V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara sampai

Perkembangan Ekonomi Makro

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. bujur timur. Wilayahnya sangat strategis karena dilewati Jalur Pantai Utara yang

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

4.1. Letak dan Luas Wilayah

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis

2. TANAMAN PANGAN 2.1. Luas Tanam (Ha) Komoditi Tanaman Pangan Kabupaten Luwu, tahun

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Timur. Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 04 Tahun 2012, tentang

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang


BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

Tabel 1.1. Letak geografi dan administratif Kota Balikpapan. LS BT Utara Timur Selatan Barat. Selat Makasar

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Banjarnegara terletak antara 7⁰12 7⁰31 Lintang Selatan dan

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. keadaan penduduk dan keadaan pertanian yang ada di Desa Ambarketawang.

Tahun Bawang

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Sulawesi barat. Kabupaten Mamuju memiliki luas Ha Secara administrasi,

IV. KEDAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Wilayah Kabupaten Sleman terbentang mulai 110 o sampai dengan

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Lokasi Geografis

BAB III MONOGRAFI KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pringsewu dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 48

A. Realisasi Keuangan

1. PERTANIAN, KEHUTANAN, KELAUTAN, PERIKANAN, PETERNAKAN & PERKEBUNAN. Tabel 1.1.1C

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT. Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

Statistik Daerah Kabupaten Bintan

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tanggamus terbentuk atas dasar Undang-undang Nomor 2 tertanggal 3

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

hasil tanaman seperti yang diharapkan. Syarat tumbuh tanaman dari faktor teknologi budidaya tanaman (T) meliputi: (a) jenis dan varietas tanaman; (b)

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian

BAB I PENDAHULUAN. Sayuran merupakan salah satu komoditas unggulan karena memiliki nilai

STATISTIK DAERAH KECAMATAN TERAS TERUNJAM 2014

ANALISIS LOCATION QUOTIENT (LQ) AGROPOLITAN PONCOKUSUMO

Programa Penyuluhan Kab.Bangka

Katalog BPS :

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN


STATISTIK DAERAH KECAMATAN KOTA MUKOMUKO

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas

BAB II DESA PULOSARI. Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan

IV. GAMBARAN UMUM Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN. Berdasarkan data monografi Desa Sukorejo (2013) menunjukkan keadaan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT.

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

GAMBARAN UMUM. Wilayah Sulawesi Tenggara

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR MANJUNTO

IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

Republik Indonesia. SURVEI HARGA PEDESAAN Subsektor Tanaman Hortikultura (Metode NP)

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan

I. PENDAHULUAN. berkaitan dengan sektor-sektor lain karena sektor pertanian merupakan sektor

GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA


IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Pulau Jawa, dan sebaliknya. Provinsi Lampung memiliki 12 kabupaten dan 2

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang subur tanahnya dan berada di

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Desa Purwasari terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor.

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. A. Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Wilayah Magelang

PEMBAHASAN. I. Keadaan Umum Wilayah Penelitian. Secara Geografis Kabupaten Soppeng terletak antara 4 o 06 o LS dan 4 o 32 o

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROV. SULAWESI TENGAH 2016

PENGGOLONGAN TANAMAN. Tim Pengajar Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran 2011

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

POLA PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT PADA LAHAN KRITIS (Studi Kasus di Kecamatan Pitu Riawa Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan) Oleh : Nur Hayati

Bupati Murung Raya. Kata Pengantar

BAB I PENDAHULUAN. pertanian di Wilayah Distrik Sorong Timur

5.1. Analisa Produk Unggulan Daerah (PUD) Analisis Location Quotient (LQ) Sub Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Perikanan, dan Kehutanan

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN dengan pusat pemerintahan di Gedong Tataan. Berdasarkan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Lampung Selatan

Transkripsi:

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1. Keadaan Geografis. Kabupaten Kerinci terletak di daerah bukit barisan, dengan ketinggian 5001500 mdpl. Wilayah ini membentang pada1 o 40 LS sampai dengan 2 o 26 LS, dan pada 101 o 08 BT sampai 101 o 50 BT. Kabupaten Kerinci merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jambi yang memiliki luas sebesar 380.850 atau sama dengan 7,13 persen dari total wilayah Provinsi Jambi. Sebagian besar wilayahnya merupakan wilayah Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) sementara wilayah untuk hunian dan pemanfaatan untuk budidaya hanya sebesar 49,63 persen. Tabel 4. Luas Penggunaan Lahan Dirinci Menurut Jenis Penggunaannya di Kabupaten Kerinci Tahun 2009 Uraian Luas (Ha) Persentase Terhadap Total 1. Sawah 2. Sawah Lebak, Polder, dll 3. Perkebunan 4. Bangunan dan halaman sekitarnya 5. tegal, Ladang, Kebun, Hama 6. Padang rumput 7. Tambak, Kolam, Tebat, dan Empang 8. Hutan Negara/ Hutan Lebat (TNKS) 9. Hutan Rakyat/ Belukar 10. Lahan kering yang sementara tidak diusahakan 16,630.0 120,587.0 3,345.0 36,450.0 16,082.0 2,999.9 846.0 3,625.0 7,435.1 3.96 28.71 0.80 8.68 3.83 51.19 0.20 0.86 1.77 11. Lainnya/ Sungai./ Jalan Jumlah 420,000.0 100 Sumber : BPS Kabupaten Kerinci, 2009 Batasbatas wilayah Kabupaten Kerinci yaitu sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Solok, Provinsi Sumatera Barat. Sebelah selatan berbatasan 43

dengan Kabupaten Merangin. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Bungo. Sebelah arat kabupaten ini berbatasan dengan dua propinsi yaitu Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu dan Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumantera Barat. Gambar 6. Peta Wilayah Kabupaten Kerinci Sumber : BPS Kabupaten Kerinci 2009 Kabupaten Kerinci beriklim tropis dengan suhu ratarata 22 o C dengan suhu maksimum sebesar 28,8 o C terjadi pada bulan Mei, serta suhu minimum sebesar 16,9 o C terjadi pada bulan Juli. Curah hujan ratarata per bulan sebesar 86 mm 3. Kelembaban udara ratarata sebesar 82,82 mmhg. Dilihat dari kondisi geografis dan keadaan iklim, Kabupaten Kerinci sangat cocok untuk dijadikan kawasan pertanian. Kerinci memang sudah dikenal 44

dengan kawasan agribisnis karena memiliki berbagai komoditas yang potensial untuk dikembangkan seperti: 1. Bahan pangan meliputi : padi, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kedelai, dan kacang hijau 2. Hortikultura a. Buahbuahan meliputi : alpokat, mangga, rambutan, duku, langsat, jeruk, durian, jambu air, sirsak, belimbing, pisang, nenas, markisa, nangka, pepaya, manggis, dan terung pirus. b. Sayursayuran : kentang, kol, kubis, bawang merah, bawang putih, cabe, buncis, tomat, kacang panjang, kangkung, bayam, seledri, daun bawang, sawi, wortel, ketimun, terung, labu siam, kacang merah 3. Perkebunan dan kehutanan meliputi : kayu manis, kopi, cengkeh, karet, kelapa sawit, tembakau, kapulaga, kemiri, lada, teh, tebu, vanili, pinang, coklat. 5.1.2. Pemerintahan dan Penduduk Tabel 5. Luas Wilayah Kabupaten Kerinci dan Pembagian Daerah Administrasi Menurut Kecamatan Tahun 2009 Kecamatan Luas (Ha) Desa Banyak/ Number Kelurahan Total 1. Gunung Raya 2. Batang Merangin 3. Keliling Danau 4. Danau Kerinci 5. Sitinjau Laut 6. Air Hangat 7. Air Hangat Timur 8. Depati VII 9. Gunung Kerinci 10. Siulak 11. Kayu aro 12. Gunung Tujuh 74.677 56.732 30.439 29.847 5.825 21.675 16.000 2.580 35.000 59.020 32.805 16.250 15 20 15 22 16 10 27 29 11 1 1 16 20 15 22 16 11 27 29 11 Jumlah 380.850 207 2 209 Sumber : BPS Kabupaten Kerinci, 2009 45

Kabupaten Kerinci terdiri dari 12 kecamatan, 207 desa dan dua kelurahan, Sebagian besar desa berada di lereng dan kaki gunung atau bukit dan sebagian lagi berada di dataran. Dengan terbitnya UU No.25 tahun 2008, Kabupaten Kerinci dimekarkan menjadi dua daerah tingkat II. Dengan terjadinya pemekaran wilayah ini, maka jumlah kecamatan yang sebelumnya 17 berkurang menjadi 12, dan jumlah desa/kelurahan berkurang menjadi 209 dari 278. Jumlah penduduk Kabupaten Kerinci pada tahun 2009 tercatat sebanyak 237.065 jiwa dengan komposisi penduduk wanita lebih banyak dari penduduk lakilaki. Hal ini terlihat dari Sex Ratio penduduk lakilaki terhadap wanita lebih kecil dari 100 yaitu 98,22. Sedangkan jumlah rumah tangga tercatat sebanyak 70.337, sehingga ratarata jumlah penduduk per rumah tangga 3,37 orang. Tabel 6. Kepadatan Penduduk Dirinci per Kecamatan di Kabupaten Kerinci Tahun 2009 Kecamatan 1. Gunung Raya 2. Batang Merangin 3. Keliling Danau 4. Danau Kerinci 5. Sitinjau Laut 6. Air Hangat 7. Air Hangat Timur 8. Depati VII 9. Gunung Kerinci 10. Siulak 11. Kayu aro 12. Gunung Tujuh Penduduk (Orang) Lakilaki Perempuan Jumlah 7,737 7,654 15,391 11,312 11,745 23,057 10,902 11,583 22,485 8,151 8,170 16,321 7,194 7,055,249 10,583 11,013 21,596 9,200 9,543 18,743 7,026 7,316,342 5,796 5,898 11,694 15,201 15,476 30,677 18,341 18,172 36,513 6,028 5,969 11,997 Rasio Jenis Kelamin 101 96 94 100 102 96 96 96 98 98 101 101 Sumber : BPS Kabupaten Kerinci, 2009 Dilihat dari struktur penduduk, jumlah penduduk usia muda (<15 tahun) masih cukup tinggi yaitu 28,82 persen, hal ini menunjukkan tingkat ketergantungan penduduk masih tinggi, dimana penduduk usia muda ini belum produktif. Tingginya jumlah penduduk usia muda ini menunjukkan tingkat 46

kelahiran masih cukup tinggi, bahkan penduduk 04 tahun (balita) lebih tinggi dari penduduk usia 59 tahun. Meskipun tingkat kelahiran masih cukup tinggi, namun laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Kerinci saat ini relatif rendah. Hal ini salah satu disebabkan oleh banyaknya penduduk yang mencari kerja ke luar daerah bahkan ke luar negeri (Malaysia). Tahun 2009 laju pertumbuhan penduduk Kerinci tercatat sebesar 0,70 persen. Laju pertumbuhan ini turun dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu 0,76 persen. Kepadatan penduduk mencapai 62 jiwa/km. Jumlah penduduk usia kerja (15 tahun ke atas) di Kabupaten Kerinci tahun 2009 sebanyak 176.980 jiwa. Dari jumlah tersebut, sebanyak 70 persen merupakan angkatan kerja, dengan tingkat partisipasi angkatan kerja sebesar 66,1 persen. Dari jumlah angkatan kerja tersebut, sekitar 94 persen sudah bekerja. Sedangkan tingkat pengangguran terbuka tercatat sebesar 5,88 persen Tingkat pengangguran ini menurun selama kurun waktu empat tahun terakhir. Tabel 7. Persentase Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Kerinci Tahun 2009 Lapangan Usaha Persentase Pertanian 61.30 Industri Pengolahan 1.71 Perdagangan, Rumah Makan, Hotel 13.94 Jasa Kemasyarakatan 12.80 Lainnya (Pertambangan, Penggalian, Listrik, 10.25 Gas, Air, Bangunan, Angkutan, Pergudangan, Komunikasi Keuangan) Jumlah 100 Sumber: Sakernas, 20082009 Sebagian besar angkatan kerja di Kabupaten Kerinci bekerja di sektor pertanian terutama di sub sektor tanaman pangan. Hal ini dilihat dari luasnya lahan pertanian yang terdapat di Kabupaten Kerinci sehingga daerah ini menjadi lumbung pangan bagi daerah sekitarnya. Di samping itu juga diserap di sektor jasa, perdagangan, industri, dan lainnya. Berdasarkan perbandingan empat sektor 47

utama, pilihan bekerja di sektor pertanian masih mendominasi pasar kerja di Kab. Kerinci, yaitu sekitar 61,30 persen pada tahun 2009, yang diikuti oleh sektor perdagangan 13,94 persen, sektor jasa 12,80 persen, dan sektor industri hanya 1,71 persen. Ditinjau dari tingkat pendidikan, lebih dari 48 persen penduduk yang bekerja adalah berpendidikan SD dan belum tamat SD, 19,81 persen tamat SLTP, 20,45 persen tamat SLTA, dan hanya 7,75 persen tamat perguruan tinggi. Sedangkan pencari kerja yang terdaftar di Dinas Tenaga Kerja tahun 2009 didominasi oleh tamatan Perguruan Tinggi. Tabel 8. Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke atas yang Bekerja Menurut Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan Persentase Tidak sekolah 3.83 Tidak Tamat SD 23.42 SD 24.74 SMP/Sederajat 19.81 SMA/Sederajat 20.45 Perguruan Tinggi 7.75 Total 100 Sumber : BPS Kabupaten Kerinci, 2009 5.2. Karakteristik Petani Responden Metode pengumpulan data dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan jumlah produksi, luas lahan, jumlah petani, dan akses ke tempat penelitian. Sampel yang diambil sebanyak 30 orang dari seluruh Kabupaten Kerinci. Karakteristik yang diperhatikan adalah umur, tingkat pendidikan, penglaman usahatani, dan luas lahan. Karakteristik petani responden kayu manis di Kabupaten Kerinci dapat dilihat pada tabel 8. 48

Tabel 8. Karakteristik Petani Responden di Kabupaten Kerinci UMUR Umur (tahun) Jumlah (orang) Persentase (%) 25 35 4 13,3 36 45 6 20 46 55 11 36,67 56 65 5 16,67 66 70 1 3,33 > 70 3 10 TINGKAT PENDIDIKAN Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%) Tidak Tamat SD 0 Tamat SD 15 50 Tamat SMP 9 30 Tamat SLTA/ Sederajat 5 16,67 D1/ D2/ D3/ S1/ S2 1 3,33 PENGALAMAN USAHATANI Pengalaman usahatani (tahun) Jumlah (orang) Persentase (%) <10 5 16,67 11 20 8 26,67 21 30 7 23,33 31 40 6 20 > 40 4 13,33 LUAS LAHAN Kepemilikan Lahan (ha) Jumlah (orang) Persentase (%) 0,5 2 6,67 0,5 < x 1 8 26,67 1 < x 2 9 36,67 > 2 11 36,67 Sumber : Data Primer 2012 (diolah) Berdasarkan tabel 8 dapat dilihat bahwa umur petani kayu manis tersebar dari 25 tahun sampai 70 tahun ke atas. Ratarata petani yang mengusahakan tanaman kayu manis berumur 4655 tahun. Pada umumnya petani hanya lulusan SD yaitu sebanyak 15 orang dari 30 responden, dan sembilan orang adalah lulusan SMP. Walaupun hanya lulusan SD, namun pengalaman petani tersebut sudah 49

cukup lama bertanam kayu manis, lebih dari 25 orang sudah bertanam kayu manis lebih dari 10 tahun. Rendahnya tingkat pendidikan petani akan mempengaruhi produktivitasnya dan keterbukaan dalam menerima transfer teknologi. Hal ini dapat dilihat dari budaya dari petani kayu manis itu sendiri dimana mereka tetap melakukan budidaya secara individu tanpa ada kesadaran untuk berkelompok. Petani berpikir bahwa bekal pengalaman saja sudah cukup untuk membudidayakan kayu manis. Pola pikir yang masih tradisional tersebut membuat penyuluh sulit untuk memberikan pemahamanpemahaman baru kepada petani. Mengingat tanaman kayu manis adalah tanaman tahunan dan tentu saja akan dipetik hasilnya dalam waktu cukup lama, sehingga banyak petani yang menanam kayu manis sebagai investasi untuk hari tua. Oleh karena itu tak heran jika 11 dari petani responden memiliki lahan lebih dari dua hektar. 5.3. Karakteristik Pedagang Responden Pedagang yang terlibat dalam tataniaga kayu manis di Kabupaten Kerinci adalah pedagang pengumpul desa, pedagang pengumpul kecamatan, dan pedagang besar kabupaten. Pedagang yang diwawancarai adalah empat orang pedagang pengumpul desa, delapan orang pedagang pengumpul kecamatan, dan delapan orang pedagang besar kabupaten. Karakteristik pedagang kayu manis di Kerinci dapat di lihat pada tabel 9. Ratarata para pedagang kayu manis di Kabupaten Kerinci berumur 41 tahun ke atas yaitu 16 orang dari 20 pedagang ressponden. Sedangkan pengalaman berdagangnya pada umumnya adalah lebih dari 6 tahun. Satu orang pedagang besar kabupaten yang berdagang kurang dari lima tahun merupakan pedagang yang melanjutkan usaha keluarga yang selama ini sempat terhenti. Pengalaman berdagang yang sudah cukup lama ini mengindikasikan bahwa pedagang bisa saja sudah memilki berbagai macam kerjasama, baik itu dengan petani, pedagang lain, maupun dengan eksportir. Pengalaman usaha ini juga dapat memperkuat kerjasama karena adanya saling percaya antara kedua belah pihak. Eksportir yang menjadi responden merupakan ssalah satu dari eksportir kayu manis di Sumatera Barat. Data untuk eksportir ini diperoleh melalui wawancara dengan AECI (Asosiasi Eksportir Cassiavera Indonesia). perusahaan 50

eksportir tersebut bernama PT. Rempah Sari yang sudah beroperasi lebih dari 30 tahun. Tabel 9. Karakteristik Pedagang Responden di Kabupaten Kerinci Karakteristik Umur Pedagang Pengumpul Desa Pedagang Pengumpul Kecamatan Pedagang Besar Kabupaten Jumlah % Jumlah % Jumlah % Eksportir Jumla h % < 40 Tahun 1 25% 2 25% 1 12,5% 41 50 Tahun 1 25% 2 25% 3 37,5% >50 Tahun 2 50% 4 50% 4 50,0% 1 100% Pengalaman Berdagang 0 5 Tahun 1 25% 1 12,5% 6 10 Tahun 1 25% 2 >10 Tahun 2 50% 6 25,0 % 75,0 % 3 37,5% 4 50,0% 1 100% Sumber : Data Primer 2012 (diolah) 5.4. Gambaran Umum Usahatani Kayu Manis di Kabupaten Kerinci Petani di kabupaten Kerinci menanam kayu manis dengan berbagai alasan diantaranya yaitu sebagai investasi untuk hari tua, tabungan yang bisa dipanen sewaktuwaktu saat dibutuhkan, sebagai pelindung tanah kritis di lereng perbukitan, dan juga sebagai pembatas tanah seperti halnya di Kecamatan Kayu Aro. Kayu manis bisa ditanam secara monokultur maupun tumpang sari. Kayu manis yang ditanam secara monokultur lebih banyak ditanam di daerah perbukitan yang sulit untuk dijangkau. Sedangkan penanaman secara tumpang sari biasanya dengan tanaman hortikultura, dan tanaman palawija, seperti kopi. Usahatani kayu manis di Kabupaten Kerinci tidak jauh berbeda dengan usahatani kayu manis di daerah lain. Pada umumnya, petani di Kabupaten Kerinci mengunakan bibit yang berasal dari biji. Beberapa petani melakukan penyemaian 51

sendiri, ada juga petani yang membeli bibit dari petani lainnya. Petani umumnya langsung menanam biji di persemaian pemeliharaan. Persemaian ini langsung diberikan naungan untuk mencegah kematian bibit terhadap cahaya matahari langsung. Setelah berumur 68 bulan bibit bisa dipindahkan ke kebun. Jarak tanam untuk tanaman monokultur biasanya adalah 1.5 m x 1.5 m dan 2 m x 2 m, sedangkan untuk tumpang sari biasanya lebih jarang yaitu 3 m x 3m dan 4 m x 4 m. Penanaman kayu manis dilakukan bertahap untuk lahan yang cukup luas, karena biasanya kegiatan penanaman hanya menggunakan tenaga kerja keluarga. Setelah dilakukan penanaman, maka dilakukan pemeliharaan tanaman. Pemeliharaan ini berupa penyiangan yang dilakukan 23 kali dalam setahun. Pemupukan jarang dilakukan bahkan hampir tidak pernah pada tanaman monokultur. Hanya saja pada tanaman tumpang sari, pemupukan biasanya diberikan untuk tanaman lain misalnya hortikultura, namun secara tidak sengaja tanaman kayu manis juga ikut terpupuk. Kegiatan penjarangan tanaman dilakukan biasanya pada umur delapan tahun dan penjarangan kedua pada umur 15 tahun. Panen kayu manis sebaiknya dilakukan pada umur 10 tahun dan diameter batang sekitar satu meter. Untuk mendapatkan mutu KA stick dan AA tanaman kayu manis dipanen pada umur 612 tahun, sebab kulitnya masih belum tebal dan bisa menggulung dengan baik. Namun kandungan minyaknya masih rendah. Kandungan minyak yang tinggi didapatkan dari tanaman berumur 15 tahun ke atas (umur 20 tahun memiliki kadar minyak 3,54,5 %). Kayu manis yang dipanen umur 45 tahun menghasilkan 11,5 kg kulit kering, umur 68 tahun menghasilkan empat kg kulit kering, umur >810 tahun mampu menghasilkan 78 kg kulit kayu manis kering. Para petani menyadari bahwa semakin lama umur tanaman kayu manis makan mutu kulit yang dihasilkan semakin baik dan produksinya semakin tinggi. Namun, sebagian petani terpaksa memanen kayu manisnya sebelum umur lima tahun karena terdesak oleh kebutuhan ekonomi. Petani hanya memanen beberapa pohon sesuai dengan jumlah uang yang dibutuhkan. Biasanya panen seperti ini hanya dilakukan sendiri saja oleh petani tersebut atau jika memerlukan tambahan tenaga hanya meggunakan tenaga kerja keluarga. 52