BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sabrang sudah dibudidayakan sebagai salah satu tanaman obat (Galingging, 2009).

dokumen-dokumen yang mirip
pohon yang tingginya bisa mencapai 5-15 m, daun berbentuk bulat memanjang, daun berbagi-bagi, ujung daunnya meruncing, mempunyai toreh, dalamnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sistematika dari hewan teripang (Martoyo dkk, 2006) adalah sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teripang merupakan hewan berkulit duri (Echinodermata). Namun tidak

TINJAUAN PUSTAKA. Tumbuhan karamunting (Rhodomyrtus tomentosa Wight.) adalah tumbuhan liar

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo,

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Hasil pemeriksaan ciri makroskopik rambut jagung adalah seperti yang terdapat pada Gambar 4.1.

KIMIA ANALISIS ORGANIK (2 SKS)

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak

SENYAWA KIMIA BAHAN ALAM TERPENOID. Oleh: Ramadani

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sistematika tumbuhan, morfologi tumbuhan, kandungan senyawa kimia serta

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tumbuhan Bawang Sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr).

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. serta negara-negara di kawasan Asia Tenggara seperti Indonesia, Malaysia dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi

BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Dari 100 kg sampel kulit kacang tanah yang dimaserasi dengan 420 L

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemeriksaan kandungan kimia kulit batang asam kandis ( Garcinia cowa. steroid, saponin, dan fenolik.(lampiran 1, Hal.

Beberapa keuntungan dari kromatografi planar ini :

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air

Lampiran 1. Surat Identifikasi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi-Bogor.

III. METODE PENELITIAN di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas Lampung.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel Akar tumbuhan akar wangi sebanyak 3 kg yang dibeli dari pasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari penelitian ini telah berhasil diisolasi senyawa flavonoid murni dari kayu akar

II. TINJAUAN PUSTAKA. berasal dari ber.ua Amerika, selanjutnya berkembang meiuas di se'.uiuh dur.ia

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2014,

Metoda-Metoda Ekstraksi

BAHAN SEMINAR. ISOLASI DAN KARAKTERISASI SENYAWA TRITERPENOID DARI UMBI BAWANG SABRANG (Eleutherinae bulbus)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kandungan rhodamin

BAB 3 METODE PENELITIAN

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di

Bab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi

BAB I TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH LAMA WAKTU PENDINGINAN TERHADAP RENDEMEN DAN KEMURNIAN ALFA MANGOSTIN DARI KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana Linn.

PEMBAHASAN. mengoksidasi lignin sehingga dapat larut dalam sistem berair. Ampas tebu dengan berbagai perlakuan disajikan pada Gambar 1.

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK (KI2051) PERCOBAAN 03 PEMISAHAN SENYAWA ORGANIK: EKSTRAKSI DAN ISOLASI KAFEIN DARI DAUN TEH SERTA UJI ALKALOID

HASIL DAN PEMBAHASAN. Persentase inhibisi = K ( S1 K

IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat)

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tumbuh jalang antara 600 dan 1500 m di atas permukaan laut; kadang-kadang

METODE EKSTRAKSI Ekstrak Ekstraksi 1. Maserasi Keunggulan

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. November Pengambilan sampel Phaeoceros laevis (L.) Prosk.

BAB I PENDAHULUAN. kuat dilaboratorium kimia. Metode kromatografi, karena pemanfaatannya

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sebanyak 400 gram sampel halus daun jamblang (Syzygium cumini)

BAB I TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Uji Aktivitas dan Pemilihan Ekstrak Terbaik Buah Andaliman

DESTILASI SECARA UMUM

BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan 3.2 Alat 3.3 Penyiapan Serbuk Simplisia Pengumpulan Bahan Determinasi Tanaman

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun

Kelompok 2: Kromatografi Kolom

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERCOBAAN 04 KROMATOGRAFI KOLOM DAN KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS : ISOLASI KURKUMIN DARI KUNYIT (Curcuma longa L.) DAN PEMISAHAN ZAT (KI- 2051)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan

Titik Leleh dan Titik Didih

BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan 3.2 Alat 3.3 Penyiapan Simplisia 3.4 Karakterisasi Simplisia

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Agustus April 2013, bertempat di

I. KONSEP DASAR SPEKTROSKOPI

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

4 Hasil dan Pembahasan

BAB IV PROSEDUR PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

C. ( Rata-rata titik lelehnya lebih rendah 5 o C dan range temperaturnya berubah menjadi 4 o C dari 0,3 o C )

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Identifikasi tumbuhan.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Artocarpus

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Skrining Alkaloid dari Tumbuhan Alstonia scholaris

PENENTUAN STRUKTUR MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER UV- VIS

Lampiran 1. Hasil identifikasi sponge

Lampiran 1. Gambar tumbuhan gambas (Luffa cutangula L. Roxb.)

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KANDUNGAN TUMBUHAN OBAT. ANALISIS Etil p-metoksi sinamat DARI RIMPANG KENCUR (Kaempferia galanga L.)

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kering, dengan hasil sebagai berikut: Table 2. Hasil Uji Pendahuluan

PENDAHULUAN. 1 (5 September 2006)

Kromatografi tambahan. Imam S

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kadar Air Ekstraksi dan Rendemen Hasil Ekstraksi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daun pohon suren (Toona sinensis

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempercantik wajah. Kosmetik yang berbahaya mengandung komposisi dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Eceng gondok (Eichhornia crassipes(mart.) Solms) merupakan tanaman

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Determinasi Tanaman. acuan Flora of Java: Spermatophytes only Volume 2 karangan Backer dan Van

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di

Lampiran 1. Identifikasi tumbuhan

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tumbuhan 2.1.1 Habitat Terna bawang sabrang berasal dari Amerika tropis, di Jawa dipelihara sebagai tanaman hias dan di beberapa tempat tumbuh jalang antara 600 hingga 1500 m di atas permukaan laut (Ogata, 1995). Di Kalimantan Tengah bawang sabrang sudah dibudidayakan sebagai salah satu tanaman obat (Galingging, 2009). 2.1.2 Morfologi Tumbuhan Tumbuhan bawang sabrang merumpun sangat kuat, tinggi 26 hingga 50 cm. Umbi berwarna merah menyala dengan permukaan licin. Bunga berwarna putih, mekar jam lima sore hari, dan jam tujuh menutup kembali. Daun hijau berbentuk pita (Galingging, 2009; Ogata, 1995). Daun tunggal, letak daun berhadapan, warna daun hijau muda, bentuk daun sangat panjang dan meruncing (acicular), tepi daun halus tanpa gerigi (entire), pangkal daun berbentuk runcing (acute) dan ujung daun meruncing (acuminate) permukaan daun atas dan bawah halus (glabrous), tulang daun paralel/sejajar (Krismawati, 2004). 2.1.3 Sistematika Tumbuhan Sistematika dari tumbuhan bawang sabrang (Tjitrosoepomo, 2007) adalah sebagai berikut: Kingdom Divisi : Plantae : Spermatophyta

Sub Divisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Angiospermae : Monocotyledoneae : Liliales : Iridaceae : Eleutherine : Eleutherine palmifolia (L.) Merr. 2.1.4 Nama Daerah Nama daerah dari tumbuhan bawang sabrang adalah sebagai berikut: bawang kapal (Sumatera), brambang sabrang, luluwan sapi, teki sabrang, bebawangan beureum, bawang siem (Jawa) ( Depkes, 1985). 2.1.5 Kandungan Kimia Bawang sabrang mengandung senyawa-senyawa yang meliputi alkaloid, glikosida, flavonoid, fenolik, triterpenoid/steroid dan tanin (Galingging, 2009). 2.1.6 Khasiat Dalam pengobatan tradisional, umbi tanaman ini dapat menyembuhkan beberapa penyakit, antara lain kanker usus, kanker payudara, diabetes mellitus, tekanan darah tinggi, stroke, menurunkan kolesterol (Galingging, 2009), menyembuhkan penyakit weil, radang usus, disentri, sembelit, luka, bisul dan diuretik. Daunnya dapat digunakan untuk menurunkan demam dan antimuntah (Ogata, 1995). Menurut Arung, dkk (2009), umbi tanaman ini dapat berkhasiat sebagai antimelanogenesis.

2.2 Uraian Kimia Triterpenoid Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C 30 asiklik, yaitu skualena (Harbone, 1987). Kebanyakan senyawa terpenoid terdapat bebas dalam jaringan tanaman, tetapi banyak diantaranya yang terdapat sebagai glikosida (Sastrohamidjojo, 1996), alkohol, aldehid (Harbone, 1987) dan ester asam aromatik (Robinson, 1995). Isoprena Sejauh ini triterpenoid monosiklik dan disiklik belum ditemukan, sedangkan trisiklik langka. Senyawa triterpenoid tetrasiklik menarik perhatian karena kemungkinan ada kaitan biogenesis dengan steroid, misalnya lanosterol, senyawa antara biosintesis steroid pada hewan (Robinson, 1995). Steroid adalah senyawa yang memiliki kerangka siklopentanafenantren. Pada umumnya, gugus metil berada pada C-10 dan C-13. Rantai samping alkil dapat juga berada pada C- 17. Sterol adalah steroid yang memiliki gugus hidroksi pada C-3. Atom karbon tambahan dapat berada pada rantai samping. (IUPAC, 1989). Lanosterol

Triterpenoid pentasiklik paling tersebar luas, umumnya pada tumbuhan berbiji, baik dalam bentuk bebas maupun sebagai glikosida. Sering ditemukan bentuk nonglikosida sebagai ekskresi dan dalam kutikula sebagai pelindung terhadap air. Salah satu contohnya yang banyak terdapat pada tumbuhan adalah β- amirin (Robinson, 1995). β-amirin Triterpenoid memiliki beberapa aktivitas fisiologi, antara lain untuk penyakit diabetes, gangguan menstruasi, patukan ular, gangguan kulit, kerusakan hati dan malaria. Beberapa senyawa menunjukkan aktivitas antibakteri atau antivirus (Robinson, 1995). Senyawa ini merupakan senyawa yang tidak berwarna, berbentuk kristal, bertitik leleh tinggi dan optik aktif, yang umumnya sukar dicirikan karena tidak mempunyai kereaktifan kimia. Kebanyakan triterpena dan sterol memberikan warna hijau-biru dengan pereaksi Liebermann-Burchard (Harbone, 1987). 2.3 Ekstraksi Ekstraksi adalah kegiatan penarikan zat aktif yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat dapat dipermudah dengan mengetahui terlebih dahulu zat aktif yang dikandung simplisia. Ekstraksi dipengaruhi oleh derajat

kehalusan serbuk dan perbedaan konsentrasi. Jika hanya dengan mencelupkan serbuk simplisia ke dalam pelarut, maka ekstraksi tidak akan sempurna karena terjadi kesetimbangan antara larutan zat aktif di luar sel dan larutan zat aktif di dalam sel (Depkes, 1986). Menurut Depkes (2000), ekstraksi dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya maserasi. Maserasi adalah proses ekstraksi menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan. Maserasi dilakukan dengan merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari, dimana cairan akan berdifusi dengan dinding sel yang mengandung zat aktif. Pengadukan dilakukan untuk menjaga adanya derajat perbedaan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Larutan yang terpekat didesak keluar dinding sel sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel (Depkes, 1986). Pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan hasil maserasi pertama dikenal dengan remaserasi. Selain maserasi, ekstraksi dapat dilakukan dengan perkolasi, serta ekstraksi cara panas, antara lain dengan cara refluks, sokhlet, digesti, infus dan dekok (Depkes, 2000). 2.4 Kromatografi Kromatografi merupakan suatu teknik pemisahan yang menggunakan fase diam (stationary phase) dan fase gerak (mobile phase). Saat ini, kromatografi merupakan teknik pemisahan yang paling umum dimanfaatkan untuk melakukan analisis, baik analisis kualitatif maupun kuantitatif, atau preparatif dalam bidang farmasi (Rohman, 2007).

2.4.1 Kromatografi Lapis Tipis Penggunaan umum KLT adalah untuk menentukan banyaknya komponen dalam campuran, identifikasi senyawa, memantau proses reaksi, menentukan efektifitas pemurnian, menentukan kondisi yang sesuai untuk kromatografi kolom, serta untuk memantau kromatografi kolom, melakukan screening sampel untuk obat (Rohman, 2007). Fase diam pada KLT sering disebut penyerap, biasanya dapat melewati ayakan 250 mesh dengan ukuran partikel lebih kecil dari 63µm. (Gritter, et al., 1991). Banyak penyerap yang telah digunakan, termasuk silika gel dengan ketebalan sekitar 0,10 sampai 0,25 mm, didukung oleh plat kaca, aluminium atau plastik (Wall, 2005). Permukaan polar dari gugus hidroksi silika gel berfungsi menarik molekul sampel. Lapisan silika gel harus sesedikit mungkin mungkin mengandung air, sehingga harus diaktifkan dengan pemanasan pada 100 0 C selama 1-3 jam. Jika suhu pengaktifan jauh di atas 110 0 C terjadi dehidrasi yang tak bolak-balik menyebabkan pemisahan kurang efektif (Gritter, et al., 1991). Fase gerak adalah medium angkut, terdiri dari satu atau beberapa pelarut, yang bergerak di dalam fase diam, yaitu suatu lapisan berpori karena adanya gaya kapiler (Stahl, 1985). Pemilihan sistem pelarut yang dipakai didasarkan atas prinsip like dissolves like, artinya untuk memisahkan sampel yang bersifat nonpolar digunakan sistem pelarut yang bersifat nonpolar juga. Proses pengembangan akan lebih baik bila ruangan pengembangan tersebut telah jenuh dengan uap sistem pelarut (Adnan, 1997).

Nilai dihitung dengan menggunakan perbandingan sebagaimana persamaan sebagai berikut: Nilai maksimum adalah 1, solut bermigrasi dengan kecepatan sama dengan fase gerak. Nilai minimum adalah 0, dan ini teramati jika solut tertahan pada posisi titik awal di permukaan fase diam (Rohman, 2007). Faktor-faktor yang mempengaruhi harga Rf pada KLT, antara lain: struktur kimia dari senyawa yang dipisahkan, sifat dari penyerap dan derajat aktivitasnya, tebal dan kerataan lapisan penyerap, derajat kemurnian fase gerak, derajat kejenuhan uap pengembang pada bejana, jumlah cuplikan dan suhu (Sastrohamidjojo, 1991). 2.4.2 Kromatografi Kolom Penggunaan kolom besar merupakan metode kromatografi untuk pemisahan campuran dalam jumlah besar (lebih dari 1 g). Campuran yang akan dipisahkan berupa pita pada bagian atas kolom penyerap. Fase gerak dialirkan melalui kolom oleh gaya berat atau oleh tekanan. Pita campuran bergerak melalui kolom dengan laju yang berbeda, memisah, dan dikumpulkan berupa fraksi (Gritter, et al., 1991). Ukuran partikel penyerap untuk kolom dengan gaya tarik bumi biasanya lebih besar daripada untuk KLT, yaitu 63-250 µm, dapat melewati ayakan mesh 70-230; sedangkan untuk kolom dengan tekanan biasanya lebih kecil daripada untuk KLT (Gritter, et al., 1991; Hostettmann, et al., 1995). Karena memerlukan waktu yang lama dan bahan yang cukup banyak, perlu dipastikan campuran pelarut yang terbaik untuk pemisahan. Masalah ini

dapat dipecahkan melalui tiga pendekatan, antara lain penelusuran pustaka, penerapan data KLT dan pemakaian elusi landaian (Gritter, et al., 1991). Fraksi kolom yang mengandung senyawa yang sama (diperiksa dengan KLT) digabungkan, diuapkan dengan tekanan rendah. Jika pelarut dan penyerap murni, maka fraksi-fraksi pun murni. Namun mungkin masih diperlukan penghabluran ulang atau penyulingan kasar untuk memperoleh senyawa murni (Gritter, et al., 1991). 2.5 Spektoskopi Spekstroskopi adalah studi mengenai interaksi cahaya dengan atom dan molekul. Radiasi cahaya dan elektromagnetik dapat dianggap menyerupai gelombang. (Creswell, et al., 2005). 2.5.1 Spektrofotometri Ultraviolet Spektrum ultraviolet merupakan gambaran antara panjang gelombang serapan dan intensitas serapan (absorbansi). Panjang gelombang serapan merupakan ukuran pemisahan tingkatan energi dari orbital-orbital. Intensitas dari berkas cahaya sebanding dengan jumlah foton per detik yang melalui satu satuan luas penampang (Sastrohamidjojo, 1991). Apabila suatu molekul menyerap radiasi ultraviolet, di dalam molekul tersebut terjadi perpindahan tingkat energi elektron-elektron ikatan di orbital molekul terluar dari tingkat energi terendah ke tingkat energi yang tertinggi. Baik molekul senyawa organik maupun anorganik dapat menyerap radiasi ultraviolet (Noerdin, 1985). Semakin kecil perbedaan energi antara tingkat terendah dan

tingkat tereksitasi, maka semakin besar panjang gelombang dari serapan (Silverstein, et al., 1986). Serapan transisi n л * terjadi pada panjang gelombang yang panjang dan intensitas yang rendah (Sastrohamidjojo, 1991), membutuhkan energi yang lebih sedikit daripada transisi л л * dan σ σ* (Silverstein, et al., 1986). 2.5.2 Spektrofotometri Inframerah Spektrofotometri inframerah merupakan teknik spektrofotometri tercepat dan termurah yang digunakan dalam kimia organik. Sampel dapat berupa padatan, cairan atau gas, dan dapat diukur dalam larutan dengan KBr atau minyak mineral. Kemudian spektrum dapat diperoleh hanya dalam beberapa menit dari material murni parsial dengan tujuan memberikan indikasi bahwa reaksi yang terjadi terjadi seperti yang diinginkan. (Cooper, 1980). Identifikasi senyawa yang tidak diketahui gugus fungsinya dapat diuji struktur inframerahnya, kemudian dideteksi menggunakan data korelasi (Sastrohamidjojo, 1991). Menurut Pavia, et al., (1988), langkah-langkah umum untuk memeriksa pita serapan adalah sebagai berikut: 1. Apakah terdapat gugus karbonil? Gugus C=O memberikan puncak pada daerah 1820-1660 cm -1. Puncak ini biasanya merupakan yang terkuat dengan medium lebar pada spektrum. 2. Jika gugus C=O ada, periksa gugus-gugus berikut. Jika tidak ada, langsung ke nomor 3. Asam : Apakah ada O-H? Serapan lebar di daerah 3300-2500 cm -1. Biasanya tumpang tindih dengan C-H.

Amida : Apakah ada N-H? Serapan medium di dekat 3500 cm -1, kadangkadang dengan puncak rangkap. Ester : Apakah ada C-O? Serapan medium di daerah 1300-1000 cm -1. Anhidrida : Mempunyai dua serapan C=O di daerah 1810 dan 1760 cm -1. Aldehida : Apakah ada C-H aldehid? Dua serapan lemah di daerah 2850-2750 cm -1 yaitu di sebelah kanan serapan C-H. Keton : Jika kelima kemungkinan di atas tidak ada. 3. Bila gugus C=O tidak ada. Alkohol/fenol: Periksa gugus O-H, merupakan serapan lebar di daerah 3600-3300 cm -1 yang diperkuat adanya serapan C-O di daerah 1300-1000 cm -1. Amina : Periksa gugus N-H, yaitu serapan medium di daerah 3500 cm -1. Eter : Periksa gugus C-O (serapan O-H tidak ada), yaitu serapan medium di daerah 1300-1000 cm -1. 4. Ikatan rangkap dua dan/atau cincin aromatik. - C=C mempunyai serapan lemah di daerah 1650 cm -1. - Serapan medium sampai kuat pada daerah 1650-1450 cm -1 sering menunjukkan adanya cincin aromatik. - Buktikan kemungkinan di atas dengan memperhatikan serapan pada daerah C-H aromatik di sebelah kiri 3000 cm -1, sedangkan C-H alifatis terjadi di sebelah kanan daerah tersebut. 5. Ikatan rangkap tiga. - C N mempunyai serapan medium dan tajam di daerah 2250 cm -1.

- C C mempunyai serapan lemah tapi tajam di daerah 2150 cm -1. Periksa juga CH asetilenik di dekat 3300 cm -1. 6. Gugus nitro. Dua serapan kuat di daerah 1600-1500 cm -1 dan 1390-1300 cm -1. 7. Hidrokarbon. - Apabila keenam kemungkinan di atas tidak ada. - Serapan utama di daerah C-H dekat 3000 cm -1. - Spektrum sangat sederhana, hanya terdapat serapan lain di daerah 1450-1375 cm -1.