RUU Pengadilan Pidana Anak: Suatu Telaah Ringkas Harkristuti Harkrisnowo Direktur Jenderal HAM Kementrian Hukum dan HAM RI
Anak perlu perlindungan khusus karena Kebelum dewasaan anak baik secara jasmani maupun rohani, membuat mereka memerlukan jaminan dan perawatan khusus, termasuk perlindungan hukum yang memadai, baik sebelum maupun setelah dilahirkan Anak harus dipersiapkan untuk menjalani hidup sendiri dalam masyarakat dan dibesarkan dalam semangat perdamaian, martabat, toleransi, kebebasan, kesetaraan dan kebersamaan.
Anak dan tindak pidana
Kondisi Anak dalam SPPA Mayoritas ABH yang masuk kedalam sistem peradilan pidana, dirampas kemerdekaannya Mayoritas anak yang dihadapkan ke depan pengadilan tidak didampingi advokat Asosiasi advokat belum memiliki kebijakan khusus mengenai bantuan hukum bagi ABH Anak jalanan yang menjadi ABH walau sanksi pidana yang diancamkan < 5 tahun seringkali ditahan karena tidak ada yang menjamin Media massa lebih tertarik terhadap isu anak dalam konteks violent crime saja
Anak-anak yang masuk ke dalam Rumah Tahanan atau Lembaga Pemasyarakatan belum terpenuhi hak-haknya Keterbatasan jumlah Rumah Tahanan dan Lembaga Pemasyarakatan Anak membuat anak ditempatkan di bangunan yang sama dengan orang dewasa Keterbatasan jumlah SDM pada Balai Pemasyarakatan untuk menangani kasus anak Banyak hakim tidak melibatkan petugas BAPAS selama proses peradilan anak
Loopholes dalam UU no. 3/1997 Istilah anak nakal Cakupan melakukan tindak pidana atau tindakan yang melanggar living law Usia pertanggungjawaban pidana anak 8 tahun Belum memasukkan asas-asas Beijing Rules Tidak secara expressis verbis menyatakan bahwa perampasan kemerdekaan adalah measure of the last resort Tidak memberi ruang bagi diversi
Padahal... Indonesia telah mengesahkan Konvensi Hak Anak dengan Keppres no. 36 tahun 1990 Telah ada UU no. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang telah: Menegaskan usia anak Menyebutkan anak yang berhadapan dengan hukum Menentukan hak-hak anak dalam proses peradilan Lembaga hukum telah mengeluarkan sejumlah ketentuan mengenai penanganan anak yang berhadapan dengan hukum
Karenanya diperlukan revisi terhadap UU No. 3 tahun 1997
Perubahan Utama. Filosofi sistem peradilan anak Cakupan anak Penghapusan kategori Anak Pidana, Anak Negara dan Anak Sipil Diversi & Restorative Justice Penegasan Hak Anak dalam Proses Peradilan Pembatasan Upaya perampasan kemerdekaan sebagai measure of the last resort Perluasan bentuk2 alternative to imprisonment
Landasan Filosofis Revisi Peradilan Anak merupakan bagian integral proses pembangunan nasional Anak, karena karakteristiknya (belum matang baik secara fisik maupun psikis), memerlukan perlindungan dan penanganan hukum yang khusus dibandingkan dengan orang dewasa Berlandaskan pada prinsip non-diskriminasi dan kepentingan terbaik bagi anak Kewajiban negara, masyarakat dan keluarga untuk melindungi anak
Asas dalam Pengadilan Pidana Anak Perlindungan Nondiskriminasi Kepentingan terbaik bagi anak Kelangsungan hidup dan tumbuh kembang anak Pembinaan dan pembimbingan anak Proporsional, dan Perampasan kemerdekaan merupakan upaya terakhir
Cakupan Anak Usia pertanggungjawaban pidana dinaikkan dari 8 menjadi 12 tahun, usia maks tetap >18 tahun Tidak lagi memakai klausul atau belum menikah Anak yang melakukan tindak pidana sebelum berusia 12 tahun dapat dikembalikan ke orang tua atau panti Tidak lagi dipakai istilah anak nakal, anak pidana pidana, anak negara & anak sipil Penahanan hanya dapat dikenakan pada anak yang telah berusia 14 tahun
Penghapusan Kategori Anak Saat ini dalam Lapas Anak terdapat Anak Pidana, Anak Negara dan Anak Sipil Walau status berbeda akan tetapi pembedaan perlakuan sulit dilaksanakan Anak Negara dapat berada di Lapas anak lebih lama daripada Anak Pidaa Anak Sipil sudah jarang sekali dimasukkan kedalam Lapas Anak
Restorative justice Bergeser dari lex talionis atau retributive justice Menekankan pada upaya pemulihan keadaan Berorientasi pada pemulihan korban Memberi kesempatan pada pelaku untuk mengungkapkan rasa sesalnya pada korban dan sekaligus menunjukkan tanggungjawabnya; Memberi kesempatan pada pelaku dan korban untuk bertemu dan mengurangi permusuhan & kebencian Mengembalikan keseimbangan dalam masyarakat Melibatkan anggota masyarakat dalam upaya pengalihan
Program Diversi: Upaya untuk mencegah masuknya anak delinkuen ke dalam SPP Anak, dengan mengalihkannya ke luar SPP Mencegah stigmatisasi terhadap anak pelaku kejahatan; Menekankan sense of responsibility pada anak atas perilakunya yang tidak terpuji Membutuhkan aparat hukum yang peka dan handal karena besarnya discretionary power yang diberikan kepadanya Memerlukan bantuan PK yang handal untuk membantu tercapainya tujuan dan program Diversi
Upaya yang wajib dilakukan oleh penegak hukum pada setiap tahap pemeriksaan Memerlukan penegak hukum yang peka akan kebutuhan anak, memahami hak-hak anak dan tidak mengutamakan penyelesaian melalui proses hukum Para penegak hukum harus memperhatikan sejumlah hal dalam mengupayakan Diversi
Syarat Diversi kategori pindak pidana (pidana kurang dari 7 thn); usia Anak (makin rendah makin didorong diversi) hasil penelitian kemasyarakatan dari Bapas kerugian yang ditimbulkan; tingkat perhatian masyarakat; dukungan lingkungan keluarga dan masyarakat. persetujuan korban (dan keluarganya jika masih anak-anak; dan kesediaan pelaku (dan keluarganya jika masih anak-anak).
Hasil Kesepakatan Diversi berbentuk bentuk a.l. Perdamaian dengan atau tanpa ganti kerugian; Menyerahkan kembali kepada orang tua atau orang tua asuh; Mengikuti pendidikan atau pelatihan ke lembaga pendidikan atau lembaga sosial; atau Pelayanan masyarakat
Diversi pada tiap Tahapan 1 2 3 4 Upaya Diversi oleh Masy Langsung mendamaikan kedua pihak Upaya Diversi oleh Polisi Membutuhkan keahlian PK Upaya Diversi oleh Jaksa Membutuhkan keahlian PK Upaya Diversi oleh Hakim Membutuhkan keahlian PK
Para pihak dalam Diversi Masyarakat Pelaku -& keluarga- Korban BAPAS Kepolisian
Diversi oleh Kepolisian Tindak pidana Penetapan Pengadilan Pelaksanaan Diversi Upaya Diversi Kesepakatan Diversi Para pihak setuju Diversi Proses diversi
Diversi oleh Kejaksaan Tindak pidana Kejaksaan upayakan Diversi Para pihak setuju Upaya Diversi Diserahkan ke Kejaksaan Proses Diversi Para pihak tidak setuju Diversi Penyidikan berlanjut Kesepakatan Diversi
Implikasi yang diharapkan Berkurangnya jumlah anak yang masuk dalam proses peradilan pidana, khususnya dalam Lembaga Pemasyarakatan berkurangnya beban Sistem Peradilan Pidana Meningkatnya partisipasi publik dalam penanganan anak yang berhadapan dengan hukum Meningkatnya kepekaan aparat penegak hukum akan hak-hak anak serta pemahaman potensi negatif SPP terhadap anak
BEBERAPA PILOT PROJECT DIVERSI
Ruang Sidang Anak Pengadilan Negeri Menggala, Lampung
Sidang Anak di Pengadilan Negeri Bandung
RUANG MEDIASI PENGADILAN NEGERI BANDUNG
RUANG MEDIASI PENGADILAN NEGERI JAKARTA BARAT
Sanksi Pidana (1) pidana pokok bagi anak terdiri atas: A. Pidana peringatan; B. Pidana dengan syarat: 1.Pembinaan di luar lembaga; 2. Pelayanan masyarakat; atau 3. Pengawasan. C. Latihan kerja; D. Pembinaan dalam lembaga; dan E. Penjara. (2) pidana tambahan terdiri atas: A. Perampasan keuntungan yang diperoleh B. Pemenuhan kewajiban adat
Tindakan a. pengembalian kepada orang tua atau orang tua asuh; b. penyerahan kepada pemerintah; c. penyerahan kepada seseorang; d. perawatan di rumah sakit jiwa; d. perawatan di rumah sakit jiwa; e. perawatan di lembaga; f. kewajiban mengikuti suatu pendidikan formal dan/ atau latihan yang diadakan oleh pem/badan swasta; g. pencabutan surat izin mengemudi; h. perbaikan akibat tindak pidana; dan/atau i. pemulihan.
Penguatan Peran Petugas Kemasyarakatan Melakukan Penelitian Masyarakat untuk memberi informasi lengkap mengenai anak Menjadi counselor dan advisor khususnya dalam program Diversi Memberikan pembimbingan Menyampaikan rekomendasi pada lembaga penegak hukum yang memerlukannya Mengawasi anak yang dijatuhi pidana pengawasan, anak didik pemasyarakatan yang diserahkan kepada orang tua, wali atau orang tua asuh
Selanjutnya, nasib mereka ada di tangan anda..