III. METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT Penelitian dilakukan di Kabupaten Sukabumi, Banyumas, Kebumen dan Boyolali. Pemilihan sample pada keempat lokasi tersebut dilakukan secara sengaja (purposive) dengan mempertimbangkan bahwa keempat kabupaten tersebut merupakan sentra produksi pepaya di pulau Jawa yang direkomendasikan oleh Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT). Pepaya yang beredar di pasar sekitar Jakarta dan Bogor kebanyakan berasal dari keempat kabupaten tersebut. Kabupaten Sukabumi, Banyumas dan Kebumen memproduksi pepaya California, sedangkan Kabupaten Boyolali membudidayakan pepaya Bangkok. Penelitian juga dilakukan di pasar, pengecer, dan supplier buah pepaya di daerah Bogor dan Jakarta untuk pengambilan data di tingkat pedagang grosir, supplier dan pengecer. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai Juli 2012. B. METODE PENELITIAN Penelitian diawali dengan menetukan lokasi sentra produksi pepaya yang akan diamati untuk diikuti rantai pasoknya, kemudian dilakukan identifikasi rantai pasok pepaya secara umum yang ada di Indonesia. Selanjutnya dilakukan penentuan parameter-parameter apa saja yang akan ingin diambil untuk menentukan titik kritis pascapanen pepaya di masing-masing sentra produksi. Parameter yang ingin diambil diuraikan dari tujuan penelitian ini yaitu identifikasi jalur distribusi, susut atau kehilangan pascapanen, serta marjin pemasaran dan farmer s share. Identifikasi jalur distribusi pepaya dilakukan dengan mengetahui anggota dan aktivitas rantai pasok pepaya di masing-masing sentra produksi. Susut atau kehilangan pascapanen di setiap titik distribusi didapatkan dari data kapasitas usaha, jumlah yang terjual, jumlah yang mengalami penurunan harga, penyebab kerusakan, waktu yang dibutuhkan untuk memasarkan pepaya di tiap rantai pasok, jarak yang ditempuh untuk mendistribusikan pepaya, dan kemasan yang digunakan. Parameter yang ingin dicari untuk menganalisi marjin pemasaran dan farmer s share meliputi biaya pemasaran pepaya serta harga jual dan harga beli pepaya. Beberapa parameter yang dapat diketahui dengan wawancara disusun menjadi daftar pertanyaan. Parameter yang lain dicari dengan melakukan pengamatan, setelah itu baru dilakukan wawancara dan pengamatan di tiap rantai pasok di masing-masing sentra produksi hingga data lengkap. Data-data tersebut kemudian dianalisis, tahapan penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada Gambar 12. 15
Mulai a Penentuan lokasi penelitian Analisis Tipe-tipe aliran rantai pasok pepaya Identifikasi anggota rantai pasok pepaya Analisis susut pascapanen pepaya Penentuan parameter titik kritis, marjin pemasaran, dan Farmer s share Analisis marjin pemasaran dan Farmer s share pepaya Penyusunan daftar pertanyaan Selesai Wawancara dan pengamatan pada setiap aktor rantai pasok pepaya tidak Data lengkap ya a Gambar 12. Diagram tahapan penelitian B.1 Metode Pemilihan Responden Pemilihan responden dimulai dari pemilihan responden petani yang berada di setiap sentra produksi di masing-masing daerah. Pemilihan responden petani dilakukan dengan metode purposive sampling. Penelusuran anggota rantai pasok buah pepaya selanjutnya dilakukan dengan snowball sampling, yaitu pelaku aktivitas selanjutnya ditentukan berdasarkan keterangan dari petani atau kelompok tani pada lokasi penelitian. Jumlah responden dapat dilihat pada Tabel 3. Jenis Pepaya dan Lokasi Survey Tabel 3. Jumlah responden dalam setiap kategori dan lokasi Kategori Responden Petani Pengepul Supplier Pedagang Grosir Pengecer Pepaya California Sukabumi 3 1 1-2 Banyumas 3 1 1 1 1 Kebumen 3 1 1-1 Pepaya MJ9 Boyolali 3 2 - - 1 16
B.2 Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara dan pengamatan. Teknik wawancara yang dipakai adalah wawancara berstruktur yang dilakukan berdasarkan daftar pertanyaan yang telah disusun sebelumnya. Anggota rantai pasok, kapasitas usaha, jumlah pepaya yang terjual, jumlah pepaya yang mengalami penurunan harga, waktu yang dibutuhkan untuk memasarkan pepaya di tiap rantai pasok, serta biaya pemasaran, harga jual dan harga beli pepaya didapat melalui wawancara yang dilakukan kepada setiap anggota rantai pasok di masing-masing lokasi penelitian. Daftar pertanyaan dapat dilihat pada lampiran 2 dan 3. Aktivitas rantai pasok, penyebab kerusakan, dan kemasan yang digunakan diketahui dari hasil pengamatan di tiap anggota rantai pasok pepaya tiap lokasi penelitian. Pengamatam penyebab kerusakan pepaya dilakukan di beberapa rantai pasok dengan melakukan pengambilan contoh. Pengambilan contoh dilakukan berdasarkan ketentuan menegristek sebagai berikut(menegristek 2000): 1. Jumlah kemasan dalam partai/lot 1 s/d 5: Contoh yang diambil semua 2. Jumlah kemsasan dalam partai/lot 6 s/d 100 : Contoh yang diambil sekurang-kurangnya 5 3. Jumlah kemasan dalam partai/lot 101 s/d 300 : Contoh yang diambil sekurang-kurangnya 7 4. Jumlah kemasan dalam partai/lot 301s/d 500:Contoh yang diambil sekurang-kurangnya 9 5. Jumlah kemasan dalam partai/lot 501 s/d 1000: Contoh yang diambil sekurang-kurangnya 10 Pada tingkat pengepul dilakukan terlebih dahlu perkiraan target panen yang ingin dilakukan, kemudian menghitung jumlah kemasan yang akan terkumpul. Satu kemasan keranjang plastik atau kontainer berisi sekitar 40-50 kg pepaya, apabila pemanenan yang dilakukan pada seluruh lokasi penelitian adalah 5 ton maka terdapat maksimal 125 kemasan. Pengambilan contoh untuk tingkat supplier dan pedagang grosir dilakukan dengan menghitung jumlah kardus dalam satu kali penerimaan barang. Satu kardus berisi antar 15-40 kg pepaya, pada saat pengamatan jumlah kardus yang diterima tidak melebihi 300. Jumlah kemasan yang diambil sebagai contoh dalam satu kali pengamatan antara 5-7 kemasan. Dari kemasan yang dipilih secara acak diambil sekurang-kurangnya tiga buah pepaya kemudian dicampur. Dari jumlah buah yang terkumpul kemudian diambil secara acak contoh sekurang-kurangnya 5 buah untuk diuji. Pada saat penelitian seluruh sample dari tiap kemasan diamati agar jumlahnya dapat lebih mewakili. B.3 Metode Analisis Data B.2.1 Analisis Deskriptif Analisis deskriptif merupakan suatu metode analisis yang digunakan dengan tujuan memperoleh gambaran secara mendalam dan obyektif mengenai obyek penelitian. Tujuan penggunaan analisis ini adalah untuk menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara berjalan pada saat penelitian dilakukan, dan memeriksa sebab-sebab dari gejala tertentu (Ritonga, 2005). Hasil dari analisis tersebut disajikan dalam bentuk tabulasi dan statistik sederhana untuk menggambarkan keadaan keadaan saluran rantai pemasaran pepaya. B.2.2 Analisis Susut Pascapanen Pepaya Susut pascapanen pepaya pada masing-masing rantai pasok di lokasi penelitian dihitung berdasarkan data yang telah didapat dari hasil wawancara. Susut pascapanen pepaya terbagi menjadi dua, yakni susut kuantitas dan susut kualitas. Menurut Soesanto (2006) kehilangan kuantitas adalah hilangnya produk pascapanen yang ditunjukkan oleh berkurangnya volume atau berat produk. Pada 17
penelitian ini susut kuantitas yang dimaksud adalah jumlah pepaya yang tidak dapat dijual dari seluruh pepaya yang dibeli. Secara matematis persentase susut kuantitas pepaya adalah sebagai berikut: (%)= h ( ) h ( ) 100 h ( ) Soesanto (2006) juga mengatakan bahwa susut kualitas dikaitkan dengan menurunnya komponen nutrisi pascapanen. Pada penelitian ini susut kualitas yang dimaksud adalah jumlah pepaya yang mengalami penurunan kualitas baik secara visual maupun komponen nutrisi. Penurunan tersebut dapat dilihat dari adanya penurunan harga jual pepaya. Secara matematis persentase susut kualitas pepaya adalah sebagai berikut : (%)= h h ( ) 100 h ( ) Selain faktor dalam produk itu sendiri terdapat beberapa faktor luar yang mempengaruhi kerusakan atau kehilangan produk pascapanen. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah kemunduran fisiologis, kerusakan mekanis, dan serangan patogen (Soesanto, 2006). Pengamatan dengan menggunakan pengambilan sample dilakukan untuk mengetahui kenampakan buah pepaya di beberapa titik distribusi terutama setelah panen dan setelah transportasi. Sample pepaya yang diambil akan diamati untuk dilihat bagaimana kondisi fisiknya apakah mengalami luka mekanis, terserang patogen, kesalahan panen sehingga terlalu tua atau terlalu muda, cacat atau mulus. Setiap sample pepaya yang diambil akan dihitung jumlah kerusakannya dan dipersentasekan, dari hasil persentase akan terlihat penyebab kerusakan apa saja yang terjadi. B.2.3 Anilisis Marjin Tataniaga dan Farmer s Share Marjin pemasaran terdiri dari biaya fungsional pemasaran dan rasio keutungan terhadap biaya. Marjin pemasaran secara matematis dapar dilihat pada persamaan (1.1) = = + (1.1) dimana: M i : marjin pemasaran pada tingkat lembaga ke-i P ri : harga jual pada tingkat lembaga ke-i P fi : harga beli pada tingkat lembaga ke-i C i : biaya pemasaran pada tingkat lembaga ke-i i : keuntungan lembaga pemasaran tingkat ke-i Total marjin yaitu penjumlahan marjin di setiap lembaga pemasaran yang terlibat. Total marjin dirumuskan sebagai berikut: Total Marjin (MT)= M dengan n jumlah lembaga pemasaran (1.2) Rasio keuntungan terhadap biaya dihitung dengan membagi keuntungan dengan biaya total yang dikeluarkan setiap lembaga pemasaran. (%)={ } 100 dimana (1.3) 18
Pf i : harga beli pada tingakt lembaga ke-i C i : biaya pemasaran pada tingkat lembaga ke-i Π i : keuntungan lembaga pemasaran tingkat ke-i Salah satu indikator yang berguna dalam melihat efisiensi kegiatan tataniaga adalah dengan membandingkan bagian yang diterima petani (farmer s share) terhadap harga yang dibayar konsumen akhir. Bagian yang diterima lembaga tataniaga sering dinyatakan dalam bentuk persentase (Limbong dan Sitorus 1987). farmer s share berhubungan negatif dengan marjin pemasaran, artinya semakin tinggi marjin pemasaran maka bagian yang akan diperoleh petani (farme s share) semakin rendah. Secara matematis Farmer s share dinyatakan sebagai berikut: Dimana: Fs : farmer s share Pf : harga di tingkat petani = 100% (1.4) Pr : harga yang dibayarkan oleh konsumen 19