BAB I PENDAHULUAN. Para pelaku tindak pidana tersebut,yang memperoleh pidana penjara

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB III PENUTUP. maupun hukum positif, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : Bersyarat sudah berjalan cukup baik dan telah berjalan sesuai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. berusia tahun, korban berusia 6 12 tahun sebanyak 757 kasus (26 %)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bagi negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila, pemikiran-pemikiran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pergeseran paradigma dalam hukum pidana, mulai dari aliran klasik,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem pemasyarakatan yang merupakan proses pembinaan yang

Institute for Criminal Justice Reform

SKRIPSI PERAN BAPAS DALAM PEMBIMBINGAN KLIEN PEMASYARAKATAN YANG MENJALANI CUTI MENJELANG BEBAS. (Studi di Balai Pemasyarakatan Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. kurangnya kualitas sumber daya manusia staf Lembaga Pemasyarakatan, minimnya fasilitas dalam Lembaga Pemasyarakatan.

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak akan pernah sembuh. Berbagai fakta dan kenyataan yang diungkapkan oleh

III. METODE PENELITIAN. memperoleh data empiris melalui penelitian (Didi Atmadilaga,1997: 125).

BAB I PENDAHULUAN. Pemasyarakatan, Pasal 9 Ayat (1) yang menegaskan : Pasal 2 sebagaimana disebutkan dalam Pasal 9 Ayat (1) Undang Undang

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat dipaksakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi. 1 Hal ini berarti setiap

BAB I PENDAHULUAN. landasan pendiriannya yang telah tertuang dalam Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara hukum yang menjunjung tinggi nilai-nilai

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Asimilasi. Pembebasan Bersyarat.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembinaan merupakan aspek penting dalam sistem pemasyarakatan yaitu sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara hukum yang memiliki konstitusi tertinggi dalam

BAB I PENDAHULUAN. tugas pokok melaksanakan pemasyarakatan narapidana/anak didik. makhluk Tuhan, individu dan anggota masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan bermasyarakat, setiap anggota masyarakat selalu

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah salah satu Negara yang sangat menentang tindak

TINJAUAN YURIDIS PEMBERIAN PEMBEBASAN BERSYARAT TERHADAP NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS II A PALU IRFAN HABIBIE D ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakekatnya anak merupakan amanah dan karunia Tuhan Yang Maha

BAB I PENDAHULUAN. 2. Persamaan perlakuan dan pelayanan; 5. Penghormatan harkat dan martabat manusia;

BAB I PENDAHULUAN. melanggarnya, sedangkan kejahatan adalah perbuatan dengan proses yang sama dan

BAB I PENDAHULUHAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) adalah melindungi

BAB I PENDAHULUAN. bagaimana bersikap, bertutur kata dan mempelajari perkembangan sains yang

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakangMasalah. Dalam era pertumbuhan dan pembangunan dewasa ini, kejahatan

BAB I PENDAHULUAN. paling dominan adalah semakin terpuruknya nilai-nilai perekonomian yang

2 2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara R

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda. Itu sebabnya dalam keseharian kita dapat menangkap berbagai komentar

PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBINAAN DAN PEMBIMBINGAN WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Penyelenggaraan

2016, No Keluarga, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas, dan Cuti Bersyarat; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pem

BAB I PENDAHULUAN. seluruh rakyat Indonesia. Setelah adanya Keputusan Konferensi Dinas Para

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Tidak ada masyarakat yang sepi dari kejahatan. Kejahatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam Penjelasan Undang Undang Dasar 1945, telah dijelaskan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

BAB III METODE PENELITIAN. hukum empiris berorientasi pada data primer (hasil penelitian dilapangan).

BAB I PENDAHULUAN. telah ditegaskan dengan jelas bahwa Negara Indonesia berdasarkan atas hukum,

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA RI DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN JL. VETERAN NO. 11

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, dan

BAB I PENDAHULUAN. sanksi atau nestapa sebagaimana diatur dalam hukum pidana (Strafrecht) dan

Lex Crimen Vol. V/No. 5/Jul/2016

PEMBEBASAN BERSYARAT DAN TINGKAT PELANGGARAN YANG DILAKUKAN OLEH KLIEN PEMASYARAKATAN ( Riset BAPAS KELAS I MEDAN)

BAB I PENDAHULUAN. aka dikenakan sangsi yang disebut pidana. mempunyai latar belakang serta kepentingan yang berbeda-beda, sehingga dalam

Institute for Criminal Justice Reform

III. METODE PENELITIAN. empiris sebagai penunjang. Pendekatan secara yuridis normatif dilakukan dengan

BAB V PENUTUP. dijabarkan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara hukum, hal ini telah dinyatakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. kemerdekaan yang wajar sesuai dengan Perundang-undangan yang berlaku dan normanorma

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat tidak pernah lepas dengan. berbagai macam permasalahan. Kehidupan bermasyarakat akhirnya

III. METODE PENELITIAN. satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan cara menganalisanya. 55

BAB I PENDAHULUAN. diri manusia, bersifat universal dan langgeng, oleh karena itu harus dilindungi,

BAB I PENDAHULUAN. faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita

III. METODE PENELITIAN. Penelitian hukum merupakan kegiatan ilmiah yang didasarkan kepada metode,

BAB I PENDAHULUAN. berhak untuk mendapat perlakuan yang sama di hadapan hukum (equality before

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan. Salah satu ciri negara hukum Indonesia yaitu adanya. yang bertugas mengawal jalannya pemeriksaan sidang pengadilan.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai extraordinary crime atau kejahatan luar biasa. penerapannya dilakukan secara kumulatif.

III. METODE PENELITIAN. akan dipergunakan penulis dalam penulisan skripsi ini adalah pendekatan yuridis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara republik Indonesia adalah negara hukum, berdasarkan pancasila

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

III. METODE PENELITIAN. Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisa dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Balai pemasyarakatan (BAPAS) klas II Gorontalo dibentuk sesuai dengan Keputusan

I. METODE PENELITIAN. Pendekatan yuridis normatif adalah pendekatan yang menelaah hukum sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, perilaku

BAB I PENDAHULUAN. sebutan penjara kini telah berubah menjadi Lembaga Pemasyarakatan

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia bertujuan membentuk masyarakat yang adil dan

BAB III PENUTUP. beberapa kesimpulan tentang pemberian pembebasan bersyarat bagi narapidana di

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia Keberhasilan pembebasan..., Windarto, FISIP UI, 2009

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBINAAN DAN PEMBIMBINGAN WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN

III. METODE PENELITIAN. dilakukan dengan pendekatan secara yuridis normatif dan yuridis empiris.

WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN TAHAP ASIMILASI: Solusi Terhadap Masalah-Masalah Pelaksanaan Pembinaan Di Lembaga Pemasyarakatan Terbuka.

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan mengatur tata tertib dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi kebijakan..., Atiek Meikhurniawati, FISIP UI, Universitas Indonesia

KEPUTUSAN MENTERI KEHAKIMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR :M.01-PK TAHUN 1999 TENTANG ASIMILASI, PEMBEBASAN BERSYARAT DAN CUTI MENJELANG BEBAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 31 TAHUN 1999 (31/1999) TENTANG PEMBINAAN DAN PEMBIMBINGAN WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya warga Binaan Pemasyarakatan sebagai insan dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945, telah ditegaskan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah Negara yang berdasarkan atas hukum

III. METODE PENELITIAN. yang digunakan dalam kerangka penulisan ini adalah :

BAB I PENDAHULUAN. Tercatat 673 kasus terjadi, naik dari tahun 2011, yakni 480 kasus. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia sesuai dengan Undang-Undang

: PAS-HM : PKS LPSWX/2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan dari pidana itu adalah untuk mencegah timbulnya kejahatan

PELAKSANAAN TUGAS KEAMANAN DALAM MENCIPTAKAN KEAMANAN DAN KETERTIBAN DI RUTAN KLAS II B JEPARA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. atau ditaati, tetapi melalui proses pemasyarakatan yang wajar dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak bukanlah untuk dihukum tetapi harus diberikan bimbingan dan

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana.

Institute for Criminal Justice Reform

persepsi atau mengakibatkan halusinasi 1. Penggunaan dalam dosis yang 2

BAB I PENDAHULUAN. khusus untuk melaporkan aneka kriminalitas. di berbagai daerah menunjukkan peningkatan.

KEPUTUSAN MENTERI KEHAKIMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : M.01-PK TAHUN 1999 TENTANG ASIMILASI, PEMBEBASAN BERSYARAT DAN CUTI MENJELANG BEBAS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum, maka

BAB I PENDAHULUAN. Indie (Kitab Undang Undang Hukum pidana untuk orang orang. berlaku sejak 1 januari 1873 dan ditetapkan dengan ordonasi pada tanggal

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Indonesia yang dilaksanakan disegala bidang sudah barang tentu akan menimbulkan suatu perubahan dan perkembangan bagi kehidupan masyarakat, serta akan member dampak postif maupun dampak negatif. Salah satu dampak negatifnya adalah semakin maraknya pelaku tindak pidana. Para pelaku tindak pidana tersebut,yang memperoleh pidana penjara nantinya akan ditempatkan di dalam Lembaga Pemasyarakatan. Lembaga Pemasyarakatan adalah tempat untuk melaksanakan pembinaan Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan. Pemasyarakatan merupakan kegiatan untuk melakukan pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan berdasarkan sistem, kelembagaan dan cara pembinaan yang merupakan bagian akhir dari sistem pemidanaan dalam tata peradilan pidana. 1 Penggunaan Sistem Pemasyarakatan disamping bertujuan untuk mengembalikan Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) sebagai warga yang baik, juga bertujuan untuk melindungi masyarakat terhadap kemungkinan diulanginya tindak pidana oleh Warga Binaan Pemasyarakatan, serta 1 Bambang Poernomo, 1986, Pelaksanaan Pidana Penjara Dengan Sistem Pemasyarakaan, Liberty, Yogyakarta, hlm. 250.

2 merupakan penerapan dan bagian yang tidak terpisahkan dari nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. 2 Dalam sistem Pemasyarakatan, tujuan pemidanaan adalah pembinaan yang dilakukan oleh Lembaga Pemasyarakatan dan pembimbingan dilaksanakan oleh Balai Pemasyarakatan. Di dalam tahap pembinaan dan pembimbingan, maka WBP, dibina dan dibimbing agar supaya tidak melakukan lagi tindak pidana di kemudian hari apabila keluar dari Lembaga Pemasyarakatan karena selesai menjalani pidana, ataupun berakhir masa bimbingan dari Balai Pemasyarakatan. Balai Pemasyarakatan mempunyai tugas sebagai pembimbing kemasyarakatan yang bertugas membimbing Warga Binaan Pemasyarakatan sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan lembaga yang berlaku. Hal ini merupakan salah satu misi Balai Pemasyarakatan itu sendiri. Tujuannya adalah membimbing Warga Binaan Pemasyarakatan untuk sadar dan memperbaiki diri serta tidak mengulangi tindak pidana lagi. Dalam Pasal 1 butir 9 Undang-Undang Nomor 12 tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan menyatakan: Klien Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut Klien adalah seseorang yang berada dalam bimbingan BAPAS. Dalam penelitian ini yang dibahas adalah pelaksanan pembimbingan terhadap Klien Pemasyarakatan. Pembimbingan terhadap Klien Pemasyarakatan meliputi pembimbingan terhadap Klien Pemasyarakatan yang memperoleh Pembebasan Bersyarat. 2 Adi Sujatno, 2004, Sistem Pemasyarakatan Indonesia Membangun Manusia Mandiri, Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Departemen Hukum dan HAM RI, Jakarta, hlm. 21.

3 Salah satu hak narapidana yang tertuang di dalam Pasal 14 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 adalah narapidana mendapat pembebasan bersyarat. Yang dimaksud pembebasan bersyarat adalah bebasnya Narapidana setelah menjalani sekurang-kurangnya dua pertiga masa pidananya dengan ketentuan dua pertiga tersebut tidak kurang dari 9 (sembilan) bulan Pembebasan bersyarat ini dapat dimohonkan oleh narapidana/anak pidana itu sendiri atau keluarga atau orang lain sepanjang memenuhi persyaratan-persyaratan tersebut diatas ke bagian registrasi di LAPAS (Lembaga Pemasyarakatan) atau RUTAN (Rumah Tahanan) setempat. Untuk menjalankan tugas dan fungsinya sebagai pengawas bagi para Klien Pemasyarakatan yang telah memperoleh pembebasan bersyarat, tak jarang Balai Pemasyarakatan sering mengalami berbagai macam kendala baik secara interen maupun eksteren. Kendala yang biasanya dihadapi Balai Pemasyarakatan dalam menjalankan pembimbingan, meliputi kendala yang berhubungan dengan pendanaan, kendala yang berhubungan dengan administrasi, kendala yang berhubungan dengan komunikasi, dan kendala yang berhubungan dengan stigma atau cap serta kendala dalam hal fasilitas dan juga dari sisi Klien Pemasyarakatan itu sendiri, misalnya Klien menghilang tanpa kabar ataupun melakukan pelanggaran hokum lagi. Dengan adanya kendala tersebut membuat proses pembimbingan terhadap Klien Pemasyarakatan terhambat.

4 Bertitik tolak dari hal-hal yang telah diuraikan di atas, dengan berbagai hal yang melatarbelakangi terhambatnya Balai Pemasyarakatan dalam menjalankan pembimbingan terhadap Klien Pemasyarakatan yang telah memperoleh pembebasan bersyarat ini, maka penulis maka tertarik untuk meneliti dan menyusunnya dalam Skripsi dengan judul: Kendala Balai Pemasyarakatan Klas I Yogyakarta Dalam Menjalankan Pembimbingan Terhadap Klien pemasyarakatan Yang Memperoleh Pembebasan Bersyarat. B. Rumusan Masalah. Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut diatas, maka dapatlah dirumuskan permasalahan sesuai dengan judul skripsi penulis: 1. Apakah pembimbingan terhadap Klien Pemasyarakatan di Balai Pemasyarakatan Klas I Yogyakarta sudah berjalan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku? 2. Kendala apakah yang ditemukan di Balai Pemasyarakatan dalam menjalankan pembimbingan terhadap Klien Pemasyarakatan yang telah memperoleh pembebasan bersyarat? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas maka peneliti menentukan tujuan dari penelitian yang dilakukan ini adalah untuk mencari jawaban dari permasalahan yang timbul diatas, yaitu: 1. Untuk mengetahui dan menganalisa apakah pembimbingan yang diberikan Balai Pemasyarakatan Klas I Yogyakarta terhadap Klien Pemasyarakatan

5 yang memperoleh Pembebasan Bersyarat sudah berjalan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2. Untuk mengetahui dan menganalisa kendala apa saja yang ditemui oleh Balai Pemasyarakatan Klas I Yogyakarta dalam menjalankan pembimbingan terhadap Klien Pemasyarakatan yang telah memperoleh Pembebasan Bersyarat. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan harapan akan dapat memberikan manfaat, baik manfaat teoritis maupun manfaat praktis sebagi berikut: 1. Manfaat Teoritis Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah dengan diketahuinya peran Balai Pemasyarakatan dalam pelaksanaan pembimbingan Klien Pemasyarakatan, digunakan untuk menambah ilmu pengetahuan di bidang hukum khususnya yang berkaitan dengan kendala Balai Pemasyarakatan Klas I Yogyakarta dalam melaksanakan pembimbingan terhadap Klien Pemasyarakatan yang telah memperoleh pembebasan bersyarat. 2. Manfaat Praktis a. Bagi instansi terkait Dapat digunaan sebagai pedoman dalam mendampingi Klien Pemasyarakatan yang memperoleh pembebasan bersyarat. b. Bagi Masyarakat Menambah pengetahuan masyarakat dalam hak-hak yang dimiliki oleh narapidana khususnya tentang pembebasan bersyarat. c. Bagi Penulis

6 Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai hukum pidana dan secara khusus mengenai kendala BAPAS dalam mendampingi Klien yang memperoleh Pembebasan Bersyarat, serta untuk memenuhi syarat guna mencapai derajat sarjana pada Fakultas Hukum Universitas Atmajaya Yogyakarta. E. Batasan Konsep 1. Pengertian Balai Pemasyarakatan menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasayarakatan dalam Pasal 1 butir 4 adalah pranata untuk melaksanakan bimbingan Klien Pemasyarakatan. 2. Pengertian kendala menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah faktor atau keadaan yang membatasi, menghalangi, atau mencegah pencapaian sasaran. 3. Pengertian pembimbingan menurut Kamus Besar Bahasa Indoensia adalah petunjuk cara mengerjakan sesuatu. 4. Pengertian Klien Pemasyarakatan menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan Pasal 1 butir 9 adalah seseorang yang berada dalam bimbingan Balai Pemasyarakatan. 5. Pengertian Pembebasan Bersyarat adalah menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan Pasal 12 huruf k adalah bebasnya narapidana setelah menjalani sekurang-kurangnya dua pertiga masa pidananya dengan ketentuan dua pertiga tersebut tidak kurang dari 9 (sembilan) bulan.

7 F. Metodologi Penelitian Dalam melakukan penelitian agar terlaksana dengan maksimal maka penulis mempergunakan beberapa metode sebagai berikut: 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum yuridis normatif yaitu mengkaji dan meneliti tentang kendala Balai pemasyarakatan dalam mendampingi klien pemasyarakatan yang memperoleh pembebasan bersyarat yang berfokus pada norma hukum positif berupa peraturan perundang-undangan. 2. Sumber Data Dalam penelitian hukum normatif data berupa data sekunder, terdiri dari: a) Bahan hukum primer yaitu peraturan perundang-undangan yang terdiri dari : 1. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan. 3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pembinaan dan Warga Binaan Pemasyarakatan. 4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan tata cara Pelaksanaan Warga Binaan Pemasyarakatan.

8 5. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor : M.01.pk.04-10 Tahun 2007 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan asimilasi, pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas, dan Cuti Bersyarat. b) Bahan hukum sekunder : Berupa fakta hukum, doktrin, asas-asas hukum, dan pendapat hukum dalam literature, jurnal, hasil penelitian, dokumen, surat kabar, internet, dan majalah ilmiah yang terkait dengan pembimbingan Klien Pemasyarakatan sehingga menunjang penelitian yang dilakukan. 3. Metode Pengumpulan Data 1. Studi kepustakaan Yaitu dengan mempelajari bahan hukum primer dan sekunder yang terkait dengan pembimbingan Klien Pemasyarakatan. 2. Wawancara Yaitu dengan melakukan wawancara berupa tanya jawab dengan responden dan narasumber yang bertujuan untuk memperoleh data dalam penelitian dengan instansi terkait (dalam hal ini pegawai BAPAS Yogyakarta) yaitu: a) Diana Anggar Kusuma Amd. IP. b) Suprapti, S.H. c) Drs. A.Fanani d) Sri Purwani, S.Sos. e) Ambar Sri Rahayu

9 4. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di BAPAS (Balai Pemasyarakatan) Klas I Yogyakarta. 5. Metode Analisis Data Untuk membuktikan dan mengkaji permasalahan, maka metode yang dipergunakan adalah metode kualitatif. Metode kualitatif yaitu metode analisi data yang didasarkan pada pemahaman dan pengolahan data secara secara sistematis yang diperoleh dari hasil wawancara serta penelitian kepustakaan, karena adanya keterikatan antara peraturan yang mengatur serta hasil lapangan, sehingga harus ada kecocokan. Dalam menarik kesimpulan digunakan penalaran deduktif yaitu suatu pola pikir yang didasarkan pada suatu ketentuan yang bersifat umum, kemudian ditarik kesimpulan pada suatu fakta yang bersifat khusus. G. Sistematika Penulisan Penulisan skripsi ini terdiri atas tiga bab yang disusun secara sistematis, dimana antara bab saling berkaitan sehingga merupakan suatu rangkaian yang berkesinambungan, adapun sistematika dalam penulisan ini adalah sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Batasan Konsep, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan Skripsi.

10 BAB II : PEMBEBASAN BERSYARAT DAN BENTUK PEMBIMBINGAN OLEH BALAI PEMASYARAKATAN KLAS I YOGYAKARTA Tinjauan Umum Pembebasan Bersyarat,Tahap-Tahap Pembinaan Narapidana Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, Tinjauan Umum Balai Pemasyarakatan dan Kendala-Kendala Dalam Pembebasan Bersyarat BAB III : PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran