PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. rakyat. Pembangunan merupakan pelaksanaan dari cita-cita luhur bangsa. desentralisasi dalam pembangunan daerah dengan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan. swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang

I.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. membentuk kerja sama antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia ( Sadono Sukirno, 1996:33). Pembangunan ekonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan perhatian utama semua negara terutama

BAB I PENDAHULUAN. institusi nasional tanpa mengesampingkan tujuan awal yaitu pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama bagi negara-negara

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi sangat diperlukan oleh suatu Negara yang

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses yang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

I. PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses untuk

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

I. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas seluruh sistem sosial seperti politik, ekonomi,

Pendapatan Regional / Product Domestic Regional Bruto

I. PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi nasional, tetapi pilar-pilar pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. dan perkembangan suatu perekonomian dalam satu periode ke periode

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. pencapaian tersebut adalah melalui pembangunan. Menurut Tjokroamidjojo

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan dengan tujuan mencapai kehidupan yang lebih baik dari

I. PENDAHULUAN. dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dengan kata lain, perkembangannya

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

I.PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk membangun

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan suatu daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. jangka panjang (Sukirno, 2006). Pembangunan ekonomi juga didefinisikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akademisi ilmu ekonomi, secara tradisional pembangunan dipandang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dalam konteks bernegara, pembangunan diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

BAB I PENDAHULUAN. keuangan pusat dan daerah membawa implikasi mendasar terhadap. yang antara lain di bidang ekonomi yang meliputi implikasi terhadap

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. seluruh stakeholders untuk memberikan kesejahteraan yang sebesar-besarnya bagi

BAB I PENDAHULUAN. Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama untuk. bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan daerah.

BAB I PENDAHULUAN. dari definisi ini bahwa pembangunan ekonomi mempunyai tiga sifat penting

I. PENDAHULUAN. menyebabkan GNP (Gross National Product) per kapita atau pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kependudukan dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang

Analisis Isu-Isu Strategis

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN KLATEN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dan pengurangan kemiskinan yang absolut (Todaro, 2000).

I. PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi di Indonesia menyebabkan terjadinya pergeseran

BAB I PENDAHULUAN. kota dan desa, antara pulau Jawa dengan luar Pulau Jawa maupun antara dua

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, terlebih dahulu kita harus menganalisa potensi pada

BAB I PENDAHULUAN. satu tujuan nasional yaitu memajukan kesejahteraan umum, seperti yang

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. masyarakat, dan institusi-institusi nasional, di samping tetap mengejar akselerasi

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang gencar-gencarnya

Analisis Sektor Unggulan Kota Bandar Lampung (Sebuah Pendekatan Sektor Pembentuk PDRB)

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di dalam peraturan perundang-undangan telah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. suatu sistem negara kesatuan. Tuntutan desentralisasi atau otonomi yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. nasional dan internasional dengan pemerataan dan pertumbuhan yang diinginkan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu indikator dalam mengukur. keberhasilan ekonomi suatu wilayah. Untuk membentuk kegiatan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. 2005, hlm Tulus Tambunan, Pembangunan Ekonomi dan Utang Luar Negeri, Rajawali Pres,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB)

I. PENDAHULUAN. serta bagian-bagian daerah yang lebih kecil pembangunannya tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang saat ini lebih ditekankan pada

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara yang kaya dengan Sumber Daya Alam dan

I. PENDAHULUAN. berkembang dengan jalan capital investment dan human investment bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Usaha ini

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mewujudkannya diperlukan syarat-syarat yang harus terpenuhi, laju pertumbuhan penduduknya. (Todaro, 2011)

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya serta

ABSTRAK. ketimpangan distribusi pendapatan, IPM, biaya infrastruktur, investasi, pertumbuhan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan sisterm kelembagaan.

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2013

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan bidang pertambangan merupakan bagian integral dari

I. PENDAHULUAN. pada hakekatnya pembangunan daerah merupakan bagian integral dari. serta kesejahteraan penduduk. Kesenjangan laju pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut. Masalah pokok dalam pembangunan

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kesejahteraan rakyatnya melalui pemanfaatan sumberdaya. pendapatan perkapita yang berkelanjutan (Sukirno, 1985).

PERTUMBUHAN EKONOMI PAKPAK BHARAT TAHUN 2013

I. PENDAHULUAN. suatu perekonomian dari suatu periode ke periode berikutnya. Dari satu periode ke

Transkripsi:

20 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada awalnya ditujukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita, dengan asumsi pada saat pertumbuhan dan pendapatan perkapita tinggi, maka persoalan pengangguran, kemiskinan dan ketimpangan dapat terpecahkan, melalui dampak tetesan ke bawah (trickle down effect) (Kuncoro, 2010). Namun, pada perkembangan berikutnya, tuntutan terhadap sasaran pembangunan tidak hanya pada pertumbuhan, melainkan keadilan dan kesejahteraan masyarakat secara merata, Hal ini didasarkan pada pengalaman bahwa pembangunan berorientasi terhadap pertumbuhan menimbulkan ketidakadilan dan ketidakmerataan hasil pembangunan (Suparmoko, 2002). Dengan demikian, sasaran pembangunan pada dasarnya adalah mendorong laju pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, disertai dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat secara adil dan merata (Marfiani, dkk, 2009). Pertumbuhan ekonomi berkaitan erat dengan peningkatan produksi barang dan jasa, yang diukur antara lain melalui Produk Domestik Bruto ( PDB ) pada tingkat nasional dan Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB ) pada tingkat daerah baik Provinsi, Kabupaten maupun Kota. Sedangkan tingkat kesejahteraan masyarakat diukur dengan kemampuan individu dan rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan dasarnya secara layak (Mangun, 2007). Akan tetapi pada prakteknya, antara pertumbuhan dan keadilan atau pemerataan kesejahteraan sulit untuk direalisasikan secara bersamaan, bahkan terkadang kedua sasaran pembangunan ini dianggap sebagai suatu trade off yaitu apabila tujuan pertumbuhan yang ingin dicapai, maka tujuan keadilan harus dikorbankan; dan sebaliknya apabila tujuan keadilan ingin dicapai maka tujuan pertumbuhan dikorbankan (Supramoko, 2002). Namun demikian dengan perencanaan pembangunan ekonomi yang lebih baik, matang, dan terukur, sasaran pertumbuhan dan kesejahteraan bisa tercapai secara bersamaan tanpa harus mengorbankan salah satu diantaranya (Marfiani dkk, 2009).

21 Pembangunan Indonesia tidak terlepas dari pandangan di atas. Pada periode tertentu pembangunan diselenggarakan dalam mengejar pertumbuhan, namun pada saat bersamaan, pembangunan digerakkan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat, mengurangi ketimpangan, menekan kemiskinan dan pengangguran (Suparmoko, 2002). Pelaksanaan pembangunan Indonesia selama ini juga tidak terlepas dari pandangan tersebut. Pembangunan nasional mempunyai dampak atas pembangunan daerah, sebab daerah adalah bagian integral dari suatu negara. Indonesia sebagai suatu negara kesatuan, rencana pembangunannya meliputi rencana pembagunan nasional maupun rencana pembangunan dalam tataran regional. Pembangunan ekonomi nasional mempunyai dampak atas struktur ekonomi nasional dan struktur ekonomi daerah. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana Pemerintah Daerah dan masyarakat mengelola sumberdaya yang ada, dengan menjalin pola-pola kemitraan antara Pemerintah Daerah dan pihak swasta guna penciptaan lapangan kerja, serta dapat merangsang pertumbuhan ekonomi di daerah bersangkutan (Supramoko, 2002). Keberhasilan pembangunan ekonomi daerah, sangat ditentukan oleh kebijakan-kebijakan pembangunan yang berlandaskan pada upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang mampu menciptakan lapangan kerja secara optimal dari segi jumlah, produktivitas dan efisiensi. Dalam penentuan kebijakan, seyogyanya memperhitungkan kondisi internal maupun perkembangan eksternal. Perbedaan kondisi internal dan eksternal hanyalah pada jangkauan wilayah, dimana kondisi internal meliputi wilayah daerah atau regional, sedangkan kondisi eksternal meliputi wilayah nasional. Pembangunan ekonomi daerah melibatkan multisektor dan pelaku pembangunan, sehingga diperlukan kerjasama dan koordinasi diantara semua pihak yang berkepentingan. Pemerintah daerah akan bertanggung jawab secara lebih penuh terhadap kebijakan dasar yang diperlukan bagi pembangunan daerah, khususnya yang menyangkut pembangunan sarana dan prasarana, investasi dan akses terhadap sumber dana, kebijakan lingkungan, pelayanan dasar (pendidikan dan kesehatan) serta pengembangan sumberdaya manusia.

22 Sejak era reformasi tahun 1999 terjadi pergeseran paradigma dalam sistem menyelenggaraan pemerintahan dari pola sentralisasi menjadi pola desentralisasi atau disebut Otonomi Daerah yang mengandung makna, beralihnya sebagian besar proses pengambilan keputusan dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi penyelenggaraan pemerintahan dari pusat ke daerah (Armida, 2000). Hal ini membawa implikasi mendasar terhadap keberadaan tugas, fungsi dan tanggung jawab pelaksanaan otonomi daerah yang antara lain dibidang ekonomi yang meliputi implikasi terhadap pertumbuhan ekonomi dan pemerataan antar daerah serta pencarian sumber-sumber pembiayaan untuk pembangunan dengan cara menggali potensi yang dimiliki oleh daerah. Oleh sebab itu pembangunan ekonomi daerah sangat ditentukan oleh kebijakan daerah itu sendiri dalam menentukan sektor-sektor yang diprioritaskan untuk pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut. Glasson (1990) mengatakan bahwa kemakmuran suatu wilayah berbeda dengan wilayah lainnya. Perbedaan tersebut disebabkan oleh perbedaan pada struktur ekonominya dan faktor ini merupakan faktor utama. Perubahan wilayah kepada kondisi yang lebih makmur tergantung pada usaha-usaha di daerah tersebut dalam menghasilkan barang dan jasa, serta usaha-usaha pembangunan yang diperlukan. Oleh sebab itu maka kegiatan basis mempunyai peranan penggerak utama (prime mover role) dalam pertumbuhan ekonomi suatu daerah, dimana setiap perubahan mempunyai efek multiplier terhadap perekonomian regional. Berdasarkan teori basis ekonomi, faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah (Arsyad, 1999). Pertumbuhan industri-industri yang menggunakan sumberdaya lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk diekspor akan menghasilkan kekayaan daerah dan menciptakan peluang kerja (job creation). Dalam pelaksanaan pembangunan daerah diperlukan perencanaan dan strategi yang tepat karena disetiap daerah mempunyai keadaan yang berbeda, mempunyai karakteristik tersendiri, laju pertumbuhan ekonomi maupun potensi yang dimiliki masing-masing daerah. Kabupaten Cianjur termasuk daerah yang memiliki karakteristik sendiri dalam pembangunan ekonomi di daerah. Selain keterbatasan sumber daya

23 ekonomi yang hanya bertumpu pada sektor pertanian dan pariwisata, daerah ini juga dihadapkan pada daya saing ekonomi dengan daerah lainnya di sekitar Kabupaten Cianjur. Kinerja perekonomi daerah Cianjur dapat dilihat dari Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kabupaten Cianjur pada tahun 2010 menunjukan angka positif sebesar 4,53%. Pertumbuhan ini mengalami sedikit peningkatan jika dibandingkan dengan LPE tahun 2009 yaitu sebesar 3,93 persen. Kondisi tersebut menunjukan bahwa secara umum kinerja ekonomi Kabupaten Cianjur pada tahun 2010 relatif cukup baik dibandingkan tahun sebelumnya. Namun bila dibandingkan dengan rata-rata kinerja ekonomi Jawa Barat, LPE Kabupaten Cianjur masih di bawah rata-rata LPE Jawa Barat. Selanjutnya dijelaskan dalam Gambar 1.1. LPE Cianjur dan JABAR LPE Cianjr LPE JABAR 6.2 6.48 3.9 3.97 4.02 4.12 4.56 3.76 4.21 4.29 3.69 3.74 3.68 3.97 3.82 3.34 4.18 4.04 3.93 4.43 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Gambar 1.1 Perbandingan LPE Cianjur dengan JABAR tahun 2001-2010 Sumber : BPS Cianjur 2011 Secara absolut struktur ekonomi kabupaten Cianjur dapat dilihat dari nilai PDRB Kabupaten Cianjur atas harga konstan antar periode Tahun 2006 sampai 2010, pada tabel 1.2 di bawah ini Tabel 1.1 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Cianjur Atas Dasar Harga

24 Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2006-2010 (Jutaan Rupiah) No LAPANGAN 2006 2007 2008 2009 2010 USAHA 1 Pertanian 3.235.266 3.287.763 3.345.527 3.531.105 3 611 107 2 Perdagangan dan 8.678 9.129 9.633 9.896 9 680 penggalian 3 Industri dan 188.701 201.434 215.971 220.749 234.148 pengolahan 4 Listrik, Gas dan 53.147 56.370 60.016 62.688 68.368 Air Bersih 5 Bangunan 218.435 231.475 246.301 249.343 269.278 6 Perdagangan, 1.783.336 1.902.882 2.018.070 2.088.530 2.237.943 Hotel, dan Restoran 7 Pengangkutan 498.456 537.049 575.276 595.396 612.602 dan Komunikasi 8 Keuangan, 372.662 388.568 406.628 401.464 432.210 Persewaan, dan Jasa Perusahaan 9 Jasa-jasa 689.543 728.290 762.234 781.025 824.543 Produk Domestik Regional bruto 7.048.228 7.342.965 7.639.661 7.940.199 8.299.883 Sumber : Cianjur dalam Angka, 2011 Kabupaten Cianjur, terdiri atas 32 Kecamatan dan 348 Desa, secara tipologi kewilayahan terbagai ke dalam tiga tipologi, yaitu Wilayah Cianjur bagian utara sebagian besar masuk tipologi I dan tipologi III, Cianjur tengah, kondisi wilayahnya masuk tipologi II, selebihnya tipologi I atau lebih maju, sedangkan Cianjur bagian Selatan termasuk ke dalam tipologi wilayah III sebagai wilayah tertinggal. Dari kondisi ini terdapat kesenjangan antara wilayah Cianjur bagian utara, tengah dengan selatan (Hery, 2009). Disparitas kinerja pembangunan ekonomi antar wilayah pembangunan di Cianjur, dapat dijelaskan dalam Gambar 1.2 di bawah ini :

25 7000000 6000000 5000000 4000000 3000000 2000000 1000000 0 5612344.79 6381810.75 4930106.58 3841142.88 4351592.99 960773.02 1106486.05 1242778.08 1390049.88 1560988.37 2000 2001 2002 2003 2004 Wilsel wilteng wilut Gambar 1.2 Perbandingan PDRB antar Wilayah Pembangunan di Cianjur (atas dasar harga konstan dalam jutaan) Sumber : BPS Cianjur 2005 Ketimpangan antar wilayah pembangunan seperti yang dijelaskan dalam Gambar 1.2, telah menimbulkan kecemburuan bagi masyarakat Cianjur Selatan dan memotivasi masyarakat untuk membentuk daerah otonom baru Kabupaten Cianjur Selatan. Gagasan tersebut, setidaknya sudah diperjuangkan dalam dua kali kesempatan, yaitu tahun 1999 dan tahun 2008 (Bapeda Cianjur, 2010). Namun sampai saat ini, aspirasi tersebut masih belum terwujud mengingat berbagai syarat administratif, politik, dan sosial ekonomi yang memerlukan pengkajian terlebih dahulu. Oleh karena itu, kajian pembangunan daerah ini dimaksudkan untuk mengenal dan menggali potensi ekonomi Cianjur Selatan dan kesiapan wilayah ini untuk membentuk daerah otonom baru, maka pertanyaan utama dalam kajian ini adalah bagaimana kesiapan potensi ekonomi Cianjur Selatan dan strategi pembangunan ekonominya mampu menempatkan daerah tersebut memiliki kemandirian dalam pelaksanaan pembangunan? 1.2 Perumusan Masalah Pembangunan yang telah dilaksanakan menyebabkan disparitas ekonomi di wilayah Cianjur Selatan, sementara potensi ekonomi wilayah tersebut merupakan kekuatan internal dalam proses pembangunan. Potensi ekonomi di wilayah Cianjur Selatan dapat dioptimalkan dengan suatu perencanaan strategis.

26 Salah satu kebijakan pemerintah untuk menggali potensi suatu daerah adalah dengan memberikan kesempatan untuk mengelola sendiri potensi ekonominya. Dalam pelaksanaannya diperlukan suatu kajian, khususnya kajian ekonomi, agar daerah tersebut siap untuk mencapai suatu kemandirian dalam pembangunan. Menelaah pembangunan dengan memperhatikan persoalan yang terjadi di masing-masing kecamatan meliputi penelaahan terhadap perbedaan keadaan dan potensi ekonomi serta pengaruhnya terhadap perekonomian secara keseluruhan. Perekonomian daerah dipengaruhi oleh perekonomian daerah lain sehingga untuk merumuskan kebijakan ekonomi di Cianjur Selatan, identifikasi keadaan dan kondisi perekonomiannya sangat diperlukan. Kajian ini difokuskan pada potensi ekonomi yang meliputi sumber daya alam, potensi sumber daya manusia yang dicerminkan oleh karakteristik tenaga kerja, tingkat pendapatan daerah, serta sarana dan prasarana pembangunan. Dengan demikian, permasalahan spesifik dalam kajian ini adalah potensi ekonomi mana yang merupakan potensi unggulan sehingga dapat menjadi penggerak perekonomian di Cianjur Selatan? Penentuan arah pembangunan daerah selain mempertimbangkan penyebaran alokasi kegiatan-kegiatan pembangunan dan hasil-hasilnya termasuk penyebaran pusat pelayanan, juga mempertimbangkan penyebaran potensi dan sumber daya alam yang dimiliki suatu daerah. Dari penyebaran tersebut dapat diketahui ketimpangan spasial yang terjadi. Kecamatan yang kurang berkembang diprioritaskan dalam rangka memeratakan pembangunan dan hasil-hasilnya sedangkan kecamatan yang berkembang diprioritaskan karena wilayah tersebut memiliki potensi pertumbuhan untuk tumbuh di atas kekuatan sendiri dan dapat mendorong pertumbuhan wilayah belakangnya. Hal itu secara tidak langsung dapat meningkatkan interaksi spasial baik internal maupun eksternal yang mendukung perkembangan daerah tersebut. Terkait dengan penanggulangan ketimpangan pembangunan, bagaimana penyebaran sumber daya alam, fasilitas dan prasarana pembangunan di daerah Cianjur Selatan, sebagai pertimbangan dalam menentukan prioritas dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan? merupakan pertanyaan spesifik yang kedua yang menarik untuk dikaji dalam kajian pembangunan daerah ini.

27 Penentuan prioritas pembangunan merupakan salah satu kebijakan pemerintah yang akan mempengaruhi hasil dari pembangunan itu sendiri. Prioritas atau kebijakan yang salah arah akan menyebabkan ketidakselarasan dalam berbagai bidang kehidupan termasuk ketimpangan sektoral, kelompok, teknologi, maupun ketimbangan spasial (antar kecamatan). Secara umum, rencana strategis sangat bermanfaat dalam pencapain tujuan pembangunan Kabupaten Cianjur terutama untuk mengatasi disparitas pembangunan di wilayah pembangunan Cianjur Selatan. Begitupun dalam rencana pembentukan Kabupaten Cianjur Selatan, penentuan arah pembangunan akan menentukan keberhasilan pembangunan di Kabupaten Cianjur Selatan. Terkait dengan hal tersebut, permasalahan spesifik selanjutnya dalam kajian ini adalah bagaimana rumusan alternatif strategi dan prioritas pembangunan ekonomi untuk mendukung kemandirian di Cianjur Selatan? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan umum dari kajian ini adalah untuk menganalisis kesiapan potensi ekonomi di Wilayah Cianjur Selatan serta merumuskan strategi pembangunan ekonomi sebagai upaya untuk mewujudkan kemandirian dalam pelaksanaan pembangunan di Wilayah Cianjur Selatan. Tujuan spesifik dari kajian ini adalah : 1. Mengidentifikasi sektor-sektor basis yang akan diproritaskan sebagai sektor unggulan sehingga dapat menjadi penggerak ekonomi di Cianjur Selatan. 2. Mengidentifikasi penyebaran sumber daya alam, fasilitas dan prasarana pembangunan di daerah Cianjur Selatan, sebagai pertimbangan dalam menentukan prioritas dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan 3. Merancang berbagai alternatif strategi dan prioritas pembangunan ekonomi di Cianjur Selatan.

28 1.4 Manfaat Penelitian Hasil kajian pembangunan daerah ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan referensi bagi pengambilan kebijakan dalam pembangunan ekonomi di Wilayah Pembangunan Cianjur Selatan. Selain itu, diharapkan bermanfaat bagi kajian-kajian berikutnya di bidang yang sama.