BAB I PENDAHULUAN. penyediaan lapangan usaha dan penyerapan tenaga kerja. Di samping itu, dalam. terhadap penerimaan negara. (Bapeda Bandung, 2011)

dokumen-dokumen yang mirip
KEBIJAKAN CUKAI HASIL TEMBAKAU

KEBIJAKAN TARIF CUKAI HASIL TEMBAKAU 2013 : SINERGI DALAM ROADMAP INDUSTRI HASIL TEMBAKAU

Bab. I PENDAHULUAN. Pasar modal memiliki peran penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

KAJIAN KEIKUTSERTAAN INDONESIA DALAM TRANS-PACIFIC PARTNERSHIP (TPP) PADA SEKTOR KESEHATAN KHUSUSNYA PRODUKSI TEMBAKAU/ROKOK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proses pembangunan di bidang perekonomian memiliki tujuan mencapai

KEBIJAKAN CUKAI HASIL TEMBAKAU SEBAGAI INSTRUMEN PENGENDALIAN KONSUMSI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, hal ini dikarena industri tembakau mempunyai multiplier effect yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2017, No c. bahwa pada tanggal 4 Oktober 2017, Pemerintah bersama-sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia telah menyepakati tar

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. mempertemukan dua kelompok yang saling berhadapan tetapi yang

1 of 5 21/12/ :02

BAB I PENDAHULUAN. investor. Para investor menggunakan informasi untuk mengambil keputusan

BAB 1 PENDAHULUAN. Begitu besarnya dampak krisis ekonomi global yang terjadi di Amerika Serikat secara

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179/PMK.011/2012 TENTANG TARIF CUKAI HASIL TEMBAKAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perusahaan-perusahaan di Indonesia terus diwarnai

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pasar modal, banyak sekali informasi yang dapat diperoleh investor baik

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-46/BC/2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia pemasaran global saat ini, apabila kita mengunjungi

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 146/PMK.010/2017 TENTANG TARIF CUKAI HASIL TEMBAKAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Lebih dari 100 jenis tembakau dihasilkan di Indonesia. Dari sekitar 200 juta kilogram

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.437, 2009 DEPARTEMEN KEUANGAN. Cukai. Hasil Tembakau.

BAB I PENDAHULUAN. dalam perekonomian Indonesia. Perusahaan rokok mempunyai multiplier effect

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. efisiensi pasar. Efisiensi pasar membahas bagaimana pasar merespon

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 449 /KMK.04/2002 TENTANG PENETAPAN TARIF CUKAI DAN HARGA DASAR HASIL TEMBAKAU

BAB I PENDAHULUAN. yang sama yaitu mencari keuntungan atau laba. Usaha menjaga. perusahaan dengan kuat, perusahaan dapat mempertahankannya baik

BAB I PENDAHULUAN. oleh manajer untuk menginformasikan prestasi prospek perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. sekarang banyak mengeluarkan kebijakan-kebijakan mengenai penghematan anggaran

BAB I PENDAHULUAN. sedang terjadi, tetapi tidak dapat dipungkiri indonesia menjadi salah satu dari

BAB I PENDAHULUAN. tembakau dan rokok. Tembakau dan rokok merupakan produk bernilai tinggi,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. suatu peristiwa (event) yang informasinya dipublikasikan sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal memiliki peran strategis terhadap perekonomian nasional

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA KUNJUNGAN KERJA DI PT. GUDANG GARAM TBK Kediri, 27 Maret 2015

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 597/KMK.04/2001 TANGGAL 23 NOVEMBER 2001 TENTANG PENETAPAN TARIF CUKAI DAN HARGA DASAR HASIL TEMBAKAU

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Pasar modal merupakan

PENGARUH PENGUMUMAN LABA TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN

Kebijakan Kementerian Keuangan dalam Cukai dan Pajak Rokok

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan, tingkat keuntungan investasi disebut sebagai return. Return yang. pengaruh inflasi. (Eduardus Tandelilin, 2001:6)

Makroekonomi 2017 APBN T.A & 2017 : Medium Term Budget Framework (MTBF): Pendapatan (% of GDP) 13,4-14,8 12,8-14,2 12,6-13,3. Belanja (% of GDP)

P - 48/BC/2009 DESAIN PITA CUKAI HASIL TEMBAKAU DAN MINUMAN MENGANDUNG ETIL ALKOHOL

181/PMK.011/2009 TARIF CUKAI HASIL TEMBAKAU

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan ekonomi di Indonesia, Indonesia telah memasuki

PENGARUH PENGUMUMAN RIGHT ISSUE TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAPAT DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. corporate governance ini diharapkan ada regulasi serta aturan mengenai

203/PMK.011/2008 TARIF CUKAI HASIL TEMBAKAU

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 131/PMK.011/2013 TENTANG

2015, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c serta dalam rangka melaksanakan ketentuan

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu sarana yang efektif untuk mempercepat

BAB I PENDAHULUAN. perusahaannya. Bagi perusahaan yang sudah go public, nilai perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan untuk mencapai tujuan kebijakan ekonomi makro karena sector keuangan

BAB I PENDAHULUAN. dan pada dunia bisnis. Keadaan ini yang menuntut suatu perusahaan untuk selalu

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintah, diharapkan para investor semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dengan cukup pesat. Hal ini dapat dilihat dengan semakin banyaknya

Pemerintah Indonesia saat ini sedang berusaha meningkatkan. Namun dengan semakin menipisnya sumber devisa migas yang secara

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, pasar modal tidak lepas dari pengaruh lingkungan, terutama

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan salah satu pelaku ekonomi yang kegiatannya adalah

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 89/KMK.05/2000 TENTANG PENETAPAN TARIF CUKAI DAN HARGA DASAR HASIL TEMBAKAU

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu alternatif yang digunakan oleh. perusahaan untuk mempeoleh dana. Kehadiran pasar modal banyak

Pabrikan Rokok "A" dalam Masan Pajak November 2000 melakukan kegiatan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha yang semakin ketat, membuat perusahaan selalu

I. PENDAHULUAN. Industri rokok merupakan industri yang sangat besar di Indonesia,

BAB 1 PENDAHULUAN. jangka panjang dengan cara menjual saham atau mengeluarkan obligasi. Pasar

BAB I PEDAHULUAN. adalah perkembangan politik. Sebagai contoh, dengan terpilihnya Donald

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. Pasar modal menurut Keppres No.60 tahun 1988 ialah bursa yang merupakan

ANALISIS PENGARUH INFORMASI PENGUMUMAN LAPORAN KEUANGAN TERHADAP ABNORMAL RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN AUTOMOTIVE DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2005

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Investor selalu mempertimbangkan berbagai informasi yang ada untuk

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR: KEP-09/BC/1996 TENTANG PENETAPAN HARGA JUAL ECERAN HASIL TEMBAKAU DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI,

BAB I PENDAHULUAN. misalnya isu efisiensi pasar. Efisiensi bentuk pasar terbagi menjadi tiga bagian,

PERATURAN MENTERI KEUANGAN 203/PMK.011/2008 TENTANG TARIF CUKAI HASIL TEMBAKAU MENTERI KEUANGAN,

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : KEP- 16 / BC / 1998 TENTANG PENETAPAN HARGA JUAL ECERAN HASIL TEMBAKAU

BAB I PENDAHULUAN. di masa mendatang (Tandelilin, 2001). Tujuan investor menginvestasikan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P- 31/BC/2010

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Perusahaan Sejarah PT. Gudang Garam, Tbk

I. PENDAHULUAN. Sehubungan dengan cita-cita bangsa Indonesia seperti yang tercantum dalam

PAPARAN PUBLIK TAHUNAN KINERJA April 2013

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan kesejahteraan umum bagi rakyat Indonesia. Perlu. kepada eksekutif untuk kesejateraan rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan dunia bisnis, pasar modal mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia sebenarnya, hampir semua investasi mengandung unsur

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan pasar modal merupakan salah satu leading indicator dalam

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk memperoleh modal. Bagi perusahaan go public, beberapa

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

BAB I PENDAHULUAN. Pembagian dividen merupakan fenomena menarik, beberapa penelitian

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seorang investor dalam melakukan pembelian dan penjualan suatu saham

BAB I PENDAHULUAN. Dunia usaha di Indonesia berkembang cukup baik, ini dapat dilihat dengan

BAB I PENDAHULUAN. pesat, sehingga dijadikan indikator dan penunjang kemajuan perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lingkungan bisnis yang kompetitif, perusahaan tidak hanya

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta.

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan (return) yang maksimal dengan risiko tertentu. Adanya pasar modal

KEPUTUSAN DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : KEP-19 / BC / 1997 TENTANG PENETAPAN HARGA JUAL ECERAN HASIL TEMBAKAU

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, kesadaran dunia internasional mengenai dampak berbahaya

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : KEP-17/BC/1998 TENTANG

INDIKATOR KESEHATAN SDGs DI INDONESIA Dra. Hj. Ermalena MHS Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Disampaikan dalam Diskusi Panel Pengendalian Tembakau dan

BAB I PENDAHULUAN. akan datang dan mampu melakukan perencanaan investasi yang efektif. Investasi merupakan komitmen sejumlah dana untuk tujuan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri rokok di Indonesia merupakan salah satu industri hasil tembakau yang mempunyai peran penting dalam menggerakkan ekonomi nasional, karena mempunyai dampak yang sangat luas, seperti menumbuhkan industri jasa terkait, penyediaan lapangan usaha dan penyerapan tenaga kerja. Di samping itu, dalam situasi krisis ekonomi yang pernah melanda Indonesia, Industri Hasil Tembakau tetap mampu bertahan dan tidak melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), bahkan industri ini tetap mampu memberikan sumbangan yang cukup besar terhadap penerimaan negara. (Bapeda Bandung, 2011) Dalam pengembangan industri ini, aspek ekonomi masih menjadi pertimbangan utama dengan tidak mengabaikan dampak kesehatan yang ditimbulkan. Maka dari itu, Industri Hasil Tembakau mendapatkan prioritas untuk dikembangkan, karena dalam mengolah sumber daya alam, industri ini menyerap tenaga kerja cukup besar baik langsung maupun tidak langsung. Selain itu, industri ini juga memberikan sumbangan yang cukup besar dalam penerimaan negara seperti cukai. (Bapeda Bandung, 2011) Namun, industri rokok dewasa ini dihadapkan pada berbagai permasalahan antara lain isu dampak merokok terhadap kesehatan baik di tingkat global yang disponsori oleh WHO, sebagaimana tertuang dalam Framework Convention on Tobacco Control (FCTC) atau Kerangka Kerja Konvensi Pengendalian Tembakau dan di tingkat nasional pengendalian produk tembakau yang tertuang dalam PP No.19 Tahun 2003 tentang Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan. 1

BAB I PENDAHULUAN 2 Di samping itu, industri ini juga dihadapkan pada masalah kebijakan cukai yang tidak terencana dengan baik, tidak transparan dan lebih berorientasi pada upaya peningkatan pendapatan negara tanpa mempertimbangkan kemampuan industri rokok dan daya beli masyarakat (Bapeda Bandung, 2011). Atas hal tersebutlah, keberadaan industri rokok di Indonesia ini memang dilematis. Di satu sisi ia merupakan salah satu industri yang memberikan kontribusi yang cukup besar bagi penerimaan negara dan penyedia lapangan pekerjaan yang cukup besar bagi masyarakat. Namun disisi lain, industri ini juga memberikan efek negatif bagi aspek kesehatan masyarakat (BPPK Departemen Keuangan, 2013). Salah satu dampak yang membuat tantangan industri rokok kedepannya makin besar, yaitu kenaikan tarif cukai tersebut juga dapat mempengaruhi harga saham. Berdasarkan data Bareksa (2015), saham-saham perusahaan rokok hampir selalu mengalami koreksi atau penurunan ketika pemerintah berencana menaikan tarif cukai rokok. Pada 9 Februari 2015 misalnya, saham-saham perusahaan rokok kompak terkoreksi setelah beredar isu bahwa pemerintah mengumumkan akan melakukan kenaikan tarif cukai sebesar 10 persen dan diberlakukan mulai bulan Juli 2015. Menurut Foster (1986) dalam Hartono (2013), terdapat macam-macam pengumuman yang dapat mempengaruhi pergerakan harga saham antara lain: (1) pengumuman yang berhubungan dengan laba; (2) pengumuman peramalan oleh pejabat perusahaan; (3) pengumuman dividen; (4) pengumuman pendanaan; (5) pengumuman yang berhubungan dengan pemerintah; (6) pengumuman investasi; (7) pengumuman ketenaga-kerjaan; (8) pengumuman yang berhubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN 3 hukum; (9) pengumuman pemasaran-produksi-penjualan; (10) pengumuman manajemen direksi; (11) pengumuman merjer-ambil alih-divestasi; (12) pengumuman industri sekuritas; dan (13) lain-lain. Maka, pengumuman yang berhubungan dengan pemerintah seperti kebijakan kenaikan tarif cukai rokok dapat menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi harga saham, khususnya pada perusahaan yang bergerak dalam industri rokok. Cukai merupakan salah satu sumber penerimaan negara dan berkontribusi besar dalam Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN), terutama sektor Penerimaan Dalam Negeri. Tercatat di tahun 2015 Bea Cukai berhasil menghimpun penerimaan negara dari cukai sejumlah Rp144,6 Triliun, di mana 96% disumbang dari cukai rokok yang melebihi target APBN Perubahan (APBN- P) 2015 (Ditjen Bea Cukai, 2015). Setelah mempertimbangkan berbagai aspek seperti kesehatan, tenaga kerja, dan penerimaan negara, maka Kementerian Keuangan (Kemenkeu) dalam surat siaran pers Kebijakan Tarif Cukai Hasil Tembakau 2016 mengumumkan bahwa tarif cukai rokok akan mengalami kenaikan rata-rata 11,5 persen mulai 1 Januari 2016 (PMK No. 198/PMK010/2015). Kebijakan tarif cukai hasil tembakau tahun 2016 ini diterbitkan setelah penetapan target penerimaan APBN 2016 dari sektor cukai hasil tembakau yang ditetapkan bersama Pemerintah dan DPR RI, yakni sebesar Rp. 139,82 triliun. Hampir setiap tahun kenaikan tarif cukai ini dilakukan oleh pemerintah. Bahkan, sebelum adanya pengumuman kenaikan ini, mulai awal Januari 2015, tarif cukai rokok sudah lebih dahulu naik. Sistem tarif cukai ini melanjutkan kebijakan tahun 2015 yaitu sistem tarif cukai spesifik dengan penyesuaian kenaikan tarif cukai sesuai ketentuan

BAB I PENDAHULUAN 4 perundang-undangan dengan mempertimbangkan inflasi, pertumbuhan ekonomi, serta target penerimaan cukai hasil tembakau dalam Rancangan APBN (RAPBN) Tahun Anggaran 2016. Selain itu, pertimbangan lain dari kenaikan tarif cukai rokok ini adalah tingkat sensitivitas harga, jenis hasil tembakau (buatan mesin atau tangan), serta golongan pabrikan rokok (besar, menengah, dan kecil) (Kemenkeu RI, 2015). Atas pertimbangan-pertimbangan itulah maka kenaikan tarif cukai rokok dalam negeri hanya diberlakukan untuk tiga jenis rokok, yaitu jenis sigaret putih mesin (SPM),jenis sigaret kretek mesin (SKM), dan jenis sigaret kretek tangan (SKT). Kisaran kenaikan untuk rokok jenis Sigaret Kretek Mesin (SKM) sebesar 11,48% - 15,66%, Sigaret Putih Mesin (SPM) sebesar 12,96% - 16,47% dan Sigaret Kretek Tangan (SKT) sebesar 0% - 12%. Namun, khusus kepada pengusaha pabrik sigaret kretek tangan kecil dengan batasan jumlah produksi rokok sampai dengan 50 juta batang pertahun (SKT gol. III b) tidak dinaikkan tarif cukainya. Hal tersebut dilakukan dalam rangka memberikan perlindungan pengusaha rokok kecil dan tenaga kerja (Kemenkeu RI, 2015). Bagi seorang investor yang memegang saham rokok, tentu pengumuman dari pemerintah mengenai kenaikan tarif cukai rokok ini bisa jadi merupakan sebuah informasi yang perlu untuk diketahui. Maka, event study dapat digunakan untuk menguji kandungan suatu informasi dari pengumuman tersebut. Apabila investor mendapat informasi dari suatu pengumuman, maka kemungkinan pasar akan bereaksi. Reaksi pasar tersebut ditunjukan dengan adanya perubahan harga dari suatu sekuritas bersangkutan. Salah satu cara mengukur reaksi pasar yaitu dengan menggunakan abnormal return. Jika pengumuman tersebut mengandung

BAB I PENDAHULUAN 5 informasi, maka pasar akan mendapatkan abnormal return. Sebaliknya, jika pengumuman tersebut tidak mengandung informasi, maka pasar tidak akan mendapatkan abnormal return (Hartono, 2013). Dalam penelitian sebelumnya, Oktorika (2004) meneliti tentang pengaruh pengumuman kenaikan tarif cukai dan harga dasar hasil tembakau terhadap harga saham perusahaan industri rokok di Bursa Efek Jakarta. Hasil yang diperoleh setelah melakukan pengujian melalui metode event study tersebut menunjukkan bahwa penetapan harga jual eceran yang baru berpengaruh terhadap harga saham di bursa efek Jakarta, hal ini terbukti dengan adanya abnormal return terhadap saham-saham industri rokok dan saat pengumuman dan pemberlakuan, saat pemberlakuan secara signifikan lebih berpengaruh dibandingkan pada saat pengumuman, meskipun secara cepat abnormal return kembali ke posisi semula yang menggambarkan bahwa investor cukup rasional dalam menyerap informasi yang dimiliki, selain itu hasil pengujian juga menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan rata-rata abnormal return pada saat terjadinya pengumuman dan pemberlakuan, hal ini membuktikan kembali investor bertindak cukup rasional dalam menyerap informasi yang mempengaruhi harga saham terutama harga saham perusahan industri rokok. Berdasarkan kondisi tersebut, peneliti berupaya melakukan penelitian event study mengenai ada atau tidaknya perbedaan abnormal return dari peristiwa pengumuman kenaikan tarif cukai yang dilakukan oleh Menteri Keuangan terhadap harga saham industri rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul:

BAB I PENDAHULUAN 6 ANALISIS ABNORMAL RETURN SEBELUM DAN SESUDAH PENGUMUMAN KENAIKAN TARIF CUKAI ROKOK TAHUN 2015 (Event Study pada Industri Rokok di Bursa Efek Indonesia) 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti mengidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut: 1. Apakah terdapat perbedaan abnormal return sebelum dan sesudah pengumuman kenaikan tarif cukai rokok pada tahun 2015? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui perbedaan abnormal return sebelum dan sesudah pengumuman kenaikan tarif cukai rokok pada tahun 2015. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai perbedaan abnormal return saham sebelum dan sesudah pengumuman kenaikan tarif cukai rokok pada industri rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 2. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran secara langsung mengenai teori-teori dalam melakukan analisis terhadap perbedaan abnormal return saham sebelum dan sesudah pengumuman kenaikan tarif cukai rokok pada industri rokok yang terdaftar di Bursa Efek

BAB I PENDAHULUAN 7 Indonesia, yang ke depannya dapat diterapkan dalam praktek dunia usaha serta dapat menambah pengetahuan penulis. 3. Bagi masyarakat, penulis berharap hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran dan dapat memberikan referensi bagi periset yang berminat melakukan penelitian lebih lanjut dibidang ini agar penelitian selanjutnya jauh lebih baik.