BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Teori Portofolio ANALISIS TEKNIKAL. 1

BAB I PENDAHULUAN. ketika berinvestasi, para investor akan melihat apakah perusahaan yang akan ia

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan ekonomi adalah salah satu aspek penting di dalam suatu negara dalam

BAB V KESIMPULAN. A. Kesimpulan. B. Implikasi Teoritis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ASUMSI-ASUMSI DASAR ANALISIS TEKNIKAL KEUNTUNGAN DAN KRITIK TERHADAP

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai jenis instrumen investasi yang berada di pasar modal berbentuk financial

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Hanafi (2008), pasar modal adalah pasar keuangan di mana

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Price limit..., Eko Prasetyo, FE UI, 2009.

II. TINJAUAN PUSTAKA Pasar Modal

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dituntut dan harus mampu bersaing untuk mempertahankan atau

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V SIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN. mengetahui tingkat keakuratan analisis fundamental dan analisis teknikal,

Definisi dan asumsi dasar analisa teknikal Tipe grafik dan penggunaannya Konsep indikator dan oscillator

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Investasi merupakan penempatan sejumlah dana pada periode waktu tertentu

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini perekonomian di seluruh dunia sedang mengalami peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh para investor. Pesatnya perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. khususnya penduduk di Indonesia. Pemutusan Hubungan Kerja bahkan mulai

Analisis Teknikal Menggunakan Grafik Candlestick Untuk Menentukan Daerah Beli dan Jual Pada Treding Saham PT. Unilever Indonesia, Tbk

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya negara di dunia ini memiliki pasar modal (capital market).

BAB I PENDAHULUAN UKDW. mendukung efficient market hypothesis, meskipun masih ada pelaku pasar

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia sebenarnya, hampir semua investasi mengandung unsur

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Saham Pengertian Saham Jenis-Jenis Saham

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal adalah tempat yang mempertemukan pihak yang membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. kesejateraan pemegang saham (Jensen, 2001). Sedangkan tujuan utama

BAB 1 PENDAHULUAN. atau perusahaan. Pasar saham adalah instrumen bisnis trading jangka pendek dan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang menjadi perusahaan yang lebih besar sehingga dapat menghasilkan

Bab I. Pendahuluan. saham selalu mengalami fluktuasi, naik dan turun dari satu waktu ke

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan investor serta mendapatkan kehidupan yang layak di

BAB I PENDAHULUAN. informasi mengenai corporate action. Corporate action adalah aktivitas emiten

BAB I PENDAHULUAN. bisa diperjualbelikan dalam bentuk surat hutang (obligasi), ekuiti (saham), reksadana dan

Buletin Compiled by

BAB I PENDAHULUAN. dasawarsa terakhir. Selama periode 2005 hingga 2015, rata-rata pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. suatu Negara dapat dilihat dan diukur melalui berbagai cara, salah satunya dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. dana. Menurut Fahmi dan Hadi (2009:41), pasar modal (capital market) adalah

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam melakukan perdagangan saham, diperlukan analisis untuk memprediksi

PENGARUH PENGUMUMAN DIVIDEN TERHADAP ABNORMAL RETURN SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA DENGAN MEMPERHATIKAN UKURAN PERUSAHAAN PERIODE

BAB 1 PENDAHULUAN. membuat dunia usaha menjadi lebih kompetitif. Sehingga dengan adanya

BAB 1 PENDAHULAN. Menurut Bursa Efek Indonesia (BEI), pasar modal (capital market)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh laba atas usaha yang dijalankannya dan menjaga kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. dan menganalisis informasi yang ada. Informasi yang belum tersaring sering

BAB I PENDAHULUAN. harga pasar. Salah-satu karakteristik utama pasar modal yang efisien

BAB I PENDAHULUAN. Investasi dalam jangka pendek biasanya memiliki risiko yang lebih tinggi

TEORI INVESTASI DAN PORTFOLIO MATERI 12.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar Modal sebagai instrumen ekonomi menjadi pilar penting bagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saham juga berarti sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seorang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaannya. Bagi perusahaan yang sudah go public, nilai perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. melakukan investasi dari mulai dengan memiliki emas, obligasi, property,

BAB III METODE PENELITIAN. keuangan yang diperlukan, data ini diperlukan untuk penganalisisan secara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada umumnya hampir semua investasi mengandung unsur ketidakpastian

MATERI 11 ANALISIS TEKNIKAL. Prof. DR. DEDEN MULYANA, SE., M.Si.

MATERI 7 EFISIENSI PASAR

ANALISIS RSI DAN BOLLINGER BANDS PADA SAHAM PT INDOFOOD SUKSES MAKMUR TBK PERIODE JANUARI MARET 2008 ABSTRAK

Fundamental Vs Technikal Psikologi Trading Scalper,Swinger,Investor. Chart Asumsi dalam Technical Analysis Support & Resistance Penentuan Trend

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pasar modal pada hakekatnya adalah pasar yang tidak berbeda jauh dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. Emas merupakan suatu barang yang sangat berharga karena mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. dana yang bersumber dari masyarakat ke dalam berbagai sektor usaha. Dalam

EFISIENSI PASAR EFISIENSI PASAR

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kandungan informasi bila publikasi laporan keuangan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal memiliki peran strategis terhadap perekonomian nasional

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. tertentu (Jogiyanto,2003). Investasi ke dalam produksi yang efisien dapat

BAB II LANDASAN TEORI. keuangan yang dikemukakan oleh para pakar ekonomi yang berbeda antara satu. ekonomi dalam memandang manajemen keuangan.

BAB I PENDAHULUAN. tujuan mendapatkan keuntungan di masa yang akan mendatang. Karena

BAB I PENDAHULUAN. modal, para investor saham mengharapkan return dalam bentuk dividen maupun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. di saham memiliki tingkat pengembalian yang lebih tinggi dibanding deposito di

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pasar modal, banyak sekali informasi yang dapat diperoleh investor baik

BAB I PENGANTAR. 1.1.Latar Belakang. Investasi dapat dilakukan dalam bentuk investasi pada aktiva riil (real

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Fenomena berinvestasi dalam bentuk jual-beli saham akhir-akhir ini menjadi topik

BAB I PENDAHULUAN. di masa mendatang (Tandelilin, 2001). Tujuan investor menginvestasikan

I. PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dengan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. panjang seperti saham, obligasi, reksadana, instrumen derivatif dan instrumen

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pasar modal merupakan sarana untuk menghimpun dana yang tersedia di

BAB I PENDAHULUAN. Pasar Modal merupakan merupakan pasar yang melakukan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. usaha selain bank. Di samping itu perkembangan pasar modal juga

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting bagi perekonomian suatu negara. Pengertian pasar modal menurut Undang-undang Pasar Modal no.

BAB I PENDAHULUAN. Teori keuangan tradisional (traditional finance) seperti Efficient Market

BAB I LATAR BELAKANG. Indonesia, tempat perdagangan saham bagi perusahaan yang sudah go public dilakukan di Bursa

BAB I PENDAHULUAN. Dipandang dari sisi perusahaan, dividen merupakan cost atas sumber

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan yang lebih besar. Hal ini erat kaitannya dengan informasi yang

BAB I PENDAHULUAN. pengembalian yang akan diperoleh (expected return) untuk suatu periode tertentu

ANALISIS PERBEDAAN LIKUIDITAS DAN VOLUME PERDAGANGAN SAHAM SEBELUM DAN SESUDAH STOCK SPLIT DI BURSA EFEK INDONESIA

Bab IV PEMBAHASAN. membuat rencana perdagangan (trading plan), tujuannya sebagai dasar acuan penulis

BAB II. Tinjauan Pustaka. memberikan tingkat return yang sesuai dengan tingkat return yang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Pasar modal merupakan

BAB II LANDASAN TEORI, STUDI LITERATUR TERDAHULU DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang membutuhkan dana. Menurut Fahmi dan Hadi (2009:41), pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut, atau pada saat yang sama, investasi portofolio di bursa

BAB I PENDAHULUAN. jangka panjang maupun jangka pendek menawarkan kelebihan dan kekurangan. melakukan jual beli saham di pasar modal.

BAB I PENDAHULUAN. alternatif bagi perusahaan (Lubis, 2006). Dari sudut pandang ekonomi, pasar modal

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Investasi saat ini telah menjadi kegiatan penting di dalam kehidupan masyarakat. Instrumen investasi juga telah beragam jenisnya misalnya properti, deposito, obligasi, reksadana, saham. Saham, sebagai salah satu instrumen investasi yang paling banyak diminati masyarakat, merupakan instrument investasi yang layak untuk dijadikan pilihan dalam keputusan investasi, terutama bagi investor yang mengutamakan aspek likuiditas dari suatu instrument investasi. Saham tergolong likuid karena investor saham dapat dengan mudah menjual sahamnya di pasar modal dan dapat dengan segera memperoleh kembali dana yang diinvestasikannya. Pemegang saham juga dapat melakukan aktifitas transaksi berkali-kali dalam satu hari. Selain likuid, saham menawarkan potensi keuntungan investasi yang relatif lebih besar jika dibandingkan dengan instrumen investasi populer lainnya seperti tabungan dan deposito. Keuntungan investasi yang dapat diperoleh investor saham berasal dari keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham selaku pemilik perusahaan (dividen) dan keuntungan dari selisih perubahan harga pasar dari saham tersebut (capital gain). Pembagian dividen untuk saham-biasa berbeda dengan saham istimewa. Saham biasa memberikan dividen dengan jumlah yang ditentukan berdasarkan keputusan Rapar Umum Pemegang Saham (RUPS) sedangkan saham istimewa memberikan dividen dengan jumlah yang tetap setiap periodenya. Investor saham perlu melakukan analisis dalam membuat suatu keputusan investasi. Secara umum, terdapat dua jenis teknik analisis saham yang telah banyak digunakan oleh para investor yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal. Analisis fundamental merupakan analisis yang berfokus pada nilai intrinsik saham, dilakukan dengan menggunakan informasi-informasi mengenai kinerja perusahaan serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Sedangkan analisis 1

teknikal berfokus pada fenomena-fenomena yang terjadi di pasar modal, dilakukan dengan memanfaatkan data pasar yang kemudian diolah dan diamati polanya untuk menaksir perubahan harga yang akan terjadi selanjutnya. Analisis teknikal banyak dikenal akan kemudahannya sehingga banyak investor, terutama investor yang tidak memiliki dasar pengetahuan ekonomi, tertarik untuk menggunakan teknik analisis ini dibandingkan dengan teknik analisis fundamental. Meskipun demikian, beberapa investor yang memiliki dasar pengetahuan ekonomi dan mampu melakukan analisis fundamental memilih untuk mengombinasikan analisis teknikal dengan analisis fundamental. Terlebih, penggunaan analis teknikal saat ini semakin dimudahkan oleh adanya kemajuan di bidang teknologi dan informasi sehingga data-data dari pasar modal semakin mudah dan cepat diperoleh. Analisis teknikal sangat identik dengan tampilan grafik, oleh karena itu penggunaan analisis teknikal juga dikenal sebagai charting, sedangkan orang yang melakukan analisis teknikal dikenal sebagai chartist. Grafik yang digunakan dalam analisis teknikal menampilkan perubahan harga dari waktu ke waktu. Investor dapat menemukan pola tertentu yang selanjutnya dapat digunakan sebagai isyarat (signal) yang dapat digunakan sebagai dasar untuk membuat keputusan investasi. Ada berbagai jenis tampilan grafik yang sering digunakan dalam analisis teknikal, di antaranya adalah bar chart, candlestick chart, line chart, dan point and figure chart. Bar chart dan candlestick chart menampilkan informasi harga pembukaan, harga penutupan, harga tertinggi, dan harga terendah. Line chart hanya menampilkan satu informasi harga pada satu titik waktu, misalnya harga penutupan saja atau harga pembukaan saja. Sedangkan point and figure chart menggunakan notasi O dan X untuk menunjukkan harga naik dan harga turun. Masing-masing jenis grafik tersebut memerlukan pendekatan yang berbeda-beda dalam penggunaannya sehingga membuat teknik-teknik di dalam analisis teknikal menjadi sangat beragam jenisnya. Beberapa pendekatan atau teknik yang populer antara lain Trend-line, Bollinger Band, Accumulation- 2

Distribution Line, Relative Strength Index, Moving Average, Candlestick, Teknik Kombinasi. Teknik-teknik dalam analisis teknikal pada dasarnya digunakan untuk menemukan keberadaan pola harga tertentu. Pola harga yang terdapat pada jenis grafik candlestick disebut sebagai pola candlestick (candlestick pattern). Analisis teknikal dengan pendekatan pola candlestick dikenal sebagai teknik analisis yang sederhana dan mudah untuk dilakukan sehingga sampai saat ini teknik ini masih banyak digunakan baik murni dalam bentuk teknik analisis yang sederhana atau dikombinasikan dengan teknik analisis yang lain. Pada bentuk analisis yang sederhana investor hanya perlu mengamati pola candlestick untuk memperoleh isyarat untuk membuat keputusan membeli, menjual, atau tidak mengambil tindakan apapun, sedangkan apabila dikombinasikan dengan teknik analisis yang lain investor perlu memastikan bahwa masing-masing teknik memberikan isyarat yang selaras dalam membuat keputusan. Meskipun sederhana, analisis teknikal dengan pendekatan pola candlestick ini banyak diyakini dapat benar-benar memberikan isyarat karena pola candlestick dianggap mampu menggambarkan aspek emosi dan psikologi di balik fenomena-fenomena yang terjadi di pasar modal. Analisis teknikal dengan pola candlestick telah berkembang dan secara luas digunakan untuk mengamati perubahan harga pada berbagai jenis instrumen investasi, tak terkecuali saham. Namun, teknik analisis ini mengundang banyak kritik, terutama dari kalangan akademisi. Konsep-konsep dasar dari teknik analisis ini dianggap tidak cukup masuk akal. Salah satu isu penting mengenai hal tersebut adalah ketidaksesuaian konsep analisis teknikal dengan hipotesis pasar efisien atau EMH (Efficient Market Hypothesis). EMH, sebagaimana dijelaskan dalam Fama (1965), menyatakan bahwa pada pasar yang efisien, harga saham merefleksikan semua informasi yang relevan secara cepat dan sempurna. Informasi yang relevan dalam hal ini adalah informasi-informasi yang berkaitan dengan prospek saham yang bersangkutan. Pasar yang efisien diasumsikan terdiri dari investor rasional yang berkompetisi untuk memaksimalkan keuntungan, yaitu 3

dengan memprediksi nilai saham berdasarkan informasi yang relevan yang dimilikinya. Informasi tersebut diasumsikan tersedia dan dapat diakses oleh semua investor. Kompetisi antar investor menyebabkan penyesuaian harga saham terhadap adanya informasi baru berlangsung secara cepat dan sempurna, artinya semua informasi yang relevan direspon seketika informasi tersebut ada dan selesai pada saat itu juga, sehingga perubahan harga saham pada saat ini merupakan bentuk penyesuaian terhadap informasi yang relevan yang ada pada saat ini sementara perubahan harga yang terjadi pada saat berikutnya merupakan penyesuaian terhadap informasi baru yang relevan. Karakteristik informasi baru yang bersifat acak menyebabkan perubahan harga yang terjadi saat ini dengan perubahan harga berikutnya terjadi secara acak sehingga tidak ada keterkaitan antara perubahan harga saat ini dengan perubahan harga berikutnya. Karakteristik ini menyebabkan pola perubahan harga terjadi secara tidak sistematis sementara pola perubahan harga tersebut merupakan dasar dari penggunaan analisis teknikal. Berdasarkan penjelasan tersebut, dengan demikian analisis teknikal tidak relevan untuk digunakan pada pasar yang efisien. Kebenaran konsep efisiensi pasar tersebut dikonfirmasi oleh Marshall, et al. (2006) yang melakukan penelitian terhadap saham-saham Dow Jones Industrial Average dan berhasil membuktikan bahwa analisis teknikal dengan pendekatan candlestick tidak menguntungkan. Marshall, et al. (2008) juga melakukan penelitian terhadap 100 saham dengan periode penelitian selama 30 tahun di Tokyo Stock Exchange dan menyimpulkan bahwa analisis teknikal dengan pendekatan pola candlestick tidak menguntungkan. Fama (1965) menyatakan adanya kemungkinan bahwa penyesuaian harga sebagai respon investor terhadap adanya informasi baru yang relevan terjadi secara tidak sempurna. Hal ini dapat terjadi apabila informasi tersebut bersifat tidak pasti atau tidak jelas. Ketidakpastian informasi menyebabkan penyesuaian harga saham terjadi secara tidak sempurna, sehingga memerlukan adanya perubahan harga lanjutan. Respon investor terhadap informasi yang tidak pasti yang terjadi secara tidak sempurna serta terjadinya perubahan harga lanjutan 4

menyebabkan proses penyesuaian harga saham terhadap informasi yang tidak pasti akan berlangsung lama atau tidak terjadi secara seketika. Proses penyesuaian yang seharusnya terjadi pada satu titik waktu, misalnya satu hari, akan berlangsung berhari-hari sehingga perubahan harga yang terjadi pada hari-hari berikutnya tidak seutuhnya merupakan bentuk penyesuaian terhadap informasi baru pada hari itu tetapi juga penyesuaian terhadap informasi hari ini yang direspon secara tidak sempurna oleh investor. Hal ini menimbulkan adanya keterkaitan antara perubahan harga saat ini dengan perubahan harga pada saat berikutnya. Asumsi EMH yang menyatakan bahwa perubahan harga dari waktu ke waktu yang sifatnya bebas dan terjadi secara acak dengan demikian tidak berlaku. Pengguna analisis teknikal dapat memanfaatkan adanya keterkaitan antar perubahan harga dari waktu ke waktu untuk mengamati keberadaan pola tertentu sebagai isyarat untuk membuat keputusan. Kondisi ketidakpastian ini dengan demikian lebih mendukung penggunaan analisis teknikal daripada ketika informasi mengenai prospek suatu saham bersifat pasti dan jelas. Analisis teknikal dengan demikian dapat diharapkan akan lebih menguntungkan jika dilakukan pada kondisi ketika informasi yang relevan, yaitu informasi mengenai prospek suatu saham, bersifat tidak pasti daripada ketika informasi tersebut bersifat pasti dan jelas. Secara empiris, hal ini dibuktikan oleh Han, et al. (2013) yang membandingkan penggunaan analisis teknikal pada kelompok saham yang memiliki informasi yang pasti mengenai prospek saham tersebut dengan kelompok saham yang memiliki informasi yang tidak pasti mengenai prospeknya. Han, et al. (2013) menyimpulkan bahwa penggunaan analisis teknikal pada kelompok saham dengan informasi yang tidak pasti lebih menguntungkan dari pada penggunaan pada kelompok saham dengan informasi yang pasti mengenai prospeknya. Han, et al. (2013) menggunakan faktor volatilitas sebagai proksi untuk ketidakpastian informasi. Perubahan harga pada saham yang memiliki informasi yang tidak pasti mengenai prospek saham tersebut akan lebih bergejolak (volatil) daripada perubahan harga pada saham yang memiliki informasi yang pasti 5

mengenai prospeknya. Implikasinya adalah ketidakpastian informasi mengenai prospek suatu saham tertentu akan menimbulkan keputusan-keputusan investasi yang cenderung bersifat spekulatif. Sebagaimana dijelaskan oleh Fama (1965), ketidakpastian informasi menyebabkan terjadinya over-adjustment dan underadjustment. Hal inilah yang menyebabkan penyesuaian harga saham terhadap informasi yang tidak pasti terjadi secara volatil. Volatilitas perubahan harga saham dengan demikian dapat mencerminkan ketidakpastian informasi, sementara sebagaimana dalam penjelasan sebelumnya adanya ketidakpastian informasi lebih mendukung penggunaan analisis teknikal. Penggunaan analisis teknikal pada saham-saham yang volatil dengan demikian akan lebih menguntungkan daripada penggunaan analisis teknikal pada saham-saham yang tidak volatil. Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh faktor volatilitas, sebagai faktor yang mencerminkan ketidakpastian informasi (Han et al., 2013), terhadap return yang dihasilkan dari penggunaan analisis teknikal. Pengujian dilakukan dengan membandingkan return dari kelompok saham yang mempunyai karakteristik tingkat ketidakpastian informasi yang tinggi (volatil) dengan return dari kelompok saham yang mempunyai karakteristik tingkat ketidakpastian informasi yang rendah (tidak volatil), sehingga, dengan demikian dapat diketahui apakah terdapat pengaruh faktor volatilitas terhadap return yang dihasilkan dari penggunaan analisis teknikal. Sebagaimana dalam Caginalp dan Lauren (1998) dan Lu, et al. (2015), return yang dihasilkan dari penggunaan analisis teknikal dengan menggunakan pendekatan pola candlestick diukur berdasarkan skema trading dengan strategi averaging. Hal ini dimaksudkan untuk melihat konsistensi pergerakan harga saham dalam beberapa hari setelah terdapat pola candlestick. Faktor volatilitas digunakan sebagai proksi untuk mengukur ketidakpastian informasi sebagaimana dijelaskan pada paragraf sebelumnya bahwa volatilitas perubahan harga saham mencerminkan ketidakpastian informasi. Sebagaimana dalam Han, et al. (2013), volatilitas diukur menggunakan nilai simpangan baku return yang menunjukkan besarnya simpangan return terhadap nilai rata-ratanya. Pendekatan analisis teknikal yang digunakan pada penelitian ini, sebagaimana 6

dalam Lu, et al. (2015), adalah analisis teknikal menggunakan pola candlestick. Pendekatan ini dipilih karena candlestick dapat menggambarkan situasi ketidakpastian, misalnya pola morning star. Pola ini mengindikasikan bahwa pada hari pertama secara agregat investor menginterpretasi adanya informasi buruk (candle warna hitam berukuran besar), kemudian berubah menjadi ketidakpastian pada hari ke-dua (candle warna hitam/putih berukuran kecil). Hari ke-tiga mengonfirmasi ketidakpastian tersebut dengan candle putih yang mengindikasikan bahwa investor secara agregat menginterpretasi adanya berita baik. Pola candlestick yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua bagian berdasarkan jenis isyarat atau sinyal yang dihasilkan, yaitu sinyal positif dan sinyal negatif. Sinyal positif mengindikasikan akan terjadinya kenaikan harga atau return positif, sedangkan sinyal negatif mengindikasikan akan terjadinya penurunan harga atau return negatif. Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah bahwa kelompok saham volatil akan menghasilkan return positif lebih tinggi dari kelompok saham non-volatil ketika terdapat sinyal positif. Sebaliknya, kelompok saham volatil akan menghasilkan return negatif yang lebih rendah dari kelompok saham non-volatil ketika terdapat sinyal negatif. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan pemaparan pada bagian latar belakang maka pertanyaan penelitian yang perlu dijawab adalah apakah faktor volatilitas berpengaruh terhadap return yang dihasilkan dari penggunaan analisis teknikal dengan pendekatan pola candlestick pada saham-saham di BEI? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh faktor volatilitas terhadap return yang dihasilkan dari penggunaan analisis teknikal dengan pendekatan pola candlestick pada saham-saham di BEI. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, terutama sebagai berikut. 7

1. Bagi Investor Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi investor mengenai penggunaan analisis teknikal yang lebih efektif. 2. Bagi Regulator Penelitian ini diharapkan dapat membantu regulator pasar modal dalam membuat peraturan-peraturan pasar modal. 3. Bagi Akademisi Penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi pada ilmu pengetahuan serta dapat menjadi referensi bagi akademisi dalam melakukan penelitian selanjutnya. 1.5 Batasan Masalah Penelitian Batasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Jenis pola candlestick yang diteliti adalah: - Pola 3 harian dengan sinyal positif. - Pola 3 harian dengan sinyal negatif. 2. Periode penelitian ini adalah10 tahun, yaitu antara tahun 1 Januari 2005 sampai 31 Desember 2014. 3. Sampel penelitian ini adalah 146 perusahaan dengan nilai simpangan baku tertinggi dan 146 perusahaan dengan nilai simpangan baku terendah di BEI. 4. Jenis saham yang diteliti merupakan jenis saham biasa. 5. Skema trading pada penelitian ini tidak menyertakan biaya transaksi. 6. Harga saham yang digunakan merupakan harga yang telah disesuaikan terhadap stock split dan dividend. 1.6 Sistematika Penulisan Penelitian ini disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut. BAB I: PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah dan pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah penelitian, dan sistematika penulisan. 8

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Bab ini berisi landasan teori dan pengembangan hipotesis. Landasan teori mencakup analisis teknikal, analisis teknikal dengan candlestick chart, pola harga (price patterns), bullish reversal patterns, bearish reversal patterns, dan penelitian terdahulu. BAB III: METODE PENILITIAN Bab ini berisi jenis dan sumber data, metode pengumpulan sampel, definisi operasional, metode analisis dan pengujian hipotesis. BAB IV: PEMBAHASAN Bab ini berisi analisis data, hasil pengolahan data, dan pembahasan. BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi kesimpulan, keterbatasan penelitian dan saran. 9