BAB V PENUTUP. Agama Kota Kupang belum sepenuhnya membebaskan. keras dari penyuluh agama sendiri serta keyakinan mendalam, cinta kasih,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV TINJAUAN KRITIS DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI PEMBEBASAN PAULO FREIRE TERHADAP MODEL PENYULUHAN AGAMA KRISTEN

USULAN MODEL PENYULUHAN AGAMA YANG MEMBEBASKAN SESUAI JENJANG JABATAN YAKNI PENYULUH AGAMA AHLI (Penyuluh Agama Ahli Pertama: III/a-IIIb)

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB V PENUTUP. terhadap permasalahan kekerasan pasangan suami isteri, yakni: 1. Peran Pendeta sebagai Motivator terhadap Permasalahan Ekonomi

7. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

BAB I PENDAHULUAN. hadirnya agama-agama dan kepercayaan suku di seluruh wilayah nusantara. merdeka dan berdaulat berdasarkan Pancasila.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari uraian program dan kegiatan DAK pada Dinas Kehutanan Pasaman

6. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Dasar (SD)

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Amelia Nur Fauza, 2013

Bab I PENDAHULUAN. Perubahan tersebut juga berimbas kepada Gereja. Menurut Tata Gereja GKJ, Gereja adalah

BAB III ANALISIS. Komunitas belajar dalam Tugas Akhir ini dapat didefinisikan melalui beberapa referensi yang telah dibahas pada Bab II.

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN. A.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. pasal 25 ayat 1 menyatakan beban kerja guru mencakup kegiatan pokok

Kewarganegaraan. Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian. Finy F. Basarah, M.Si. Modul ke: Fakultas Ilmu Komputer

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab 1 ini tentang pendahuluan yang terdiri dari beberapa sub bab,

Membelajarkan dan Memberdayakan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. dan Satu Pemerintahan (Depag RI, 1980 :5). agama. Dalam skripsi ini akan membahas tentang kerukunan antar umat

BAB 9 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

BAB V. Penutup: Refleksi, Kesimpulan dan Saran

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

TELAAH KRITIS ATAS PENGATURAN ANGKA KREDIT PEMELIHARAAN BAGI WIDYAISWARA DAN KONSEKUENSINYA. Oleh: Wakhyudi. Widyaiswara Madya Pusdiklatwas BPKP

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

LOYALITAS DAN PARTISIPASI PEMUDA DALAM GEREJA ETNIS DI HKBP SALATIGA

UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Novita Kostianissa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Penciptaan pembelajaran berkualitas dan menyenangkan diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan termasuk memperoleh pelayanan pendidikan. Hak untuk. termasuk anak yang memiliki kebutuhan-kebutuhan khusus.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Bagian Ketujuh Bidang Pengembangan Usaha Pasal 20 (1) Bidang Pengembangan Usaha mempunyai tugas pokok menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan

I. PENDAHULUAN. Kurikulum terdiri atas sejumlah mata pelajaran, masing- masing dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. sangat mempengaruhi perkembangan pendidikan, terutama di negara negara

TELAAH KRITIS ATAS PENGATURAN ANGKA KREDIT PEMELIHARAAN BAGI WIDYAISWARA DAN KONSEKUENSINYA. Oleh: Wakhyudi. Widyaiswara Madya Pusdiklatwas BPKP

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH/ PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil dan analisis refleksi terhadap tindakan pembelajaran

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 20

BELAJAR DI ERA DIGITAL: BAHASA INGGRIS BERBASIS LOKALITAS MELALUI MEDIA SOSIAL SEBAGAI LANGKAH ANTISIPATIF MENYONGSONG 0 KM JAWA

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB VII SIMPULAN DAN REKOMENDASI. dilengkapi dengan hasil wawancara, implikasi, keterbatasan, dan saran-saran

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang siap menghadapi masa depan. Salah satu jenjang pendidikan yang

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN BERPIKIR SISWA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI MELALUI PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION

BAB I PENDAHULUAN. 1 Majelis Agung GKJW, Tata dan Pranata GKJW, Pranata tentang jabatan-jabatan khusu, Bab II-V, Malang,

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan berkreasi, semakin dirasakan urgensinya. Otonomi dibidang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan manusia yang sangat penting. Kualitas suatu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN Latar Belakang

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IV ANALISIS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDN KARANGMLATI 1 DEMAK

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan sumber daya manusia Indonesia dalam menghadapi tantangan

BAB VI REFLEKSI PENDAMPINGAN PEMUDA

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.84/MENLHK-SETJEN/KUM.1/11/2016 TENTANG PROGRAM KAMPUNG IKLIM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. warga binaan di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Ambon melalui peraturan tentang

PEDOMAN IMPLEMENTASI DAN EVALUASI PENDIDIKAN KADER ANGKATAN MUDA GEREJA PROTESTAN MALUKU

10. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E)

BAB V PENUTUP. Penelitian ini pada akhirnya menunjukan bahwa pencapaian-pencapaian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dari Sekolah Dasar sampai pada Sekolah Lanjutan Tingkat Atas.

I. PENDAHULUAN. dalam mempersiapkan generasi muda, termasuk peserta didik dalam menghadapi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Savitri Purbaningsih, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pendidikan yang dilakukan pemerintah saat ini sangatlah

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika merupakan salah satu unsur utama dalam. mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hakikatnya matematika

I. PENDAHULUAN. Sejarah menunjukkan bahwa kemajuan dan kesejahteraan bangsa ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA). Matematika perlu. diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar untuk

A. IDENTITAS MATA KULIAH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN AGAMA. Pembentukan Kantor Kementerian. Provinsi Nusa Tenggara Timur.

6. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)

BAB V. Penutup. GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ahmad Wahyudi, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1. KONDISI UMUM Kedudukan

BAB V PENUTUP. 1. Tradisi Piring Nazar sebagai sebuah kenyataan sosio-religius dapat dijadikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA,

ASESMEN KOMPETENSI JABATAN STRUKTURAL

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN KARANG TARUNA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Sistem pendidikan di Indonesia ternyata telah mengalami banyak perubahan.

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang Masalah. Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

STRATEGI PEMBELAJARAN ORANG DEWASA OLEH: TIM JURUSAN PLS

Pencarian Bilangan Pecahan

Pdt Gerry CJ Takaria

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V PENUTUP. mengenai program Kampung Ramah Anak, lahir melalui proses yang simultan dan

PERANAN DIALOG DALAM SISTEM PEMBELAJARAN JARAK JAUH. Titi Chandrawati 1 dan Suryo Prabowo 2

PELATIHAN PEMANFAATAN MODAL SOSIAL DALAM PENDIDIKAN KARAKTER UNTUK GURU TK AISYIYAH SE-KECAMATAN NGEMPLAK SLEMAN YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Setelah Ono Niha menjadi Kristen, lalu apa yang terjadi?

BAB V KESIMPULAN. Di dalam Alkitab, setidaknya terdapat tiga peristiwa duka dimana Yesus

Transkripsi:

BAB V PENUTUP V.1. Kesimpulan Pada akhirnya, dengan dilakukannya tinjauan kritis dari perspektif Pedagogi Pembebasan Paulo Freire, ditemukan bahwa model penyuluhan agama yang dilakukan oleh Penyuluh Agama Kristen di Kantor Kementerian Agama Kota Kupang belum sepenuhnya membebaskan. Menghasilkan sebuah model penyuluhan agama yang membebaskan yang tercermin baik dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program penyuluhan, membutuhkan kesadaran, kerendahan hati, komitmen, dan kerja keras dari penyuluh agama sendiri serta keyakinan mendalam, cinta kasih, penghargaan dan solider terhadap peserta penyuluhan sebagai subjek sepenuhnya yang berpotensi untuk menamai dan memikirkan realitas serta memformulasikan tindakan-tindakannya sendiri yang berujung pada pembebasan dan tranformasi yang sejati. Artinya, bahwa model penyuluhan yang diterapkan oleh Penyuluh Agama Kristen di Kantor Kementerian Agama Kota Kupang harus mampu membuat peserta penyuluhan menjadi subjek yang berkesadaran kritis terhadap kebutuhan dan pergumulannya, objek/pengetahuan yang dipelajari maupun terhadap realitas yang ada di sekelilingnya dengan berpartisipasi aktif melalui penggunaan metode dialog dan komunikasi secara terus menerus, dan bukan hanya menjadi pendengar yang penurut, yang selalu menyesuaikan diri dengan 120

semua hal yang dikatakan oleh penyuluh melalui metode yang konvensional, karena baik penyuluh maupun peserta adalah sumber pengetahuan dan pembelajaran. Hanya dengan begitu, peserta pada akhirnya akan melibatkan diri secara sadar dalam sebuah tindakan praksis nyata di tengah-tengah pergumulan gereja dan masyarakat Kota Kupang. Hal ini menjadi penting oleh karena tidak semua persoalan agama dan pembangunan yang ada di Kota Kupang harus dipecahkan dan diselesaikan oleh penyuluh agama sendiri secara khusus dan pemimpin/tokoh agama secara umum. Penyuluh agama seharusnya hanya menjadi motivator, pembimbing dan pemberdaya bagi umat yang dibimbing dan disuluh. Lewat kegiatan bimbingan/penyuluhan agama yang dilakukan harus menghantar umat sampai pada proses pemberdayaan diri yaitu sampai pada tingkat kesadaran kritis, menjadi subjek yang mandiri dan idependen dalam memahami, mengkaji berbagai persoalan hidup sehingga siap menjadi pelaku perubahan secara kreatif menuju transformasi gereja dan masyarakat. Penggunaan metode dialog dan komunikasi seperti apa dalam seluruh model penyuluhan, menjadi tantangan tersendiri bagi Penyuluh Agama Kristen oleh karena bervariasinya kelompok binaan dengan kategori usia dari anakanak sampai lansia. Namun, prinsip utamanya adalah penyuluh agama harus siap memperlakukan peserta sebagai subjek yang memiliki potensi diri untuk sama-sama belajar dan mengajar, menamai dan berpikir terhadap realitas dan bertindak dalam realitas. Dengan demikian, penggunaan metode dialog dan 121

komunikasi sejati dalam rangka mencapai kesadaran penuh menuju pembebasan merupakan hal mutlak yang dibutuhkan. V.2. Saran dan Rekomendasi Berdasarkan kesimpulan dari hasil tinjauan kritis di atas, maka peneliti mengusulkan beberapa saran dan rekomendasi untuk ditindaklanjuti dalam rangka menghasilkan suatu model penyuluhan agama yang membebaskan: 1. Para penyuluh agama harus melibatkan peserta penyuluhan secara aktif melalui penghadapan pada masalah-masalah seputar agama, pengalaman keseharian dan pembangunan melalui penggunaan metode dialog dan komunikasi yang kritis dalam setiap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program penyuluhan. Pendekatan yang digunakan harus mencakup baik pendekatan Bible Centered maupun Life/Eksperience Centered. Hal ini menjadi penting, oleh karena peserta harus mengalami pemberdayaan diri yaitu menjadi pemikir dan pengkaji kritis terhadap semua realitas kehidupan yang akhirnya dapat melibatkan diri dalam tindakan praksis untuk tujuan transformasi sosial yang lebih baik. Penyuluh agama hanya berfungsi sebagai pembimbing, penerang, petunjuk jalan dan motivator. Pesertalah yang harus menentukan pilihan, solusi, keputusan dan sejarahnya sendiri dalam rangka transformasi diri dan sosial. 2. Walaupun Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Penyuluh Agama dan Angka Kreditnya sudah lengkap, namun perlu dijelaskan lebih 122

mendetail makna kata penyuluh dan penyuluhan dalam kaitannya dengan pencapaian sasaran akhir dari penugasan seorang penyuluh agama maupun kelompok umat yang disuluh. Juga, model penyuluhan yang harus diterapkan oleh penyuluh agama dalam setiap jenjang jabatan dalam kaitannya dengan keterlibatan peserta penyuluhan dengan penggunaan metode yang kritis dan efektif dan cakupan materi agama dan pembangunan. Selain itu, dalam identifikasi potensi wilayah, perlu dimasukan kearifan lokal tiap daerah dalam kategori data khusus untuk menjadi bahan kajian, diskusi dan refleksi dalam materi penyuluhan. Kriteria warga binaan yang disuluh seperti apa dengan cara pendekatan yang bagaimana untuk kelompok yang berbeda juga perlu diperjelas lagi agar sasaran akhir dari penyuluhan bisa diukur secara spesifik. 3. Dalam rangka menambah berbagai pengetahuan dan ketrampilan menyuluh, penyuluh agama wajib dan segera diikutsertakan dalam berbagai jenjang Diklat Penyuluh Agama. 4. Penyuluh agama perlu memperlengkapi diri dan diperlengkapi dengan berbagai buku sumber/bacaan, buku acuan/pegangan, alat/media pendukung dalam penyuluhan. 5. Adanya dukungan dan perhatian serius dari Kantor Kementerian Agama terkait dengan Tupoksi penyuluh agama sehingga kinerjanya semakin berkualitas di mata gereja sebagai mitra kerja dan di mata masyarakat sebagai agen pembawa kerukunan. 123

6. Perlu adanya peningkatan fungsi pengawasan, pemantauan dan evaluasi dari Kepala Kantor dan Kepala Seksi Urusan Agama Kristen terhadap kinerja penyuluh agama. 124