BAB 3 METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian survey analitik yang bertujuan untuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V HASIL PENELITIAN. Selatan dengan luas wilayah kerja seluas 14,87 Km 2, terdiri dari 3 wilayah

BAB 1 PENDAHULUAN. Karies gigi adalah proses perusakan jaringan keras gigi yang dimulai dari

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional yang dilakukan terhadap

BAB V ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. pada saat penelitian berlangsung. Terdapat 3 karakteristik responden yang. Tabel 5.1

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN SISWA KELAS V SD TENTANG PERAWATAN GIGI

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik korelasi yaitu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah observational analitik dengan desain

BAB 1 PENDAHULUAN. Hasil studi morbiditas Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2003

BAB II. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa sekolah. Anak

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesehatan. Mulut bukan sekedar untuk pintu masuknya. menunjang kesehatan seseorang (Riyanti, 2005).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian survei deskriftif analitik dengan

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN ANAK USIA 7 SAMPAI DENGAN 12 TAHUN TENTANG ORAL HYGIENE BERDASARKAN KARAKTERISTIK DI SDN JALAN ANYAR KOTA BANDUNG

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENCEGAHAN KARIES GIGI PADA MURID KELAS SATU SDN 74/IV DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEBUN HANDIL KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Mulut merupakan pintu gerbang utama di dalam sistem pencernaan. Makanan

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian observasional dengan rancangan Cross Sectional, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. penanganan secara komprehensif, karena masalah gigi berdimensi luas serta mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. yang optimal meliputi kesehatan fisik, mental dan sosial. Terdapat pendekatanpendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di seluruh Puskesmas Kota Salatiga.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat.

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 1, April 2013 ISSN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif korelasional. Desain korelasional dalam penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang mengkaji hubungan antara variabel dengan melibatkan

BAB VI PEMBAHASAN. dasar. Upaya-upaya yang dilakukan meliputi upaya promotif yaitu dengan. memberikan penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan

BAB III METODE PENELITIAN. adalah penelitian yang mengkaji hubungan antara variable dengan

BAB III METODE PENELITIAN

PENDAHULUAN. mulut adalah penyakit jaringan keries gigi (caries dentis) disamping penyakit gusi.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Gigi merupakan bagian dari alat pengunyahan pada system pencernaan dalam

BAB III METODE PENELITIAN. variabel independent dan variabel (Notoatmodjo, 2003). Puskesmas Gubug pada tanggal Agustus 2010.

BAB IV HASIL PENELITIAN, ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. cross sectional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antar

BAB III METODE PENELITIAN. correlative dengan menggunakan pendekatan cross-sectional yaitu jenis

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelatif yang

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimental dengan metode diskriptif korelasional dan dengan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. explanatory study dengan pendekatan potong lintang (cross. simultan (dalam waktu yang bersamaan) (Notoatmodjo, 2010,

BAB III METODE PENELITIAN. dikumpulkan secara simultan (dalam waktu yang bersamaan). Metode yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data penelitian ini diperoleh melalui penyebaran kuesioner (angket) yang

BAB III METODE PENELITIAN

Anneke A. Tahulending 1), Christy Velia Kosegeran 2) 1)3) Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Manado, Jl. R. W. Mongisidi Malalayang

BAB III METODE PENELITIAN. dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini menggunakan kuesioner

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. adalah penelitian rancangan Survei Analitik dimana mengetahui hubungan antara

BAB II METODE PENELITIAN. karyawan. Data yang digunakan berupa jawaban responden yang pada dasarnya

BAB III METODE PENELITIAN. melakukan intervensi terhadap subjek penelitian (Notoatmodjo, 2010). Pada

BAB 1 PENDAHULUAN. sebelum tidur malam, hal itu dikarenakan agar sisa-sisa makanan tidak menempel di

BAB III METODE PENELITIAN

LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBJEK PENELITIAN

BAB IV ANALISIS DATA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di dusun Cepor, Sendangtirto, Kecamatan Berbah,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan

BAB III METODA PENELITIAN. A. Jenis / Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. digunakan adalah analitik Cross Sectional.Cross sectional yaitu

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan dilaksanakan adalah penelitian studi analitik,

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. kesehatan, terutama masalah kesehatan gigi dan mulut. Kebanyakan masyarakat

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman yang masuk ke dalam tubuh (Mumpuni, 2013).

BAB III METODE PENELITIAN. bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara variabel independent dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. kader terhadap motivasi ibu untuk memberikan ASI eksklusif di wilayah kerja

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dalam bab ini akan dijelaskan hasil penelitian dan pembahasan data yang

BAB I PENDAHULUAN. akibat gangguan sangat penting pada masa kanak-kanak karena karies gigi,

BAB III METODA PENELITIAN. 1. Ditinjau dari tujuan yang akan dihadapi yaitu mengetahui hubungan. hubungan antara variabel (Nursalam, 2003)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODA PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah masyarakat baik pria maupun wanita di sekitar

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian deskriptif. analitik Comparative Study dengan pendekatan cross sectional.

Determinan Karies Gigi Pada Anak Sekolah Dasar Di Pulau Nusa Penida, Klungkung, Bali

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. metode Survey Analitik, dengan pendekatan Cross Sectional. yaitu survey atau

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan adalah Cross Sectional yaitu metode

PENGETAHUAN GURU PENJASKES DAN PERANANNYA DALAM PROGRAM USAHA KESEHATAN GIGI SEKOLAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANJUNG SEKAYAM KABUPATEN SANGGAU

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan desain penelitian deskriptif korelatif yaitu untuk

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif korelasional dengan metode pendekatan cross sectional, yaitu suatu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan 15 Maret-28 Mei tahun akan dikumpulkan dalam waktu bersamaan (Notoatmodjo, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. orangtua sangat menentukan dalam pertumbuhan dan perkembangan pada. (Notoatmodjo, 2003). Kesehatan gigi dan mulut pada anak apabila

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI DI SDI DARUL MU MININ KOTA BANJARMASIN TAHUN 2017 ABSTRAK

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Gigi dan mulut merupakan alat pencernaan mekanis manusia. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. pada anak usia sekolah dasar (Soebroto, 2009). mulut adalah penyakit jaringan keras gigi (karies gigi) dan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. oleh Pemerintah (UU RI No. 36 Tahun 2009 Pasal 93). (Rahmawati dkk., 2011). Anak-anak yang berusia 6-12 tahun diseluruh

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan crossectional yaitu penelitian non-eksperimental dalam rangka

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian dalam hal ini adalah pengguna (Dosen dan Operator) Sistem Informasi

BAB III METODE PENELITIAN. variabel bebas dan terikat dengan pendekatan cross sectional yaitu studi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menjadi sampel dalam penelitian mengenai pengaruh harga, kualitas produk, citra merek

Transkripsi:

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian survey analitik yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh perilaku kesehatan terhadap kejadian karies gigi pada murid SD binaan UKGS di Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan Tahun 2012. Rancangan penelitian ini menggunakan cross sectional, yang bermaksud mencari hubungan antara suatu keadaan dengan keadaan lain pada saat yang bersamaan dan dalam populasi yang sama, dimana pengumpulan data untuk variabel independent dan variabel dependent dilakukan secara bersama-sama atau sekaligus (Notoatmodjo, 2005) 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di 10 SD binaan UKGS di Kecamatan Medan Tuntungan, dengan pertimbangan merupakan salah satu kecamatan dengan prevalensi karies yang masih tinggi yaitu sebanyak 454 orang atau sebesar 61,43% dari 739 murid yang diperiksa (Data UKGS Puskesmas Medan Tuntungan, 2011). 3.2.2 Waktu Penelitian Waktu penelitian dilakukan pada bulan Maret sampai Juli 2012, yaitu mulai dari melakukan penelusuran kepustakaan, penyusunan proposal, seminar proposal, penelitian, analisis data dan penyusunan laporan akhir.

3.3 Populasi dan Sampel Dalam penelitian ini, yang menjadi populasi adalah semua murid kelas IV dan kelas V SD binaan UKGS di Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan yang sedang menderita karies berjumlah 454 orang dari 10 SD (Data UKGS Puskesmas Medan Tuntungan, November 2011). Pertimbangan dalam penentuan populasi ini adalah bahwa murid SD kelas IV dan kelas V rata-rata berusia 10 sampai 12 tahun dimana pada usia tersebut hampir semua gigi permanen telah tumbuh sempurna, dan pada usia tersebut anak sudah bisa diajak berkomunikasi dengan baik. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling yaitu seluruh murid kelas IV dan Kelas V yang menderita karies di 2 SD dengan angka karies terbesar dijadikan sampel, yaitu di SD 060971 sebanyak 78 responden dan di SD 064023 sebanyak 70 responden, jadi sampel keseluruhan dalam penelitian ini menjadi 148 responden. Tabel 3.1 Populasi dan Sampel Penelitian No Nama Sekolah Murid yang Murid dengan Jumlah Sampel Diperiksa Karies Gigi 1 SD 060971 145 78 78 2 SD 064023 114 70 70 3 SD 064025 78 57 4 SD 064026 71 52 5 SD 065015 79 46 6 SD 067247 62 37 7 SD 067246 63 36 8 SD ELIDA 48 31 9 SD 065014 45 28 10 SD 066428 34 19 Total 739 454 148

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer Data yang dikumpulkan adalah data primer baik untuk variable bebas maupun variable terikat. Data primer untuk variable bebas adalah data yang dikumpulkan langsung dari responden melalui kuesioner, dikumpulkan oleh peneliti berupa data perilaku sehat, perilaku sakit dan perilaku peran orang sakit tentang karies gigi. Sedangkan data primer untuk variable terikat yakni data angka karies gigi dalam bentuk indeks DMFT dikumpulkan peneliti dengan melakukan pemeriksaan gigi pada seluruh responden, menggunakan alat-alat pemeriksaan gigi dan dicatat dalam lembar pemeriksaan status karies gigi (DMFT). 3.4.2 Uji Validitas dan Reliabilitas Uji Validitas kuesioner dilakukan dengan menggunakan uji Korelasi Pearson, sedangkan uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan uji Cronbach Alpha. Teknik ini bertujuan untuk menguji apakah tiap item pertanyaan dalam kuesioner benar-benar dapat mengukur faktor yang akan diukur dan konsisten menyatakan hasil ukur. Pertanyaan dalam kuesioner akan disebut valid atau reliable, jika nilai korelasi atau alpha pertanyaan tersebut lebih besar dari nilai table. Pengujian validitas dan reliabilitas dilakukan pada 30 orang murid kelas IV dan kelas V di SD Negeri No 065014 Namogajah Kecamatan Medan Tuntungan. a. Uji Validitas Uji validitas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana suatu ukuran atau nilai yang menunjukkan tingkat kehandalan atau kesahihan suatu alat ukur dengan cara

mengukur korelasi antara variabel atau item dengan skor total variabel menggunakan rumus teknik korelasi Person Product Moment (r), dengan ketentuan jika t-hitung > t- tabel, maka dinyatakan valid dan sebaliknya (Riduwan, 2010). Berdasarkan hasil uji validitas variabel perilaku kesehatan (perilaku sehat, perilaku sakit dan perilaku peran sakit), terlihat hasil korelasi bahwa semua item mempunyai korelasi > 0,361 maka dapat dikatakan bahwa item alat ukur tersebut valid dan dapat digunakan dalam pengumpulan data penelitian, dapat dilihat pada tabel 3.2 : Tabel 3.2. Hasil Uji Validitas Variabel Perilaku Sehat, Perilaku Sakit dan Perilaku Peran Sakit No Variabel Corrected Item-Total Correlation Keterangan 1 Perilaku Sehat Item 1 0,913 Valid Item 2 0,766 Valid Item 3 0,785 Valid Item 4 0,832 Valid Item 5 0,869 Valid Item 6 0,879 Valid 2 Perilaku Sakit Item 1 0,877 Valid Item 2 0,737 Valid Item 3 0,449 Valid Item 4 0,646 Valid Item 5 0,818 Valid Item 6 0,851 Valid 3 Perilaku Peran Sakit Item 1 0,877 Valid Item 2 0,661 Valid Item 3 0,901 Valid Item 4 0,710 Valid Item 5 0,793 Valid Item 6 0,934 Valid

b. Reliabilitas Pertanyaan dikatakan reliabel, jika jawaban responden terhadap pertanyaan (kuesioner) adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya, untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang sudah dapat dipercaya atau reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercayai juga. Apabila datanya memang benar dan sesuai dengan kenyataan, maka berapa kali diambil tetap akan sama (Riwidikdo, 2009). Reliabilitas data merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat menunjukkan ketepatan dan dapat dipercayai dengan menggunakan metode Cronbach s Alpha, yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali pengukuran, dengan ketentuan, jika nilai r Alpha > r tabel, maka dinyatakan reliabel dan sebaliknya (Riduwan, 2010). Berdasarkan hasil uji reliabilitas variabel perilaku kesehatan (perilaku sehat, perilaku sakit dan perilaku peran sakit), terlihat nilai cronbach s alpha > 0,361 maka kuesioner tersebut dikatakan reliabel, dapat dilihat pada tabel 3.3: Tabel 3.3. Hasil Uji Reliabilitas Variabel Perilaku Sehat, Perilaku Sakit dan Perilaku Peran Sakit No Variabel Cronbach s Alpha Keterangan 1 Perilaku Sehat 0,810 Reliabel 2 Perilaku Sakit 0,794 Reliabel 3 Perilaku Peran Sakit 0,806 Reliabel

3.5 Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1 Variabel Terikat Status Karies Gigi (DMFT) adalah indeks yang dipakai untuk mengukur gigi tetap yang mengalami karies atau tumpatan yang tidak baik (D=Decayed), gigi yang dicabut karena karies (M=Missing) dan gigi dengan tumpatan baik (F=Filling) dan Indeks DMFT=D+M+F pada gigi tetap (T) yang didasarkan pada pemeriksaan gigi secara klinis. 3.5.2 Variabel Bebas 1. Perilaku Sehat Perilaku sehat adalah upaya atau kegiatan anak sekolah dalam memelihara kesehatan giginya dan mencegah terjadinya karies gigi. 2. Perilaku Sakit Perilaku sakit adalah perilaku atau kegiatan anak sekolah apabila terjadi karies gigi, serta kegiatan yang berkaitan dengan upaya penyembuhan dan mengatasi karies gigi. 3. Perilaku Peran Sakit Perilaku peran sakit adalah bagaimana orangtua, guru dan tenaga kesehatan memberikan informasi tentang kesehatan gigi, tentang tindakan untuk memperoleh kesembuhan apabila terkena karies gigi dan tindakan untuk mengetahui fasilitas kesehatan untuk mengatasi masalah karies gigi.

3.6 Metode Pengukuran 3.6.1 Variabel Terikat Status Karies Gigi atau Tingkat Keparahan Karies Gigi (indeks DMFT) dilukur dengan cara melakukan pemeriksaan secara klinis dengan menggunakan kaca mulut, sonde, pinset, dan dicatat pada formulir pemeriksaan. Dalam penelitian ini, tingkat keparahan karies gigi dikategorikan menjadi (Riduwan, 2010): Rendah: Jika indeks DMFT di bawah rata-rata (mean) Tinggi : Jika indeks DMFT di atas rata-rata (mean) 3.6.2 Variabel Bebas 1. Perilaku Sehat Pengukuran variabel perilaku sehat dilakukan dengan mengajukan 6 pertanyaan dengan masing-masing pertanyaan mempunyai skor tertinggi 4, maka skor tertinggi adalah 4x6 = 24. Responden diminta untuk mengisi pilihan jawaban dengan alternative jawaban a, b, c, d dan e. Penilaian terhadap pertanyaan tersebut menurut skala Likert adalah sebagai berikut (Riduwan, 2010): Jawaban a = Sangat baik (skor 4) Jawaban b = Baik (skor 3) Jawaban c = Sedang (skor 2) Jawaban d = Kurang (skor 1) Jawaban e = Sangat kurang (skor 0)

Penilaian kategori perilaku sehat berdasarkan pada jawaban responden terhadap pertanyaan yang ada di kuesioner disesuaikan dengan skor dan diklasifikasikan dalam 2 kategori (Nursalam, 2009) yaitu: a. Tingkat baik apabila nilai yang diperoleh 76 % dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan (skor 18,24 24) b. Tingkat kurang apabila nilai yang diperoleh < 76 % dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan (skor 1-18,23) 2. Perilaku Sakit Pengukuran variabel perilaku sakit dilakukan dengan mengajukan 6 pertanyaan dengan masing-masing pertanyaan mempunyai skor tertinggi 4, maka skor tertinggi adalah 4x6 = 24. Responden diminta untuk mengisi pilihan jawaban dengan alternative jawaban a, b, c, d dan e. Penilaian terhadap pertanyaan tersebut menurut skala Likert adalah sebagai berikut (Riduwan, 2010): Jawaban a = Sangat baik (skor 4) Jawaban b = Baik (skor 3) Jawaban c = Sedang (skor 2) Jawaban d = Kurang (skor 1) Jawaban e = Sangat kurang (skor 0) Penilaian kategori perilaku sakit berdasarkan jawaban responden dan diberi skor, kemudian dikategorikan menjadi: a. Tingkat baik apabila skor yang diperoleh 18,24 24 b. Tingkat kurang apabila skor yang diperoleh 1-18,23

3. Perilaku Peran Sakit Pengukuran variabel perilaku peran sakit dilakukan dengan mengajukan 6 pertanyaan dengan masing-masing pertanyaan mempunyai skor tertinggi 4, maka skor tertinggi adalah 4x6 = 24. Responden diminta untuk mengisi pilihan jawaban dengan alternative jawaban a, b, c, d dan e. Penilaian terhadap pertanyaan tersebut menurut skala Likert adalah sebagai berikut (Riduwan, 2010): Jawaban a = Sangat baik (skor 4) Jawaban b = Baik (skor 3) Jawaban c = Sedang (skor 2) Jawaban d = Kurang (skor 1) Jawaban e = Sangat kurang (skor 0) Penilaian kategori perilaku peran sakit berdasarkan jawaban responden dan diberi skor, kemudian dikategorikan menjadi: a. Tingkat baik apabila skor yang diperoleh 18,24 24 b. Tingkat kurang apabila skor yang diperoleh 1-18,23 Aspek pengukuran variabel penelitian dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut ini: Tabel 3.2 Aspek Pengukuran Variabel Penelitian Variabel Cara Ukur Alat Ukur Nilai ukur Kategori Skala Ukur Variabel terikat Indeks DMF-T Pemeriksaan Klinis gigi Pinset, kaca. Mulut, sonde, Formulir pemeriksaan < Mean > Mean Rendah Tinggi Ordinal

Tabel 3.2 Lanjutan Variabel Jumlah Pertanyaan Alternatif Jawaban Bobot Nilai Total Nilai Kategori Ordinal Variabel Bebas 1. Perilaku Sehat 2. Perilaku Sakit 3. Perilaku Peran Sakit 6 a b c d e 6 a b c d e 6 a b c d e 4 3 2 1 0 4 3 2 1 0 4 3 2 1 0 18,24-24 0-18,23 18,24-24 0-18,23 18,24-24 0-18,23 Baik Kurang Baik Kurang Baik Kurang Ordinal Ordinal Ordinal 3.7 Metode Analisis Data Metode analisis data dalam penelitian ini dilakukan sebagai berikut: 1. Analisis Univariat Digunakan untuk mengetahui gambaran deskriptif dengan menampilkan tabel frekuensi dan persentase dari masing-masing variabel bebas yaitu perilaku sehat, perilaku sakit dan perilaku peran sakit serta variabel terikat yaitu kejadian karies gigi pada murid SD. 2. Analisis Bivariat Digunakan untuk analisis lanjutan untuk melihat pengaruh variabel bebas yaitu perilaku sehat, perilaku sakit dan perilaku peran sakit terhadap variabel terikat

yaitu kejadian karies gigi pada murid SD, dilakukan dengan menggunakan uji Chi Square pada taraf kepercayaan 95 % (α = 0,05). 3. Analisis Multivariat Bertujuan untuk melihat pengaruh variabel bebas yaitu perilaku sehat, perilaku sakit dan perilaku peran sakit terhadap variabel terikat yaitu kejadian karies gigi pada murid SD, dengan melakukan Uji Regresi logistik yang didapat dari hasil uji bivariat, yang memiliki nilai p<0,05 dapat dijadikan variabel yang berpengaruh terhadap kejadian karies. Berdasarkan uji multivariat akan diketahui variabel mana yang paling berpengaruh terhadap kejadian karies.

BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar binaan UKGS di Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan, dengan pertimbangan merupakan salah satu kecamatan dengan prevalensi karies yang masih tinggi (Data UKGS Puskesmas Kecamatan Medan Tuntungan, 2011). Berdasarkan pertimbangan efisiensi waktu dan biaya, penelitian dilakukan di 2 Sekolah Dasar dengan jumlah kasus karies gigi yang paling banyak berdasarkan data UKGS, yaitu SD Negeri 060971 dan SD Negeri 064023 yang keduanya berlokasi di Jalan Jamin Ginting KM 12 Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan. 4.1.1 Karakteristik Responden Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, dapat dilihat bahwa jenis kelamin mayoritas adalah laki-laki sebanyak 76 orang (51,5%) dan minoritas adalah jenis kelamin perempuan sebanyak 72 orang (48,6%). Berdasarkan pendidikan responden, mayoritas adalah kelas V SD sebanyak 117 orang (79,1%) dan minoritas adalah kelas IV SD sebanyak 31 orang (20,9%). Untuk melihat karakteristik responden meliputi jenis kelamin dan pendidikan responden, dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut :

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Murid Sekolah Dasar Binaan UKGS di Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan No Jenis Kelamin F % 1 Laki-laki 76 51,5 2 Perempuan 72 48,6 Pendidikan F % 1 SD Kelas IV 31 20,9 2 SD Kelas V 117 79,1 4.2 Analisis Univariat Analisis univariat yang diteliti dalam penelitian ini meliputi variabel bebas yaitu : perilaku sehat, perilaku sakit dan perilaku peran sakit dan variabel terikat yaitu kejadian karies gigi. 4.2.1 Perilaku Sehat Untuk melihat perilaku sehat responden dengan kejadian karies gigi pada murid Sekolah Dasar binaan UKGS di Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan, dapat dilihat pada tabel 4.2. Berdasarkan tabel, dapat dilihat bahwa perilaku sehat responden mayoritas adalah kategori kurang sebanyak 88 orang (59,5%) dan minoritas adalah kategori baik sebanyak 60 orang (40,5%). Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Perilaku Sehat tentang Karies Gigi pada Murid Sekolah Dasar Binaan UKGS di Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan No Perilaku sehat F % 1 Baik 60 40,5 2 Kurang 88 59,5 Jumlah 148 100

4.2.2 Perilaku Sakit Untuk melihat perilaku sakit responden terhadap kejadian karies gigi pada murid Sekolah Dasar binaan UKGS di Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan dapat dilihat pada tabel 4.3. Berdasarkan tabel, dapat dilihat bahwa perilaku sakit responden mayoritas adalah kategori kurang sebanyak 76 orang (51,4%) dan minoritas adalah kategori baik sebanyak 72 orang (48,6%). Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Perilaku Sakit tentang Karies Gigi pada Murid Sekolah Dasar Binaan UKGS di Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan No Perilaku sakit F % 1 Baik 72 48,6 2 Kurang 76 51,4 Jumlah 148 100 4.2.3 Perilaku Peran Sakit Untuk melihat perilaku peran sakit responden terhadap kejadian karies gigi pada murid Sekolah Dasar binaan UKGS di Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan dapat dilihat berdasarkan tabel 4.4. Berdasarkan tabel, dapat dilihat bahwa perilaku peran sakit responden mayoritas adalah kategori baik sebanyak 86 orang (58,1%) dan minoritas adalah kategori kurang sebanyak 62 orang (41,9%).

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Perilaku Peran Sakit tentang Karies Gigi pada Murid Sekolah Dasar binaan UKGS di Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan No Perilaku Peran Sakit F % 1 Baik 86 58,1 2 Kurang 62 41,9 Jumlah 148 100 4.2.4 Tingkat Keparahan Karies Gigi/ Indeks DMF-T Untuk melihat kejadian karies gigi berdasarkan tingkat keparahannya pada murid Sekolah Dasar binaan UKGS di Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan dapat dilihat berdasarkan tabel 4.5. Berdasarkan tabel, dapat dilihat bahwa keparahan karies gigi mayoritas adalah kategori rendah sebanyak 96 orang (64,9%) dan minoritas adalah kategori tinggi sebanyak 52 orang (35,1%). Dari hasil uji statistik juga diperoleh bahwa Indeks Karies (Indeks DMF-T) rata-rata adalah 3,62 dimana indeks terendah adalah 1 dan indeks tertinggi adalah 9. Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Kejadian Karies Gigi Berdasarkan Tingkat Keparahannya pada Murid Sekolah Dasar binaan UKGS di Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan No Keparahan Karies Gigi F % 1 Rendah 96 64,9 2 Tinggi 52 35,1 Jumlah 148 100

4.3 Analisis Bivariat Analisis bivariat digunakan untuk mengidentifikasi hubungan variabel bebas (perilaku sehat, perilaku sakit dan perilaku peran sakit) dengan variabel terikat yaitu kejadian karies gigi. Berdasarkan hasil analisis bivariat antara variabel bebas yaitu perilaku sehat, perilaku sakit dan perilaku peran sakit dengan variabel terikat yaitu kejadian karies gigi ditemukan bahwa : a. Hasil analisis hubungan antara perilaku sehat responden dengan kejadian karies gigi diperoleh dari 60 responden dengan perilaku sehat kategori baik ada sebanyak 11 responden (18,3%) mengalami kejadian karies gigi dengan tingkat keparahan tinggi. Sedangkan dari 88 responden dengan perilaku sehat kategori kurang ada 41 responden (46,6%) yang mengalami kejadian karies gigi dengan tingkat keparahan tinggi. Hasil uji statistik chi square diperoleh nilai p=0,000 < 0,05, artinya ada hubungan antara variabel perilaku sehat responden dengan kejadian karies gigi. b. Hasil analisis hubungan antara perilaku sakit responden dengan kejadian karies gigi diperoleh dari 72 responden dengan perilaku sakit kategori baik ada sebanyak 20 responden (27,82%) yang mengalami kejadian karies gigi dengan tingkat keparahan tinggi. Sedangkan diantara 76 responden dengan perilaku sakit kategori kurang ada 32 responden (42,1%) yang mengalami kejadian karies gigi dengan tingkat keparahan tinggi. Hasil uji statistik chi square diperoleh nilai p=0,068 > 0,05, artinya tidak ada hubungan antara variabel perilaku sakit responden dengan kejadian atau tingkat keparahan karies.

c. Hasil analisis hubungan antara perilaku peran sakit responden dengan kejadian karies gigi diperoleh dari 86 responden dengan perilaku peran sakit kategori baik ada sebanyak 21 responden (24,4%) yang mengalami kejadian karies gigi dengan tingkat keparahan tinggi. Sedangkan diantara 62 orang responden dengan perilaku peran sakit kategori kurang ada 31 responden (50,0%) yang mengalami kejadian karies gigi dengan tingkat keparahan tinggi. Hasil uji statistik chi square diperoleh nilai p=0,001 < 0,05, artinya ada hubungan antara variabel perilaku peran sakit responden dengan kejadian karies gigi. Untuk melihat hubungan variabel bebas (perilaku sehat, perilaku sakit, dan perilaku peran sakit) dengan variabel terikat yaitu kejadian karies gigi pada murid Sekolah Dasar binaan UKGS di Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan dapat dilihat pada Tabel 4.6: Tabel 4.6 Hubungan Faktor Perilaku (Perilaku Sehat, Perilaku Sakit, dan Perilaku Peran Sakit) dengan Kejadian Karies Gigi di Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan Keparahan Karies Gigi Total No Perilaku Rendah Tinggi Nilai p n % N % n % 1 Perilaku Sehat Baik 49 81,7 11 18,3 60 100 0,000 Kurang 47 53,4 41 46,6 88 100 2 Perilaku Sakit Baik 52 72,2 20 27,8 72 100 0,068 Kurang 44 57,9 32 42,1 76 100 3 Perilaku Peran Sakit Baik 65 75,6 21 24,4 86 100 0,001 Kurang 31 50,0 31 50,0 62 100

4.4 Analisis Multivariat Berdasarkan hasil uji chi-square diketahui ada 2 variabel yaitu perilaku sehat dan perilaku peran sakit yang berhubungan dengan kejadian karies gigi, maka dapat diidentifikasi secara keseluruhan kedua variabel independen tersebut dapat dimasukkan dalam analisis multivariat karena nilai pada bivariat dengan binary logistik hasil output, pada tabel block 1 didapatkan hasil omnibus test pada bagian bloc dengan p value nya <0,25 sehingga kedua variabel dapat dilanjutkan ke analisis multivariat. Analisis multivariat merupakan analisis untuk mengetahui pengaruh variabel independen yaitu perilaku sehat dan perilaku peran sakit dengan variabel terikat yaitu kejadian karies gigi, serta mengetahui variabel dominan yang memengaruhi. Berdasarkan tabel 4.7 di bawah ini, dapat terlihat pada pengujian terhadap hipotesis bahwa faktor perilaku sehat dan perilaku peran sakit berpengaruh terhadap kejadian karies gigi dilakukan dengan uji regresi logistik ganda dengan metode enter dengan nilai signifikansi masing-masing variabel < 0,05. Hasil analisis uji regresi logistik ganda juga menunjukkan bahwa variabel perilaku sehat p value 0,000 (p<0,05) dan perilaku peran sakit dengan p value 0,001 (p<0,05) berpengaruh terhadap kejadian karies gigi pada murid Sekolah Dasar Binaan UKGS di Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan. Hasil analisis uji regresi logistik ganda menunjukkan bahwa variabel yang paling dominan memengaruhi kejadian karies gigi pada murid Sekolah Dasar Binaan UKGS di Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan adalah variabel perilaku sehat mendukung yaitu pada nilai

koefisien regresi exp (B) 3,217. Hal ini menunjukkan variabel tersebut memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kejadian karies gigi pada murid Sekolah Dasar Binaan UKGS di Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan. Variabel perilaku sehat bernilai positif menunjukkan bahwa variabel tersebut mempunyai hubungan yang searah terhadap kejadian karies gigi pada murid Sekolah Dasar Binaan UKGS di Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan. Jadi dapat ditafsirkan secara teoritis bahwa kejadian karies gigi akan menurun apabila terjadi peningkatan perilaku sehat dari responden. Pada tabel 4.7 juga terlihat bahwa variabel perilaku peran sakit bernilai positif menunjukkan bahwa variabel tersebut mempunyai pengaruh yang searah terhadap kejadian karies gigi pada murid Sekolah Dasar Binaan UKGS di Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan atau dengan kata lain kejadian karies gigi memiliki peluang yang besar untuk diturunkan apabila perilaku peran sakit responden ditingkatkan. Berdasarkan hasil analisis regresi logistik ganda, variabel perilaku sehat diperoleh nilai Exp (B) atau Odds Ratio (OR) sebesar 3,217 pada Confidence Interval 95% yaitu antara 1,446 sampai 7,154, sehingga dapat disimpulkan bahwa responden dengan perilaku sehat kategori baik mempunyai kemungkinan 3,217 kali tidak akan mengalami kejadian keries gigi dibandingkan dengan perilaku sehat kategori kurang. Variabel perilaku peran sakit diperoleh nilai Exp (B) atau Odds Ratio (OR) sebesar 2,482 pada Confidence Interval 95% yaitu antara 1,197 sampai 5,146, sehingga dapat disimpulkan bahwa responden dengan perilaku peran sakit kategori baik

kemungkinan 2,482 kali tidak akan mengalami kejadian karies gigi dibandingkan dengan perilaku peran sakit kategori kurang. Untuk melihat pengaruh faktor perilaku sehat dan perilaku peran sakit berpengaruh terhadap kejadian karies gigi pada murid Sekolah Dasar binaan UKGS di Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan dapat dilihat pada Tabel 4.6: Tabel 4.7 Pengaruh Faktor Perilaku (Perilaku Sehat dan Perilaku Peran Sakit) terhadap Kejadian Karies Gigi pada Murid Sekolah Dasar Binaan UKGS di Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan Nilai Nilai Exp (B) 95% C.l.for Exp (B) Variabel Independen B P Lower Upper Perilaku Sehat 1,168 0.004 3,217 1,446 7,154 Perilaku Peran Sakit 0,909 0.015 2,482 1,197 5,146 Constant -3,866 0,000 0,021 Berdasarkan hasil analisis tersebut di atas dapat ditentukan model persamaan regresi logistik ganda yang dapat menafsirkan faktor perilaku sehat dan perilaku peran sakit yang memengaruhi variabel dependen (kejadian karies gigi) pada murid Sekolah Dasar Binaan UKGS di Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan adalah sebagai berikut : 1 f (Z) = (-3,866 + 3,217 (X1) +2,482(X2) 1 + e f(z) α ß 1 - ß 4 X 1 X 2 E = Probabilitas kejadian karies gigi = Konstanta = Koefisien regresi = perilaku sehat = perilaku peran sakit = Error (tingkat kesalahan

BAB 5 PEMBAHASAN 5.1 Kategori Keparahan Karies Gigi (Indeks DMFT) Berdasarkan data yang didapatkan dalam penelitian ini, indeks DMFT ratarata yang diperoleh adalah 3,62. Indeks ini menurut kategori WHO termasuk dalam kategori sedang, dan tidak sesuai dengan target pencapaian gigi sehat tahun 2010 dari WHO, dimana menurut WHO indikator gigi sehat pada kelompok umur 12 tahun adalah sebesar 1, artinya dari maksimal 24 buah gigi permanen yang diperiksa pada anak berusia rata-rata 12 tahun, seharusnya hanya ada 1 gigi yang mengalami karies. 5.2 Pengaruh Perilaku Sehat terhadap Kejadian Karies Gigi pada murid Sekolah Dasar Binaan UKGS di Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan Hasil penelitian tentang variabel perilaku sehat ditemukan, kelompok mayoritas adalah murid dengan perilaku sehat kategori kurang sebanyak 88 orang dari 148 orang dan dari kelompok tersebut mengalami karies gigi dengan tingkat keparahan tinggi sebesar 46,6 % dan murid yang mengalami karies gigi dengan tingkat keparahan rendah sebesar 53,4%. Uji statistik menunjukkan bahwa variabel perilaku sehat berpengaruh terhadap kejadian karies gigi dengan nilai p=0,000. Hal ini sesuai dengan penelitian Fankari (2004), yang menjelaskan bahwa penyebab timbulnya masalah gigi dan mulut pada masyarakat salah satunya adalah faktor perilaku atau sikap mengabaikan kebersihan kesehatan gigi dan mulut. Hal

tersebut dilandasi oleh kurangnya pengetahuan akan pentingnya pemeliharaan gigi dan mulut. Anak masih tergantung pada orang dewasa dalam hal menjaga kebersihan dan kesehatan gigi dan mulut karena kurangnya pengetahuan mengenai kesehatan gigi dan mulut dibanding orang dewasa. Besarnya persentase murid dengan perilaku sehat yang kurang di Sekolah Dasar Binaan UKGS di Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan, menurut peneliti disebabkan oleh masih kurangnya intensitas kegiatan dalam bentuk promotif dan preventif dalam program UKGS yang dilaksanakan, sehingga tidak berdampak signifikan dalam merubah perilaku murid menjadi baik dalam hal pencegahan karies gigi. Berdasarkan data yang didapat melalui kuesioner, mayoritas murid menyikat gigi sewaktu mandi pagi sebelum sarapan dan sangat sedikit yang menyikat gigi malam sebelum tidur. Kebanyakan jenis jajanan murid adalah makanan dan minuman mengandung gula dengan frekuensi jajan lebih dari 2 kali sehari. Perilaku sehat yang seharusnya dilakukan oleh murid antara lain menyikat gigi dengan teratur dan cara yang benar yaitu pagi sesudah sarapan dan malam sebelum tidur dengan cara seluruh permukaan gigi disikat dengan menggunakan pasta gigi yang mengandung fluor, mengurangi jajanan manis dan lengket serta mengonsumsi makanan dan minuman yang baik untuk kesehatan gigi seperti buah-buahan dan sayuran. Hal ini sesuai menurut Tarigan (1995), bahwa resiko kerusakan gigi yang berkaitan dengan karbohidrat bisa dikurangi, bila permukaan gigi secara teratur dibersihkan dari plak dan bakteri. Makin sering makan karbohidrat yang mudah

difermentasikan/dipecah maka makin cepat terjadi proses demineralisasi dari jaringan keras gigi. Frekuensi komsumsi makanan yang mengandung gula harus sangat dikurangi dengan menghindari makanan kecil diantara jam makan. Pencegahan yang paling mudah dan relatif murah adalah dengan melakukan sikat gigi secara berkesinambungan dan benar, dengan menggunakan pasta gigi yang mengandung fluor. Menurut Soebroto (2009), bahwa salah satu cara untuk menjaga kesehatan gigi adalah dengan menggosok gigi. Dengan menggosok gigi, kebersihan gigi dan mulut pun akan terjaga, selain itu dapat menghindari terbentuknya lubanglubang gigi serta mencegah penyakit gigi dan gusi. Menurut Panjaitan (1995), pencegahan karies gigi dapat dilakukan dengan prosedur menyikat gigi yang benar serta aplikasi fluor baik secara topikal melalui pemakaian pasta gigi mengandung fluor atau kumur-kumur fluor maupun secara sistemik melalui tablet fluor dan fluoridasi air minum. 5.2 Pengaruh Perilaku Sakit terhadap Kejadian Karies Gigi pada Murid Sekolah Dasar Binaan UKGS di Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan Hasil penelitian tentang variabel perilaku sakit ditemukan, kelompok mayoritas adalah murid dengan perilaku sakit kategori kurang sebanyak 76 dari 148 orang. Dari kelompok tersebut, murid yang mengalami karies gigi dengan tingkat keparahan tinggi sebesar 42,1 %, lebih sedikit dibandingkan murid yang mengalami karies gigi dengan tingkat keparahan rendah sebesar 57,9%. Uji statistik menunjukkan bahwa variabel perilaku sakit tidak berhubungan dengan kejadian

karies gigi dengan nilai p=0,068, dalam hal ini kemungkinan ada faktor lain yang lebih berhubungan dengan keparahan karies gigi. Dalam penanggulangan karies gigi, penigkatan perilaku sakit sangat penting ditekankan dalam penyuluhan kesehatan gigi, karena walaupun sudah terjadi karies, jika perilaku sakit murid baik, maka karies gigi tidak akan meningkat keparahannya dan kemudian mengakibatkan infeksi di organ tubuh lainnya, serta mencegah karies mengenai gigi sehat lainnya yang ada di dalam mulut seseorang. Hal ini sesuai dengan teori Kidd dan Bechal (1992), bahwa proses terjadinya karies merupakan proses demineralisasi dan remineralisasi atau dengan kata lain proses perusakan dan perbaikan yang silih berganti, karena itu sebenarnya terdapat kesempatan yang baik untuk menghentikan proses karies agar tidak sampai pada kondisi yang lebih parah. Hal ini sesuai menurut Riyanti (2005), bahwa pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut merupakan salah satu upaya meningkatkan kesehatan tubuh secara keseluruhan, sebab kesehatan gigi dan mulut adalah bagian integral dari kesehatan tubuh. Selain berfungsi sebagai pintu masuk makanan dan minuman, gigi dan mulut juga berperan antara lain terhadap kesehatan organ-organ pencernaan, fungsi pengunyahan, bicara bahkan dapat menjadi menjadi sumber infeksi bagi organ-organ tubuh lainnya yang disebut dengan focal infeksi.sehubungan dengan fungsi-fungsi tersebut, banyak orang tidak menyadari besarnya peranan gigi dan mulut bagi kesehatan dan kesejahteraan seseorang. Berdasarkan jawaban responden yang didapat melalui kuesioner, masih banyak murid jika mengalami sakit gigi hanya mengatasinya dengan membeli obat

sakit gigi dari warung, makanan jajanan tetap berupa makanan yang beresiko terhadap karies gigi dan perilaku menyikat gigi nya tetap tidak benar serta tidak periksa ke dokter gigi. Berdasarkan data yang diperoleh dari survey pendahuluan, program UKGS yang dilaksanakan di sekolah dasar binaan UKGS sudah merupakan Paket UKGS tahap III, artinya sudah dilakukan pelatihan kesehatan gigi terhadap guru-guru yang dilibatkan dalam kegiatan UKGS, khususnya guru olah raga dan kesehatan. Maka buruknya perilaku sakit murid sesuai dengan data penelitian ini sangat penting menjadi masukan dalam pelatihan guru dan penyuluhan kesehatan gigi yang akan datang, agar perilaku sakit tersebut di atas dapat diperbaiki dan ditingkatkan. 5.3 Pengaruh Perilaku Peran Sakit terhadap Kejadian Karies Gigi pada Murid Sekolah Dasar Binaan UKGS di Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan Hasil penelitian tentang variabel perilaku peran sakit, kelompok mayoritas adalah responden dengan perilaku peran sakit kategori baik sebanyak 86 dari 148 responden. Dari kelompok tersebut mayoritas mengalami karies gigi dengan keparahan rendah sebesar 75,6% dan murid dengan karies gigi pada tingkat keparahan tinggi sebesar 24,4%. Uji statistik menunjukkan variabel perilaku peran sakit berpengaruh terhadap kejadian karies gigi. Dalam penelitian ini, mayoritas murid mempunyai perilaku peran sakit kategori baik, sedangkan dalam hal perilaku sehat, mayoritas murid adalah kategori kurang. Hal ini dapat menjelaskan bahwa kegiatan promotif dan prefentif di lokasi

penelitian sangat kurang dibandingkan kegiatan kuratif. Karena perilaku sehat adalah perilaku sebelum terjadi sakit sedangkan perilaku peran sakit adalah perilaku setelah terjadinya sakit. Hal ini sesuai dengan hasil yang didapatkan dari uji multivariat, bahwa variabel yang paling berpengaruh terhadap kejadian karies gigi adalah perilaku sehat dengan nilai Exp (B) sebesar 3,217 lebih besar dibanding variabel perilaku peran sakit dengan nilai Exp (B) sebesar 2,482. Maka berdasarkan hasil uji tersebut, dapat dijelaskan pentingnya peningkatan kegiatan berupa promotif dan prefentif untuk meningkatkan perilaku sehat. Perilaku peran sakit dari orangtua, guru dan tenaga kesehatan antara lain: orangtua tetap memfasilitasi dan mengingatkan anak untuk menyikat gigi, secara rutin membawa anaknya untuk diperiksa ke sarana kesehatan gigi, dan dirumah menyediakan makanan dan minuman yang baik untuk kesehatan gigi. Peran guru olah raga dan kesehatan antara lain memfasilitasi dan mendukung kegiatan UKGS. Peran dari petugas kesehatan antara lain memotivasi dan memberikan instruksi tentang prosedur penyikatan gigi yang benar, melakukan pemeriksaan gigi gratis dan sikat gigi bersama secara berkala disekolah, menyarankan dan memotivasi murid untuk rajin periksa gigi dan mau bekerjasama dalam hal perawatan gigi secara klinis. Perilaku peran sakit yang diharapkan lebih besar adalah peran orang tua, mengingat pada anak-anak banyak sekali ditemukan gigi berlubang atau karies gigi. Peran ini menurut Riyanti (2005), dapat dilakukan dengan membimbing, memberikan pengertian, mengingatkan, dan menyediakan fasilitas kepada anak agar anak dapat

memelihara kebersihan gigi dan mulutnya. Selain itu orang tua juga mempunyai peran yang cukup besar di dalam mencegah terjadinya akumulasi plak dan terjadinya karies pada anak, misalnya dengan memperhatikan jenis jajanan anak. Hal ini sesuai menurut Ratih (2008), bahwa orangtua dapat membantu mengurangi kemungkinan terjadinya karies gigi pada anak misalnya dengan membantu menggosok gigi anaknya dengan menggunakan sikat gigi yang berbulu lembut dan pasta gigi yang mengandung fluoride seukuran kacang polong sampai selesai secara sempurna. Pada kenyataannya peran orangtua kurang maksimal dalam pencegahan karies gigii. Kemungkinan hal ini terjadi disebabkan oleh tingkat pengetahuan orangtua yang kurang tentang kesehatan gigi. Hal ini penting menjadi masukan dalam kegiatan UKGS yang akan datang, agar pesan-pesan kesehatan gigi yang disampaikan melalui program UKGS dapat sampai ke orangtua murid, misalnya dengan membagikan brosur yang bisa dibawa pulang oleh murid dan dibaca oleh orangtua.

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa salah satu faktor penyebab tingginya angka kejadian karies di Sekolah Dasar Binaan UKGS di Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan adalah faktor perilaku, yang dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Ada pengaruh antara faktor perilaku sehat terhadap kejadian karies gigi pada murid Sekolah Dasar Binaan UKGS di Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan. 2. Ada pengaruh antara faktor perilaku peran sakit terhadap kejadian karies gigi pada murid Sekolah Dasar Binaan UKGS di Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan. 3. Tidak ada pengaruh antara faktor perilaku sakit terhadap kejadian karies gigi pada murid Sekolah Dasar Binaan UKGS di Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan. 4. Variabel yang paling berpengaruh terhadap kejadian karies gigi pada murid Sekolah Dasar Binaan UKGS di Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan, adalah perilaku sehat. 6.2 Saran 1. Perlu peningkatan upaya promotif pada murid Sekolah Dasar Binaan UKGS di Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan, agar tindakan-tindakan pencegahan karies gigi dapat ditingkatkan seperti penyikatan gigi yang benar dan

teratur serta pemilihan makanan selingan yang baik untuk kesehatan gigi serta secara rutin memeriksakan gigi ke fasilitas pelayanan kesehatan gigi. 2. Pembinaan UKS khusus tentang kesehatan gigi oleh Dinas Kesehatan setempat melalui puskesmas perlu ditingkatkan, dengan memprioritaskan kegiatan berupa promotif dan preventif. 3. Pelatihan tentang kesehatan gigi pada pihak sekolah, khususnya guru olah raga dan kesehatan yang dilibatkan dalam kegiatan UKGS perlu dilaksanakan secara berkesinambungan.