BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perekonomian di Indonesia dari waktu ke waktu mengalami perubahan yang positif, dampak dari perubahan tersebut dirasakan oleh berbagai sektor ekonomi, salah satunya yaitu sektor keuangan yang mencakup industri perbankan. Asnina (2014:4) mengatakan bahwa berbagai studi komparasi lintas negara serta analisis pada level industri dan perusahaan menyimpulkan sistem keuangan memainkan peran vital dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Dengan kata lain kemajuan suatu bank disuatu negara dapat dijadikan ukuran kemajuan negara yang bersangkutan. Perkembangan perbankan yang sangat pesat serta kompleks dapat mempengaruhi kinerja suatu bank. Selain itu Chrismatani (2014:1) mengatakan kompleksitas usaha perbankan dapat meningkatkan risiko yang dihadapi oleh bankbank yang ada di Indonesia. Risiko-risiko tersebut dapat berakibat fatal terhadap kesehatan suatu bank. Mengingat banyaknya pesaing dalam industri perbankan, suatu perusahaan perbankan dituntut agar memiliki manajemen serta langkah strategis yang sangat baik. Banyak langkah strategis yang dapat dilakukan dengan tujuan memperkuat fondasi dan menyehatkan kondisi keuangan bank menjadi lebih baik. Dalam dunia bisnis perusahaan perbankan dapat melakukan pengembangan bisnis untuk merespon ketatnya persaingan dengan dua cara yaitu melalui pengembangan diri 1
2 dari dalam (internal growth) dan pengembangan dari luar (external growth) (Chrismatani, 2014:1). Pengembangan dari dalam dapat dilakukan dengan memanfaatkan sumber daya yang sudah ada dalam perusahaan itu sendiri. Pengembangan dari luar adalah melalui ekspansi usaha dengan cara penggabungan usaha baik dengan perusahaan dalam industri yang sama maupun dengan perusahaan dalam industri yang berbeda. Penggabungan usaha merupakan bentuk penggabungan satu perusahaan dengan perusahaan lain dalam rangka mendapatkan pengendalian atas aktiva maupun operasional. Bentuk penggabungan usaha yang sering dilakukan dalam dua dekade terakhir ini adalah merger dan akuisisi di mana strategi ini dipandang sebagai salah satu cara untuk mencapai beberapa tujuan yang lebih bersifat ekonomis dan jangka panjang (Meta, 2009:1). Dengan melakukan penggabungan usaha, dua perusahaan atau lebih diharapkan akan saling mendukung kegiatan usaha satu dengan yang lain, sehingga harapan untuk memperoleh keuntungan akan lebih besar dari pada melakukan usaha sendiri-sendiri. Merger adalah kegiatan bank atau perusahaan dengan menyatukan dua atau lebih perusahaan. Dalam tahun-tahun terakhir, skala dan kecepatan kegiatan merger begitu mengagumkan (Brealey et al, 2008:210). Aktivitas merger semakin meningkat seiring dengan intensnya yang semakin mengglobal sehingga menunjukkan skala yang cukup signifikan dari tahun ke tahun (Moin, 2010:2). Tujuan utama dilakukan merger pada suatu perbankan adalah untuk dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaanya. Suatu perusahaan yang cenderung mengalami peningkatan pada kinerja keuangannya akan lebih diminati oleh para
3 investor dalam menanamkan investasi saham dari pada perusahaan yang memiliki kinerja keuangan yang cenderung buruk dan tidak sehat. Salah satu alasan perusahaan melakukan merger adalah memperoleh pertumbuhan yang cepat baik ukuran, pasar saham, maupun diversifikasi usaha. Namun pada kasus perbankan merger dapat terjadi tidak hanya keinginan dari dua perusahaan untuk bergabung sehingga memperoleh pertumbuhan yang cepeat tetapi juga atas aturan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia mengenai kebijakan tunggal (single pressence policy) yang tertuang pada pasal 8 butir 4 Peraturan Bank Indonesia No. 8/16/PBI/2006 (Chrismatani, 2014:2). Terkait aturan Bank Indonesia mengenai kebijakan tunggal (single pressence policy) yang mewajibkan pemegang saham pengendali (ultimate shareholder) yang mempunyai saham lebih dari satu bank diharuskan untuk menggabungkan bank-bank yang dimilikinya (Pribadi, 2010:10). Perusahaan bank yang pertama kali terkena dampak atas kebijakan tersebut yaitu PT. Bank CIMB Niaga Tbk yang melakukan merger pada tahun 2008 kemudian PT. Bank OCBC NISP yang telah melakukan merger pada tahun 2011. Penelitian Cahyati (2012) berdasarkan hasil uji beda (paired sample T-test) menunjukkan perbedaan antara sebelum dan sesudah merger pada PT. Bank OCBC NISP adalah LDR, LAR, NIM, dan CAR. Hasil yang signifikan sejalan dengan penelitian Widodo (2008) dimana hasil t hitung lebih besar dari nilai t tabel yang berarti bahwa rancangan hipotesa konseptual kedua Ho ditolak. Hal ini menghasilkan kesimpulan secara umum bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
4 antara kinerja bank sebelum dan sesudah merger. Berbeda dengan penelitian Restika (2013) pada tiga bank salah satunya Bank CIMB NIAGA, hasil dari penelitian tersebut menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan dan adanya penurunan secara umum kinerja keuangan bank. Penelitian tersebut didukung oleh penelitian Vinda, Margantar, dan Sumaraw (2016) yang menyatakan hasil dari analisa data dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan kinerja keuangan pada PT. Bank CIMB NIAGA dan PT. Bank OCBC NISP dilihat dari rasio keuangan ROA. Melihat adanya beberapa penelitian menunjukkan hasil yang berbeda-beda perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai merger pada bank dari sisi kesehatannya. Karena kesehatan bank merupakan hal yang sangat penting dalam menunjang kinerja bank itu sendiri. Bank yang tidak sehat tidak hanya dapat membahayakan pemilik bank itu sendiri tetapi dapat membahayakan investor serta nasabah. Obyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah PT. Bank OCBC NISP Tbk yang melakukan merger pada tahun 2011, karena bank tersebut terkena dampak aturan Bank Indonesia tentang kepemilikan tunggal (single presence policy) dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sektor perbankan dipilih menjadi obyek penelitian karena sektor ini mengalami dampak sangat buruk pada saat krisis moneter namun berhasil menunjukkan kontribusinya pada pertumbuhan perekonomian akhir-akhir ini. Hal ini ditandai dengan munculnya bank-bank di kota-kota besar maupun kota kecil di berbagai daerah. Untuk menganalisis dan menilai kesehatan bank diperlukan informasi mengenai kinerja keuangan tersebut dalam bentuk laporan keuangan yang
5 diumumkan secara periodik. Menurut Sudana (2011: 26) Laporan Keuangan merupakan cerminan hasil dari berbagai keputusan yang diambil oleh pihak manajemen perusahaan. Analisis laporan keuangan akan menghasilkan informasi tentang kinerja perusahaan, dan hal ini penting bagi pihak manajemen maupun pihak lain yang terkait dengan perusahaan. Alat analisis yang menggambarkan kesehatan keuangan bank umunya menggunakan indikator CAMEL (Capital, Asset, Management, Earning, dan Liquidity). Peraturan Bank Indonesia melalui Surat Keputusan Direksi BI No. 30/11/KEP/DIR tahun 1997 dan Surat Keputusan Direksi BI No. 30/277/KEP/DIR tahun 1998 analisis CAMEL ditetapkan sebagai panduan untuk menilai tingkat kesehatan bank (Mirdhani, 2014:4). Pada aspek permodalan (capital) akan dinilai menggunakan rasio CAR (Capital Adequacy Ratio), untuk aspek aktiva (asset) dinilai dengan rasio KAP (Kualitas Aktiva Produktif), pada aspek manajemen penilaiannya menggunakan rasio NPM (Net Profit Margin), sedangkan aspek rentabilitias (earning) menggunakan dua rasio yaitu ROA (Return On Assets) dan BOPO (Biaya Operasional Pendapatan Operasional), yang terkahir pada aspek likuiditas (liquidity) dinilai dengan rasio LDR (Loan to Deposite Ratio). Dari perhitungan enam rasio tersebut selanjutnya akan diuji menggunakan uji-t berpasangan (paired sample t-test). Penilaian kinerja keuagan perbankan yang semula menggunakan rasio CAMEL telah mengalami perkembangan yaitu dengan menggunakan rasio CAMELS (Capital, Asset, Management, Earning, dan Liquidity, Sensitivity to market risk) penilaian ini berdasarkan Peraturan Bank Indonesia nomor
6 6/10/PBI/2004 yang ketentuan pelaksanaanya sesuai Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23.DPNP tanggal 31 Mei 2004. Jika dibandingkan dengan sistem penilaian kesehatan sebelumnya yaitu dengan menggunakan rasio CAMEL, sistem yang berlaku sekarang lebih komprehensif, artinya lebih banyak komponen atau rasio yang dinilai termasuk penambahan komponen baru yaitu sensitivity market to risk (s). Sebagai lembaga keuangan yang juga memiliki risiko dalam pengelolaan dana masyarakat, kepekaan terhadap risiko pasar tidak bisa dipungkiri merupakan prinsip perbankan yang tidak bisa ditawar. Mirdhani (2014:4) mengatakan bahwa penilaian CAMELS bersifat self-assesment yaitu dihitung berdasarkan penilaian internal bank itu sendiri. Dengan kata lain pengukuran tersebut sulit dilakukan karena terkait unsur kerahasiaan bank. Karena keterbatasan data tersebut maka dalam penelitian ini hanya menggunakan metode CAMEL. Berdasarkan uraian permasalahan yang ada maka akan dilakukan penelitian tentang merger pada bank dari sisi kesehatan bank dengan judul: PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN SEBELUM DAN SESUDAH MERGER SERTA PENILAIAN KONDISI KESEHATAN PADA PT. BANK OCBC NISP Tbk. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan agar lebih mudah dipahami dan sistematis maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan PT. Bank OCBC NISP Tbk sesudah merger yang diukur dengan rasio CAR?
7 2. Apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan PT. Bank OCBC NISP Tbk sesudah merger yang diukur dengan rasio KAP? 3. Apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan PT. Bank OCBC NISP Tbk sesudah merger yang diukur dengan rasio NPM? 4. Apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan PT. Bank OCBC NISP Tbk sesudah merger yang diukur dengan rasio ROA? 5. Apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan PT. Bank OCBC NISP Tbk sesudah merger yang diukur dengan rasio BOPO? 6. Apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan PT. Bank OCBC NISP Tbk sesudah merger yang diukur dengan rasio LDR? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini dengan berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan PT. Bank OCBC NISP Tbk sesudah merger yang diukur dengan rasio CAR. 2. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan PT. Bank OCBC NISP Tbk sesudah merger yang diukur dengan rasio KAP. 3. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan PT. Bank OCBC NISP Tbk sesudah merger yang diukur dengan rasio NPM.
8 4. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan PT. Bank OCBC NISP Tbk sesudah merger yang diukur dengan rasio ROA. 5. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan PT. Bank OCBC NISP Tbk sesudah merger yang diukur dengan rasio BOPO. 6. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan PT. Bank OCBC NISP Tbk sesudah merger yang diukur dengan rasio LDR. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dengan adanya penelitian ini antara lain: a. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan sebagai bahan pertimbangan serta memperdalam ilmu manajemen keuangan khususnya mengenai merger dengan cara mengamati dan menganalisa permasalahan yang ada pada dunia perbankan di Indonesia. b. Kontribusi Teoritis Dapat memberikan masukan kepada pihak manjemen atau pemilik guna menentukan langkah yang lebih tepat dan akurat dalam meningkatkan kinerja keuangan perusahaan
9 c. Kontribusi Kebijakan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan perbandingan dalam menambah pengetahuan serta bahan informasi untuk para peneliti selanjutnya guna penyempurnaan sistem tersebut. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Agar pembahasan tidak menyimpang dari yang diharapkan, maka permasalahan dibatasi pada : 1. Penelitian ini hanya sebatas bank yang melakukan merger karena peraturan Bank Indonesia mengenai kebijakan kepemilikan tunggal (single presence policy) pada tahun 2011 yaitu PT. Bank OCBC NISP Tbk. 2. Data yang digunakan, yaitu laporan keuangan (neraca, laporan rugi laba, laporan kewajiban penyediaan modal minimun, laporan kualitas aktiva produktif) pada PT. Bank OCBC NISP periode 2007-2015. 3. Penelitian ini hanya menggunakan metode CAMEL. 4. Mengingat data yang diperoleh mengenai bank kurang lengkap, maka peneliti membatasi pada aspek Capital, Management, Assets, Earning, dan Liquidity