Daun Yakon dan Diabetes Mellitus Daun Yakon dan Diabetes Mellitus
Yakon (Smallantus sonchifolius) adalah bahan ramuan yang populer dalam beberapa tahun terakhir karena beberapa penelitian medis menunjukkan efek positifnya pada tikus diabetes. Daun yakon berasal dari amerika selatan. Di daerah asalnya, tanaman ini digunakan untuk mengontrol gula darah. Tanaman yakon sangat baik bagi diabetes karena memiliki kandungan flavanoids, antioksidan, dan fructooligosaccharides.
Yakon (Smallanthus sonchifolius) adalah tumbuhan perdu berasal dari Peru, tepatnya di Pegunungan Andes. Tanaman ini tumbuh baik di ketinggian 1350 MDPL dan kelembapan yang tinggi. Lebar daunnya dapat mencapai 30 cm. Ketinggian perdu tumbuhan ini mencapai 2 meter. Kuncup daun yang berwarna merah keunguan merupakan indikator tumbuhan ini memiliki kualitas daun yang bagus. Ciri khas lain dari tanaman Yakon adalah berumbi, batang dan daun bagian bawah berbulu tipis, serta setiap kali tumbuh daun, selalu berpasangan berhadapan. Studi Klinis Awal Daun Yakon Dan Diabetes Hasil Yang Mengejutkan Journal of Ethnopharmacology menerbitkan sebuah studi klinis pada tahun 2001 yang melibatkan pemberian rebusan teh dari daun yakon ke tikus yang telah diinduksi dengan diabetes. Tikus diberikan 10% dari teh yakon dengan suntikan atau melalui makan. Satu dosis tunggal sudah cukup untuk mengurangi kadar glukosa darah pada tikus, tetapi tidak memiliki efek secara signifikan pada diabetesnya. Namun, ketika botol air tikus dipenuhi dengan teh yakon (bukan
dengan air biasa) selama tiga puluh hari, kadar glukosa darah tikus diabetes menurun secara signifikan. Selain itu, tikus diabetes mengalami penurunan berat badan pada angka berat tubuh sehat. Tingkat insulin dan fungsi ginjal membaik. Para ilmuwan tersebut berkesimpulan bahwa teh daun yakon memang memiliki efek positif pada tingkat insulin, dan pada saat itu sangat mendorong penggunaannya pada manusia penderita diabetes. Studi klinis kedua Antusiasme untuk Daun Yakon Tim kedua ilmuwan melakukan percobaan pada tikus diabetes dengan berbagai ekstrak daun yakon pada tahun 2010. Diterbitkan dalam Interaksi CHEMICO-Biological, studi klinis ini diuji glukosa dan insulin tingkat darah tikus diabetes dengan lima komposisi yang berbeda dari ekstrak daun yakon selama delapan minggu. Setelah delapan minggu pada ekstrak daun yakon, insulin dan kadar glikemik dalam tikus diabetes telah terkontrol. Sekali lagi, para peneliti sangat antusias tentang daun ini dalam pengobatan diabetes. Uji Praklinis di Indonesia Simposium Penelitian di Indonesia dilakukan oleh tim Hady Anshory T. hasil penelitian tim ini telah disimposiumkan di Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta pada 15 Maret 2014. Penelitian tersebut menggunakan sebanyak 36 ekor tikus jantan sebagai subyek uji. Tikus-tikus tersebut dibuat menjadi diabetes dengan menyuntikan suatu zat kimia yaitu streptozotocin (STZ). Tiga hari setelah disuntik dengan (STZ), tikus diberikan ekstrak daun ini setiap hari selama 16 hari. Hasil penurunan kadar gula darah tikus seperti pada grafik berikut:
Penjelasan hasil : Setelah tikus disuntik dengan STZ terjadi peningkatan kadar glukosa darah sampai 500 mg/dl (padahal normalnya adalah 90-120 mg/dl) dalam waktu 3 hari. Setelah diberikan treatment dengan ekstrak daun yakon 120 mg/kgbb setiap hari selama 16 hari terjadi penurunan kadar gula darah sampai 72%, sedangkan tikus yang tidak diberi ekstraknya (kontrol negatif) kadar gula darahnya terus meningkat. Disamping itu jika dibandingkan dengan tikus yang diberi obat antidiabetes glibenklamid (kontrol positif), penurunan kadar gula darah hanya mencapai 17%. Hal ini menunjukkan bahwa efek penurunan kadar gula darah ekstrak daun yakon sangat kuat. Ekstrak daun ini ternyata mampu memperbaiki sel beta pangkreas yang rusak, hal ini terlihat dari tabel hasil pengamatan sel beta pangkreas normal setelah ditreatment dengan ekstrak daun berkhasiat ini.
Kandungan Antidiabetes pada Daun Yakon Senyawa Sonchifolin, Polimatin B, Uvedalin dan Enhidrin; sebagai antidiabetes melalui dua mekanisme, yaitu menghambat proses glikogenolisis dan glukoneogenesis. Penghambatan proses glikogenolisis dan glukoneogenesis tersebut mengaibatkan adanya penghambatan pembentukan glukosa dalam tubuh. Senyawa antioksidan asam chlorogenic, asam cafeic, dan asam ferulic; sebagai penghambat radikal bebas yang merusak organ tubuh termasuk pankreas. Senyawa melampolide; sesquiterpen lakton yang menghambat pembentukan nitric oxide (NO) (gas radikal bebas yang mudah larut dan berumur pendek). Hal ini mencegah kerusakan sel beta pankreas, hal ini berarti senyawa sesquiterpen lakton melampolide juga memiliki mekanisme sebagai antioksidan untuk melindungi sel beta pankreas. Semoga bermanfaat.