BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tubuh manusia dilengkapi dengan sederetan mekanisme pertahanan yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sistem imun dapat dibagi menjadi sistem imun alamiah atau non spesifik

BAB I PENDAHULUAN. patogen di lingkungan, seperti bakteri, virus, jamur, dan parasit yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan di sekitar manusia mengandung berbagai jenis unsur patogen,

BAB I PENDAHULUAN. Sistem imunitas didalam tubuh manusia merupakan satu kesatuan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sistem imunitas merupakan mekanisme pertahanan tubuh dimana sel,

BAB I PENDAHULUAN. benda asing dan patogen di lingkungan hidup sekitar seperti bakteri, virus, fungus

Mekanisme Pertahanan Tubuh. Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS

CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI

SISTEM IMUN. Pengantar Biopsikologi KUL VII

BAB II KOMPONEN YANG TERLIBAT DALAM SISTEM STEM IMUN

IMUNITAS HUMORAL DAN SELULER

SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH)

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 2 TERMINOLOGI SITOKIN. Sitokin merupakan protein-protein kecil sebagai mediator dan pengatur

BAB V PEMBAHASAN. fagositosis makrofag pada kelompok perlakuan (diberi ekstrak daun salam)

SEL SISTEM IMUN SPESIFIK

FISIOLOGI SISTEM PERTAHANAN TUBUH. TUTI NURAINI, SKp., M.Biomed

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan reaksi lokal jaringan terhadap infeksi atau cedera dan melibatkan lebih banyak mediator

FIRST LINE DEFENCE MECHANISM

Immunology Pattern in Infant Born with Small for Gestational Age

7.2 CIRI UMUM SITOKIN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyerang banyak orang sehingga menimbulkan wabah. Demam

SISTEM IMUN. ORGAN LIMFATIK PRIMER. ORGAN LIMFATIK SEKUNDER. LIMPA NODUS LIMFA TONSIL. SUMSUM TULANG BELAKANG KELENJAR TIMUS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. jenis teripang yang berasal dari Pantai Timur Surabaya (Paracaudina australis,

BAB VI PEMBAHASAN. Mencit Balb/C yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari. Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah

2 Sebutkan macam-macam klas sel limfosit dan apa fungsi dasar masingmasing limfosit tersebut

TEORI SISTEM IMUN - SMA KELAS XI SISTEM IMUN PENDAHULUAN

Sistem Imun. Leukosit mrpkn sel imun utama (disamping sel plasma, 3. Mengenali dan menghilangkan sel yang abnormal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Sistem Imun. Organ limfatik primer. Organ limfatik sekunder. Limpa Nodus limfa Tonsil. Sumsum tulang belakang Kelenjar timus

IMUNOLOGI DASAR. Sistem pertahanan tubuh terbagi atas : Sistem imun nonspesifik ( natural / innate ) Sistem imun spesifik ( adaptive / acquired

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Tumbuhan Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa)

SOAL UTS IMUNOLOGI 1 MARET 2008 FARMASI BAHAN ALAM ANGKATAN 2006

Respon imun adaptif : Respon humoral

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. secara empiris dapat mengobati berbagai macam penyakit. Tumbuh subur pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan dan manfaat tanaman mahkota dewa. Sistematika tanaman mahkota dewa adalah sebagai berikut:

PATOGENESIS DAN RESPON IMUN TERHADAP INFEKSI VIRUS. Dr. CUT ASMAUL HUSNA, M.Si

Imunisasi: Apa dan Mengapa?

DASAR-DASAR IMUNOBIOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

REAKSI ANTIGEN-ANTIBODI DAN KAITANNYA DENGAN PRINSIP DASAR IMUNISASI. Oleh : Rini Rinelly, (B8A)

BAB 1 PENDAHULUAN. menurut World Health Organization (WHO), sekitar 65% dari penduduk negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. digunakan sebagai alternatif pengobatan seperti kunyit, temulawak, daun sirih,

Sistem Imun BIO 3 A. PENDAHULUAN SISTEM IMUN. materi78.co.nr

RESPON PERTAHANAN TERHADAP MIKROBIA PATOGEN

PENGETAHUAN DASAR. Dr. Ariyati Yosi,

BAB I PENDAHULUAN. benda tajam ataupun tumpul yang bisa juga disebabkan oleh zat kimia, perubahan

Tahapan Respon Sistem Imun Respon Imune Innate Respon Imunitas Spesifik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH PEMBERIAN SIMUNOX DOSIS BERTINGKAT TERHADAP PROLIFERASI LIMFOSIT PADA MENCIT SWISS ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Gambar: Struktur Antibodi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tubuh yaitu terjadinya kerusakan jaringan tubuh sendiri (Subowo, 2009).

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB PENDAHULUAN 1.1. Kedudukan dan Reran Imunologi dalam Ilmu Kefarmasian Imunologi imunitas alami dan imunitas perolehan.

Tuberkulosis merupakan penyakit yang telah lama ada. Tetap menjadi perhatian dunia Penyebab kematian kedua pada penyakit infeksi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Migrasi Lekosit dan Inflamasi

Imunologi Agung Dwi Wahyu Widodo

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS

BAB I PENDAHULUAN. menolak dan tidak tahan terhadap zat-zat yang sebenarnya tidak berbahaya

SISTEM PERTAHANAN TUBUH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ketika tubuh terpajan oleh suatu antigen atau benda asing,

BAB 5 PEMBAHASAN. Mencit yang digunakan dalam penelitian diperoleh dari Laboratorium

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENGARUH PEMBERIAN SIMUNOX TERHADAP JUMLAH LIMFOSIT T PERIFER PADA MANUSIA SEHAT ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KONSEP DASAR IMUNOLOGI

PENGARUH PEMBERIAN SIMUNOX DOSIS BERTINGKAT TERHADAP KADAR REACTIVE OXYGENT INTERMEDIATE (ROI) PADA MENCIT SWISS ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan pembedahan ekstremitas bawah,dapat menimbulkan respons,

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) masih menjadi salah satu masalah kesehatan dunia,

BAB 1 PENDAHULUAN. Rinitis alergi adalah gangguan fungsi hidung akibat inflamasi mukosa hidung yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Inflamasi atau yang lebih dikenal dengan sebutan radang yang merupakan respon perlindungan setempat yang

ACQUIRED IMMUNE DEFICIENCY SYNDROME ZUHRIAL ZUBIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

MEKANISME RESPON IMUN TERHADAP KANKER PAYUDARA

PENGARUH PEMBERIAN TIGA JENIS KOMBINASI HERBAL A, B DAN C TERHADAP INDEKS FAGOSITOSIS MAKROFAG DAN PRODUKSI ROI PADA MENCIT BALB/C

BAB I PENDAHULUAN. infeksi setelah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut). Berdasarkan hasil Survei

HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan histopatologi pada timus

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Histopatologi Bursa Fabricius

BAB I PENDAHULUAN. Seiring proses penuaan mengakibatkan tubuh rentan terhadap penyakit. Integritas

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

MATURASI SEL LIMFOSIT

BAB 1 PENDAHULUAN. Aspirin adalah golongan Obat Anti Inflamasi Non-Steroid (OAINS), yang

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan agen penyebab Acquired

Banyak penyakit yang dihadapi para klinisi disebabkan karena respons inflamasi yang tidak terkendali. Kerusakan sendi pada arthritis rheumatoid,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. obat-obatan kimiawi. Dewasa ini, pemberian agen kemoterapi masih menjadi

serta terlibat dalam metabolisme energi dan sintesis protein (Wester, 1987; Saris et al., 2000). Dalam studi epidemiologi besar, menunjukkan bahwa

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Imun Tubuh manusia dilengkapi dengan sederetan mekanisme pertahanan yang bekerja untuk mencegah masuk dan menyebarnya agen infeksi yang disebut sebagai sistem imun. 7 Sistem imun diperlukan tubuh untuk mempertahankan keutuhannya terhadap bahaya yang dapat ditimbulkan berbagai bahan dalam lingkungan hidup. Sistem imun dapat dibagi menjadi sistem imun alamiah atau non spesifik (natural/innate/native) dan didapat atau spesifik (adaptive/acquired). 3 Respon imun diperantarai oleh berbagai sel dan molekul larut yang disekresi oleh sel-sel tersebut. Sel-sel utama yang terlibat dalam reaksi imun adalah limfosit (sel B, sel T, dan sel NK), fagosit (neutrofil,eosinofil, monosit, dan makrofag), sel asesori (basofil,sel mast, dan trombosit), sel-sel jaringan, dan lainlain. Bahan larut yang disekresi dapat berupa antibodi, komplemen, mediator radang, dan sitokin. Walaupun bukan merupakan bagian utama dari respon imun, sel-sel lain dalam jaringan juga dapat berperan serta dengan memberi isyarat pada limfosit atau berespons terhadap sitokin yang dilepaskan oleh limfosit dan makrofag. 7 7

8 2.1.1 Sistem Imun non Spesifik Imunitas non spesifik fisiologik berupa komponen normal tubuh, selalu ditemukan pada individu sehat dan siap mencegah mikroba masuk tubuh dan dengan cepat menyingkirkannya. Semua mekanisme pertahanan ini merupakan bawaan (innate), artinya pertahanan tersebut secara alamiah ada dan tidak adanya pengaruh secara intrinsik oleh kontak dengan agen infeksi sebelumnya. Mekanisme pertahanan ini berperan sebagai garis pertahanan pertama dan penghambat kebanyakan patogen potensial sebelum menjadi infeksi yang tampak. 7 1) Pertahanan fisik/mekanik Kulit, selaput lendir, silia saluran napas, batuk dan bersin, merupakan garis pertahanan terdepan terhadap infeksi. 2) Pertahanan biokimia ph asam keringat, sekresi sebaseus, berbagai asam lemak yang dilepas kulit, lizosim dalam keringat, air mata, dan air susu ibu, enzim saliva, asam lambung, enzim proteolitik, antibodi, dan empedu dalam usus halus, mukosa saluran nafas, gerakan silia. 3) Pertahanan humoral Pertahanan humoral terdiri dari komplemen, protein fase akut, mediator asal fosfolipid, sitokin IL-1, IL-6, TNF-α. Komplemen terdiri atas sejumlah besar protein yang bila diaktifkan akan memberikan proteksi terhadap infeksi dan berperan dalam respons inflamasi. Komplemen berperan sebagai opsonin yang

9 meningkatkan fagositosis, sebagai faktor kemotaktik dan juga menimbulkan destruksi/lisis bakteri dan parasit. Protein fase akut terdiri dari CRP, lektin, dan protein fase akut lain α1- antitripsin, amyloid serum A, haptoglobin, C9, faktor B dan fibrinogen. Mediator asal fosfolipid diperlukan untuk produksi prostaglandin dan leukotrien. Keduanya meningkatkan respons inflamasi melalui peningkatan permeabilitas vaskular dan vasodilatasi. 4) Pertahanan seluler Fagosit, sel NK, sel mast, dan eosinofil berperan dalam sistem imun non spesifik seluler. Sel-sel imun tersebut dapat ditemukan dalam sirkulasi atau jaringan. Contoh sel yang dapat ditemukan dalam sirkulasi adalah neutrofil, eosinofil, basofil, monosit, sel T, sel B, sel NK, sel darah merah, dan trombosit. Contoh sel-sel dalam jaringan adalah eosinofil, sel mast, makrofag, sel T, sel plasma, dan sel NK. 8 2.1.2 Sistem Imun Spesifik Sistem pertahanan ini sangat efektif dalam memberantas infeksi serta mengingat agen infeksi tertentu sehingga dapat mencegah terjadinya penyakit di kemudian hari. Sistem imun spesifik terdiri atas sistem humoral dan sistem seluler. 3 1) Sistem imun spesifik humoral Pemeran utama dalam sistem imun spesifik humoral adalah limfosit B atau sel B. Sel B yang dirangsang oleh benda asing akan berproliferasi,

10 berdiferensiasi, dan berkembang menjadi sel plasma yang memproduksi antibodi. Fungsi utama antibodi ialah pertahanan terhadap infeksi ekstraseluler, virus, dan bakteri serta menetralkan toksinnya. 3 2) Sistem imun seluler Limfosit T atau sel T berperan pada sistem imun spesifik seluler. Sel T terdiri atas beberapa subset sel dengan fungsi yang berlainan yaitu sel CD4 + (Th1, Th2), CD8 + atau CTL atau Tc dan Ts atau sel Tr atau Th3. 3 Fungsi utama sistem imun spesifik seluler ialah pertahanan terhadap bakteri yang hidup intraseluler, virus, jamur, parasit, dan keganasan. Sel CD4 + mengaktifkan sel Th1 yang selanjutnya mengaktifkan makrofag untuk menghancurkan mikroba. Sel CD8 + memusnahkan sel terinfeksi. 9 Th1 memproduksi IL-2 dan IFN-γ. Th2 memproduksi IL-4 dan IL-5. 10 Treg yang dibentuk dari timosit di timus mengekspresikan dan melepas TGF-β dan IL-10 yang diduga merupakan petanda supresif. IL-10 menekan fungsi Antigen Presenting Cell dan aktivasi makrofag sedang TGF-β menekan proliferasi sel T dan aktivasi makrofag. 3 2.2 Sel T Progenitor asal sumsum tulang yang bermigrasi ke timus berdiferensiasi menjadi sel T. Sel T merupakan imunitas selular yang berperan pada sistem imun spesifik. Sel T terdiri atas sel CD4 +, CD8 +, sel T naif, NKT, dan Tr/Treg/Ts/Th3. Sel T naif yang yang terpajan dengan kompleks antigen MHC dan

11 dipresentasikan APC atau rangsangan sitokin spesifik, akan berkembang menjadi subset sel T berupa CD4 + dan CD8 + dengan fungsi efektor yang berlainan. Dari timus, sel T naif dibawa darah ke organ limfoid perifer. 3 Sel naif yang terpajan dengan antigen akan bekembang menjadi sel Th0 yang dipengaruhi oleh mekanisme autokrin dari IL-2 untuk berproliferasi yang akan berdiferensiasi menjadi Th1 dan Th2. 8 Sel efektor Th1 yang berperan pada infeksi dan Th2 yang berperan pada alergi. 3 2.2.1 Sel Th1 Diferensiasi Th1 terutama dipacu oleh sitokin IL-12 dan IFN-γ dan terjadi sebagai respon terhadap mikroba yang mengaktifkan sel dendritik, makrofag, dan sel NK. 9 Proses diferensiasi Th1 melibatkan reseptor sel T, IL-2 dan T-bet, STAT1, STAT4 sebagai faktor transkripsi. 8 IL-12 yang dilepas makrofag dan sel dendritik menginduksi perkembangan Th1 melalui jalur yang STAT4 dependen. Faktor transkripsi T-bet yang diproduksi sebagai respons terhadap IFN-γ meningkatkan respons Th1. 3 Sitokin terpenting yang dihasilkan sel Th1 pada fase efektor adalah IFN-γ. IFN-γ akan memacu aktifitas pembunuhan mikroba sel-sel fagosit dengan meningkatkan destruksi intrasel pada mikroba yang difagositosis. Fungsi pokok efektor Th1 adalah sebagai pertahanan infeksi dimana proses fagositosis sangat diperlukan. Th1 juga mengeluarkan IL-2 yang berfungsi sebagai faktor pertumbuhan autokrin dan memacu proliferasi dan diferensiasi sel T CD8 +. Jadi Th1 berfungsi sebagai pembantu (helper) untuk pertumbuhan sel limfosit T sitotoksik yang juga meningkatkan imunitas terhadap mikroba intrasel. Sel-sel Th1 memproduksi LT yang meningkatkan pengambilan dan aktifasi

12 neutrofil. 11 Fungsi utama Th1 sebagai pertahanan dalam melawan infeksi terutama oleh mikroba intraseluler, mekanisme efektor ini terjadi melalui aktivasi makrofag, sel B, dan sel neutrofil. 3 2.2.2 Sel Th2 Gambar 1. Fungsi Sel-sel Th1 8 Atas pengaruh sitokin IL-4, IL-5, IL-10, IL-13 yang dilepas sel mast yang terpajan dengan antigen, Th0 berkembang menjadi sel Th2 yang merangsang sel B untuk meningkatkan produksi antibodi. 3 Diferensiasi Th2 muncul sebagai respon terhadap alergi dan parasit, melibatkan reseptor sel T, IL-4, faktor transkripsi GATA-3 dan STAT6. IL-4 menstimulasi produksi IgE yang berfungsi dalam opsonisasi parasit. 8 Sehingga Th2 adalah mediator untuk reaksi alergi dan pertahanan infeksi terhadap parasit. Th2 juga memproduksi sitokin seperti IL-4, IL-13, dan IL-10 yang bersifat antagonis terhadap IFN-γ dan menekan aktivasi

13 makrofag. Jadi Th2 kemungkinan berfungsi sebagai regulator fisiologis pada respon imun dengan menghambat efek yang mungkin membahayakan dari respon Th1. Pertumbuhan yang berlebihan dan tak terkontrol dari Th2 berhubungan dengan berkurangnya imunitas seluler terhadap infeksi mikroba intraseluler. 12 Pada beberapa kondisi, seperti infeksi cacing, IL-4 yang diproduksi sel mast dibawa ke organ limfoid dan eosinofil, yang ikut terlibat dalam perkembangan Th2. Kemungkinan lain adalah antigen yang menstimulasi sel CD4 + mensekresi sejumlah kecil IL-4 dari aktivasi awal sel tersebut. Jika antigen tetap ada dan dengan konsentrasi yang tinggi, maka konsentrasi lokal IL-4 berangsur-angsur akan meningkat. Jika antigen tidak memicu inflamasi dengan disertai produksi IL-12, maka akan menghasilkan peningkatan diferensiasi sel ke subset Th2. Apabila sel Th2 telah berkembang, maka IL-4 akan memperkuat reaksi dan menghambat perkembangan sel Th1 dan sel Th17. 9 Gambar 2. Fungsi Sel-sel Th2 9

14 2.3 IFN- IFN-γ merupakan sitokin utama MAC dan berperan terutama dalam imunitas non spesifik dan spesifik selular. 3 IFN-γ disebut interferon tipe II yang diproduksi oleh sel Th1 dan sel NK. 1,3 IFN-γ merupakan aktivator utama makrofag. Aktifitas ini mengaktifkan makrofag untuk melawan patogen intraseluler yang invasif. 10 IFN-γ secara langsung menginduksi sintesis enzim yang berperan pada respiratory burst, sehingga makrofag dapat membunuh mikroba yang ditelannya. IFN-γ meningkatkan reseptor untuk IgG (FcγRI) pada permukaan makrofag sehingga disebut MAC. 2 Fungsi IFN-γ yang lain dalam mengatur respons imun yaitu : 3,8 1. IFN-γ meningkatkan diferensiasi sel CD4 + naif ke subset sel Th1 dan mencegah proliferasi sel Th2 dan merangsang sel B untuk meningkatkan class switching untuk menghasilkan IgG2a dan IgG3, tetapi menghambat class switching yang menghasilkan IgG1 dan IgGE. 2. IFN-γ meningkatkan ekspresi molekul MHC kelas I, dan juga ekspresi MHC kelas II pada beberapa jenis sel. Dengan demikian, IFN-γ berperan penting pada fase pengenalan respons imun. 3. Mengaktivasi neutrofil. 4. Merupakan aktivator sel endotel, meningkatkan adhesi sel T CD4 + dan perubahan morfologik yang memudahkan ekstravasasi limfosit. 5. Bersama dengan IL-2, IFN-γ merupakan aktivator CTL. 13

15 Dampak akhir dari semua aktivitas tersebut adalah meningkatnya reaksi inflamasi yang penuh dengan makrofag, dan menghambat reaksi eosinofil yang bergantung pada IgE. 8 Dengan demikian IFN-γ mempunyai peran sentral pada pertahanan tubuh terhadap infeksi kuman dan parasit intrasel, virus serta jamur. 4 2.4 TNF- TNF- merupakan salah satu sitokin dalam mediator natural sistem imun tubuh. TNF adalah mediator utama dalam respon inflamasi, terutama terhadap bakteri Gram negatif, dan juga berperan penting untuk berbagai patologi atau penyakit imun yang lain. TNF- diekskresikan terutama oleh makrofag/monosit, sel dendrit, dan sel T. Sel T dan Sel NK jika teraktivasi akan sensekresikan TNF pula. Secara struktural dan fungsional, terdapat dua bentuk TNF yaitu TNF- dan TNF- atau limfotoksin. 9 Efek lokal dari pelepasan TNF antara lain membunuh target cells, meregulasi adesi dari molekul-molekul untuk migrasi sel, mengaktifkan neutrofil dan makrofag untuk membunuh mikroba dan patogen lain, menstimulasi pelepasan sitokin lainnya (IL-1, IL-6, dan TNF), dan meningkatkan molekul MHC kelas I untuk meningkatan presentasi dai peptide patogen. Oleh karena itu, pelepasan sistemik TNF- memegang peranan penting dalam proses inflamasi. 9

16 2.5 Komposisi Kombinasi Herbal Tabel 2. Kombinasi herbal A, herbal B, dan herbal C 5 Herbal A 5.67g Herbal B 5.67g Herbal C 5.67g Oryza sativa 20% 1.134g Oryza sativa 25% Oryza sativa 19% (Beras) (Beras) (Beras) Foeniculli fructus (Adas) 10% 0.567g Foeniculli fructus (Adas) 10% Foeniculli fructus 8% Isorae fructus (Kayu ulet) Caryophylli folium (Cengkeh) Menthae arvensitis Herba (poko) Zingiberis rhizoma (Jahe) Amomi fructus (Kapulogo) Myristicae semen (Pala) Burmanni cortex (Manis jangan) Usneae thallus (Kayu angin) Centellae herba (Pegagan) Parkiae semen (kedawung) Mel depuratum (Madu) dan Bahan lain 10% 0.567g Isorae fructus (Kayu ulet) 10% 0.567g Caryophylli flos (Cengkeh) 10% 0.567g Menthae arvensitis Herba (poko) 10% 0.567g Zingiberis rhizoma (Jahe) 5% 0.2835g Amomi fructus (Kapulogo) 5% 0.2835g Myristicae semen (Pala) 5% 0.2835g Burmanni cortex (Manis jangan) 5% 0.2835g Usneae thallus (Kayu angin) 5% 0.2835g Baeckeae folium (Jungrahap) 5% 0.2835g Ad 18.9g Mel depuratum (Madu) dan Bahan lain (Adas) 10% Isorae fructus (Kayu ulet) 10% Caryophylli flos (Cengkeh) 10% Menthae arvensitis Herba (poko) 10% Zingiberis rhizoma (Jahe) 5% Amomi fructus (Kapulogo) 5% Myristicae semen (Pala) 5% Burmanni cortex (Manis jangan) 5% Usneae thallus (Kayu angin) 5% Baeckeae folium (Jungrahap) Ad 18.9g Mel depuratum (Madu) dan Bahan lain 8% 8% 8% 8% 4% 4% 4% 4% 25% Ad 18.9g

17 2.5.1 Foeniculi fructus Buah adas (Foeniculli fructus) mengandung fitosterol, klorofil, asam hidroksikarboksilat, saponin, flobatanin, dan minyak atsiri yang berfungsi sebagai antipiretika (penurun panas). Bahan aktif yang juga terkandung didalamnya adalah Anethol dan Fitosterol yang juga dapat berperan sebagai antispasmodik (anti kejang) dan sekretolitik (peluruh dahak) dengan meningkatkan transport mukosilier yang efektif untuk mengatasi batuk produktif. 5,14 2.5.2 Isorae fructus Isorae fructus memiliki nama lain kayu ules atau buah puteran. Mengandung bahan aktif tanin yang berkhasiat sebagai antipiretik (penurun panas), anti spasmodik dan stomakik (menguatkan pencernaan dan meningkatkan nafsu makan). 5,14 2.5.3 Oryza sativa Oryza sativa atau beras merupakan makanan pokok orang Asia terutama Indonesia. Oryza sativa memiliki fungsi sebagai adsorben logam berat. 14 2.5.4 Caryophylli folium Daun cengkeh atau Caryophylli folium mengandung eugenol yang berfunsi sebagai karminatif (peluruh angina), stomakik (pembangkit nafsu makan), tonik,

18 antibiotic yang nyata, menyembuhkan ulces perut, dan antiemetic (menghilangkan rasa mual dan rasa ingin muntah). 14 2.5.5 Menthae arvensitis Herba Menthae arvensitis Herba atau daun mint mengandung bahan aktif menthol dan menthon yang berfungsi sebagai spasmolitik, karminatif (peluruh angin), antiemetik (menghilangkan rasa mual dan muntah), antipiretik, dan stimulan. 14 2.5.6 Zingiberis rhizoma Zingiberis rhizome atau jahe mengandung zat aktif gingerol, sogaol, dan zingiberol. Fungsi jahe adalah anti emetic (anti muntah), meningkatkan motilitas gastrointestinal, antiinflamasi, dan menghambat terjadinya tukak lambung. 14 2.5.7 Amomi fructus Amomi fructus atau Kapulogo mengandung bahan aktif sineol yang berfungsi sebagai antibakterial dan virustatik. 14 2.5.8 Myristicae semen Miristin dan safrol yang terkandung didalam Myristicae semen atau biji pala berfungsi sebagai karminatif (peluruh angin), spasmolitik (antikejang), stomakik (pembangkit nafsu makan) dan sedatif. 5,14

19 2.5.9 Burmanni cortex Burmanni cortex atau kayu manis mengandung sinamaldehid, kumarin, dan eugenol yang berfungsi sebagai antibakterial, antifungal, karminatif, anti spasmodik dan stomakik. 5,14 2.5.10 Centellae herba Centellae herba atau pegagan mengandung asiatikosid dan madekasosid untuk mengatasi tukak lambung, antipiretik, dan diaforetik (peluruh keringat). 5,14 2.5.11 Parkiae semen Parkiae semen atau kedawung mengandung tanin dan glukosa yang berfungsi sebagai antimikrobial, karminatif, stomakik dan tonik. 14 2.5.12 Usneae thallus Usneae thallus atau kayu angin mengandung asam usnat yang berfungsi sebagai antibakterial, antifungal, karminatif dan antispasmodik. 5,14 2.5.13 Imperetae radix Imperetae radix atau alang-alang mengandung flavonoid, stigmaterol, dan skopolin yang berfungsi sebagai diuretic (peluruh kencing), pembersih darah, penambah nafsu makan, dan antiinflamasi. 5,14

20 2.5.14 Baeckeae folium Baeckeae folium atau jungrahap merupakan famili Myrtaceae. Baeckeae folium mengandung minyak esensial, sesquiterpene, phloroglucinol, flavanone, flavonol, chromone, sterol, chromanone, fenkhol, glikosida tannin, dan baekeol. Flavonoid total telah diteliti merupakan komponen bioaktif yang menunjukan efek signifikan sebagai antiinflamasi, meningkatkan aktivitas antioksidan dari superoxide dismutase dan glutathione peroxidase, dan berperan dalam aktivitas cytotoxic. Fungsi lainnya yaitu untuk mencegah arteriosklerosis, mengatasi datang bulan tidak teratur, masuk angina, analgesik, antispasmodik, tonik, dan diuretik. Daun dan bunganya dapat digunakan sebagai teh untuk minuman penyegar. 14,15,16,17,18,19 2.5.15 Oleum mentha piperita Oleum mentha piperita atau peppermint oil mengandung zat aktif acetalhyde, asam isovalerik, dan menthol yang berfungsi sebagai radioprotektif pada pasien yang menjalani pengobatan kanker. Aroma dari peppermint telah diteliti dapat meningkatkan memori dan kewaspadaan. 14,20 2.5.16 Mel depuratum Mel depuratum atau madu mengandung zat aktif berupa gula, protein, asam amino, vitamin dan mineral yang mempunyai sifat farmakologis yaitu untuk mengembalikan stamina dan mengembalikan kesegaran tubuh. 5,14

21 2.6 Kerangka teori Kombinasi Herbal A Kombinasi Herbal B Kombinasi Herbal C Sistem imunitas Jumlah Sel T Jumlah Sel Th2 Aktivitas Sel NK Kadar IFN-γ Jumlah Sel Th1 Kadar TNF- Kadar IL-4 Proliferasi Sel B Aktivitas Neutrofil Aktivitas Makrofag Produksi IgG & IgE 2.7 Kerangka konsep Gambar 3. Kerangka teori Kombinasi Herbal Kapasitas Produksi IFN-γ A, B, C Kapasitas Produksi TNF- Gambar 4. Kerangka Konsep

22 2.8 Hipotesis 1) Terdapat perbedaan pengaruh pemberian 3 jenis kombinasi herbal A, B dan C terhadap kapasitas produksi IFN-γ pada mencit BALB/c. 2) Terdapat perbedaan pengaruh pemberian 3 jenis kombinasi herbal A, B dan C terhadap kapasitas produksi TNF- pada mencit BALB/c.