No. 80/12/19/Th.II, 23 Desember 2014 STRUKTUR ONGKOS USAHA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT, KARET, DAN LADA TAHUN 2014 RATA-RATA JUMLAH BIAYA USAHA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PER HEKTAR MENCAPAI 77,57 PERSEN DARI TOTAL NILAI PRODUKSI A. Kelapa Sawit B. Karet Rata-rata biaya produksi usaha perkebunan kelapa sawit setahun per hektar mencapai Rp6,6 juta (77,57 dari total nilai produksi). Biaya produksi usaha perkebunan kelapa sawit yang paling besar yaitu pengeluaran untuk tenaga kerja sebesar 40,17 persen, dengan jenis kegiatan terbesar berada pada proses pemanenan yang mencapai 21,25 persen dari seluruh total biaya produksi. Rata-rata biaya produksi usaha perkebunan karet setahun per hektar mencapai Rp9,1 juta (80,10 C. Lada dari total nilai produksi). Biaya produksi usaha perkebunan karet yang paling besar yaitu pengeluaran untuk tenaga kerja sebesar 67,25 persen, dengan jenis kegiatan terbesar berada pada proses pemanenan yang mencapai 57,61 persen dari seluruh total biaya produksi. Rata-rata biaya produksi usaha perkebunan lada setahun per hektar mencapai Rp22,4 juta (57,30 dari total nilai produksi). Biaya produksi usaha perkebunan lada yang paling besar yaitu pengeluaran untuk tenaga kerja sebesar 54,43 persen, dengan jenis kegiatan terbesar berada pada proses pemanenan yang mencapai 18 persen dari seluruh total biaya produksi. 1. PENDAHULUAN Salah satu target dalam Nawa Cita ke 7 adalah mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik dengan membangun kedaulatan pangan, mewujudkan kedaulatan energi, mewujudkan penguatan teknologi melalui kebijakan penciptaan dan sistem inovasi nasional. Salah satu komoditas tanaman perkebunan yang diharapkan mampu swasembada adalah tebu yang merupakan tanaman penghasil produk gula. Sesuai amanat Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 tahun 1997 tentang statistik, Badan Pusat Statistik (BPS) menyelenggarakan Sensus Berita Resmi Statistik No. 80/12/19/Th.II, 23 Desember 2014 1
Pertanian setiap 10 tahun sekali. Kegiatan Sensus Pertanian 2013(ST2013) merupakan kegiatan sensus yang keenam yang diselenggarakan oleh BPS. Pelaksanaan ST2013 dilakukan secara bertahap, dimulai dari Pemutakhiran Direktori Perusahaan Pertanian tahun 2012, Pencacahan Lengkap Usaha Pertanian pada Mei 2013, dan dilanjutkan Survei Pendapatan Rumah Tangga Usaha Pertanian (SPP2013) pada November 2013, serta Survei Rumah Tangga Usaha Subsektor Pertanian tahun 2014 sebagai rangkaian terakhir dari kegiatan ST2013. Dalam Berita Resmi Statistik (BRS) ini, disajikan data tentang sumber pembiayaan, distribusi hasil produksi dan struktur ongkos kegiatan rumah tangga usaha perkebunan yang terdiri dari komoditas kelapa sawit, karet dan lada. 2. STRUKTUR ONGKOS RUMAH TANGGA USAHA PERKEBUNAN Hasil ST2013 subsektor juga memberikan informasi tentang struktur ongkos rumah tangga usaha perkebunan. Seperti tampak pada gambar 1 terlihat bahwa secara umum rata-rata jumlah biaya untuk kegiatan usaha tanaman karet paling besar dibandingkan dengan kelapa sawit dan karet. Rata-rata jumlah total biaya usaha tanaman karet selama setahun mencapai 80,10 dari total nilai produksi. Sementara untuk komoditas kelapa sawit rata-rata jumlah biaya yang dikeluarkan selama setahun jika dibandingkan dengan nilai produksi mencapai 77,57 dan lada sebesar 57,30. Dari hasil ini secara relatif kegiatan usaha tanaman lada lebih menguntungkan dibandingkan komoditas karet atau kelapa sawit. Gambar 1. Perbandingan Rata-Rata Biaya Usaha Perkebunan Terhadap Produksi Kelapa Sawit 77.57 Karet 80.10 Lada 57.30 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 100.00 Produksi Pengeluaran Pada komoditas kelapa sawit sebagian besar biaya digunakan untuk membayar upah tenaga kerja sebesar 40,17 dengan jenis kegiatan terbesar berada pada proses pemanenan yang mencapai 21,25 dari seluruh total biaya. Jenis biaya lain yang juga cukup besar di struktur biaya komoditas kelapa sawit adalah biaya pupuk yang mencapai 27,76. Sementara itu rata-rata jumlah biaya sewa lahan, pestisida dan benih/penyisipan masing-masing mencapai 15,47, 3,89 dan 2,38. Struktur biaya komoditas tanaman karet memiliki pola struktur rata-rata biaya yang sedikit berbeda dengan komoditas kelapa sawit. Pada komoditas karet, rata-rata biaya pupuk dan pestisida lebih 2 Berita Resmi Statistik No. 80/12/19/Th.II, 23 Desember 2014
kecil yang hanya sebesar 3,85 dan 0,87. Rendahnya pengeluaran pupuk dan pestisida pada kegiatan usaha tanaman karet ini disebabkan perawatan tanaman karet yang siap dipanen sudah tidak memerlukan pupuk dan pestisida. Sementara pada jenis kegiatan usaha tanaman lada memiliki pola struktur rata-rata biaya yang sedikit berbeda dengan komoditas kelapa sawit dan karet. Pada komoditas lada, rata-rata biaya untuk benih/penyisipan cukup besar yaitu sebesar 8,17. Tabel 1. Produksi Dan Biaya Per Hektar Usaha Komoditas Kelapa Sawit Karet Lada Uraian (000 Rp) (000 Rp) (000 Rp) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Produksi 8 525,19-11 365,21-39 042,98 - Biaya 6 613,75 100,00 9 106,64 100,00 22 376,13 100,00 1. Benih/Penyisipan 157,18 2,38 106,76 1,17 1 828,05 8,17 2. Tanaman pelindung 0,61 0,01 0,14 0,00 25,02 0,11 3. Pupuk 1 835,49 27,76 349,95 3,85 2 888,90 12,91 4. Stimulan 9,46 0,14 13,26 0,15 6,93 0,03 5. Pestisida 256,98 3,89 79,04 0,87 483,92 2,16 6. Tenaga kerja 2 657,63 40,17 6 123,79 67,25 12 181,26 54,43 a. Pengolahan lahan 123,72 1,87 110,80 1,22 1 538,04 6,87 b. Penanaman pohon pelindung 0,26 0,00 0,44 0,00 8,09 0,04 c. Penanaman tanaman perkebunan 50,85 0,77 36,24 0,40 1 099,32 4,91 d. Pemeliharaan 577,72 8,73 466,27 5,12 3 319,25 14,83 e. Pemupukan 275,07 4,16 126,07 1,38 752,53 3,36 f. Pengendalian OPT 224,23 3,39 104,55 1,15 612,78 2,74 g. Pemanenan 1 405,77 21,25 5 245,92 57,61 4 028,31 18,00 h. Pengeringan/penjemuran 0,01 0,00 33,50 0,37 822,94 3,68 7. Sewa lahan 1 023,39 15,47 1 298,31 14,26 1 783,98 7,98 8. Sewa alat dan sarana 93,12 1,41 107,01 1,17 248,59 1,11 9. Jasa Pertanian 39,58 0,60 9,68 0,11 155,70 0,70 10. Pengeluaran lainnya 540,31 8,17 1 018,70 11,17 2 773,78 12,40 3. METODOLOGI, KONSEP, DAN DEFINISI A. METODOLOGI Survei usaha rumah tangga tanaman perkebunan menggunakan 2 jenis kerangka sampel yaitu kerangka sampel pemilihan blok sensus dan pemilihan rumah tangga. Untuk pemilihan blok sensus, kerangka sampel yang digunakan yaitu daftar blok sensus biasa dan blok sensus persiapan bermuatan cakupan ST2013 yang distratifikasi menurut jenis tanaman perkebunan utama dan jumlah pohon/lajar menghasilkan pada saat pencacahan ST2013-L (kelapa sawit, karet dan lada) yang diurutkan menurut strata. Blok sensus yang memenuhi syarat (eligible) adalah blok sensus yang memiliki jumlah eligible rumah tangga sebanyak 10 atau lebih. Sedangkan, kerangka sampel untuk pemilihan sampel rumah tangga, yaitu daftar nama kepala rumah tangga usaha tanaman perkebunan hasil pemutakhiran rumah tangga di setiap blok sensus terpilih yang diurutkan menurut jenis tanaman perkebunan utama. Metode sampling yang digunakan adalah metode sampling dua tahap. Pada tahap pertama, dari kerangka sampel blok sensus, dipilih sejumlah blok sensus secara probability proportional to size dengan size jumlah rumah tangga usaha tanaman perkebunan hasil ST2013-L. Tahap kedua, dari kerangka sampel rumah tangga dipilih sejumlah rumah tangga secara sistematik. Rumah tangga usaha tanaman perkebunan dikategorikan sebagai sampel rumah tangga jika Berita Resmi Statistik No. 80/12/19/Th.II, 23 Desember 2014 3
memenuhi syarat Batas Minimal Usaha (BMU) kelapa sawit dan karet masing-masing sebesar 15 pohon, dan 250 pohon. B. KONSEP DAN DEFINISI Rumah Tangga Usaha Perkebunan adalah rumah tangga yang salah satu atau lebih anggota rumah tangganya mengelola usaha perkebunan dengan tujuan sebagian atau seluruh hasilnya untuk dijual, baik usaha pertanian milik sendiri, secara bagi hasil, atau milik orang lain dengan menerima upah, dalam hal ini termasuk jasa pertanian. Ongkos/biaya yang dicatat adalah biaya yang benar-benar telah digunakan (bukan jumlah yang dibeli/disimpan) selama setahun yang lalu. Benih, tanaman pelindung, pupuk, stimulan, dan pestisida yang bukan pembelian diperkirakan nilainya sesuai harga setempat. Penghitungan ongkos dan biaya pada tanaman tahunan adalah seluruh ongkos dan biaya yang dikeluarkan selama setahun yang lalu untuk seluruh bidang tanaman. Sedangkan pada tanaman semusim, penghitungan struktur ongkos berdasarkan pada seluruh pengeluaran tanaman perkebunan semusim terpilih yang panen selama setahun yang lalu. 4 Berita Resmi Statistik No. 80/12/19/Th.II, 23 Desember 2014
BPS PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG Informasi lebih lanjut hubungi: Ir. Herum Fajarwati, MM Kepala BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Telepon: 0717-439422 Fax: 0717-439425 Email:bps1900@bps.go.id Berita Resmi Statistik No. 80/12/19/Th.II, 23 Desember 2014 5