DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. penting bagi penduduk Indonesia yang diperlukan setiap hari. Salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. mudah ditembus oleh alat-alat pertanian dan hama atau penyakit tanaman

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan produksi kubis di Indonesia banyak mengalami hambatan, di

BAB I PENDAHULUAN. faktor struktur tanah, pencemaran, keadaan udara, cuaca dan iklim, kesalahan cara

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sayuran sawi sehari-harinya relatif cukup tinggi, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. tersebut padi atau beras mengalami proses penurunan kualitas dan kuantitas.

BAB I PENDAHULUAN. hama. Pertanian jenis sayuran kol, kubis, sawi dan sebagainya, salah satu

BAB I PENDAHULUAN. yang perlu dikembangkan adalah produk alam hayati (Sastrodiharjo et al.,

BAB I PENDAHULUAN. nyawa makhluk hidup karena mempunyai beberapa kelebihan seperti hampir tidak

BAB I PENDAHULUAN. satu hama daun yang penting karena hama ini bersifat polifag atau mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. petani dan dikonsumsi masyarakat karena sayuran tersebut dikenal sebagai

UJI EFEKTIVITAS LARVASIDA EKSTRAK DAUN BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.) TERHADAP MORTALITAS ULAT TRITIP(Plutella xylostella) PADA TANAMAN KUBIS

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu resiko yang harus dihadapi. Kehilangan hasil akibat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

JENIS DAN PADAT POPULASI HAMA PADA TANAMAN PERANGKAP Collard DI SAYURAN KUBIS

BAB I PENDAHULUAN. masih tergantung pada penggunaan pestisida sintetis yang dianggap

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. sirih hijau (Piper betle L.) sebagai pengendali hama Plutella xylostella tanaman

EFEKTIVITAS PESTISIDA NABATI (MIMBA, GADUNG, LAOS DAN SERAI), TERHADAP HAMA PADA TANAMAN KUBIS (Brassica oleracea L.) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. oleh para petani sayuran dan umum dikonsumsi oleh masyarakat luas di

EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN MAJAPAHIT (Crescentia cujete) SEBAGAI PESTISIDA NABATI HAMA Spodoptera litura PADA TANAMAN SAWI (Brassica juncea L) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanaman sawi (Brassica juncea L.) merupakan salah satu jenis

FEKTIVITAS EKSTRAK DAUN KEMBANG BULAN

Insektisida sintetik dianggap sebagai cara yang paling praktis untuk

DENSITAS TRIKOMA DAN DISTRIBUSI VERTIKAL DAUN BEBERAPA VARIETAS KEDELAI

KETAHANAN DAN PENGARUH FITOTOKSISITAS CAMPURAN EKSTRAK Piper retrofractum & Annona squamosa PADA PENGUJIAN SEMI LAPANG. Oleh: Nur Isnaeni A

BAB I PENDAHULUAN. dataran tinggi pada lahan basah dan lahan kering. Hasil produksi tomat di Indonesia dari tahun

KAJIAN TOKSISITAS EKSTRAK DAUN MINT (Mentha arvensis L.) TERHADAP MORTALITAS ULAT KROP KUBIS (Crocidolomia pavonana F.)

Oleh: Fakultas Pertanian Universitas Islam Riau

PENGARUH USIA, LUAS PERMUKAAN, DAN BIOMASSA DAUN PADA TIGA VARIETAS KEDELAI

PENGENDALIAN HAMA Plutella xylostella TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.) MENGGUNAKAN PERASAN DAUN TEMBAKAU (Nicotiana tabacum) SKRIPSI

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan September 2012

PERLUASAN HAMA SASARAN FORMULASI INSEKTISIDA NABATI RSA1 PADA TIGA SPESIES SERANGGA HAMA SAYURAN NUR ASYIYAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

KISARAN HAMA SASARAN FORMULASI INSEKTISIDA BOTANI FTI-1 DAN KEAMANANNYA PADA BIBIT BEBERAPA FAMILI TANAMAN

I. PENDAHULUAN. kubis (Brassica Olearecea Var Capitata). Kubis memiliki kandungan gizi yang

PENGARUH PERBEDAAN TANAMAN INANG TERHADAP PRODUKTIVITAS DAN DAYA TETAS TELUR Spodoptera litura Fabricius SKRIPSI

STUDI BIOLOGI ULAT BULU Lymantria marginata Wlk. (LEPIDOPTERA: LYMANTRIIDAE) PADA TANAMAN MANGGA. (Mangifera indica L.) SKRIPSI.

ABSTRAK. : Capsicum annuum L, Chromoloena odorata L, Lantana camara L. Meloidoyne spp dan Piper betle L.

I. PENDAHULUAN. Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu tanaman perkebunan penting

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Kubis merupakan produk urutan ketiga sayuran yang dibutuhkan oleh

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BATANG MIMBA

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu faktor pembatas proses produksi pertanian adalah hama. Hama timbul dan

POPULASI LARVA Plutella xylostella Linn. PADA TANAMAN KUBIS DI KELURAHAN PASLATEN KECAMATAN TOMOHON TIMUR KOTA TOMOHON

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Biologi Sitophilus oryzae L. (Coleoptera: Curculionidae)

I. PENDAHULUAN. Kepik hijau (Nezara viridula L.) merupakan salah satu hama penting pengisap

BAB III METODE PENELITIAN. Lengkap (RAL) yang terdiri atas kontrol positif dan lima perlakuan variasi

BAB I PENDAHULUAN. Perlindungan tanaman secara preventif dan kuratif merupakan bagian yang

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PENELITIAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyediaan bahan pangan pokok terutama ketergantungan masyarakat yang besar

PENGARUH EKSTRAK ETANOL CABAI MERAH

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

KAJIAN INSEKTISIDA ORGANIK (URIN SAPI & SERBUK BIJI MIMBA) TERHADAP MORTALITAS LARVA (Spodoptera Litura.) SKRIPSI

Asam Klorogenat Alternatif Atraktan Hama PBK

BAB I PENDAHULUAN. Serangga merupakan hewan yang paling banyak jumlah dan ragamnya di

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN PRAKATA v

ALTERNATIF PENGENDALIAN HAMA SERANGGA SAYURAN RAMAH LINGKUNGAN DI LAHAN LEBAK PENGENDALIAN ALTERNATIF RAMAH LINGKUNGAN HAMA SAYURAN DI LAHAN LEBAK

tersebut mencapai miliaran rupiah setiap tahun (Setiawati et al., 2008).

APLIKASI EKSTRAK BIJI JARAK

BAB III METODE. kelompok kontrol dan kelompok perlakuan, masing-masing perlakuan

EFEKTIVITAS EKSTRAK AKAR TUBA TERHADAP HAMA ULAT KROP CROCIDOLOMIA. PAVONANA PADA TANAMAN KUBIS DI KOTA TOMOHON

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ulat grayak merupakan hama penting pada tanaman tembakau (Nicotiana tabacum

PERKEMBANGAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN KUBIS PADA TIGA SISTEM BUDI DAYA A. MUBARRAK

PENGGUNAAN BEAUVERIA BASSIANA DAN BACILLUS THURINGIENSIS UNTUK MENGGENDALIKAN Plutella xylostella L. (Lepidoptera: Plutellidae) DI LABORATORIUM

UJI EFEKTIFITAS LARUTAN PESTISIDA NABATI TERHADAP HAMA ULAT KROP (Crocidolomia pavonana L.) PADA TANAMAN KUBIS (Brassica oleraceae)

PENGARUH EKSTRAK DAUN MIMBA (Azedirachta indica) TERHADAP MORTALITAS ULAT DAUN (Plutella xylostella) PADA TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hama Jurusan Proteksi Tanaman

TOKSISITAS EKSTRAK DAUN ALPUKAT (Persea americana Mill.) TERHADAP MORTALITAS LARVA NYAMUK Aedes aegypti L.

DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010

EFEKTIFITAS PESTISIDA NABATI TERHADAP PENGENDALIAN ULAT GRAYAK (Spodoptera sp.) PADA TANAMAN SAWI (Brassica sinensis L.). Deden *

Program Studi Entomologi, Pasca Sarjana Universitas Sam Ratulangi, Kampus UNSRAT Manado korespondensi:

BAB I PENDAHULUAN. (OPT). Pestisida nabati bersifat mudah terurai (bio-degradable) di alam. dan ternak peliharaan karena residu mudah hilang.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pengaruh Kehadiran Gulma terhadap Jumlah Populasi Hama Utama Kubis pada Pertanaman Kubis

EFEK MINYAK ATSIRI DAUN CENGKEH (Syzygium aromaticum) TERHADAP MORTALITAS ULAT DAUN Spodoptera exigua PADA TANAMAN BAWANG MERAH

BAB I PENDAHULUAN. kedelai dan industri pakan ternak. Rata rata kebutuhan kedelai setiap tahun sekitar ± 2,2 juta

I. PENDAHULUAN. lebih dari setengah penduduk menggantungkan hidupnya pada beras yang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

APLIKASI AGENS PENGENDALI HAYATI TERHADAP POPULASI HAMA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Jarak cina (Jatropha multifida Linn) sebagai pestisida nabati pengendali hama

I. PENDAHULUAN. kalorinya dari beras. Ketersediaan beras selalu menjadi prioritas pemerintah. karena menyangkut sumber pangan bagi semua lapisan

INSEKTISIDA YANG UMUM DIGUNAKAN OLEH PETANI KUBIS DI DATARAN TINGGI SULAWESI SELATAN SEBAGAI DASAR PEMILIHAN INSEKTISIDA YANG TEPAT

I. PENDAHULUAN. diperkirakan, pengendalian hama pun menjadi sulit dilakukan.

I. PENDAHULUAN. negeri maupun untuk ekspor. Komoditas sayuran dapat tumbuh dan berproduksi di

Struktur Komunitas Hama Pemakan Daun Kubis dan Investigasi Musuh Alaminya

I. PENDAHULUAN. mengganggu kenyamanan hidup manusia karena meninggalkan bau yang

UJI EKSTRAK DAUN MIMBA (Azadirachta indica) DAN EKSTRAK DAUN KLUWEK (Pangium edule) TERHADAP KEMATIAN ULAT GRAYAK (Spodoptera sp.

I. PENDAHULUAN. Tanaman padi merupakan salah satu komoditas pangan yang harus

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Tempat : Penelitian ini dilakukan di Green House Kebun Biologi,

UJI EKSTRAK DAUN MARA TUNGGAL (Clausena excavata Burm F.) SEBAGAI BIOINSEKTISIDA HAMA Spodoptera litura PADA TANAMAN SAWI (Brassica juncea (L.

E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika ISSN: Vol. 3, No. 1, Januari 2014

UJI INSEKTISIDA EMAMEKTIN BENZOAT TERHADAP MORTALITAS LARVA CROCIDOLOMIA PA VONANA (FABRICIUS) PADA TANAMAN KUBIS DI CISARUA BANDUNG

I. PENDAHULUAN. Masyarakat luas telah menyadari bahwa pestisida merupakan senyawa yang dapat

Uji Toksisitas Potensi Insektisida Nabati Ekstrak Kulit Batang Rhizophora mucronata terhadap Larva Spodoptera litura

ABSTRACT

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Tempat : Penelitian ini dilakukan di Green House Kebun Biologi

Transkripsi:

DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM. i PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI. ii ABSTRACT.... iii ABSTRAK..... iv RINGKASAN. v HALAMAN PERSETUJUAN viii TIM PENGUJI. ix RIWAYAT HIDUP. x KATA PENGANTAR. xi DAFTAR ISI xiii DAFTAR TABEL Xv DAFTAR GAMBAR... xvi DAFTAR LAMPIRAN xvii BAB I PENDAHULUAN.. 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Rumusan Masalah... 4 1.3 Tujuan... 5 1.4 Manfaat Penelitian... 5 1.5 Hipotesis... 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 6 2.1 Kubis (Brassica oleracea L). 6 2.2 Hama Krop Kubis (Crocidolomia pavonana F.)... 7 2.3 Biologi Hama..... 8 2.3.1. Telur. 8 2.3.2 Larva. 9 2.3.3 Pupa.. 10 2.3.4 Imago 11 2.4 Gejala Serangan 12 2.5 Kirinyuh (Chromolaena odorata (L)) 13

2.5.1. Kandungan Kimia... 14 2.6 Widelia trilobata (L.) Hitch... 15 2.7 Tembelekan (Lantana camara L).. 16 2.7.1. Kandungan Kimia 17 2.8 Pestisida Nabati. 17 BAB III METODE PENELITIAN... 21 3.1 Tempat dan Waktu... 21 3.2 Bahan dan Alat. 21 3.3 Metode Penelitian..... 21 3.4 Persiapan Penelitian.. 22 3.5 Pelaksanaan Penelitian.. 23 3.5.1 Tahapan Pembuatan Ekstrak... 23 3.5.2 Persiapan Serangga Uji... 24 3.5.3 Uji Efektifitas Ekstrak Daun Gulma... 24 3.6 Pengamatan... 25 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.. 26 4.1 Pengaruh Perkembangan Biologi Ulat Krop Kubis Setelah Aplikasi Ketiga Jenis Ekstrak Daun Gulma. 26 4.2. Mortalitas Larva Akibat Aplikasi Ketiga Ekstrak Daun Gulma.. 32 4.3 Uji Efektifitas Ekstrak Daun Terhadap Perkembangan Biologi Larva C. pavonana. 36 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 37 5.1 Kesimpulan 37 5.2 Saran.. 37 DAFTAR PUSTAKA.. 38 DAFTAR LAMPIRAN... 42

ABSTRAK Anak Agung Gede Garba Yogantara. Nim 1305105057. Uji Kemampuan Beberapa Jenis Ekstrak Daun Gulma Terhadap Perkembangan Ulat Krop Kubis (Crocidolomia pavonana F.) Di Laboratorium. Dibimbing oleh: Prof. Dr. Ir. I Nyoman Wijaya, M.S. dan Prof. Dr. Dra. Made Sritamin, M.S. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Hama dan Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Udayana, sejak bulan Oktober 2016 sampai bulan Februari 2017, untuk menguji tiga jenis ekstrak daun gulma yaitu daun Lantana camara, daun Wedelia trilobata, dan daun Chromolaena odorata bertujuan untuk mengetahui perkembangan biologi ulat Crocidolomia pavonana setelah diaplikasikan ketiga jenis ekstrak daun gulma tersebut. Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan ekstrak daun pada konsentrasi 50% dan 1 jenis tanpa perlakuan (kontrol), pengulangan masingmasing dilakukan sebanyak 10 kali. Pengamatan dilakukan sampai larva tidak melakukan aktivitas lagi (mati), atau sampai menjadi imago. Pengujian ketiga jenis ekstrak daun gulma menunjukkan hasil sebagai berikut : ekstrak daun L. camara dari 10 kali aplikasi dengan 16 kali pengamatan, larva mengalami kematian sebanyak 30%, ekstrak daun W. trilobata dari 10 kali aplikasi dengan 12 kali pengamatan, larva mengalami kematian 30%, dan ekstrak daun C. odorata dari 9 kali aplikasi dengan 9 kali pengamatan larva mengalami kematian 100%. Perkembangan biologi ulat C. pavonana dengan aplikasi ekstrak daun L. camara memberikan pengaruh perkembangan larva menjadi pupa sangat lambat karena membutuhkan waktu 16 hari untuk menjadi pupa, sedangkan ekstrak daun W. trilobata hanya membutuhkan waktu 12 hari menjadi pupa. Akan tetapi dengan ekstrak daun C. odorata larva tidak sampai mengalami fase pupa dan imago karena ekstrak ini mengakibatkan kematian 100% pada fase larva. Pada perlakuan ketiga jenis ekstrak daun gulma ini, larva dapat berkembang melalui 4 instar sebelum menjadi pupa. Perlakuan dengan ekstrak daun gulma yang paling efektif untuk menekan perkembangan biologi ulat C. pavonana adalah ekstrak daun gulma C. odorata. Kata kunci : Ekstrak daun gulma, kematian, dan perkembangan biologi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kubis (Brassica oleracea var. capitata L.) merupakan salah satu jenis tanaman dari komuditas hortikultura yang banyak dibudidayakan petani dataran tinggi di Bali (Kumarawati, dkk., 2013). Sampai saat ini, produksi kubis dari tahun 2010 sampai 2013 mengalami penurunan yaitu mulai dari tahun 2010 mencapai 470.768 ton, tahun 2011 menjadi 429.262 ton, 2012 menurun menjadi 401.968 ton, tahun 2013 menjadi 357.808 ton. Namun tahun 2014 dan 2015 produksi kubis mengalami peningkatan yaitu masing-masing 427.946 ton, dan 452.072 ton, peningkatan ini juga belum mencapai tingkatan produksi di tahun 2010 yaitu 470.768 ton, yang diproduksi oleh seluruh daerah pusat pengembangan sayuran di Bali (BPS, 2015). Menurunnya produksi kubis ini disebabkan oleh banyak faktor salah satunya adalah adanya gangguan hama dan penyakit. Salah satu hama utama yang sering ditemukan dan dapat menyebabkan kerugian yang cukup besar pada tanaman kubis adalah ulat krop kubis Crocidolomia pavonana F. Ulat C. pavonana menyerang tanaman sejak awal pembentukan krop hingga pembentukan krop, ulat ini juga menyerang tanaman kubis sejak awal penanaman. Akibat kerusakan tersebut kuantitas dan kualitas kubis menurun dan dalam keadaan yang ekstrem kubis tidak dapat dipanen sama sekali.

Apabila tidak dilakukan pengendalian terhadap hama tersebut maka kerusakan dapat mencapai 100 %. Perkembangan C. pavonana pada saat larva melalui empat instar yang ditandai dengan pergantian kulit sebelum membentuk pupa, rata-rata lama stadium larva 13,8 hari (Sari, 2002). Hasil penelitian Kumarawati, dkk., (2013) menyebutkan bahwa kelimpahan populasi hama C. pavonana tertinggi terjadi pada sepuluh minggu setelah tanam, kejadian tersebut disebabkan oleh fase tanaman yang sudah mulai membentuk krop, karena pada fase ini menjadi habitat yang paling disukai bagi C. pavonana. Hama ulat krop kubis C. pavonana merupakan salah satu jenis hama utama pada tanaman kubis, karena hama ini selalu ada dan menyebabkan kerugian pada pertanaman kubis. Apabila tidak dilakukan usaha pengendalian dengan tepat dan benar, maka kerusakan yang disebabkan oleh hama tersebut dapat meningkat serta hasil panen dapat menurun, baik itu kuantitas atau kualitasnya. Maka harus ada upaya pengendalian yang tepat untuk dapat menekan dan mengurangi jumlah kerugian yang ditimbulkan oleh hama tersebut (Alifah, 2012). Pada usaha pengendalian petani lebih memilih untuk menggunakan pestisida sintetik karena beranggapan bahwa pestisida sintetik dapat mengendalikan dan menurunkan populasi hama dengan cepat serta dapat digunakan secara terus menerus. Memang cara tersebut berhasil mengatasi hama, tetapi keberhasilan tersebut tidak berlangsung lama, bahkan yang dapat terjadi adalah populasi hama akan semakin meningkat karena petani tidak menyadari bahwa bila penggunaan pestisida sintetik secara terus-menerus dapat berdampak negatif bagi lingkungan, kematian musuh alami dan kesehatan manusia, serta dapat menyebabkan resistensi terhadap hama yang mereka kendalikan dengan pestisida sintetik (Ambarawati, 2012). Oleh sebab itu, pengendalian dengan konsep pengendalian hama terpadu (PHT) merupakan salah satu alternatif yang sangat tepat untuk membatasi penggunaan pestisida sintetik. Untuk menunjang

keberhasilan konsep PHT perlu dicarikan alternatif pengendalian yang lebih bersifat ramah lingkungan dengan menggunakan bahan bioaktif, insektisida nabati dan musuh alami. Sebagai alternatif, saat ini sedang dikembangkan penggunaan bahan tumbuhan sebagai insektisida nabati. Pestisida nabati diartikan sebagai pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan, karena terbuat dari bahan-bahan alami maka jenis pestisida ini relatif aman, murah, mudah aplikasinya di tingkat petani, selektif, ramah lingkungan, tingkat persistensinya relatif pendek, aman terhadap hewan bukan sasaran, dan mudah terurai di alam, maka pestisida nabati ini relatif aman bagi kesehatan manusia. Pestisida nabati diketahui memiliki beberapa fungsi, antara lain sebagai, repelant: penghusir hama dengan bau yang tidak disukai serangga hama, antifidant: sebagai pencegah serangga hama memakan bagian tanaman yang disemprotkan dengan bahan pestisida nabati tersebut karena memiliki rasa yang tidak disukai serangga hama, atraktan: sebagai perangkap serangga hama (Kadja, 2010). Indonesia memiliki beragam jenis tumbuhan yang berpotensi sebagai bahan dasar pestisida nabati. Bahan dasar pestisida nabati ini dapat ditemui di berbagai jenis tanaman, dimana zat yang terkandung di dalam tanaman tersebut memiliki fungsi berbeda-beda ketika berperan sebagai pestisida nabati. Dalam fisiologi tanaman, terdapat beberapa jenis tanaman yang berpotensi sebagai bahan pestisida nabati (Syakir, 2011). Salah satu jenis tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pestisida nabati yaitu gulma, meskipun disatu sisi gulma merupakan tumbuhan yang tidak diharapkan tumbuh pada tanaman budidaya petani, namun disisi lain gulma mempunyai peluang untuk dijadikan bahan ekstrak sebagai pestisida nabati yang digunakan untuk mengendalikan hama. Beberapa jenis gulma yang telah diteliti dan mampu mengendalikan hama antara lain yaitu: Lantana camara merupakan salah satu gulma yang dapat menimbulkan kerugian terhadap

tanaman melalui persaingan, namun gulma ini juga bermanfaat sebagai insektisida. Penelitian yang telah dilakukan oleh Hendrival dan Khaidir (2012) menyatakan toksisitas ekstrak daun L. camara dapat menyebabkan kematian larva Plutella xylostella dengan sebaran persentase kematian larva mencapai 15,00 62,50%. L. camara diketahui memiliki sifat insektisidal, antiovoposisi, dan penolakan makan. Pengujian juga telah dilakukan terhadap ekstrak daun kirinyuh (Chromolaena odorata) yang efektif mengendalikan ulat grayak dengan mortalitas 80-100%, serta menekan tingkat kerusakan kedelai hingga 55,2%. Pryrrolizidine alkaloids yang terkandung dalam tumbuhan kirinyuh memiliki sifat racun (Thamrin, et al., 2013). Namun belum ada pengujian lebih lanjut pada gulma Wedelia trilobata untuk mengendalikan hama. Maka dari itu diperlukan pengujian lebih lanjut di laboratorium untuk membuktikan bahwa apakah tumbuhan gulma seperti Kirinyuh (C. odorata), tembelekan (L. camara), dan widelia (W. trilobata) dapat menekan serangan ulat C. pavonana pada tanaman kubis. 1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang tersebut permasalahan yang dapat diangkat untuk diteliti antara lain: 1. Apakah ketiga jenis ekstrak daun gulma tersebut berpotensi untuk menekan perkembangan biologi ulat krop kubis (C. pavonana)? 2. Bagaimana perkembangan biologi ulat krop kubis (C. pavonana) setelah diaplikasikan ketiga jenis ekstrak daun gulma tersebut? 3. Ekstrak daun gulma manakah yang paling efektif menekan perkembangan biologi ulat krop kubis (C. pavonana)? 1.3 Tujuan Adapun tujuan dari penelitian ini

1. Untuk mengetahui potensi dari ketiga jenis ekstrak daun gulma tersebut dalam menekan perkembangan biologi ulat krop kubis (C. pavonana) 2. Untuk mengetahui perkembangan biologi ulat krop kubis (C. pavonana) akibat aplikasi ketiga jenis ekstrak daun gulma tersebut. 3. Untuk mengetahui jenis ekstrak daun gulma yang paling efektif menekan perkembangan biologi ulat krop kubis (C. pavonana). 1.4 Manfaat Penelitian Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat memberikan informasi yang mendasar tentang potensi masing-masing ekstrak daun gulma dengan harapan dapat dijadikan sebagai pengendalian hama secara biologi untuk mengendalikan ulat krop kubis (Crocidolomia pavonana), dengan tujuan untuk mengurangi penggunaan pestisida kimia sintetis yang berbahaya bagi lingkungan dan untuk menciptakan suatu pengendalian yang ramah lingkungan 1.5 Hipotesis Aplikasi ekstrak daun gulma C. odorata, L. camara, dan W. trilobata dapat menekan perkembangan biologi ulat krop kubis (Crocidolomia pavonana) dengan potensi yang berbeda, sehingga dapat dijadikan suatu bahan pestisida nabati yang paling efektif.