Masukkan jarum pada daerah papila interdental, masukkan obatnya sebanyak ± 0,2 0,3 cc. Akan terlihat mukosa daerah tersebut memucat.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pengalaman emosional yang berkaitan dengan kerusakan atau potensi kerusakan

FARMAKOLOGI ANESTESI LOKAL

BAB I PENDAHULUAN. Komplikasi yang sering terjadi pasca prosedur dental adalah infeksi yang

BAB I PENDAHULUAN. Anestesi adalah suatu tindakan menghilangkan rasa sakit atau nyeri ketika

ANESTESI LOKAL BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. lainya yang dapat menimbulkan rasa sakit (Putri, 2014; Simangunsong, 2015).

Sudah Siap Untuk Belajar?

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

KONTROL PLAK. Kontrol plak adalah prosedur yang dilakukan oleh pasien di rumah dengan tujuan untuk:

ANESTETIK LOKAL LIDOKAIN. struktur molekul, yaitu golongan amida dan ester (tabel 1). Masing-masing. golongan mempunyai kaitan pada struktur kimianya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BPSL BLOK BUKU PANDUAN SKILLS LAB PEMULIHAN SISTEM STOMATOGNATIK III (ILMU BEDAH MULUT) SEMESTER VI TAHUN AKADEMIK NAMA NIM KLP

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1mm/KgBB + tramadol. Dalam hal ini, masing-masing data akan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

insulin dan memiliki rumus empiris C267H404N72O78S6 dan berat molekul Insulin glargine memiliki struktur sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. Pencabutan gigi adalah proses pembedahan yang memberikan tantangan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

ANESTESI REGIONAL. Department of Anesthesiology Faculty Of Medicine Padjadjaran University

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

ANESTESI REGIONAL. Intan Arvianty Maretta Prihardini H. Preceptor:Riri Risanti, dr. Sp.An.

Pengantar Farmakologi

PETIDIN, PROPOFOL, SULFAS ATROPIN, MIDAZOLAM

PANDUAN SKILL LAB BLOK MEDICAL EMERGENCY DISLOKASI TMJ DAN AVULSI JURUSAN KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

INSTRUMENTASI PERIODONTAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menggunakan istilah anestesi (Putri, 2014). Anestesi merupakan gabungan dua

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilaksanakan di RSGM UMY dengan tujuan untuk melihat adanya

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. insisif, premolar kedua dan molar pada daerah cervico buccal.2

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan luka, sehingga pasien tidak nyaman. Luka merupakan rusaknya

BAB II TINAJUAN PUSTAKA. kali digunakan untuk prosedur pembedahan pada abad ke Blok sentral. penggunaan obat anestesi lokal yang lebih aman.

Kinetik= pergerakan farmakokinetik= mempelajari pergerakan obat sepanjang tubuh:

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Kronologis penemuan obat-obat anestesi lokal

Pengantar Farmakologi Keperawatan

OBAT DAN NASIB OBAT DALAM TUBUH

Anestesia lokal dalam prosedur endodontik

MACAM ANASTESI LOKAL. Perbandingan golongan ester dan amida : 2. Klasifikasi Potensi Mula Kerja (Onset) Ester. Toksisitas

Farmakologi. Pengantar Farmakologi. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UNLAM. Farmakodinamik. ., M.Med.Ed. normal tubuh. menghambat proses-proses

Pengantar Farmakologi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan ekstraksi adalah prosedur yang menerapkan prinsip bedah, fisika, dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 KANINUS IMPAKSI. individu gigi permanen dapat gagal erupsi dan menjadi impaksi di dalam alveolus.

KURETASE GINGIVAL & KURETASE SUBGINGIVAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut. 7 Sedangkan The International

BAB 2 LANDASAN TEORI. Lidokain (Xylocaine/Lignocaine) adalah obat anestesi lokal kuat yang

II. KEADAAN ANATOMIS SEBAGAI FAKTOR PREDISPOSISI PENYAKIT PERIODONTAL

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. cepat berkembang. Masyarakat makin menyadari kebutuhan pelayanan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 11 KURETASE GINGIVAL

I. PENDAHULUAN. Kalsium merupakan kation dengan fosfat sebagai anionnya, absorbsi

PENGATURAN JANGKA PENDEK. perannya sebagian besar dilakukan oleh pembuluh darah itu sendiri dan hanya berpengaruh di daerah sekitarnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 2006). Kanker leher kepala telah tercatat sebanyak 10% dari kanker ganas di

Perbandingan efektivitas kerja antara lidokain dan artikain pada anestesi blok nervus alveolaris inferior

GINGIVEKTOMI DAN GINGIVO V PL P A L STI T K

BAB I PENDAHULUAN. gigi, mulut, kesehatan umum, fungsi pengunyahan, dan estetik wajah.1 Tujuan

Pengertian farmakokinetik Proses farmakokinetik Absorpsi (Bioavaibilitas) Distribusi Metabolisme (Biotransformasi) Ekskresi

II. KERJA BAHAN TOKSIK DALAM TUBUH ORGANISMS

ANATOMI GIGI. Drg Gemini Sari

PERTIMBANGAN PEMILIHAN ANESTESI LOKAL PADA PA SIEN DENGAN PENYAKIT SISTEMIK SKRIPSI. Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. subarachnoid sehingga bercampur dengan liquor cerebrospinalis (LCS) untuk mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anestesi spinal merupakan salah satu teknik anestesi regional yang

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nasib Obat dalam Tubuh (Farmakokinetika)

BAB I PENDAHULUAN. Dari data antara tahun 1991 sampai 1999 didapatkan bahwa proses

MENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PROSEDUR TINDAKAN PEMBERIAN SUNTIKAN ( INJEKSI )

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

ASEPSIS SESUDAH TINDAKAN BEDAH MULUT

Kebutuhan cairan dan elektrolit

BAB 5 HASIL PENELITIAN

Obat Diabetes Farmakologi. Hipoglikemik Oral

SURAT PENOLAKAN TINDAKAN KEDOKTERAN

PERAWATAN PERIODONTAL

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI/TERAPI KEDOKTERAN I ABSORBSI DAN EKSKRESI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. imunitas gingiva yang salah satu penyebabnya adalah infeksi. Infeksi disebabkan oleh

Di bawah ini diuraikan beberapa bentuk peresepan obat yang tidak rasional pada lansia, yaitu :

RINI ASTRIYANA YULIANTIKA J500

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan utama dari perawatan saluran akar adalah untuk menghilangkan

ARMAMENTARIUM BEDAH. Armamentarium berasal dari kata armament yang berarti peralatan.

Obat merupakan sebuah substansi yang diberikan kepada manusia atau binatang sebagai perawatan atau pengobatan, gangguan yang terjadi di dalam tubuhnya

Artikel Kimia tentang Peranan Larutan Penyangga

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. kelenjar saliva, dimana 93% dari volume total saliva disekresikan oleh kelenjar saliva

NASIB OBAT DALAM TUBUH (FARMAKOKINETIKA) REZQI HANDAYANI S.Farm, M.P.H., Apt

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saluran pernafasan merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa

BAB II KLAS III MANDIBULA. Oklusi dari gigi-geligi dapat diartikan sebagai keadaan dimana gigi-gigi pada rahang atas

BAB 2 IMPLAN. Dental implan telah mengubah struktur prostetik di abad ke-21 dan telah

BAB I PENDAHULUAN. mulut, yang dapat disebabkan oleh trauma maupun tindakan bedah. Proses

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kehilangan gigi geligi disebabkan oleh faktor penyakit seperti karies dan

Transkripsi:

2.7 Prosedur Anastesi Infiltrasi 2.7.1 Daerah bukal/labial/ra/rb Masuknya jarum ke dalam mukosa ± 2 3 mm, ujung jarum berada pada apeks dari gigi yang dicabut. Sebelum mendeponir anastetikum, lakukan aspirasi untuk melihat apakah pembuluh darah tertusuk. Bila sewaktu dilakukan aspirasi dan terlihat darah masuk ke dalam karpul, tarik karpul. Buang darah yang berada di karpul dan lakukan penyuntikan pada lokasi lain yang berdekatan. Masukkan obat dengan perlahan dan tidak boleh mendadak sebanyak ± 0,60 ml (1/3 karpul). 2.7.2 Daerah palatal/lingual. Masukkan jarum sampai menyentuh tulang. Masukkan obat perlahan dan tidak boleh mendadak sebanyak ± 0,2 0,3 cc. Akan terlihat mukosa daerah tersebut putih/pucat. 2.7.3 Daerah Interdental Papil Masukkan jarum pada daerah papila interdental, masukkan obatnya sebanyak ± 0,2 0,3 cc. Akan terlihat mukosa daerah tersebut memucat. 2.7.4 Anastesi Intraligamen Suntikan intraligamen dilakukan ke dalam periodontal ligamen. Suntikan ini menjadi populer belakangan ini setelah adanya syringe khusus untuk tujuan tersebut. Suntikan intraligamen dapat dilakukan dengan jarum dan syringe konvensional tetapi lebih baik dengan syringe khusus karena lebih mudah memberikan tekanan yang diperlukan untuk menyuntikan ke dalam periodontal ligamen. 2.8 Teknik Anastesi Infiltrasi

Hilangkan semua kalkulus dari tempat penyuntikan, bersihkan sulkus gingiva dengan rubber cup dan pasta profilaksis dan berikan desinfektan dengan menggunakan cotton pellet kecil. Masukkan jarum ke dalam sulkus gingiva pada bagian mesial distal gigi dengan bevel jarum menjauhi gigi. Tekan beberapa tetes larutan ke dalam sulkus gingiva untuk anastesi jaringan di depan jarum Injeksi intra ligamen pada anak. Gerakkan jarum ke apikal sampai tersendat diantara gigi dan crest alveolar biasanya kira-kira 2 mm. Tekan perlahan-lahan. Jika jarum ditempatkan dengan benar harus ada hambatan pada penyuntikan dan jaringan di sekitar jarum memutih. Jika tahanan tidak dirasakan, jarum mungkin tidak benar posisinya dan larutan yang disuntikkan akan mengalir ke dalam mulut. Suntikan perlahan-lahan, banyaknya 0,2 ml. Untuk gigi posterior, berikan suntikan di sekitar tiap akar. Dapat pula diberikan penyuntikan di bagian mesial dan distal akar tetapi dianjurkan bahwa tidak lebih dari 0,4 ml larutan disuntikan ke tiap akar. Cartridge harus dibuang dan tidak boleh digunakan untuk pasien yang lain, walaupun sedikit sekali larutan yang digunakan. Dental Anestesi Februari 11, 2011 LOGBOOK Anestesi lokal menghambat impuls konduksi secara reversibel sepanjang akson saraf dan membran eksitabel lainnya yang menggunakan saluran natrium sebagai alat utama pembangkit potensial aksi.1 Anestesi lokal didefinisikan sebagai hilangnya sensasi di daerah terbatas dari tubuh disebabkan oleh depresi eksitasi di ujung saraf atau penghambatan proses konduksi saraf tepi.2

Anestesi lokal menekan nyeri dengan membloking impuls sepanjang akson. Penekanan nyeri tidak menyebabkan depresi umum dari semua sistem saraf. Lokal anestesi dapat diberikan secara topikal dan dengan injeksi (infiltrasi lokal, blok nervus periperal [axillary], IV regional [Bier Block], epidural, dan spinal).3 Lokal anestesi diindikasikan untuk perawatan yang berpotensial menyebabkan kegelisahan atau nyeri. Anestesi mencegah baik pasien maupun dokter dari antisipasi kegelisahan, sehingga memungkinkan keduanya untuk lebih santai dan membuat perawatan lebih nyaman.6 Sifat anestesi yang ideal: Ampuh Reversibel Rapid onset dan durasi tindakan memadai Mimal merugikan aksi Cukup jaringan penetrasi Murah, stabil dalam larutan, dan sterilizabel.4 Komponen anestesi Agen anestesi Vehicle Sarana pada lokal anestesi adalah air steril dengan sodium chloride, yang menjaga keseimbangan osmotik antara larutan anestesi dan jaringan tubuh. Sarana pada lokal anestesi adalah air steril dengan sodium chloride, yang menjaga keseimbangan osmotik antara larutan anestesi dan jaringan tubuh Buffer

Buffer termasuk sodium hydroxide dan asam hydrochloric, yang mana digunakan untuk mengatur ph dan mereduksi oksidasi vasokontriktor. Antioksidan Antioksidan yang paling sering digunakan dalam anestesi adalah sodium metabisulfid, yang ditambahkan untuk mencegah oksidasi vasokonstriktor. Metil sebelumnya digunakan sebagai pengawet dalam carpules anestesi tetapi karena potensi tinggi untuk reaksi alergi, ini dihilangkan dari kartrid dosis tunggal dan saat ini hanya ditemukandalam botol anestesi multidosis. Vasokonstriktor Penambahan vasokonstriktor dan sodium metabisulfit menurunkan ph larutan anestesi lokal, menghasilkan lebih lambat awal tindakan dan peningkatan sensasi terbakar selama injeksi.4 Klasifikasi dan struktur Anestesi lokal diklasifikasikan secara kimia sebagai amida dan ester. Agen ini adalah basa lemah, amina tersier dengan tiga struktur umum: kelompok aromatik menganugerahkan kelarutan lipid dan memungkinkan penetrasi membran saraf. rantai menengah membedakan anestesi sebagai ester atau amida gugus amino berkontribusi kelarutan dalam air yang mencegah pengendapan anestesi

Anestesi ester dimetabolisme lebih cepat dan kurang beracun dari amida. Namun, kerja ester lebih singkat. Anestesi ester juga lebih cenderung menyebabkan reaksi alergi daripada amida. Peningkatan risiko toksisitas terkait dengan anestesi amida dinetralkan dengan durasi kerja, kecepatan onset, potensi tertinggi, kedalaman anestesi, dan potensial alergi sangat rendah.4 Nama Penggunaan Onset (min) Durasi (jam) Efek samping Ester Chloroprocaine (Nesacaine) Infiltrasi lokal Nerve block spinal 6-12 0,25 0,5 Eksitasi diikuti menurunnya kesadaran(mengantuk hingga tidak sadar), brikardi, blok jantung, penurunan kekuatan kontrakti, miokard, hipotensi, reaksi hipersensitif. Procaine (Novocaine) Infiltrasi lokal Nerve block spinal 2-5 0,25-1 Sama seperti di atas Tetracaine Topical spinal 15 2-3 Sama seperti di atas Amides Bipivacaine (Marcaine, Sensorcaine) Infiltrasi lokal Nerve block Epidural spinal Etidocaine 5 2-4 Sama seperti di atas (Duranest)

Infiltrasi lokal Nerve block Epidural 3-5 5-10 Sama seperti di atas Levobupivacaine (Chirocaine) Nerve block Epidural - - Sama seperti di atas Lidocaine Infiltrasi lokal Nerve block Spinal epidural Topical IV Regional Mepivacaine 2 0,5-1 Sama seperti di atas (Carbocaine, polocaine) Infiltrasi lokal

Nerve block Epidural 3-5 0,75-1,5 Sama seperti di atas Ropivacaine (Naropin) Infiltrasi lokal Nerve block Epidural spinal 1-15 2-6 Sama seperti di atas From: Mosby. 2007. Dental Drugs Consult.USA:Elsevier. Spesifik karesteristik kerja singkat dan sedang obat amida Lidocaine Nama lainnya Xylocaine, Octocaine, Lignospan. Amida pertama dan tetap paling banyak digunakan dalam anestesi gigi; juga tersedia dalam topikal. Digunakan dengan vasokonstriktor untuk memberikan waktu kerja adekuat. Mepivacaine Nama lainnya Carbocaine, Polocaine, Isocaine. Menyebabkan kurang vasodilatasi daripada lidocaine; untuk itu dapat

digunakan untuk prosedur singkat tanpa vasokonstriktor. Mepivacaine 3%, juga disebut Mepivacaine Plain, sering merupakan obat pilihan ketika vasokonstriktor atau antioksidan dikontraindikasikan. Prilocaine Nama lainnya Citanest plain dan Citanest Forte. Metabolik oleh produk dapat menyebabkan methemoglobinemia, kondisi yang mereduksi kapasitas darah yang membawa oksigen. Dapat digunakan tanpa vasokonstriktor karena ini menyebabkan terbatas vasodilatasi. Ketika diinjeksi ke dalam jaringan dengan terbatas vaskularisasi, durasi kerja mirip dengan atau tanpa vasokonstriktor. Contohnya: injeksi blok saraf alveolar inferior. Articaine Nama lainnya Septocaine, Septanest dan Ultracaine. Dilaporkan menyebar melalui jaringan lunak dan keras lebih baik dari amida yang lain. Metabolik oleh produk dapat menyebabkan methemoglobinemia sementara. Metabolisme pertama di plasma; waktu hidup singkat jadi kembalinya diinjeksi dapat dilakukan segera. Spesifik karakteristik kerja panjang obat amida Bupivacaine Nama lain: Marcaine Anestesi tahan lama dengan memperpanjang jangka waktu analgesi untuk

manajemen nyeri pasca perawatan. Mungkin menunda onset kerja.6 Farmakokinetik Absorbsi Absorbsi sistemik suntikan anestesi lokal dari suatu tempat suntikan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain dosis, tempat suntikan, ikatan obat-jaringan, adanya bahan vasokontrikstor, dan sifat fisikokimia obat. Bahan vasokonstriktor seperti epineprin mengurangi penyerapan sistemik anestesi lokal dari tempat tumpukan obat dengan mengurangi aliran darah di daerah ini. Keadaan ini menjadi nyata terhadap obat yang masa kerjanya singkat atau menengah seperti prokain, lidokain, dan mepivikain (tidak untuk prilokain). Ambilan obat oleh saraf diduga diperkuat oleh kadar obat lokal yang tinggi, dan efek toksik sistemik obat akan berkurang karena kadar obat yang masuk dalam darah hanya 1/3 nya saja. Kombinasi pengurangan penyerapan sistemik dan peningkatan ambilan saraf inilah yang memungkinkan perpanjangan efek anestesi lokal sampai 50%. Vasokonstriktor kurang efektif dalam memperpanjang sifat anestesi obat yang mudah larut dalam lipid dan bekerja lama (bupivukain, etidokain), mungkin karena molekulnya sangat erat terikat dalam jaringan.1 Metabolisme dan ekskresi Anestesi lokal diubah dalam hati dan plasma menjadi metabolit yang mudah larut dalam air dan kemudian diekskresikan ke dalam urin. Karena anestesi lokal yang bentuknya tak bermuatan mudah berdifusi melalui lipid, maka sedikit atau tidak sama sekali bentuk netralnya yang diekskresikan. Pengasaman urin akan meningkatkan ionisasi basa tersier menjadi bentuk bermuatan yang mudah larut dalam air, sehingga mudah diekskresikan karena bentuk ini tidak mudah diserap kembali oleh tubulus ginjal. Tipe ester anestesi lokal dihidrolisis sangat cepat di dalam darah oleh

butirilkolinesterase (pseudokolinesterase). Oleh karena itu, obat ini khas sekali mempunyai waktu paruh yang sangat singkat, kurang dari 1 m3nit untuk prokain dan kloroprokain. Ikatan amida dari anestesi lokal dihidrolisi oleh enzim mikrosomal hati. Kecepatan metabolisme senyawa amida di dalam hati bervariasi bagi setiap individu, perkiraan urutannya adalah prilokain (tercepat)>etidokain>lidokain>mevikain>bupivikain (terlambat). Akibatnya, toksisitas dari anestesi lokal tipe amida ini akan meningkat pada pasien dengan gangguan fungsi hati. Sebagai contoh, waktu paruh lidokain rerata akan memanjang dari 1,8 jam pada pasien normal menjadi lebih dari 6 jam pada pasien dengan penyakit hati yang berat.1 Farmakodinamik Mekanisme kerja Tempat tindakan anestesi lokal diyakini membran saraf. Pada sel saraf, potensial aksi diciptakan oleh masuknya ion natrium dari jaringan sekitarnya. Potensial aksi ini mengakibatkan konduksi impuls saraf yang menghasilkan sensasi, termasuk rasa sakit. Anestesi lokal mencegah konduksi impuls dengan menurunkan permeabilitas membran saraf untuk ion natrium. Dengan menghambat masuknya ion natrium ke dalam neuron, estetika blok konduksi impuls, mencegah eksitasi bersama jalur saraf, dan menimbulkan anestesi.4 Baik ester maupun amida keduanya memberikan anestesi dan analgesi dengan mengikat secara reversibel dan membloking saluran sodium (Na). Ini memperlambat laju depolarisasi potensial aksi saraf; demikian, propagasi dari impuls listrik yang diperlukan untuk konduksi saraf dicegah.3 Vasokonstriktor

Anestesi lokal sering diperparah dengan simpatomimetik yang bertindak sebagai torniquets kimia. Vasokonstriktor yang saat ini digunakan secara komersial tersedia di preparat anestesi lokal termasuk epeneprin (1:100.000, 1:50.000, dan 1:200.000) dan levonordefrin (1:20.000). Levonordefrin memiliki seperlima potensi epinefrin, dan karena itu dirumuskan dalam kosentrasi yang lebih tinggi. Vasokonstriktor mengurangi penyerapan sistemik obat anestesi lokal, sehingga meningkatkan kedalaman dan durasi anestesi, hemostatis lokal ditingkatkan, mengurangi toksisitas sistemik dan peningkatan marjin keselamatan. Sebaliknya, vasokonstriktor dapat menunda penyembuhan luka karena iskemia jaringan sementara, menyebabkan perdarahan pascaoperasi setelah vasodilasi rebound, meningkatkan keasaman larutan anestesi, dan paling signifikan, menyebabkan perubahan sistemik pasa pasien kardiovaskular dan individu lainnya yang mungkin memerlukan pembatasan dosis.4 Alasan penggunaan: Aman. Potensi untuk reaksi toksik (overdosis) untuk anestesi dikurangi dengan memperlambat laju masuknya sirkulasi. 2. Longevity Durasi efek anestesi ditingkatkan. Keefektifan Kedalaman obat bius meningkat. Hemostatis Hanya jika obat ini diinjeksi secara langsung ke dalam area.

Potensi resiko dengan menggunakan vasokonstriktor Hipersensitivitas terhadap obat tersebut Masalah kesehatan Interaksi obat Tingkat risiko medis dikompromikan pasien, termasuk mereka dengan penyakit jantung, bervariasi. Penggunaan vasokonstriktor dalam dosis rendah dianggap aman. Penggunaan obat Epinephrine Amina simpatomimetic kuat Digunakan dalam konsentrasi rendah, biasanya 1:100.000 atau 1:200.000 Levonordefrin Setengah kuat seperti dosis epineprin dan dengan sedikit efek kardiak. Digunakan dalam konsentrasi tinggi (1:20.000) untuk mencapai vasokonstriktor adekuat. Dosis yang tinggi dapat dihasilkan pada peningkatan tertinggi di tekanan darah daripada epineprin.6 Teknik anestesi lokal Gigi maksila

Gigi maksila dan teknik infiltrasi Gigi Anestesi pulpa Jaringan lunak Bukal Palatal Insisif Incisive(Inc) IANB IANB Inferior alveolar (IANB) GG GG Gow-Gates (GG) VA VA Vazirani-Akinosi(VA) Inc PDL Periodontal ligament (PDL) injection IS IS Intraseptal (IS) Mental Inf Intraosseous (IO) PDL IO Infiltration (lateral incisor only) Inf IO Canines Inferior alveolar IANB IANB Gow-Gates GG GG Vazirani-Akinosi VA VA Incisive Inc PDL Periodontal ligament innjection PDL IS Intraseptal IS Inf Intraosseous IO IO Inf Mental Premolar Inferior alveolar IANB IANB Gow-Gates GG GG Vazirani-Akinosi VA VA Incisive Inc PDL

Periodontal ligament injection PDL IS Intraseptal IS IO Intraosseous IO Inf Mental Inf Molars Inferior alveolar IANB IANB Gow-Gates GG GG Vazirani-Akinosi VA VA Periodontal ligament injection PDL PDL Intraseptal IS IS Intraosseous IO IO Inf Inf From: Mosby. 2007. Dental Drugs Consult.USA:Elsevier. Greater palatine nerve block Greater palatine nerve block berguna bagi prosedur gigi yang melibatkan jaringan lunak palatal distal hingga kanin. Volume minimum larutan (0,45-0,6) tersedia dalam anestesi jaringan lunak dan keras. Meskipun berpotensial trauma, the greater palatine nerve lebih sedikit daripada nasopalatine nerve block karena jaringan di sekitar greater palatine foramen lebih mampu mengakomodasi volume larutan tersimpan. Nama umum lain:anterior palatine nerve block Saraf teranestesi: Greater palatine Daerah anestesi bagian belakang hard palatum dan jaringan lunak di atasnya secara anterior sejauh premolar pertama dan secara medial ke midline.

Teknik Sebuah jarum 27-gauge pendek disarankan (meskipun 25 gauge pendek dapat juga digunakan). Area insersi: jaringan lunak lebih depat dari greater palatine foramen Target wilayah: lebih besar (anterior) saraf palatine saat melintas anterior antara jaringan lunak dan tulang hard palatum Landmarks: greater palatine foramen and junction prosesus alveolar dan tulang palatum. Jalur insersi: memajukan syringe dari sisi berlawanan mulut pada sudut kanan hingga ke area tujuan. Orientasi bevel: menuju jaringan lunak palatum Prosedur Perkirakan posisi yang benar i. Untuk blok saraf palatina mayus kanan, seorang administrator harus duduk menghadap pasien pada posisi arah jam 7 atau 8. ii. Untuk blok saraf palatina mayus kiri, seorang administrator harus duduk menghadap pasien pada posisi arah jam 11. Cari lokasi palatina mayus dan i. Tempatkan kapas di persimpangan alveolar rahang atas proses dan hard palatum. ii. dengan Mulai di daerah molar pertama rahang atas dan raba posterior

menekan kuat ke dalam jaringan dengan spons. Kapas jatuh ke dalam depresi yang dibuat oleh foramen palatine mayus i. Foramen ini paling sering terletak distal molar kedua rahang atas, tapi mungkin baik anterior atau posterior ke posisi biasa Siapkan jaringan tempat disuntik,kira-kira 1-2 mm anterior greater palatine foramen i. Bersihkan dan keringkan dengan kain kasa steril ii. Aplikasikan antiseptik topikal (pilihan) iii. Aplikasikan anestesi topikal selama 2 menit Setelah 2 menit aplikasi anestesi topikal, pindahkan kapas posterior sehingga langsung di atas foramen palatina. i. Terapkan cukup tekanan pada area foramen dengan kapas. ii. Perhatikan iskemia (pemutihan dari jaringan lunak) di tempat injeksi. iii. Terapkan tekanan selama minimal 30 detik, dan saat melakukan hal ini dilanjutkan untuk melakukan hal berikut: Mengarahkan jarum suntik ke mulut dari sisi berlawanan dengan jarum mendekati tempat suntikan di sudut kanan. Tempatkan bevel (bukan titik) jarum secara lembut terhadap jaringan lunak

sebelumnya pucat (iskemik) di tempat injeksi. Itu juga harus stabil untuk mencegah penetrasi sengaja oleh jaringan. Dengan bevel menghadap jaringan. i. Aplikasikan cukup tekanan hingga membengkokan jarum sedikit ii. Menyimpan sedikit volume anestesi. Larutan dipaksa mengahadap membran mukosa dan membentuk titik kecil. Meluruskan jarum dan mengizinkan bevel menembus mukosa Lanjutkan memasukan sedikit volume anestesi seluruh prosedur Iskemia menyebar hingga jaringan disebelahnya karena anestesi (biasanya dengan vasokonstriktor) terdeposit. Gambar. Perhatikan penyebaran iskemia (panah) sebagai obat bius yang disimpan.

Gambar. Kapas dihapus ketika pengendapan larutan berhenti4 Nasopalatine nerve block Nasopalatine nerve block merupakan teknik yang berguna untuk kontrol nyeri palatal, dengan administrasi volume minimun larutan anestesi anestes i(secara maksimal seperempat cartridge), area luas anestesi jaringan lunak palatal dicapai, ada dengan meminimalkan kebutuhan untuk suntikan beberapa palatal. Sayangnya, blok saraf nasopalatine menjadi sangat berpotensi traumatis (misalnya, sakit) dalam injeksi. Tanpa teknik injeksi yang lain memerlukan ketaatan pada protokol injeksi traumatis lebih penting daripada blok saraf nasopalatin. Dua pendekatan untuk injeksi ini dihadirkan. Pembaca harus mengenal dengan baik teknik dan kemudian menggunakan salahsatu yang mereka merasa nyaman. Nama umum lain: Incisive nerve block, sphenopalatine nerve block.

Saraf teranestesi: Nasopalatine nerves bilaterally Area teranestesi: Bagian anterior palatum keras (jaringan lunak dan keras) dari mesial premolar pertama kanan hingga mesial premolar pertama kiri. Gambar. Area teranestesi oleh blok saraf palatum Prosedur Duduk pada posisi jam 9 atau 10 menghadap pasien Setelah 2 menit aplikasi topikal, pindahkan kapas ke papila insisif.

Gambar. Anestesi topikal diterapkan ke lateral papila insisif selam 2 menit, lalu tekanan diberikan langsung ke papila insisif. Gambar. Tekanan ini dipertahankan sampai pengendapan larutan selesai. Penetrasi jarum hanya lateral papila insisif.

Tempatkan bevel terhadap jaringan lunak iskemik di tempat injeksi. Jarum harus stabil untuk mencegah penetrasi disengaja oleh jaringan. Perlahan-lahan masukan jarum ke foraman insisif sampai mengenai tulang secara lembut. Kedalaman penetrasi sekitar 5mm. Depositkan volume kecil anestesi saat masukan jarum. Kerena jaringan dimasukan, terjadi peningkatan resisten terhadpa pengendapan larutan yang mana normal dengan blok saraf palatin. Teknik (multiple needle penetrations) Sebuah jarum gauge 27pendek direkomendasikan. Area insersi. Labial frenulum di tengah diantara insisif sentral maksila. Papila interdental insisif pusat maksila Jika dibutuhkan, jaringan lunak palatal lateral ke papila insisif

A. anestesi topikal diaplikasikan pada mukosa frenulum. B. injeksi pertama, dalam labial frenulum. C. Injeksi kedua, dalam papaila interdental diantara insisif sentral. D. injeksi ketiga, ketika anestesi area nasopalatin tidak adekuat setelah dua injeksi pertama. Stabilisasi jarum suntik dalam hal injeksi kedua ini agak canggung, namun kritis. Penggunaan jari dari tangan lain untuk menstabilkan jarum dianjurkan. Namun, barel alat suntik harus dipegangkan sedemikian rupa sehingga tetap dalam garis penglihatan pasien, yang berpotensi membingungkan bagi beberapa pasien. 4 Gigi mandibula Gigi mandibula dan teknik anestesi Gigi Anestesi pulpa Jaringan lunak Bukal Palatal Incisor Infraorbital (IO) Infraorbital(IO) Nasopalatine Infiltration Infiltration Infiltration AMSA AMSA AMSA

P-ASA P-ASA P-ASA V2 V2 V2 Canines Infraorbital Infraorbital Nasopalatine Infitration Infiltration Infiltration AMSA AMSA AMSA P-ASA P-ASA P-ASA V2 V2 V2 Premolar Infraorbital Infraorbital Greater palatine Infitration Infiltration Infiltration AMSA AMSA AMSA ASA ASA V2 V2 V2 Molars PSA PSA Greater palatine Infiltration Infiltration Infiltration V2 V2 V2 From: Mosby. 2007. Dental Drugs Consult.USA:Elsevier. KESIMPULAN Anestesi lokal menekan nyeri dengan membloking impuls sepanjang akson. Penekanan nyeri tidak menyebabkan depresi umum dari semua sistem saraf. Komponen anestesi terdiri dari agen anestesi, vehicle, bufer, antioksida, dan vasokonstriktor. Anestesi lokal diklasifikasikan secara kimia menjadi amida dan ester. Absorbsi sistemik suntikan anestesi lokal dari suatu tempat suntikan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain dosis, tempat suntikan, ikatan obat-jaringan, adanya bahan vasokontrikstor, dan sifat fisikokimia obat. Anestesi lokal diubah dalam hati dan plasma menjadi metaboit yang mudah larut dalam air dan kemudian diekskresikan ke dalam urin. Ada berbagai jenis teknik anestesi, untuk gigi maksila bisa menggunakan teknik greater palatin nerve block atau nasopalatine nerve block, untuk gigi mandibula dengan menggunakan teknik Gow-Gates atau

Vazirani-Akinosi.