RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) TERHADAP BERBAGAI DOSIS MOL BONGGOL PISANG

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PENGGUNAAN MIKRO ORGANISME LOKAL LIMBAH RUMAH TANGGA DAN NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG HIJAU (Vigna radiata L)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga

PENGARUH PUPUK ORGANIK CAIR (POC) LIMBAH TERNAK DAN LIMBAH RUMAH TANGGA PADA TANAMAN KANGKUNG (Ipomoea reptans Poir) Oleh : Sayani dan Hasmari Noer *)

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI TANAMAN BUNCIS (Phaseolus vulagris L.) E- JURNAL FATMA RIZA

BAB I PENDAHULUAN. industri. Menurut Napiah (2009) ketersediaan BBM indonesia hanya akan mencapai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Metode Penelitian Pembuatan Pupuk Hayati

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Suhu min. Suhu rata-rata

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

PENGARUH PENGGUNAAN PUPUK KANDANG DAN NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG TANAH

PENGARUH BOKASHI SEKAM PADI TERHADAP HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays, L Sacharata) PADA TANAH ULTISOL

I. PENDAHULUAN. Larutan Mikroorganisme Lokal (MOL ) terbuat dari bahan-bahan alami,

KARYA ILMIAH TENTANG. Oleh SUSI SUKMAWATI NPM

PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN DOSIS PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

PENGARUH PEMBERIAN BIO URIN SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill).

BAB VI PEMBAHASAN. lambat dalam menyediakan unsur hara bagi tanaman kacang tanah, penghanyutan

I. PENDAHULUAN. Pertanian organik merupakan sistem managemen produksi yang dapat. tanaman. Dalam pelaksanaannya pertanian organik menitikberatkan pada

PENGARUH KERAPATAN DAN KEDALAMAN TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG HIJAU (Vigna radiata L.)

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahan-bahan organik yang dibuat menjadi pupuk cair memiliki

I. PENDAHULUAN. Tanaman pisang adalah salah satu komoditas yang dapat digunakan sebagai

PENGARUH DOSIS PUPUK ANORGANIK NPK MUTIARA DAN CARA APLIKASI PEMUPUKAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN MENTIMUN

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

PENGARUH DOSIS DAN LAMA PEMBENAMAN PUPUK HIJAU OROK-OROK (Crotalaria juncea L.) PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI (Glycine max L.

BAB I PENDAHULUAN. Kandungan zat gizi yang lengkap dalam menu makanan yang sehat dan seimbang

BAB I PENDAHULUAN. penting di Indonesia termasuk salah satu jenis tanaman palawija/ kacang-kacangan yang sangat

PENGARUH DOSIS DAN WAKTU APLIKASI Azolla pinnata TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN KACANG HIJAU (Vigna radiata (L.))

I. PENDAHULUAN. Keinginan untuk berswasembada kedelai telah beberapa kali dicanangkan, namun

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

JURNAL SAINS AGRO

I. PENDAHULUAN. Buncis (Phaseolus vulgaris L.) adalah anggota sayuran genus Phaseolus yang

THE INFLUENCE OF N, P, K FERTILIZER, AZOLLA (Azolla pinnata) AND PISTIA (Pistia stratiotes) ON THE GROWTH AND YIELD OF RICE (Oryza sativa)

BAB I PENDAHULUAN. tanaman kedelai, namun hasilnya masih kurang optimal. Perlu diketahui bahwa kebutuhan

RESPON TANAMAN KEDELAI TERHADAP PEMBERIAN MIKROORGANISME LOKAL (MOL) BONGGOL PISANG DAN PUPUK KANDANG KOTORAN SAPI

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan Kacang Tanah. dalam kehidupan dan perkembangan suatu species. Pertumbuhan dan

Oleh : Yahumri BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) BENGKULU

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetatif dan generatif. Stadia pertumbuhan vegetatif dihitung sejak tanaman

BAB I PENDAHULUAN. serangan hama karena buahnya yang berupa polong berada dalam tanah.

BAB I PENDAHULUAN. diolah menjadi makanan seperti kue, camilan, dan minyak goreng. kacang tanah dari Negara lain (BPS, 2012).

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN

53 ZIRAA AH, Volume 27 Nomor 1, Pebruari 2010 Halaman ISSN

RESPONS TANAMAN BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) TERHADAP DOSIS PUPUK KANDANG KAMBING DAN PUPUK DAUN YANG BERBEDA

RINGKASAN. I. Pendahuluan. A. Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

Peran Media Tanam dan Dosis Pupuk Urea, SP36, KCl Terhadap Pertumbuhan Tanaman Bawang Daun (Allium fistulosum L.) dalam Polybag. Oleh: Susantidiana

BAB I PENDAHULUAN. mengurangi pemakaian pestisida. Limbah padat (feses) dapat diolah. menjadi pupuk kompos dan limbah cair (urine) dapat juga diolah

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

KONSENTRASI DAN WAKTU PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR UNTUK PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI (Oryza sativa L.) LADANGPADAULTISOL JURNAL.

III. BAHAN DAN METODE. Selatan yang diketahui memiliki jenis tanah Ultisol dan Laboratorium Ilmu Tanah

BAB I PENDAHULUAN. Nitrogen (N) merupakan unsur hara makro yang dibutuhkan oleh tanaman.

MIKROORGANISME LOKAL (MOL) BUAH PISANG DAN PEPAYA TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN UBI JALAR (Ipomea batatas L)

PENGARUH DOSIS KOMPOS FERMENTASI DAN PENGGUNAAN PUPUK HAYATI MIKORIZA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BUNCIS (Phaseolus vulgaris.

RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG TANAH PADA APLIKASI DOSIS PUPUK ORGANIK PADAT DAN CAIR

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK BIO-7 DAN PUPUK NPK ALAM TANI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KACANG PANJANG (Vigna sinensis L.

PENGARUH DOSIS PUPUK HIJAU DAUN GAMAL (Gliricidia sepium) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.)

Pemberian Pupuk Organik Granular Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kacang Tanah (Arachis hypogea,l) Pada Tanah Ultisol

SKRIPSI PERTUMBUHAN DAN HASIL DUA VARIETAS TANAMAN KACANG TANAH

PENGARUH PEMBERIAN MIKROORGANISME LOKAL (MOL) BONGGOL PISANG NANGKA TERHADAP PRODUKSI ROSELLA (Hibiscus sabdariffa l)

PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

12 ZIRAA AH, Volume 36 Nomor 1, Pebruari 2013 Halaman ISSN

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI (Brassica juncea L) DENGAN PEMBERIAN MIKROORGANISME LOKAL (MOL) DAN PUPUK KANDANG AYAM

I. PENDAHULUAN. memiliki nilai ekonomi penting di Indonesia. Nilai ekonominya yang tinggi

STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

RESPONS JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK ORGANIK GRANUL YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG MANIS

AGROVIGOR VOLUME 1 NO. 1 SEPTEMBER 2008 ISSN

UJI EFEKTIFITAS BEBERAPA MIKRO ORGANISME LOKAL TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN SAWI HIJAU (Brassica juncea L.)

PENGARUH DOSIS PUPUK KANDANG SAPI DAN PUPUK NITROGEN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KANGKUNG DARAT (Ipomoea reptans. Poir)

II. TINJAUAN PUSTAKA. udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman cabai adalah 25-27º C pada siang

PEMUPUKAN NPK PADA TANAMAN DURIAN (Durio zibethinus Murr.) LOKAL UMUR 3 TAHUN

METODE PELAKSANAAN. Percobaan ini dilaksanakan di lahan kering BPTP Sumatera Barat kebun

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak

PERTUMBUHAN DAN HASIL TIGA VARIETAS JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt) TERHADAP BERBAGAI DOSIS PUPUK ORGANIK HAYATI PADA LAHAN RAWA LEBAK

Pengaruh Tiga Jenis Pupuk Kotoran Ternak (Sapi, Ayam, dan Kambing) Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rumput Brachiaria Humidicola

PENGARUH PUPUK HIJAU Calopogonium mucunoides DAN FOSFOR TERHADAP SIFAT AGRONOMIS DAN KOMPONEN HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt)

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

RESPONS TANAMAN KEDELAI TERHADAP PEMBERIAN PUPUK FOSFOR DAN PUPUK HIJAU PAITAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tomat merupakan salah satu dari kelompok sayuran yang memiliki banyak manfaat, diantaranya digunakan

PENGARUH JENIS PUPUK KANDANG DAN JARAK TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays L. var. saccharata Sturt) SKRIPSI

PENGARUH PUPUK NPK DGW COMPACTION DAN PUPUK KANDANG SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI MERAH BESAR (Capsicum annuum L.

Deskripsi FORMULA PUPUK HAYATI TANAMAN KEDELAI

Aktivator Tanaman Ulangan Ʃ Ӯ A0 T1 20,75 27,46 38,59 86,80 28,93 T2 12,98 12,99 21,46 47,43 15,81 T3 16,71 18,85 17,90 53,46 17,82

I. PENDAHULUAN. Selada (Lactuca sativa L.) merupakan salah satu tanaman sayur yang dikonsumsi

Pengaruh Dosis Pupuk Kotoran Ternak Ayam Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rumput Brachiaria humidicola pada Pemotongan Pertama

PERTUMBUHAN DAN HASIL KAILAN (brassica alboglabra) PADA BERBAGAI DOSIS KOMPOS SOLID ABSTRAK

PENGAMATAN PERCOBAAN BAHAN ORGANIK TERHADAP TANAMAN PADI DI RUMAH KACA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH MACAM PUPUK FOSFAT DOSIS RENDAH TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) VARIETAS SINGA, PELANDUK, DAN GAJAH

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. lingkungan atau perlakuan. Berdasarkan hasil sidik ragam 5% (lampiran 3A)

1. PENDAHULUAN. banyak mengandung zat-zat yang berguna bagi tubuh manusia, oleh karena itu

EFEKTIFITAS BOKASHI KULIT KACANG TANAH ( Arachis hypogea L.) TERHADAP PRODUKSI TANAMAN BUNCIS ( Phaseolus vulgaris L.

Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merril) Varietas Tidar Berdasarkan Dosis Pupuk Organik Padat

TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program Study Agronomi. Oleh : HARIYATI S

Transkripsi:

241 RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) TERHADAP BERBAGAI DOSIS MOL BONGGOL PISANG (Growth and Yield Response of Beans to Various Dosage The Local Microorganism Banana Hump) Rahmida 1, Ellisa Rusiani 1, Putri Rahayu 1, dan Zainab 1 Mahdiannoor 2 1 Mahasiswa Penerima PKM-PE Tahun 2017, Program Studi Agroteknologi, Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Amuntai 2 Dosen Pendamping PKM-PE Tahun 2017, Program Studi Agroteknologi, Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Amuntai ABSTRACT Almost all societies use beans. Beans are the usual food consumed by the people of Indonesia. The local microorganism (MOL) is a fermented solution based on various locally available resources. MOL solution contains micro and macro nutrients and also contains potential bacteria as organic material remodel, growth stimulant and as agent of plant pests and diseases. The purpose of this study was to determine the growth response and plant yield (Phaseolus vulgaris L.) to various doses of MOL banana cobs, and get the best dose. This research was conducted at BPTP South Kalimantan in Muara Rintis Village, Batang Alai Utara Subdistrict, Hulu Sungai Tengah Regency, from April to July 2017. This research uses single factor RAK with 4 levels ie m1 = 125 ml per plant, m2 = 250 ml per plant, m3 = 375 ml per plant, m4 = 500 ml per plant each treatment was repeated 6 times so that there were 24 experimental units. The results showed no effect on the observed variables. Keywords: Beans, MOL Banana Stumps PENDAHULUAN Hampir semua kalangan masyarakat memanfaatkan buncis, mulai dari ibu rumah tangga yang membutuhkan dalam jumlah sedikit sampai ke industri pengolahan yang membutuhkan dalam jumlah besar dan continue. Selain dikonsumsi di dalam negeri ternyata buncis juga telah diekspor. Negaranegara yang sering mengimpor buncis dari Indonesia antara lain Singapura, Hongkong, Australia, Malaysia dan Inggris. Bentukbentuk yang diekspor bermacam-macam, ada yang berbentuk polong segar, didinginkan atau dibekukan, dan adapula yang berbentuk biji kering. Mengingat buncis sangat dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia dan masyarakat luar negeri maka bisa dibayangkan banyaknya produksi buncis yang dibutuhkan. Oleh karena itu, buncis dapat dikatakan merupakan komoditi yang mempunyai masa depan cerah. Menurut informasi yang diperoleh dari LIPI diperkirakan bahwa orang Indonesia membutuhkan kacang-kacangan 40 gram per hari.walaupun tanaman buncis bukan tanaman asli Indonesia, tetapi penyebarannya cukup meluas di wilayah Indonesia. Hal ini tergambarkan dari data perkembangan luas panen, produksi dan produktivitas buncis di Indonesia selama periode tahun 1999 ± 2003. Dilihat dari luas panen dari tahun 1999 sampai dengan Tahun 2001 terjadi penurunan, tetapi di tahun 2002 luas panen kembali meningkat, bahkan di tahun 2003 peningkatannya mencapai 22,38 %. Produksi nasional tertinggi terjadi di tahun

242 2000 yang mencapai 302 624 hektar. Hal tersebut disebabkan oleh tingginya produktivitas di tahun tersebut. Namun demikian, setelah tahun 2000 produktivitas mengalami penurunan dari tahun ketahun, sehingga pada tahun 2003 hanya mencapai 7,59 ton per hektar. Hal tersebut mengindikasikan kurang optimalnya teknologi budidaya yang digunakan oleh petani buncis. Mikroorganisme lokal (MOL) adalah kumpulan mikroorganisme yang bisa diperbanyak berfungsi sebagai starter dalam pembuatan kompos organik. Larutan MOL adalah larutan hasil fermentasi yang berbahan dasar dari berbagai sumber daya yang tersedia setempat. Larutan MOL mengandung unsur hara mikro dan makro dan juga mengandung bakteri yang berpotensi sebagai perombak bahan organik, perangsang pertumbuhan dan sebagai agen pengendali hama dan penyakit tanaman, sehingga MOL dapat digunakan baik sebagai dekomposer, pupuk hayati dan sebagai pestisida organik terutama sebagai fungisida MOL bonggol pisang mengandung hormon yang berfungsi sebagai zat perangsang tumbuhan untuk lebih memacu perkembangan sel-sel tanaman, seperti giberellin, sitokinin dan auksin. Selain itu, dalam MOL bonggol pisang juga mengandung beberapa mikroorganisme yang berguna bagi tanaman yaitu Rhizobium sp, Azospirillium sp, Azotobacter sp, Pseudomonas sp, Bacillus sp, dan bakteri pelarut phospat (Sari, et., al, 2012). Berdasarkan uraian dari berbagai permasalahan di atas maka akan diadakan penelitian tentang respon pertumbuhan dan hasil tanaman buncis (Phaseulos vulgaris L.) terhadap pemberian berbagai dosis MOL bonggol pisang. Penelitian ini bertujuan (i) untuk mengetahui respon pertumbuhan dan hasil tanaman buncis terhadap pemberian MOL bonggol pisang. (ii) untuk mendapatkan dosis MOL bonggol pisang yang paling tepat, yang dapat menimbulkan respon pertumbuhan dan hasil tanaman buncis terbaik. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di lahan BPTP Kalimantan Selatan di Desa Muara Rintis Kecamatan Batang Alai Utara Kabupaten Hulu Sungai Tengah dan dilaksanakan pada bulan April Juli 2017. Bahan yang digunakan antara lain benih buncis, media, MOL bonggol, Kayu pisang, dan pestisida alami. Adapun alat yang digunakan berupa cangkul, sekop, parang, alat tulis, timbangan, gembor, ember, hand sparayer, meteran, blender dan kamera Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktor tunggal, pengelompokkan berdasarkan tofografi lahan. Faktor yang di teliti adalah dosis MOL bonggol pisang (M) yang terdiri dari 4 taraf, yaitu: m1= 125 ml per tanaman m2= 250 ml per tanaman m3= 375 ml per tanaman m4= 500 ml per tanaman Setiap perlakuan di ulang sebanyak 6 kali, sehingga terdapat 24 percobaan. Setiap percobaan ada 4 tanaman sampel, sehingga semuanya terdapat 96 tanaman. HASIL DAN PEMBAHASAN Tinggi Tanaman Tinggi tanaman diamati pada umur 15, 25, dan 35 HST. Berdasarkan analisis ragam pemberian mol bonggol pisang tidak memberikan pengaruh terhadap tinggi tanaman buncis umur 15, 25, dan 35 HST. Diduga hal ini unsur hara N MOL bonggol pisang tergolong rendah menurut Santosa (2013) dalam Hanan, et., al (2015) kandungan unsur hara MOL bonggol pisang N 1,73%. Sedangkan dalam proses pertumbuhannya tanaman buncis memerlukan nitrogen dalam jumlah yang cukup, unsur nitrogen berguna untuk merangsang pertumbuhan tanaman. Hasil analisis tanah di Balitra menunjukkan unsur

243 hara N tergolong kriteria sangat rendah, sehingga kebutuhan tanaman akan unsur hara N belum tercukupi. 160.00 140.00 120.00 100.00 80.00 60.00 40.00 15 HST 25 HST 35 HST 20.00 0.00 Gambar 1. Histogram perlakuan tinggi tanaman buncis umur 15, 25, dan 35 HST Jumlah Daun Jumlah daun diamati pada umur 15, 25, dan 35 HST. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian MOL bonggol pisang tidak memberikan pengaruh pada jumlah daun umur 15, 25, dan 35 HST. Hal ini diduga karena kandungan N pada tanah dan MOL rendah. Tersedianya N dalam jumlah yang cukup akan mempelancar metabolisme tanaman dan akhinya akan mempengaruhi pertumbuhan organ-organ seperti batang, daun dan akar menjadi lebih baik. Akar akan menyerap unsur hara yang diperlukan tanaman dalam bentuk vegetatif sehingga batang tanaman tumbuh tinggi dan mempengaruhi jumlah daun dari tanaman tersebut. 40.00 30.00 20.00 10.00 15 HST 25 HST 35 HST 0.00 Gambar 2. Histogram perlakuan jumlah daun buncis umur 15, 25, dan 35 HST

244 Umur Panen Umur panen diamati ketika panen pertama tanaman buncis. Berdasarkan analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian MOL bonggol pisang tidak berpengaruh terhadap umur panen. Berpengaruhnya umur panen tergantung fase pembungaan, jika fase pembungaan cepat maka umur panen juga cepat. Fase pembungaan ini memerlukan unsur hara P, karena unsur hara P berperan dalam pembentukan protein dan mineral, mempercepat pembungaan serta pembuahan. Menurut Maisura (2001) dalam Reville (2013) meningkatnya pertumbuhan vegetatif akan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bunga. Pertumbuhan vegetatif yang baik akan mempengaruhi pertumbuhan generatif yang lebih baik dapat dilihat dari kemampuan tanaman mengeluarkan bunga lebih cepat. Faktor lain yang mempengaruhi bunga yaitu ketersedian P dari MOL bonggol pisang yang tergolong rendah dan P pada lahan penelitian juga rendah. 50.20 50.00 49.80 49.60 49.40 49.20 49.00 48.80 48.60 48.40 Umur Panen Gambar 3. Histogram perlakuan umur panen buncis Jumlah Polong Jumlah polong diamati setelah panen dengan menghitung banyaknya polong dari panen pertama sampai panen keempat. Dari hasil anlisis ragam jumlah polong tanaman buncis tidak berpengaruh terhadap pemberian berbagai dosis mol bonggol pisang. Berdasarkan analisis ragam jumlah polong dan berat polong pada pemberian MOL bonggol pisang tidak berpengaruh. Hal ini diduga karena unsur hara pada MOL bonggol pisang tergolong rendah. Pembentukan polong memerlukan unusr hara P dan K yang berperan dalam pembentukan protein, mineral, karbohidrat, dan gula. Unsur hara tersebut dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik. Namun, analisis tanah pada lahan penelitian kandungan unsur hara N dan K sangat rendah dan ph tergolong agak masam. Menurut Helmi (2015), ph tanah yang agak masam menyebabkan tanaman tidak dapat memanfaatkan N, P, K dan zat hara lain yang dibutuhkan. Pada ph yang agak masam banyak mengandung unsur Al yang bersifat racun juga mengikat P dan K sehingga tidak dapat diserap oleh tanaman.

245 9.50 9.00 8.50 8.00 Jumlah Polong 7.50 7.00 Gambar 4. Histogram perlakuan jumlah polong tanaman buncis Berat Basah Polong Berat basah polong per tanaman dapat diketahui dengan menimbang berat polong buncis dari panen pertama, panen kedua, dan panen ketiga, dengan menggunakan timbangan digital. Dari hasil anlisis ragam berat basah polong tanaman buncis tidak berpengaruh terhadap pemberian berbagai dosis mol bonggol pisang. 45.00 40.00 35.00 30.00 25.00 20.00 15.00 10.00 5.00 0.00 Berat Basah Polong Gambar 5. Histogram perlakuan berat basah polong tanaman buncis Kandungan C organik tanah rendah sehingga menyebabkan tanah tidak mampu menyediakan unsur hara yang cukup. Menurut Hardjowigeno (2007) menyatakan bahwa penurunan kadar C organik mempengaruhi jumlah bahan organik tanah. Bahan organik di dalam tanah mempengaruhi perkembangan bakteri dalam tanah karena bakteri membutuhkan bahan organik sebagai bahan makanan. Bakteri saling berinteraksi dengan kebutuhannya akan bahan organik karena bahan organik dapat menyediakan karbon sebagai sumber energi untuk tumbuh. Hal ini diperkuat dengan pendapat Hanafiah (2005), bahwa berkurangnya bahan organik dalam tanah meneybabkan karbon dan nitrogen berkurang sehingga mempengaruhi aktivitas bakteri. Dengan terhambatnya aktivitas bakteri mengakibatkan bakteri tidak dapat mendekomposisi bahan organik

246 menjadi unsur hara yang tersedia bagi tanaman (Hardjowigeno, 2007). Pertumbuhan dan perkembangan bakteri juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Pada saat bulan penelitian terjadi suhu tinggi sehingga bakteri yang ada pada MOL bonggol pisang tidak dapat bekerja dikarenakan suhu yang tinggi dan curah hujan rendah. Pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan sangat tergantung pada sumbersumber yang tersedia di dalam tanah dan di udara. Unsur nitrogen sangat dibutuhkan dalam jumlah yang besar untuk pertumbuhan tanaman. Selain faktor iklim, kandungan unsur hara dari MOL bonggol pisang yang terbatas juga menjadi faktor yang menyebabkan tidak berpengaruhnya pemberian MOL bonggol pisang terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, umur panen, jumlah polong, dan berat basah polong dalam penelitian ini. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian didapat kesimpulan bahwa 1. Pemberian MOL bonggol pisang tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, umur panen, jumlah polong, dan berat polong. 2. Tidak didapatkan dosis terbaik MOL bonggol pisang terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, umur panen, jumlah polong, dan berat polong. UCAPAN TERIMAKASIH 1. Kepada Dirbelmawa Kemenristekdikti Cq. Kopertis XI Wilayah Kalimantan atas pembiayaan penelitian ini melalui Program Kreativitas Mahasiswa bidang Penelitiaan Eksakta dengan Nomor kontrak 1013/K11. A/KM/2017 tahun 2017. 2. BPTP Kal-Sel Kebun Muara Rintis Kabupaten Hulu Sungai Tengah atas peminjaman lahan percobaan. DAFTAR PUSTAKA Balittra. 2017. Laboratorium Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa. Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa. Banjarbaru. Hanan, R., Meriyanto dan Putera, B.A. 2015. Respon Tanaman Kentang (Solanum Tuberosum L.) Akibat Pemberian Mikroorganisme Lokal (Mol) onggol Pisang Di Dataran Medium. Laporan Hasil Penelitian. Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Tridinanti. Palembang. Helmi. 2015. Peningkatan Produktivitas Padi Lahan Rawa Lebak Melalui Penggunaan Varietas Unggulpadi. Jurnal Pertanian Tropik. Vol. 2 No. 2. Hardjowigeno, S. 2007. Ilmu Tanah. Cv. Akademika Pressindo. Bekasi Timur. Langai, B.F. 2002. Buku Ajar RancanganPercobaan. Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat. Banjarbaru. Refille. V. G. 2013. Vegetative Growth Upland (Oryza sativa L.) Peatlands By Providing Sawdust Green Manure Legume Species. Abstrak. Fakultas Petanian Universitas Riau. Sari, D. N., Kurniasaih. S dan Rostikawati. R. T. 2012. Pengaruh Pemberian Mikroorganisme Lokal (MOL) Bonggol Pisang Nangka Terhadap Produksi Rosela (Hibiscus sabdariffa l). http://ejournal.unpak.ac.id. Program Studi biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Pakuan Bogor. Diakses pada tanggal 12 September

1