KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Hasil estimasi heritabilitas calving interval dengan menggunakan korelasi saudara tiri dan regresi anak-induk berturut turut 0,60±0,54 dan 0,28±0,52. Nilai estimasi heritabilitas service per conception dengan menggunakan korelasi saudara tiri dan regresi anak-induk adalah 0,13±0,06 dan 0,26±0,17 sedangkan nilai heritabilitas post partum mating menggunakan korelasi saudara tiri dan regresi anak-induk adalah 0,49±0,24 dan 0,24±0,12. Secara umum estimasi heritabilitas sifat reproduksi tersebut menunjukkan nilai heritabilitas yang tinggi dan positif. Namun pada nilai estimasi heritabalitas calving interval metode regresi anak-induk menunjukkan keterandalan yang rendah. Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk dapat mengetahui urutan sapi Friesian Holstein yang memiliki reproduktivitas yang tinggi. Meningkatkan kedisiplinan karyawan Peningkatan sumber daya manusia (SDM) yang mengerti dan menguasai pengaturan reproduksi sapi perah perlu dilakukan. 44
RINGKASAN Bagi peternak di Indonesia, ternak sapi perah mempunyai peranan sangat penting yaitu berfungsi sebagai sumber protein hewani maupun sebagai tambahan pendapatan. Pemerintah telah berusaha untuk mengembangkan dan meningkatkan baik populasi maupun produktivitasnya. Sifat reproduksi merupakan salah satu sifat yang diturunkan dari induk kepada anaknya. Sifat yang diturunkan dipengaruhi oleh genetik yang dimiliki ternak tersebut. Pengetahuan tentang parameter genetik sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan seleksi untuk pemuliaan ternak agar dapat meningkatkan mutu genetik. Salah satu parameter genetik adalah heritabilitas. Heritabilitas digunakan untuk mengetahui nilai pewarisan suatu sifat, bila seekor ternak menunjukan keunggulan pada sifat yang mempunyai heriitabilias tinggi maka diharapkan bahwa anaknya pun kelak akan mempunyai keunggulan dalam sifat tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk menduga potensi genetik khususnya heritabilitas calving interval, service per conception,dan post partum mating sapi FH yang ada di Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai Pengembangan Ternak Sapi Perah dan Hijauan Makanan Ternak Cikole, Lembang, Jawa Barat. Bangsa sapi Friesian Holstein adalah bangsa sapi perah yang paling menonjol di Amerika Serikat. Sifat karakteristik sapi FH adalah berwarna hitam putih, dengan variasi hampir seluruhnya berwarna hitam sampai 45
seluruhnya berwarna putih. Warna merah dan putih dijumpai pula dibeberapa tempat di Eropa. Pertumbuhan ambingnya kuat dan besar. Produksi susunya tinggi. Calving interval adalah jangka waktu dari saat induk beranak hingga saat beranak berikutnya. Calving interval dipengaruhi oleh daya reproduksi. Calving interval ditentukan oleh lamanya masa kosong dan angka perkawinan per kebuntingan. Calving interval yang optimal untuk sapi perah adalah 12 bulan. Service per conception adalah jumlah pelayanan inseminasi (service) yang dibutuhkan oleh seekor betina sampai terjadi kebuntingan atau konsepsi. Nilai S/C yang normal adalah 1,6 sampai 2. Semakin rendah nilai tersebut, semakin tinggi kesuburan hewan hewan betina dalam kelompok tersebut. Post partum mating adalah waktu yang ditentukan oleh induk untuk dikawinkan kembali setelah beranak. Perkawinan setelah beranak ini akan menentukan panjang pendeknya calving interval. Heritabilitas adalah istilah yang digunakan untuk menunjukan bagian dari keragaman total (yang diukur dengan ragam) dari suatu sifat yang diakibatkan oleh pengaruh genetik. Heritabilitas dapat diekspresikan menjadi dua, yaitu heritabilitas dalam arti luas dan dalam arti sempit. Heritabilitas merupakan nilai bersatuan 0 sampai 1, dengan klasifikasi 0 sampai 0,1 rendah, 0,1 sampai 0,3 sedang dan lebih dari 0,3 termasuk tinggi. 46
Penelitian dilakukan di UPTD BPT-SP dan HMT Cikole, Lembang Jawa Barat. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah catatan calving interval, service per conception dan post partum mating sapi perah Friensian Holstein. Data tersebut kemudian dianalisis menggunakan metode korelasi saudara tiri sebapak dan regresi anak-tetua. Pada penelitian ini didapatkan hasil rata-rata calving interval, service per conception dan post partum mating berturut-turut adalah 422,85±58,49; 1,61±0,74; 222,54±122,61. Berdasarkan hasil tersebut menunjukan bahwa pengelolaan sapi perah di UPTD BPT-SP dan HMT cukup baik. Nilai estimasi heritabilitas calving interval, service per conception dan post partum mating menggunakan metode regresi anak-tetua berturut-turut adalah 0,60±0,54; 0,13±0,06; 0,49±0,24. Berdasarkan hasil tersebut, maka nilai heritabilitas calving interval, service per conception dan post partum mating adalah tinggi. Hal ini menyatakan bahwa nilai pewarisan sifat reproduksi sapi perah FH di UPTD BPT-SP dan HMT Cikole adalah tinggi. Tinggi rendah nya heritabilitas dipengaruhi oleh jumlah data yang digunakan, kondisi lingkungan saat pengambilan data. Nilai heritabilitas calving interval, service per conception dan post partum mating menggunakan metode korelasi saudara tiri sebapak berturut-turut adalah 0,28±0,52; 0,26±0,17 dan 0,24±0,12. Nilai heritabilitas calving interval dan post partum mating menggunakan metode regresi anak-induk lebih rendah daripada menggunakan metode korelasi saudara tiri sebapak, sedangkan pada sifat service per conception menunjukan hasil yang lebih tinggi. Hal 47
ini disebabkan pengaruh maternal yang menyebabkan tingginya keragaman lingkungan sehingga nilai heritabilitasnya tinggi. Pada calving interval dan post partum mating tidak menunjukkan hasil tersebut. Hal ini dimungkinkan karena pengaruh jumlah data yang tidak seimbang banyaknya dan bervariasinya jumlah anak tiap pejantan yang mempengaruhi nilai estimasi heritabilitas. Pada heritabilitas calving interval metode regresi anak-tetua menunjukan standart error yang lebih tinggi daripada nilai heritabilitasnya. Hal ini menunjukkan bahwa keterandalan hasil tersebut adalah rendah. Hasil tersebut disebabkan oleh jumlah data data yang sedikit. 48