(kan), (iii) ber- + k.dasar + -an. Contohnya berjatuhan, bepergian, beterbangan, berdatangan (1983:264). Dardjowidjojo menyatakan bahwa ada kira-kira 700 kata dasar yang termasuk subset (i) dan daftar tersebut nampaknya daftar terbuka (open-ended). Subset (ii) hanya ditemukan delapan kata dasar dan empat untuk subset (iii) (1983:264). Berdasarkan pendapat tersebut penulis memilih verba dengan prefiks ber- subset (i) sebagai objek dalam penelitian ini. Penulis lebih memilih subset (i) daripada subset (ii) dan (iii) karena subset (i) lebih produktif penggunaanya dalam bahasa Indonesia. Penulis mengumpulkan beberapa data yang berupa kalimat-kalimat yang menggunakan verba berprefiks ber- dalam bahasa Indonesia. Sebagian data yang terkumpul adalah sebagai berikut.
3 (1) Mereka bergembira karena dapat naik kelas. (2) Hampir setiap hari Minggu mereka berpesta. (3) Korban bencana kemanusian bertambah. (4) Pada peringatan Hari Kartini mereka berkain kebaya ke sekolah. Data-data di atas secara berurutan telah penulis klasifikasi berdasarkan pengelompokan verba secara semantis milik Chafe. Chafe mengklasifikasikan jenis verba menjadi empat jenis yaitu verba keadaan, verba aksi, verba proses, dan verba aksi-proses. Verba keadaan dalam bahasa Indonesia misalnya mabuk pada dia mabuk kemarin malam. Verba aksi dalam bahasa Indonesia misalnya berlari pada dia berlari ke aula. Verba proses dalam bahasa Indonesia misalnya adalah menguning pada padi itu menguning. Verba aksi-proses dalam bahasa Indonesia misalnya adalah memukul pada Dia memukul anjing. Verba data (1) adalah bergembira, merupakan verba keadaan. Verba data (2) adalah berpesta, merupakan verba aksi. Verba data (3) adalah bertambah, merupakan verba proses. Verba data (4) adalah berkain, merupakan verba aksiproses. Dari pandangan umum masyarakat pengguna bahasa Indonesia, data-data di atas merupakan beberapa kalimat yang dapat dipilah-pilah unsur pengisi subjek, predikat, objek, keterangan, dll. Unsur pengisi subjek maupun objek umumnya berasal dari kelas kata nomina atau frasa nomina. Dalam teori Tata Bahasa Kasus (TBK) batasan subjek dan objek yang berupa nomina atau frasa nomina pada suatu kalimat memiliki kasus yang berbeda. Perbedaan kasus tersebut dikarenakan makna semantis yang dimunculkan oleh verba dalam suatu kalimat.
4 Data (1) yaitu mereka bergembira karena dapat naik kelas. Verba data ( 1) adalah bergembira. Bergembira merupakan jenis verba berprefiks bertaktransitif. Verba taktransitif adalah verba yang menghindari objek atau hanya membutuhkan satu nomina dalam pembentukannya menjadi sebuah kalimat. Nomina pada data (1) adalah mereka. Dalam analisis teori TBK mereka berlabel kasus objektif. Kasus objektif (O) adalah kasus yang secara semantis paling netral, kasus apa saja yang diwakili oleh nomina yang peranannya dalam kegiatan atau keadaan yang dinyatakan oleh verba diidentifikasi oleh penafsiran verba itu sendiri; konsep ini dapat secara nyata dibatasi pada benda-benda yang terkena kegiatan atau keadaan yang dinyatakan oleh verba (Fillmore, dala m Samsuri, 1987:341). Jadi mereka dalam data (1) berlabel kasus objektif (O) karena mereka merupakan nomina yang terkena keadaan yang dinyatakan oleh verba yaitu bergembira. Data ( 2) yaitu hampir setiap hari Minggu mereka berpesta termasuk data yang memiliki verba berprefiks ber- taktransitif. Verba data (2) adalah berpesta. Berpesta merupakan jenis verba aksi. Nomina yang terdapat dalam data (2) di atas adalah mereka. Mereka berlabel kasus agentif (A). Kasus agentif (A) ialah kasus yang menandai pelaksana tindakan yang dinyatakan oleh verba (Fillmore, dalam Samsuri, 1987: 340). Jadi mereka dalam data (1) memiliki label kasus agentif (A) karena mereka merupakan pelaksana tindakan yang dinyatakan oleh verba yaitu berpesta. Data (3) yaitu korban bencana kemanusian bertambah termasuk data yang memiliki verba berprefiks ber- taktransitif. Verba data (3) adalah bertambah. Bertambah merupakan jenis verba proses. Nomina yang terdapat dalam data (3)
5 adalah korban bencana kemanusiaan. Korban bencana kemanusiaan berlabel kasus objektif (O). Kasus objektif (O) adalah kasus yang secara semantis paling netral, kasus apa saja yang diwakili oleh nomina yang peranannya dalam kegiatan atau keadaan yang dinyatakan oleh verba diidentifikasi oleh penafsiran verba itu sendiri; konsep ini dapat secara nyata dibatasi pada benda-benda yang terkena kegiatan atau keadaan yang dinyatakan oleh verba (Fillmore, dalam Samsuri, 1987:341). Jadi korban bencana kemanusiaan dalam data (3) berlabel kasus objektif (O), karena korban bencana kemanusiaan merupakan nomina yang terkena keadaan yang dinyatakan oleh verba yaitu bertambah. Data (4) yaitu pada peringatan Hari Kartini mereka berkain kebaya ke sekolah merupakan data yang memiliki verba berprefiks ber- transitif. Verba transitif adalah verba yang memerlukan nomina sebagai objek dalam kalimat aktif dan objek itu dapat berfungsi sebagai subjek dalam kalimat pasif. Berkain merupakan jenis verba transitif, sehingga memerlukan dua nomina dalam pembentukannya menjadi sebuah kalimat. Verba aksi-proses adalah jenis verba yang berfitur semantis aksi-proses. Verba aksi-proses dapat menjadi jawaban dari pertanyaan apa yang dilakukan subjek terhadap objek?. Nomina yang mendampingi verba berkain adalah mereka dan kebaya. Mereka dalam data (4) berlabel kasus agentif (A), karena mereka menjadi pelaksana atau melaksanakan tindakan yang dinyatakan oleh verba yaitu berkain. Kebaya berlabel kasus objektif (O), karena kebaya merupakan nomina yang terkena keadaan yang dinyatakan oleh verba berkain. Data (1), (2), dan (3) merupakan data yang memiliki verba berprefiks bertaktransitif yaitu verba berprefiks ber- yang tidak memiliki nomina dibelakangnya
6 yang dapat berfungsi sebagai subjek dalam kalimat pasif atau bisa dikatakan bahwa verba berprefiks ber- taktransitif adalah jenis verba yang hanya membutuhkan satu nomina dalam pembentukannya menjadi sebuah kalimat. Data (4) adalah data dengan verba berprefiks ber- transitif. Yaitu verba berprefiks beryang memerlukan nomina sebagai objek dalam kalimat aktif, dan objek itu dapat berfungsi sebagai subjek dalam kalimat pasif atau bisa dikatan bahwa verba berprefiks ber- transitif adalah jenis verba yang membutuhkan dua nomina dalam pembentukannya menjadi sebuah kalimat. Oleh karena kasus merupakan hubungan sintaktik-semantik antara verba dan nomina (frasa nomina) dalam suatu kalimat, jika terdapat lebih dari satu nomina (frasa nomina) maka terdapat pula kasus sesuai jumlah nomina yang diikat oleh verba dalam suatu kalimat. Verba dari masing-masing data di atas merupakan penentu label kasus yang dimiliki suatu nomina atau frasa nomina dalam data-data tersebut. Dengan demikian penulis ingin meneliti bagaimana verba berprefiks ber- dalam bahasa Indonesia menentukan label kasus nomina pengikutnya. B. Pembatasan Masalah Dari gambaran latar belakang di atas diperoleh permasalahan yang luas. Akan tetapi, penulis menyadari bahwa terdapat keterbatasan waktu dan kemampuan sehingga penulis perlu memberi batasan masalah secara jelas dan terfokus. Pembatasan masalah diperlukan agar penelitian berjalan terarah sesuai dengan tujuan penelitian. Selanjutnya permasalahan yang menjadi objek penelitian dalam penelitian ini dibatasi hanya pada analisis kasus verba berprefiks ber- dalam bahasa Indonesia.
7 C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagaimana kerangka kasus yang dimiliki oleh verba berprefiks berdalam bahasa Indonesia? 2. Bagaimana analisis teori Tata Bahasa Kasus terhadap verba berprefiks ber- dalam bahasa Indonesia? D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Mendeskripsikan kerangka kasus yang dimiliki verba berprefiks berdalam bahasa Indonesia. 2. Menerapkan teori Tata Bahasa Kasus terhadap verba berprefiks berdalam bahasa Indonesia. E. Manfaat Penelitian Suatu penelitian ilmiah harus memiliki manfaat, baik secara teoritis maupun praktis. Adapun manfaat yang dimiliki penelitian ini. 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat membuktikan sebagian teori Tata Bahasa Kasus terhadap bahasa Indonesia. Selain itu, uji coba serta penerapan teori Tata Bahasa Kasus terhadap bahasa Indonesia khususnya mengenai verba berprefiks ber- pada penelitian ini
8 memiliki manfaat memperdalam pemahaman teori Tata Bahasa Kasus dalam penerapannya terhadap bahasa Indonesia. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran alternatif dalam mendeskripsikan verba berprefiks ber- bahasa Indonesia sehingga dapat dijadikan sebagai bahan acuan dalam memberikan pengajaran bahasa Indonesia pada umumnya dan pengajaran sintaksis maupun semantik bahasa Indonesia pada khususnya. Dalam hal penyusunan tata bahasa, hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat dalam penyusunan tata bahasa, bahasa Indonesia. Hasil penelitian ini diharapkan juga bermanfaat bagi penyusunan kamus, khususnya dalam hal pemberian penjelasan makna verba berprefiks ber-. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran yang dapat memperkaya para peneliti bahasa dalam mempelajari kasus-kasus bahasa Indonesia dan memberikan referensi wawasan untuk dikembangkan lebih luas oleh para peneliti bahasa selanjutnya. F. Sistematika Penulisan Sistematika dalam penulisan diperlukan agar penulisan dapat dilakukan secara runtut dan sistematis. Sistematika penulisan dalam penelitian ini dibagi menjadi lima bab. Kelima bab itu adalah sebagai berikut. Bab satu adalah pendahuluan yang berisi latar belakang masalah yang mendeskripsikan alasan mengapa penelitian ini dilakukan oleh penulis,
9 pembatasan masalah, rumusan masalah yang berisi pertanyaan atau pokok permasalahan, tujuan penelitian yang berisi kalimat pernyataan dari rumusan masalah, manfaat penelitian yang berisi manfaat teoretis dan praktis, serta sistematika penulisan. Bab dua adalah kajian pustaka dan kerangka pikir. Dalam bab ini berisi mengenai kajian pustaka terdahulu yang merupakan hasil penelitian sebelumnya yang mirip dan sudah ada, landasan teori yang berisi kutipan teori-teori yang digunakan dalam penelitian, serta kerangka berpikir. Bab tiga adalah metodologi penelitian. Dalam bab ini berisi mengenai jenis penelitian, data dan sumber data yang telah dikumpulkan oleh penulis, teknik pengumpulan data, klasifikasi data, metode dan teknik analisis data, serta teknik penyajian analisis data. Bab empat berupa analisis data. Dalam bab ini berisi mengenai penentuan kerangka kasus yang dimiliki oleh verba berprefiks ber- dalam bahasa Indonesia dan analisis Tata Bahasa Kasus terhadap verba berprefiks ber- dalam bahasa Indonesia. Bab lima adalah penutup. Dalam bab ini berisi mengenai simpulan dan saran hasil analisis.