I. PENDAHULUAN. serta bagian-bagian daerah yang lebih kecil pembangunannya tidak dapat

Transkripsi

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara kesatuan Republik Indonesia yang terdiri atas provinsi, kabupaten/kota, serta bagian-bagian daerah yang lebih kecil pembangunannya tidak dapat dipisahkan antara pembangunan nasional dengan pembangunan daerah. Pembangunan daerah merupakan penjabaran dari pembangunan nasional dalam upaya untuk mencapai sasaran pembangunan sesuai dengan potensi, aspirasi, serta permasalahan pembangunan di daerah. Pembangunan daerah mencakup seluruh kegiatan pembangunan daerah dan sektoral yang berlangsung di daerah yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat (Nugroho dan Rokhmin Dahuri, 2004). Pembangunan daerah dalam era otonomi daerah merupakan suatu proses perubahan menuju arah perkembangan yang lebih baik dengan memanfaatkan atau mendayagunakan berbagai potensi sumber daya dan kondisi yang ada pada masing-masing daerah. Hal itu dimaksudkan agar perkembangan dan kemajuan daerah dapat lebih tercapai, karena daerah yang paling mengetahui kondisi, potensi dan kemempuan yang ada serta harapan-harapan masyarakatnya.

2 2 Berdasarkan teori basis ekonomi, faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalahberhubungan langsung dengan permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah (Arsyad,1999).Pertumbuhan industri-industri yang menggunakan sumberdaya lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk di ekspor akan menghasilkan kekayaan daerah dan menciptakan peluang kerja (jobcreation). Dalam pelaksanaan pembangunan daerah diperlukan perencanaan dan strategi yang tepatkarena disetiap daerah mempunyai keadaan yang berbeda, mempunyai karakteristik tersendiri, lajupertumbuhan ekonomi maupun potensi yang dimiliki masing-masing daerah. Struktur ekonomi wilayah tercermin dari besarnya kontribusi PDRB masing masing sektor ekonomi terhadap PDRB. Dengan mengetahui struktur ekonomi wilayah, maka upaya pembangunan ekonomi dapat diarahkansesuai dengan aspirasi masyarakat dan potensi wilayah. Struktur ekonomi juga dapat dijadikan acuanuntuk merencanakan upaya perbaikan struktur, maupun penciptaan struktur ekonomi wilayah yang ideal dalam jangka waktu panjang. Selama tiga tahun terakhir, Struktur lapangan usaha masyarakatlampung masih didominasi oleh 3 sektor utama yaitu sektor pertanian, sektor perdagangan, restorandan hotel dan sektor industri pengolahan. Berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Lampung tahun 2009, sumbangan sektor initerhadap PDRB ,86 milyar rupiah (38,93 persen) diikuti sektor industri pengolahan ,00milyar rupiah (14,07 persen). Sedangkan sektor perdagangan, restoran dan hotel memberikan sumbangan ,28 milyar rupiah (13,64 persen).

3 3 Terdapat tujuh Kota dan Kabupaten memiliki lajupertumbuhan PDRB lebih tinggi dari laju pertumbuhan Provinsi yaitu Kota Bandar Lampung,Kabupaten Tanggamus, Kabupaten Tulang Bawang, Kabupaten Lampung tengah, KabupatenLampung Utara, Lampung Barat dan Kota Metro. Kabupaten Tulang Bawang masih memiliki lajupertumbuhan ekonomi tertinggi yaitu 6,98 persen diikuti Kota Bandar Lampung 6,01 persen.sedangkan Kabupaten Lampung Timur memiliki laju pertumbuhan terendah 4,38 persen (LampungDalam Angka, 2010). Gambar 1. PDRB Kota Bandar Lampung PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ,000, ,000, ,000, ,000, Sumber: BPS Kota Bandar Lampung Gambar 1.1 diatas menunjukan bahwa sepanjang tahun 2005 sampai 2011, PDRB Kota Bandar Lampung terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2005 Jumlah PDRB Kota Bandar Lampung hanya sebesar Rp ,51 yang kemudian meningkat menjadi Rp atau meningkat sebesar 68% selama tujuh tahun.

4 4 Pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 26 Tahun 2008, Kota Bandar Lampung ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Ekonomi Wilayah. Amanah Peraturan tersebut setidaknya memberikan motivasi kepada pemerintah daerah kota Bandar lampung untuk meningkatkan perekonomian daerahnya. Penetapan sasaran laju pertumbuhan ekonomi yang diperlukan mengandung implikasi yang cukup besar didalam memperkirakan kebutuhan investasi yang diperlukan untuk mencapai sasaran pertumbuhan ekonomi tersebut (Arif Daryanto 2010). Sebagai pusat pertumbuhan ekonomomi Provinsi Lampung, maka Kota Bandar Lampung harus mampu mencapai target pertumbuhan yang sudah dicanangkan dalam dokumen Peerencanaan Kota Bandar Lampung. Pada Rencana Pembangunan jangka Menengah Kota Bandar Lampung, telah ditetapkan target pertumbuhan Kota Bandar Lampung selama tahun sebesar 6,5%. Target tersebut tentu harus didukung oleh implikasi kebijakan Pemerintah daerah Kota bandar Lampung dalam rangka mencapai target pertumbuhan Kota bandar Lampung. Untuk dapat menunjang tujuan pembangunan Kota Bandar Lampung, maka sektor Non Basis perlu mendapatkan perhatian agar tetap mampu menunjang pertumbuhan sektor basis Kota Bandar Lampung. Sebab, jika besaran dana yang dialokasikan untuk masing-masing sektor tidak terintegrasi, maka sektor yang memiliki alokasi dana yang besar akan lebih tinggi intensitas pembangunannya. Sehingga timbul ketidak seimbangan alokasi sumber antar program sektor yang berakibat menyulitkan keterpaduan program pembangunan (LPSE, 1993).

5 5 Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengambil judul Analisis Kebutuhan Investasi Sektor Non Basis Kota Bandar Lampung B. Permasalahan Pemerintah Kota Bandar Lampung telah menetapkan target pertumbuhan sebesar 6,5%. Maka yang menjadi permasalahan adalah berapa besar kebutuhan investasi sektor non basis yang dibutuhkan untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi tersebut? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah dikemukakan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah teridentifikasinya kebutuhan investasi sektor non basis Kota Bandar Lampung. D. Kegunaan Penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan: 1. Bagi pembuat kebijakan pembangunan ekonomi di Daerah Kota Bandar Lampungdapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam mengambil keputusan untuk mempolarisasi Strategi Pembangunan ekonomi daerah di Kota Bandar Lampung. 2. Bagi akademisi, dapat berguna sebagai refrensi dalam melakukan penelitian lebih lanjut tentang pembangunan ekonomi di Kota Bandar Lampung.

6 6 E. Ruang Lingkup Ruang lingkup pembahasan dalam tulisan ini meliputi wilayah Kota Bandar Lampung. Untuk menjawab permasalahan dan tujuan penelitian ini akan dianalisis data sekunder dari PDRB Kota Bandar Lampung dengan menggunakan Alat Analisis LQ dan ICOR. Teori dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori Basis Ekonomi (economics base theory) teori ini dikembangkan oleh Harry W. Richardson (1973) yang menyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah (Arsyad 1999 : 116). Dasar pertimbangan Kota Bandar Lampung dipilih sebagai daerah penelitian adalah Kota Bandar Lampung merupakan Pusat Kegiatan Ekonomi Wilayah. Faktor-faktor yang menyebabkan kebutuhan Investasi Sektor Non Basis diprioritaskan untuk diketahui karena dengan mengetahui kebutuhan investasi Sektor Non Basis maka pemerintah daerah dapat menentukan skala prioritas investasi untuk mengurangi ketimpangan. F. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka pemikiran dalam penelitian ini diawali dengan menganalisis PDRB Kota Bandar Lampung dengan Analisis LQ. Kemudian dilakan perhitungan kebutuhan investasi Kota bandar Lampung dengan menggunakan metode ICOR. Secara Skematis Krangka Pemikiran penelitian ini digambarkan sebagai berikut:

7 7 Gambar 2. Kerangka Pemikiran. Kondisi Perekonomian Kota Bandar Lampung PDRB Kota Bandar Lampung Analisis ICOR Analisis LQ Kebutuhan Investasi Sektor Non Basis Simpulan dan Saran Gambar 1.2 diatas mengilustrasikan kerangka analisis penelitian ini. Tahap pertama yang perlu dilakukan adalah dengan mengamati Kondisi Perekonomian Kota Bandar Lampung yang dicerminkan oleh PDRB Kota Bandar Lampung. Dari data tersebut, akan dijadikan sebagai dasar untuk melakukan analisis LQ dan analisis ICOR. Dari hasil analisis LQ dan Analisis ICOR, diharapkan dapat menjelaskan besaran kebutuhan Investasi sektor non basis Kota Bandar Lampung.