1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penyuluhan pertanian mempunyai peranan strategis dalam pengembangan kualitas sumber daya manusia (petani) sebagai pelaku utama usahatani. Hal ini ditegaskan dalam Undang-Undang RI No.16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan, bahwa :penyuluhan merupakan proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses segala informasi yang dibutuhkan sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup. Kegiatan penyuluhan lebih diutamakan sebagai proses pendidikan dalam mengubah perilaku petani agar menjadi lebih berkualitas melalui proses komunikasi. Penyebarluasan informasi, inovasi, dan teknologi yang sesuai dengan kebutuhan petani dilakukan melalui berbagai pendekatan dan metode, meliputi pendekatan personal, kelompok, dan massal. Petani sering dihadapkan pada berbagai kendala dalam proses pengambilan keputusan penerapan suatu teknologi pertanian, karena banyaknya pertimbangan yang harus dilakukan petani sebelum memutuskan untuk mengadopsi suatu teknologi. Beberapa pertimbangan petani dalam penerapan teknologi pertanian, antara lain : rasa aman, atau sebaliknya rasa khawatir, nilai-nilai sosial yang dimiliki, status sosial, derajat kosmopolitannya, keterampilan melaksanakannya, dan derajat opinion leader (Soekartawi, 1988: 57). Hal ini berimplikasi pada lamanya waktu yang dibutuhkan petani untuk mengadopsi suatu inovasi teknologi. Salah satu langkah yang dapat ditempuh untuk mengatasi kendala-kendala tersebut adalah dengan mempercepat alih teknologi pertanian dari hasil-hasil penelitian kepada petani. Strategi komunikasi hasil-hasil penelitian tidak lagi menggunakan sistem penyuluhan yang bersifat top down, yang banyak mengundang kritik, karena dianggap melanggar prinsip-prinsip efisiensi yang akhirnya petani akan manjadi korban (Balai Penelitian Padi, 2003: 17).
2 Pada tahun 2006, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian melalui Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Banten berkerjasama dengan Dinas Pertanian Tingkat I Provinsi Banten merumuskan kebutuhan inovasi sebagai upaya percepatan alih teknologi sesuai dengan kondisi wilayah. Kerjasama ini direalisasikan dalam bentuk Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian (Prima Tani) yang diterapkan di Kabupaten Serang. Implementasi program ini diawali dengan identifikasi kebutuhan wilayah dan potensi pengembangan teknologi yang sesuai dengan agro-ekosistem setempat melalui pendekatan Participatory Rural Appraisal (PRA), sehingga dalam waktu singkat dapat diketahui kondisi wilayah secara holistik (Uphoff et al., 1997: 12). Perakitan teknologi spesifik lokasi dan pemasyarakatan berbagai inovasi teknologi pertanian memerlukan pengetahuan dan pemahaman mengenai kondisi wilayah setempat secara menyeluruh. Sektor pertanian di Kabupaten Serang merupakan salah satu andalan di samping industri, perdagangan dan jasa, mampu menyerap 36 % tenaga kerja. Dari luas wilayah 170.166 ha, terdapat lahan sawah seluas 53.148 ha, dengan komposisi 34. 728 ha sawah irigasi dan 18.420 ha tadah hujan. Berdasarkan hasil analisis dan nilai location quation (LQ), komoditas pertanian unggulan di Kabupaten Serang adalah padi, dengan produktivitas 4,98 ton/ha (BPTP, 2006: 10). Belum optimalnya produktivitas padi di lahan sawah disebabkan tidak diterapkannya sistem usahatani dengan optimal (Makarim et al., 2000: 15). Kondisi tersebut mencerminkan belum teradopsinya inovasi secara baik. Produktivitas tersebut berpeluang untuk ditingkatkan, dengan harapan dapat memberikan tambahan pendapatan petani. Upaya meningkatkan produktivitas padi lahan sawah dapat dilakukan dengan pendekatan Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT). Keberhasilan PTT terlihat pada penerapan PTT padi sawah di Sukamandi menghasilkan 8-9 ton padi/ha/musim tanam atau 1,5-2,0 ton padi/ha/musim tanam lebih tinggi dari hasil padi yang dibudidayakan secara konvensional yang dilaksanakan oleh Balai Penelitian Tanaman Padi Sukamandi. Pada tingkat pengkajian di lahan petani di 18 lokasi pada 10 provinsi produktivitas meningkat rata-rata 27 persen (6,5 8.0 ton/ha). Kesenjangan antara hasil penelitian dengan
3 pengkajian ini memberi gambaran bahwa peningkatan pendapatan petani berpeluang untuk dapat ditingkatkan (Abdulrachman et al., 2007: 32). Upaya percepatan diseminasi pendekatan PTT padi pada petani dilakukan dengan berbagai teknik penyuluhan seperti: gelar teknologi, model percontohan, temu lapang dan temu wicara. Selain aspek inovasi teknologi, faktor petani sebagai pelaku usahatani juga memegang peranan penting dalam menunjang keberhasilan pemanfaatan inovasi tersebut. Prasyarat yang diperlukan agar peningkatan produksi padi sesuai dengan target yang diinginkan adalah tumbuhnya kesadaran petani akan pentingnya teknologi pertanian. Petani harus bisa menempatkan teknologi dalam skala prioritas kebutuhan dalam berusaha tani sebelum berlanjut pada tahapan berikutnya. Proses adopsi teknologi memerlukan komunikasi yang efektif. Sebelum proses adopsi terjadi, secara psikologis petani akan berusaha memahami, berdasarkan keinginan dan kebutuhan untuk mengetahui makna dari teknologi yang diterimanya. Secara teknis pendekatan PTT dapat meningkatkan produktivitas padi, namun secara psikologis petani akan tetap memperhitungkan resiko lain yang akan timbul serta prasyarat-prasyarat yang harus dipenuhi. Pemahaman (persepsi) petani tentang inovasi terbentuk melalui proses memilih atau menyaring berbagai informasi yang diterima petani. Persepsi petani akan mempengaruhi pengambilan keputusan dan tahapan penerapan inovasi berikutnya. Komunikasi yang efektif terjadi jika terdapat persamaan persepsi antara sumber pesan dengan petani sebagai penerima pesan menyangkut informasi yang disampaikan. Persepsi ini merupakan bagian dari keseluruhan proses yang menghasilkan tanggapan setelah sasaran mendapatkan stimulus dari lingkungan (Sobur, 2003: 472). Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi bagi petani dianggap sebagai stimulus yang harus direspon melalui proses pemaknaan/pemahaman. Proses pemahaman dan pengenalan terhadap inovasi baru akan dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain: sumberdaya yang dimiliki, kebijakan pemerintah, kegiatan penyuluhan dan karakteristik petani. Guna mendukung percepatan adopsi inovasi diperlukan informasi tentang persepsi pengguna (petani) terhadap inovasi tersebut. Semakin tinggi derajat kesamaan persepsi antar komunikan
4 dengan pengguna, akan mempermudah proses komunikasi, karena persepsi merupakan inti dari komunikasi (Mulyana, 2000: 180). Upaya meningkatkan produktivitas padi memerlukan kualitas tanah dan daya dukung yang lebih baik. Konsep PTT melalui berbagai teknologi di dalamnya mampu memberikan keseimbangan dalam mengelola lahan berserta faktor produksi lainnya, sehingga tidak merusak lingkungan. Salah satu penyebabnya rendahnya produktivitas padi diduga karena konsep PTT padi belum tersosialisasikan dengan baik, sehingga petani belum memiliki persepsi yang tepat tentang PTT padi tersebut. Oleh karena itu, perlu dikaji persepsi petani terhadap inovasi PTT padi dan peluang petani untuk menerapkan PTT tersebut. Implementasi PTT padi dalam jangka panjang dapat meningkatkan keberlanjutan sumber daya alam sekaligus kesejahteraan petani. Masalah Penelitian Rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana persepsi petani padi lahan sawah tentang inovasi pendekatan PTT padi? (2) Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan persepsi petani? (3) Upaya-upaya apa yang dapat meningkatkan pemahaman petani terhadap PTT padi? Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk (1) Menjelaskan persepsi petani dan penerapan inovasi PTT padi pada petani peserta Prima Tani di Kabupaten Serang. (2) Menganalisis hubungan antara beberapa faktor yang mempengaruhi usahatani dengan persepsi petani tentang inovasi PTT padi. (3) Menjelaskan prioritas langkah-langkah yang efektif untuk meningkatkan persepsi dan penerapan petani akan PTT padi.
5 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai: (1) Bahan masukan bagi pemegang kebijakan dan pelaksana kegiatan penyuluhan tentang inovasi teknologi pada usaha tani padi dengan berfokus pada petani. (2) Sumbangan pemikiran tentang pandangan dan penilaian terhadap kompatibilitas inovasi teknologi baru terhadap penggunanya. (3) Bermanfaat bagi pengembangan Ilmu Penyuluhan Pembangunan, khususnya untuk memperkaya pengembangan konsep-konsep teoritis tentang hubungan karakteristik petani dengan persepsinya terhadap inovasi teknologi baru yang akan diintroduksikan. Definisi Istilah Batasan istilah beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (1) Karakteristik Personal Petani Padi Sawah Karakteristik personal petani padi sawah adalah ciri-ciri pribadi yang melekat pada diri petani responden yang berusahatani padi sawah, seperti: umur, pendidikan formal, pendidikan non formal, pengalaman berusahatani, kekosmopolitan, dan pendapatan petani. (2) Penguasaan Lahan Garapan Penguasaan lahan garapan adalah status dan luasan hamparan tanah garapan serta intensitasnya, yang diusahakan oleh petani responden sebagai lahan usahatani padi dalam musim tanam saat penelitian. (3) Iklim Usaha Iklim usaha adalah kondisi yang dapat mendukung sistem usahatani padi petani, yang meliputi: Kebijakan Pemerintah, ketersediaan pasar, ketersediaan informasi, dan ketersediaan saprodi. (4) Kegiatan Penyuluhan Pertanian Kegiatan penyuluhan pertanian adalah proses pembelajaran petani untuk melibatkan langsung petani responden dengan pembawa inovasi usahatani padi, sebagai tempat belajar dalam meningkatkan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap, serta mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam meningkatkan produktivitas usahataninya. Hal ini meliputi kegiatan: perencanaan
6 program penyuluhan, intensitas kegiatan penyuluhan, kesesuaian materi penyuluhan, dan penggunaan metode penyuluhan. (5) Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT) Padi Sawah Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) padi sawah merupakan pendekatan penerapan beberapa komponen teknologi yang sesuai dalam melaksanakan usahatani padi sawah, meliputi: Varietas unggul, benih bermutu, bibit muda, jumlah bibit dan sistem tanam (populasi), pemupukan N berdasarkan Bagan Warna Daun (BWD), bahan organik, pengairan berselang (intermittent irrigation), pengendalian gulma secara terpadu, pengendalian hama dan penyakit secara terpadu, dan penanganan panen dan pascapanen. (6) Persepsi tentang Inovasi Pengelolaan Tanaman dan Sumerdaya Terpadu (PTT) Padi Sawah Persepsi petani tentang inovasi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) padi sawah adalah penilaian tentang inovasi dalam menerapkan PTT berdasarkan karakteristik inovasi tersebut, yaitu: tingkat keuntungan, kesesuaian, kerumitan, dapat dicobakan, dan dapat diamati. (7) Penerapan Inovasi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah Penerapan inovasi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) padi sawah adalah kondisi yang memperlihatkan petani melaksanakan prinsip-prinsip pengelolaan tanaman padi secara terpadu sesuai komponen-komponennya berdasarkan tahapan adopsi, yaitu: sadar, ketertarikan, menilai, mencoba, dan menerapkan/menolak.