TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Dalam taksonomi tumbuhan, tebu tergolong dalam Kerajaan Plantae, Divisi Magnoliophyta, Kelas Monocotyledoneae, Ordo Glumaceae, Famili Graminae, Genus Saccharum, Spesies Saccharum arundinaceum, Saccharum bengalense, Saccharum edule, Saccharum officinarum, Saccharum procerum, Saccharum ravennae, Saccharum robustum, Saccharum sinense, Saccharum spontaneum (Wikipedia, 2008). Bagian utana dari tanaman tebu adalah akar, batang, daun dan bunga. Tanaman tebu berakar serabut. Pada tanah yang cukup cocok untuk pertumbuhan dan perkembangan tebu, panjang akar tebu dapat mencapai 2 meter. Batang tebu merupakan bagian terpenting dalam produksi gula karena mengandung nira, pada batang tebu mengandung jaringan parenkim berdinding tebal yang banyak mengandung cairan. Menurut Dinas Perkebunan Jawa Barat (2008), batang tebu berbentuk tinggi kurus, tidak bercabang dan tumbuh tegak, batang beruas-ruas dengan panjang ruas sekitar 10-30 cm/ruas. Pada batang tebu mengandung nira yang menghasilkan gula dengan kadar mencapai 20 %. Kadar gula pada bagian batang pangkal lebih tinggi dari pada bagian ujung (pucuk). Panjang ruas batang tebu sangat dipengaruhi oleh faktor luar, antara lain : iklim, kesuburan tanah, keadaan air dan penyakit. Batang tanaman sehat mempunyai ruas yang pendek pada bagian pangkal, semakin ke atas ruas batang semakin panjang, kemudian semakin pendek semakin ke atas (ke pucuk). Apabila tanaman tebu akan berbunga maka pada ujung atas batang akan terbentuk ruas panjang dan kecil (Sudiatso, 1982). Daun tebu terdiri atas dua bagian yaitu pelepah daun dan helai daun. Pelepah daun membalut atau membungkus ruas daun. Pelepah-pelepah daun ini selain melindungi bagian batang yang masih muda, juga melindungi mata. Helai daun berbentuk pita dengan panjang 1 2 meter (bergantung dari varietas dan keadaan lingkungan) dan lebar daun 2-7 cm. Bunga tersusun dalam malai. Bunga berkembang pada pagi hari dengan jangka waktu pembungaan pada satu malai berlangsung beragam antara 5 sampai
7 hari. Umumnya tanaman tebu menyerbuk silang dengan bantuan angin pembungaan berlangsung setelah pertumbuhan vegetatif selesai (± 12 bulan) (Sudiatso, 1982). Ekologi Tanaman Tanaman tebu adalah salah satu tanaman tropis yang memerlukan air dalam jumlah yang banyak, berdasarkan kebutuhan air pada setiap fase pertumbuhannya, curah hujan bulanan yang ideal untuk pertanaman tebu adalah 200 mm/bulan pada 5 6 bulan berturut-turut, 125 mm/bulan 2 bulan transisi dan 75 mm/bulan pada 4-5 bulan berturut-turut. Menurut tipe iklim Oldeman, zona yang terbaik untuk tanaman tebu adalah tipe iklim C2 dan C3. Suhu rata-rata tahunan sebaiknya pada kisaran di atas 20 o C dan tidak kurang dari 17 o C dan kelembaban udara sekitar 85 persen. Pertumbuhan tanaman tebu akan baik jika terkena sinar matahari langsung. Sinar matahari tidak hanya penting dalam pembentukan gula dan tercapainya suatu kadar gula yang tinggi dalam batang, tetapi juga mempercepat proses pemasakan. Kadar sukrosa tebu tertinggi pada penyinaran selama 7 9 jam per hari. Jenis tanahnya alluvial, regosol, mediteran, latosol, gromosol, podzolik merah kuning, litosol. Tekstur tanahnya sedang - berat, strukturnya baik dan mantap, tanah cukup subur dengan kedalaman minimal 50 cm. Ketinggian tempat antara 0-500 m dpl. Kemiringan lahan maksimal 15% dan kadar ph sekitar 5,7 7 (Dinas Perkebunan Jawa Barat, 2008). Bibit Tebu Bibit merupakan modal utama dan pertama bagi keberhasilan usaha budidaya tebu. Oleh karena itu penyediaan bibit bagi pertanaman tebu harus dilakukan sesuai dengan tata cara penyediaan bibit yang benar. Bibit tebu unggul yang digunakan harus memenuhi syarat sehat dan murni. Bibit sehat artinya bibit yang digunakan harus bebas dari hama dan penyakit serta memiliki kemampuan tumbuh yang baik sebagai cikal bakal tanaman produksi yang berasal dari tanaman bibitan dengan umur antara 6 7 bulan. Bibit murni
artinya varietas unggul yang digunakan sebagai bibit terjamin tidak ada campuran varietas lain (Umarjono dan Samoedi, 1993). Menurut Sastrowijono (1997), menyatakan bahwa bibit yang bermutu harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : varietas tebu unggul, umur bibit yang dipilih berumur 6 8 bulan, daya kecambah 90 % atau lebih, kesehatan terhadap serangan hama penggerek batang < 2 %, serangan penggerek pucuk dan hama lain < 5 %. Bibit tebu yang digunakan sebagai bahan tanam pada kebun tebu giling umumnya berasal dari kebun bibit dataran (tebu bibit) dan dari kebun tebu giling. Bibit yang digunakan dari kebun bibit dataran berupa bagal, yaitu tebu yang dipotong pendek pada bagian pangkal dan pucuknya sehingga diperoleh batang yang panjangnya 0.7 1.4 meter, dan bibit rayungan, yaitu bibit tebu yang pada bagian mata tunasnya telah tumbuh lebih dahulu menjadi tunas yang berdaun 4 5 helai. Bibit yang berasal dari tebu giling yaitu stek pucuk (Sutjahja, 1993). (KTG) (KBD) Gambar 1. Bibit Tebu dari KTG dan KBD. Bibit yang digunakan untuk pertanaman tebu giling dibagi ke dalam tiga klasifikasi posisi batang, yaitu posisi mata pada batang bagian atas, bawah dan tengah. Ketiga posisi mata tersebut memiliki pola pertumbuhan tanaman yang berbeda, dimana untuk bibit asal top stek memiliki pola pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan posisi batang dibawahnya. Menurut Barnes dalam Utoyo (2001) menyatakan bahwa mata tunas yang berada pada posisi lebih atas bagian batang tebu lebih mudah berkecambah dibandingkan dengan mata tunas yang
berada di bawahnya, selain disebabkan sifat dormansi pucuk, juga disebabkan adanya seludang daun yang melindunginya sehingga mampu melestarikan daya tumbuhnya. Kebun Bibit Pembibitan memerlukan perencanaan dan persiapan jauh sebelumnya dengan memperhatikan perkembangan varietas unggul baru dan susunan varietas yang akan ditanam supaya terjamin mutu bibitnya. Perbanyakan tanaman tebu untuk produksi dilakukan dengan cara pembiakan vegetatif dengan menggunakan stek (cuttings). Bibit dari stek ini dapat diperoleh dari Tebu Bibit (Kebun Bibit) dan Tebu Giling (Kebun Tebu Produksi). Dalam pertanaman tebu dikenal berbagai kebun bibit, antara lain : Kebun Bibit Pokok (KBP), Kebun Bibit Nenek (KBN), Kebun Bibit Induk (KBI), dan Kebun Bibit Datar (KBD) (Sudiatso, 1982). Pembangunan kebun bibit tebu dilakukan secara berjenjang dengan tujuan untuk : 1). Memperoleh bibit yang murni, sehat, berkualitas dengan daya tumbuh baik dan jumlah yang cukup sesuai kebutuhan, 2). Mempersiapkan pemenuhan kebutuhan bibit pada dua tahun yang akan datang berdasarkan luas areal kebun tebu dan komposisi varietas yang akan ditanam, 3). Memperbanyak varietas unggul baru untuk menggantikan varietas lama yang kurang unggul/baik (Dirjenbun, 2009). Kebun Bibit Pokok (KBP) disediakan P3GI melalui perwakilanperwakilannya. Penanaman di KBP dilaksanakan pada bulan Desember, Januari dan Februari dengan luasan yang ditanam 0,1 persen dari luasan tebu giling. Bibit yang ditanam pada KBP ini adalah jenis-jenis tebu baru dari Pusat Penelitian Perusahaan Gula Indonesia (P3GI). Kebun Bibit Nenek (KBN) adalah kebun bibit tempat memperbanyak bibit murni dan sehat yang berasal dari P3GI dengan maksud untuk memperoleh bibit tebu yang murni dan sehat seperti bibit asalnya. Kebun bibit nenek disediakan PG dan P3GI untuk membantu apabila ada kegagalan dalam penangkaran di PG. Penanaman bibit di KBN dilaksanakan pada bulan Juli,
Agustus, dan Desember dengan luasan yang ditanam 0,5 persen dari luas tebu giling. Kebun Bibit Induk (KBI) adalah kebun bibit tempat memperbanyak bibit yang murni dan sehat yang berasal dari KBN, dengan demikian, KBI merupakan kelanjutan usaha memperbanyak bibit murni dan sehat. Kebun bibit induk disediakan PG, ditanam pada bulan Februari, Maret dan April dengan luasan yang ditanam 2,5 persen dari luas tebu giling. Kebun Bibit Datar (KBD) berfungsi untuk memperbanyak bibit yang bermutu tinggi yang berasal dari KBI. Bibit yang dihasilkan oleh KBD ini merupakan bibit yang akan ditanam di KTG sebagai pertanaman biasa. Mengingat keperluan praktisnya, maka letak KBD hendaknya berada di sekitar areal yang akan ditanami atau disebar di daerah-daerah kerja perusahaan perkebunan gula. Kebun bibit datar disediakan PG, ditanam bulan September, Oktober, November / Desember, dengan luasan yang ditanam 12 persen dari luas tebu giling (Sutjahja, 1993). Pelaksanaan kebun bibit memerlukan lahan dengan syarat sebagai berikut : tanah yang subur dengan solum cukup dalam (lebih dari 60 cm), air untuk pengairan dapat mencukupi kebutuhan tanaman untuk pertumbuhan vegetatif yang optimal dan terisolir dari tanaman atau tumbuhan-tumbuhan yang dapat menjadi tanaman inang. Penyebaran KBD sudah merata tetapi lahan yang digunakan tidak semuanya lahan yang memenuhi syarat untuk kebun bibit. Masalahnya lahan yang baik lebih diutamakan untuk kebun tebu produksi dibandingkan untuk kebun bibit dan ada kebun bibit datar yang dijadikan sebagai kebun tebu giling karena pertumbuhannya yang baik untuk mencapai suatu produksi yang tinggi (Sutjahja, 1993).