4.1. Sejarah Berdirinya Pemerintah Provinsi Riau

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Malaka terletak antara Lintang Selatan Lintang Utara atau antara 100

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

GAMBARAN UMUM KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PROVINSI RIAU

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara yang sudah menjadi agenda setiap tahunnya dan dilakukan oleh

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI RIAU PADA AGUSTUS 2012 SEBESAR 4,30 PERSEN

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI RIAU PADA AGUSTUS 2014 SEBESAR 6,56 PERSEN

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI RIAU PADA AGUSTUS 2010 SEBESAR 8,72 PERSEN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI DI PROVINSI RIAU

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI DI PROVINSI RIAU

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

BAB 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BENGKALIS DAN PERKEMBANGAN PERIKANANNYA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas seluruh sistem sosial seperti politik, ekonomi,

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Geografis Kabupaten Indragiri Hulu. yang meliputi wilayah Rengat dan Tembilahan di sebelah Hilir.

KONDISI FISIK BAB I 1.1. LUAS WILAYAH DAN BATAS WILAYAH

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II DUMAI

UU 16/1999, PEMBENTUKAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II DUMAI. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 16 TAHUN 1999 (16/1999)

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. A. Deskripsi Provinsi. Raja Bawahan Johor di Pulau Penyengat. Wilayah tersebut kemudian menjadi

Sekapur Sirih. Pekanbaru, Agustus 2010 Kepala BPS Provinsi Riau. Abdul Manaf, MA NIP

GUBERNUR RIAU PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR : 37 TAHUN 2012 TENTANG NILAI PEROLEHAN AIR PERMUKAAN SEBAGAI DASAR PENGENAAN PAJAK

BAB 2 DATA DAN ANALISA

Boks 1 PELUANG DAN HAMBATAN INVESTASI DI PROPINSI RIAU. I. Latar Belakang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA TANJUNG PINANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR RIAU PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR : 50 TAHUN 2012 TENTANG

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. daerah. Adanya otonomi daerah diharapkan masing-masing daerah dapat mandiri

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA TANJUNG PINANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan semakin menjadi primadona sejak krisis ekonomi melanda Indonesia

KEKAYAAN ALAM PEKAN BARU DAN DUMAI UTUK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU

I. PENDAHULUAN. Indonesia dan sebaliknya, Provinsi Riau akan menjadi daerah yang tertinggal

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PROPIL BALAI BESAR POM DI PEKAN BARU

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus Ekonomi 2016 Provinsi Riau

PENDAHULUAN. Dinas Perkebunan Provinsi Riau Laporan Kinerja A. Tugas Pokok dan Fungsi

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU

ANOTASI UNDANG-UNDANG BERDASARKAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2002 TENTANG

IV. GAMBARAN UMUM KOTA BONTANG. 4.1 Gambaran Umum Wilayah Kota Bontang. Gambar 4.1 Peta Wilayah Kota Bontang

*11780 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 13 TAHUN 2000 (13/2000)

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan tetapi juga dapat menciptakan lapangan pekerjaan di berbagai sektor

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA TANJUNG PINANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN KARIMUN TAHUN ANGGARAN 2014

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP)

2008, No Mengingat: formal pemindahan ibu kota Kabupaten Rokan Hilir dari Ujung Tanjung ke Bagansiapiapi telah lama dikehendaki; c. bahwa berdas

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelagic state) terluas di

Potensi Desa (Podes) 2014 Provinsi Riau

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN ROKAN HILIR. Rokan Hilir adalah sebuah kabupaten di Provinsi Riau

Disajikan dalam Acara Pertemuan Tahunan EEP- Indonesia Tahun 2013, di Hotel Le Meridien Jakarta, 27 November 2013

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2000 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Dasar Hukum

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV GAMBARAN UMUM

1. Bengkalis 2. Kampar 3. Indragiri 4. Kepulauan Riau, termaktub dalam UU No. 12 tahun 1956 (L. Negara tahun 1956 No.25)

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN III TAHUN 2016

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. A. Kondisi Geografis dan Profil Singkat Daerah Istimewa Yogyakarta. Gambar 4.1

BUPATI KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU

RAPAT PERSIAPAN RAKORTEK KEGIATAN PENGEMBANGAN WILAYAH PERBATASAN TAHUN ANGGARAN 2018

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan suatu bentuk perwujudan pendelegasian. wewenang dan tanggung jawab dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM. Kabupaten Kampar dibentuk berdasarkan Undang Undang Nomor 12 tahun 1956, kemudian dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN KARIMUN TAHUN ANGGARAN 2014

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II DUMAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TAHUN 2014

TATISTIK POTENSI DESA PROVINSI RIAU 2014

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN. dan kewajiban setiap orang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, pembangunan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA SUNGAI PENUH DI PROVINSI JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN KARIMUN TAHUN ANGGARAN 2015

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur

DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

RINCIAN HARGA PENAWARAN FORMULIR UNTUK KEPERLUAN PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DPR, DPD DAN DPRD TAHUN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI RIAU

PERATURAN DAERAH TAHUN 2014 YANG TELAH DITETAPKAN DILINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA SE PROVINSI RIAU

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA SUNGAI PENUH DI PROVINSI JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

IV. GAMBARAN UMUM Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat

BUPATI NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN BUPATI NATUNA NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI KUANTAN SINGINGI NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG

GAMBARAN UMUM DAERAH PENGHASIL MIGAS

HARGA PERKIRAAN SENDIRI (HPS) FORMULIR UNTUK KEPERLUAN PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DPR, DPD DAN DPRD TAHUN KOMISI PEMILIHAN 2014 UMUM PROVINSI RIAU

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN UMUM

IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 04 TAHUN 2006 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PERUBAHAN KABUPATEN KARIMUN TAHUN ANGGARAN 2006

PENGELOLAAN IZIN USAHA PERTAMBANGAN (IUP) MINERAL DAN BATUBARA DI PROVINSI RIAU

Transkripsi:

54 BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN 4.1. Sejarah Berdirinya Pemerintah Provinsi Riau Provinsi Riau terbentuk berdasarkan Undang-undang Darurat Nomor 19 Tahun 1957. Kemudian diundangkan dalam Undang-undang Nomor 61 tahun 1958. Dalam Undang-undang pembentukan daerah Swantantra tingkat I Sumatera Barat, Jambi, dan Riau, dalam Lembaran Negara No 75 tahun 1957, daerah Swatantra Tingkat I Riau meliputi wilayah daerah Swatantra tingkat II: Bengkalis, Kampar, Inderagiri, Kepulauan Riau, yang termaktub dalam Undang-undang No.12 tahun 1956, Kotapraja Pekanbaru, termaktub dalam Undang-undang No. 8 tahun 1956. Berdasarkan SK Presiden tanggal 27 Februari 1958 No. 258/M/1958 diangkat Mr. Amin, sebagai Gubernur Provinsi Riau yang pertama pada tanggal 5 Maret 1958 di Tanjung Pinang oleh Menteri Dalam Negeri. Selanjutnya untuk menetapkan ibukota Provinsi Riau secara permanen, karena penetapan Tanjung Pinang sebagai ibukota Provinsi bersifat sementara, Menteri Dalam Negeri mengirim kawat kepada Gubernur Riau pada tanggal 30 Agustus 1958 No. Sekr. 15/15/6. Untuk menanggapi kawat tersebut maka Gubemur membentuk suatu Panitia Penyelidik Penetapan Ibukota Daerah Swatantra Tingkat I Riau. Tanggal 20 Januari 1959 dikeluarkan Surat Keputusan dengan No. Des.52/ 1/44 25 yang menetapkan Pekanbaru sebagai ibukota Provinsi Riau. Gubernur Mr. S.M. Amin digantikan oleh Letkol Kaharudin Nasution yang dilantik digedung Sekolah Pei Ing Pekanbaru tanggal 6 Januari 1960. Dengan dilantiknya Letkol 54

55 Kaharudin Nasution sebagai Gubernur, maka struktur pemerintahan Daerah Tingkat I Riau mengalami perubahan. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri tanggal 14 April 1960 No. PD6/2/ 12-10 telah dilantik Badan Pemerintah Harian bertempat di gedung Pei Ing Pekanbaru. Anggota-anggota Badan Pemerintah Harian tersebut merupakan pembantu-pembantu gubernur untuk menjalankan pemerintahan sehari-hari. Usaha untuk menyempurnakan pemerintahan daerah terus ditingkatkan, pada Tanggal 25 April 1962 diangkat seorang wakil gubernur, yaitu Dt. Wan Abdurrahman yang semula menjabat Walikota Pekanbaru, jabatan walikota dipegang oleh Tengku Bay. Di samping penyempumaan aparatur pemerintahan, pemerintah daerah merasakan bahwa luasnya daerah-daerah kabupaten yang ada dan batasbatasnya kurang sempurna, sehingga sering menimbulkan stagnasi dalam kelancaran roda pemerintahan. Untuk itu maka oleh Pemerintah Daerah Provinsi Riau pada Tanggal 15 Desember 1962 dengan Surat Keputusan No.615 tahun 1962 dibentuklah suatu panitia. Hasil kerja dari panitia tersebut menjadikan Provinsi Riau 5 (lima) Daerah Tingkat II dan satu Kotamadya, yaitu; Kotamadya Pekanbaru (Walikota Tengku Bay), Kabupaten Kampar ( Bupati R.Subrantas), Kabupatan Inderagiri Hulu (Bupati H. Masnoer), Kabupatan Inderagiri Hilir (Bupati Drs. Baharudin Yusuf), Kabupaten Kepulauan Riau ( Bupati Adnan Kasim) dan Kabupaten Bengkalis ( Bupati H. Zalik Aris). Seiring dengan diberlakukanya pelaksanaan otonomi daerah yang mulai dilaksanakan pada tanggal l Januari 2001, telah berimplikasi pada timbulnya daerah-daerah baru di Indonesia, dari 27 Provinsi pada awalnya sekarang sudah menjadi 33 Provinsi. Tidak terkecuali Provinsi Riau,

56 terhitung mulai tanggal l 2004 Kepulauan Riau resmi menjadi Provinsi ke-32 di Indonesia, itu berarti Provinsi Riau yang dulunya terdiri dari 16 Kabupaten/Kota sekarang menjadi 12 Kabupaten/Kota. Kabupaten-kabupaten dan kota tersebut adalah; (1) Kuantan Singingi, (2) Indragiri Hulu, (3) Indragiri Hilir, (4) Pe lalawan, (5) Siak, (6) Kampar, (7) Rokan Hulu, (8) Bengkalis, (9) Rokan Hilir, dan Kota Pekanbaru, (l 1) Dumai, (12) Meranti. 4.2 Letak Geografis Provinsi Riau terdiri dari daerah daratan dan perairan, dengan luas lebih kurang 8.915.016 Ha (89.150 km2), keberadaannya membentang dari lereng Bukit Barisan sampai dengan Selat Malaka terletak antara 01 05 00 Lintang Selatan - 02 25 00 Lintang Utara atau antara 100 00 00-105 05 00 Bujur Timur. Disamping itu sesuai dengan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 terdapat walayah lautan sejauh 12mil dari garis pantai. Didaratan terdapat 15 sungai diantaranya ada 4 sungai besar yang mempunyai arti penting sebagai sarana perhubungan seperti Sungai Siak (300 Km) dengan kedalaman 8-12 m, Sungai Rokan (400 Km) dengan kedalaman 6-8 m. ke 4 sungai yang membelah dari pegunungan daratan tinggi Bukit Barisan bermuara di Selat Malaka dan Laut Cina Selatan itu dipengaruhi pasang surut laut. Adapun batas-batas Provinsi Riau bila dilihat dari posisinya dengan Negara tetangga dan Provinsi lainya adalah sebagai berikut: a. Sebelah Utara : Selat Malaka dan Provinsi Sumatra Utara b. Sebelah Selatan : Provinsi Jambi dan Provinsi Sumatra Barat

57 c. Sebelah Timur : Provinsi Kepulauan Riau dan Selat Malaka d. Sebalah Barat : Provinsi Sumatra Barat dan Sumatra Utara 4.3 Pembagian wilayah Wilayah Provinsi Riau secara administratif terbagi dalam 10 Kabupaten dan 2 Kota yaitu: Tabel 4.1 Nama-nama Ibukota dan luas wilayah Kabupaten/Kota Nama Kabupaten/kota Ibukota Luas (Ha) Persentase luas Kabupaten Bengkalis Bengkalis 843.720 9,46 Kabupaten Indragiri hilir Tembilahan 1.379.837 15,48 Kabupaten Indragiri Hulu Rengat 767.627 8,61 Kabupaten Kampar Bangkinang 1.092.820 12,26 Kabupaten Kuantan Singingi Teluk Kuantan 520.216 5,84 Kabupaten Pelalawan Pangkalan Kerinci 1.240.414 23,91 Kabupaten Rokan Hilir Bagan Siapi-Api 896.143 10,05 Kabupaten Rokan Hulu Pasir Pangarayan 722.978 8,11 Kabupaten Siak Siak Si Indrapura 823.357 9,24 Kabupaten Kep Meranti Selat Panjang 360.703 4,05 Kota Dumai Dumai 203.900 3,29 Kota Pekanbaru Pekanbaru 63.301 0,71 Provinsi Riau Pekanbaru 8.915.016 100

58 4.4. Kondisi Geografis Menurut Sensus Penduduk 2010 tercatat sebesar 5.543.031 jiwa. Jumlah Penduduk laki-laki 2.854.989 jiwa dan 2.688.042 jiwa penduduk perempuan. Sementara banyaknya rumah tangga yang terdapat di Provinsi Riau pada tahun 2010 tercatat 1.337.034 rumah tangga dengan rata-rata penduduk 4 jiwa per rumah tangga. Masih berdasarkan olah cepat SP 2010, distribusi penduduk menurut Kabupaten/Kota menunjukkan bahwa penduduk Riau terkonsentrasi di Kota Pekanbaru sebagai ibu Kota Prpvinsi dengan jumlah penduduk 903.902 jiwa atau sekitar 16,31 persen dari seluruh penduduk Riau. Sedangkan Kabupaten/Kota dengan jumlah penduduk terkecil adalah Kabupaten Kepulauan Meranti sebesar 176.371 jiwa. Penawaran tenaga kerja yang diikuti tanpa penyediaan kesempatan kerja yang cukup akan menimbulkan pengangguran dan setengah pengangguran. Pada tabel 4.2.2 hasil survei angkatan kerja nasional 2009 (Sakernas 2009) menunjukkan bahwa di Provinsi Riau komposisi antara angkatan kerja dan bukan angkatan kerja untuk penduduk berusia 15 tahun keatas tidak jauh berbeda di semua Kabupaten/Kota. Angkatan kerja penduduk laki-laki jauh lebih banyak dibanding bukan angkatan kerja. 4.5. Ekonomi dan Keuangan Provinsi Riau merupakan penghasil devisa utama minyak bumi bagi Indonesia, dengan produksi lebih dari 600.000 barrel per hari (sekitar 60 persen dari total produksi minyak dan gas nasional). Selain migas, Riau juga kaya akan potensi sumber daya alam berupa hasil hutan, pertanian, perkebunan, aneka tambang dan

59 mineral, dan hasil laut (perikanan). Semenjak pemekaran wilayah dan pembentukan Provinsi Kepulauan Riau (pada pertengahan 2004), terjadi pergeseran komoditi unggulan ekspor Provinsi Riau. Pada umumnya produkproduk itu dihasilkan oleh perusahaan-perusahaan modal asing (PMA) di Pulau Batam dan Bintan. Pada saat ini komoditi ekspor unggulan Provinsi Riau ialah produk-produk primer berupa bahan baku dan setengah jadi, seperti minyak mentah sawit ( CPO), pulp dan kertas, karet (crumb rubber), kayu lapis ( triplex), kayu olahan, produk kelapa, ikan dan udang segar, batu bara, dan lain-lain. Pertumbuhan dan struktur ekonomi menurut lapangan usaha Perekonomian Riau yang diukur berdasarkan besaran PDRB atas dasar harga berlaku pada tahun 2012 mencapai Rp 123,371,15 milyar ekonomi Riau dengan migas tahun 2012, mengalami pertumbuhan sebesar minus (konstraksi) 0,26 persen dibanding triwulan sebelumnya (q -to-q). konstraksi terjadi dilima sektor lapangan usaha. Laju pertumbuhan ekonomi tertinggi pada sektor pembangunan sebesar 2,99 persen. Sementara sektor Pertambangan dan Penggalian mengalami kontraksi tertinggi sebesar 0,89 persen. Kedua sektor tersebut masing-masing memberikan sumber pertumbuhan sekitar 0,18 persen dan -0,40 persen. Kondisi keuangan Provinsi Riau pada tahun 2012 dapat dilihat dari jumlah APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan jumlah PAD (Pendapatan Asli Daerah) Provinsi Riau. Jumlah nominal anggaran belanja daerah tercatat sebesar Rp 4. 159,68 miliar dengan realisasi belanja sebesar Rp. 3.649 muliar. Sementara itu dari sisi pendapatan daerah, tercatat anggaran sebesar Rp 6.514,43 miliar dengan jumlah nominal realisasi pendapatan sebesar Rp 2.522,68 miliar.

60 Selain itu, jumlah nominal Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari segi Bagian Laba Usaha Daerah tercatat sebesar Rp 2.181,22 juta, kemudian jumlah pendapatan lain-lain sebesar Rp 1.393,01 diikuti dengan Pajak Daerah sebesar Rp 1.914,89 juta, dan Retribusi Daerah sebesar Rp 1.839,78 juta. Sehingga rasio PAD terhadap APBD tahun 2012 tercatat sebesar 32,85 %. 4.6. Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan Daerah Pada tahun 2009 2013, pendapatan Pemerintahan Provinsi Riau terus meningkat yaitu dari Rp 3,71 triliyun menjadi Rp 4,90 triliyun dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 7,18% per tahun sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.9 dan lebih detail pada Tabel 3.1. Selama periode ini diperkirakan tidak diperlukan pencairan dana cadangan karena pendapatan dan sisa lebih riil perhitungan anggaran Pemerintah Provinsi Riau dapat menutupi pengeluaran tahun berjalan, dengan catatan bahwa penerimaan dari transfer sebagaimana yang diharapkan.(www.bappeda riau.go.id). Selama periode ini, kapasitas riil kemampuan keuangan Pemerintah Provinsi Riau terus meningkat yaitu dari Rp 4,09 triliyun menjadi Rp 5,10 triliyun. Rata-rata laju pertumbuhan kapasitas riil kemampuan keuangan Pemerintah Provinsi Riau meningkat sebesar 5,68% per tahun. Dengan laju pertumbuhan kapasitas riil kemampuan keuangan Pemerintah Provinsi Riau yang meningkat ini diyakini akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat Riau.(www.bappeda riau.go.id)

61 Selama periode 2006, 2007, rata-rata pertumbuhan yang tertinggi adalah belanja langsung yaitu sebesar 46,93% per tahun diikuti pembiayaan, pengeluaran dan belanja tidak langsung yang masing-masingnya sebesar 11,92% per tahun. Sedangkan rata-rata pertumbuhan belanja beasiswa pendidikan PNS menurun sebesar 29,79% per tahun. Pertumbuhan tertinggi pembiayaan/pengeluaran adalah pada pembentukan dana cadangan yaitu dari tidak ada menjadi sebesar Rp 100 milyar mulai tahun 2007 hingga 2012. Pembentukan dana cadangan ini adalah untuk pelaksanaan PON XVIII tahun 2012. Pertumbuhan tertinggi dari belanja langsung adalah belanja honorarium PNS khusus guru sebagai upaya peningkatan kesejahteraan guru dan sekaligus pencapaian proporsi anggaran sebesar 20% untuk pendidikan. Pertumbuhan tertinggi dari pengeluaran tidak langsung adalah belanja bagi hasil yaitu 11,65% per tahun diikuti belanja penerimaan anggota dan pimpinan DPRD serta operasional KDH/WKDH dan belanja gaji dan tunjangan yang masingmasingnya sebesar 6,35% per tahun dan 0,29% per tahun.(www.bappeda riau.go.id).