SKRINING DAN PENILAIAN NUTRISI

dokumen-dokumen yang mirip
OLEH : KELOMPOK 5 WASLIFOUR GLORYA DAELI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh

BAB 1 PENDAHULUAN. setelah pembedahan tergantung pada jenis pembedahan dan jenis. dilupakan, padahal pasien memerlukan penambahan kalori akibat

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095

BAB I KONSEP DASAR. menderita deferensiasi murni. Anak yang dengan defisiensi protein. dan Nelson membuat sinonim Malnutrisi Energi Protein dengan

BAB I PENDAHULUAN. Ginjal adalah organ vital yang berperan penting dalam mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. kurang lebih 21 hari. Albumin mengisi 50% protein dalam darah dan menentukan

BAB I PENDAHULUAN. dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental. Tingkat. lampau, bahkan jauh sebelum masa itu (Budiyanto, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. satu kegawatdaruratan paling umum di bidang bedah. Di Indonesia, penyakit. kesembilan pada tahun 2009 (Marisa, dkk., 2012).

BAB I PENDAHULUAN. pada macam pembedahan dan jenis penyakit penyerta.

Pengukuran Status Gizi pada Lanjut Usia

BAB I PENDAHULUAN. atrofi otot karena kurang bergerak. Atrofi (penyusutan) otot menyebabkan otot

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ETIOLOGI : 1. Ada 5 kategori virus yang menjadi agen penyebab: Virus Hepatitis A (HAV) Virus Hepatitis B (VHB) Virus Hepatitis C (CV) / Non A Non B

BAB I PENDAHULUAN. secara menahun dan sifatnya irreversibel, ditandai dengan kadar ureum dan

CRITICAL ILLNESS. Dr. Syafri Guricci, M.Sc

Fungsi Makanan Dalam Perawatan Orang Sakit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENATALAKSANAAN DIIT PADA HIV/AIDS. Susilowati, SKM, MKM.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Definisi malnutrisi dan malnutrisi rumah sakit. Malnutrisi adalah suatu ketidakseimbangan (kekurangan atau kelebihan)

BAB 4 HASIL. 2,3 (0,3-17,5) Jenis Kelamin Pria 62 57,4 Wanita 46 42,6

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN DENGAN KADAR UREUM DAN KREATININ DARAH PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya malnutrisi pada pasien dan meningkatkan angka infeksi, atrofi otot,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

BAB I PENDAHULUAN. (PGK) tahap akhir yang menjalani dialisis masih sangat tinggi, kira-kira 15 -

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Pada manusia, fungsi ini sebagian besar dijalankan oleh ginjal (Brenner,

BAB I PENDAHULUAN. TB Paru merupakan penyakit yang disebabkan oleh. Mycobacterium tuberculosis, yaitu kuman aerob yang mudah mati dan

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

BAB I PENDAHULUAN. Anak yang sehat semakin bertambah umur semakin bertambah tinggi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia, masih ditemukan berbagai masalah ganda di bidang kesehatan. Disatu sisi masih ditemukan penyakit

PEDOMAN PELAYANAN GIZI KLINIK

Pelayanan Kesehatan bagi Anak. Bab 7 Gizi Buruk

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Diare didefinisikan sebagai buang air besar dengan konsistensi tinja cair

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. secara menahun dan umumnya bersifat irreversibel, ditandai dengan kadar

BAB I PENDAHULUAN. diakibatkan insufisiensi vaskuler dan neuropati. 1

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Malaria merupakan penyakit kronik yang mengancam keselamatan jiwa yang

Status Gizi. Keadaan Gizi TINDAK LANJUT HASIL PENDIDIKAN KESEHATAN. Malnutrisi. Kurang Energi Protein (KEP) 1/18/2010 OBSERVASI/PEMANTAUAN STATUS GIZI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

BAB I PENDAHULUAN. 2004, didapatkan bahwa prevalensi karies di Indonesia mencapai 85%-99%.3

I. PENDAHULUAN. keluhan maupun gejala klinis kecuali sudah terjun pada stadium terminal (gagal

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit kritis merupakan suatu keadaan sakit yang membutuhkan dukungan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. makanan secara mekanis yang terjadi di rongga mulut dengan tujuan akhir proses ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Malnutrisi semakin diketahui sebagai faktor. prosnosis penting yang dapat mempengaruhi keluaran

PENGEMBANGAN INSTRUMEN SKRINING GIZI DI RUMAH SAKIT. Dr. Susetyowati DCN,M.Kes Universitas Gadjah Mada 2014

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi dari makanan diet khusus selama dirawat di rumah sakit (Altmatsier,

BAB I PENDAHULUAN. Tingginya prevalensi malnutrisi pada pasien di rumah sakit masih menjadi

BAB 1 : PENDAHULUAN. dijadikan sebagai contoh bagi masyarakat dalam kehidupan sehari hari. Makanan

BAB 1 PENDAHULUAN. tujuan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, mempertahankan

Buku 2 : RKPM PENILAIAN STATUS GIZI

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya

BAB II LANDASAN TEORI

Hasil. Kesimpulan. Kata kunci : Obat-obatan kausatif, kortikosteroid, India, SCORTEN Skor, Stevens - Johnson sindrom, Nekrolisis epidermal

BAB I PENDAHULUAN. Schizophrenia adalah penyakit otak yang timbul akibat. normal. Sering kali diikuti dengan delusi (keyakinan yang salah) dan

BAB I PENDAHULUAN. Obat analgesik adalah obat yang dapat mengurangi nyeri tanpa menyebabkan. mengurangi efek samping penggunaan obat.

MUTU(QUALITY) ADALAH KESESUAIAN DENGAN STANDAR(CONFORMANCE TO REQUIREMENTS) (CROSBY) MUTU ADALAH GAMBARAN DARI PRODUK YANG MEMENUHI KEBUTUHAN

Esti Nurwanti, S.Gz., Dietisien., MPH

BAB I PENDAHULUAN. mengkonsumsi suplemen secara teratur 2. Sementara itu, lebih dari setengah

BAB I PENDAHULUAN. sangat pendek hingga melampaui defisit -2 SD dibawah median panjang atau

BAB IV RANCANG BANGUN SISTEM

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. gizi tubuh berperan dalam media transportasi dan eliminasi produk sisa metabolisme.

Milik MPKT B dan hanya untuk dipergunakan di lingkungan akademik Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan sakit (Notoatmodjo, 2005). fungsi anggota tubuh (Joyomartono, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem perkemihan merupakan salah satu system yang tidak kalah

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh mereka yang menderita gagal ginjal (Indraratna, 2012). Terapi diet

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Komplikasi infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) terhadap

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS. 1. Berat Badan Pasien Schizofrenia dengan Gizi Kurang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Malnutrisi merupakan salah satu permasalahan yang banyak dialami

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah

BAB I PENDAHULUAN. masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun),

Author : Liza Novita, S. Ked. Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau Doctor s Files: (

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Albumin merupakan protein terbanyak dalam plasma, sekitar 60% dari total

BAB 1 PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. pada awalnya mungkin menimbulkan sedikit gejala, sementara komplikasi

CLINICAL PATHWAY EKLAMPSIA GRAVIDARUM Rumah Sakit Kelas B & C

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pertumbuhan jumlah. penderita gagal ginjal pada tahun 2013 telah meningkat 50% dari tahun

LAPORAN KASUS / RESUME DIARE

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut

5. Pengkajian. a. Riwayat Kesehatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sistem fisiologis dan meningkatnya kerentanan terhadap berbagai penyakit dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kasus gizi buruk masih menjadi masalah dibeberapa negara. Tercatat satu

Di seluruh dunia dan Amerika, dihasilkan per kapita peningkatan konsumsi fruktosa bersamaan dengan kenaikan dramatis dalam prevalensi obesitas.

Kekurangan volume cairan b.d kehilangan gaster berlebihan, diare dan penurunan masukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Laparotomi merupakan salah satu prosedur pembedahan mayor dengan cara melakukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Gejala Diabetes pada Anak yang Harus Diwaspadai

Transkripsi:

SKRINING DAN PENILAIAN NUTRISI Skrining nutrisi adalah alat yang penting untuk mengevaluasi status nutrisi seseorang secara cepat dan singkat. - Penilaian nutrisi merupakan langkah yang peting untuk memastikan diagnosis dari malnutrisi akut dan kronis (baik kelebihan maupun kekurangan nutrisi) - Skiring dan penilaian status gizi sangat penting di pelayanan kesehatan karena malnutrisi akut dan kronis merupakan suatu hal yang lazim. 1.1 Skrining Skrining merupakan proses yang sederhana dan cepat, untuk menseleksi subjek yang sudah mengalami malnutrisi maupun subjek dengan risiko malnutrisi. Mungkin hal ini akan membuat repot petugas kesehatan. Cara ini cukup sensitif untuk mendeteksi keseluruhan atau hampir keseluruhanpasien dnegan risiko malnutrisi. Terdapat empat pertanyaan dasar pada skrining malnutrisi: 1. Penurunan BB tiba-tiba 2. Penurunan Nafsu makan tiba-tiba 3. Perhitungan BMI 4. Penyakit memperberat Alat skrining yang direkomendasikan : - Komunitas : Malnutrition Screening Tool (MUST) - Rumah sakit : Skrining resiko nutrisi 1.2 Assesment Penilaian adalah proses diagnostik yang mencirikan tingkat kekurangan gizi dan risiko komplikasi yang berhubungan dengan kekurangan gizi. Proses penilaian gizi jauh lebih kompleks daripada skrining dan itu harus mencakup prinsip-prinsip berikut: 1. Riwayat dan pemeriksaan 2. Faktor penyebab malnutrisi 3. Riwayat natural pada kondisi pasien 4. Kehilangan BB 5. Nafsu makan 6. Gejala Gastrointestinal 7. Demam 8. Riwayat kesehatan dan pengobatan 9. Riwayat diet - Status penyakit - Suhu - Frekuensi nadi

- Tekanan darah - Tes laboratorium untuk inflamasi - Kehilangan nutrisi dari luka, lubang 10. Penilaian fungsional 11. Pengeluaran energi 12. Disfungsi mental dan fisik 13. Kekuatan otot 14. Sistem Skor Mental 15. Status mood 16. Tes laboratorium 17. Kuantitas inflamasi dan penyakit yang memperberat 18. Protein plasma level 19. Perubahan mineral 20. Kandungan vitamin 21. Keseimbangan cairan Teknik yang digunakan dalam penilaian nutrisi Riwayat Riwayat pasien merupakan langkah awal untuk menilai nutrisi. Ciri spesifik yang perlu diperhatikan adalah perubahan berat badan tiba-tiba, kebiasaan diet dan perubahan asupan makan; alergi dan intoleransi makanan; obat yang dapat mempengaruhi nafsu makan, fungsi dan gejala gastrointestinal; kapasitas funngsional, termasuk keterbatasan terbaru dan kondisi kesehatan sebelumnya ( adanya penyakit kronis dan akut) Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik merupakan langkah selanjutnya pada penilaian status fisik. Penilaian ini lebih dominan bergantung pada informasi subjektif dan diskriptif. Meskipun bukan kuantitatif, tapi pemeriksaan fisik masih dapat mempengaruhi menajemen gizi pada pasien. Tujuan utama dari pemeriksaan fisik adalah untuk menegakkan tanda dan gejala pada kekurangan gizi atau toksisitas, dan toleransi pemenuhan nutrisi saat ini.pendekatan sistematis harus diterapkan menggunakan teknik pemeriksaan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi. Pemeriksaan fisik harus mencakup : 1. Penialian massa otot dan cadangan jaringan subkutan 2. Kondisi fisik penting sebagai indikator berkurangnya jumlah protein viseral dan disfungsi hati. 3. Inspeksi dan evaluasi untuk tanda dan gejala kekurangan vitamin dan mineral, seperti dermatitis, glostitis, cheilosis, irritabilitas neuromuskuler, dan rambut yang kasar dan mudah dicabut. 4. Obat resep pasien harus diperiksa untuk mengetahui adanya potensi terjadi interaksi obat dengan nutrisi, Menigkatnya

kebutuhan makro atau mikronutrien dan efek samping dikarenakan nutrisi seperti konstipasi, diare, mual dan muntah. Penilaian gizi yang paling sederhana divalidasi adalah SGA, penilaiannya didasarkan pada riwayat pasien dan pemeriksaan fisik. Dokter lebih memilih SGA karena sederhana, kelayakan dan sensitifitas yang hampir setara dengan tes objektif. Penilaian gizi pasien bukanlah prosedur yang mudah. Meskipun, banyak dari klinis dan pengukuran laboratorium tersedia untuk penilaian gizi, semua dari mereka memiliki banyak kekurangan. Penilaian gizi lebih cenderung seperti seni dari pada ilmu pengetahuan. Saat ini, Selain pemeriksaan fisik dan riwayat klinis, banyak dokter yang berpengalaman mengatasi Masalah ini dengan menggunakan beberapa tes laboratorium. Tes Fungsional 1. Dinamotetri tangan 2. Stimulasi otot langsung 3. Peak flow dan FEV 4. Fungsi kekebalan 5. Respon kulit terhadap antigen intraadermal 6. Jumlah limfosit 7. Proporsi dan jumlah dari T-limfosit Fungsi kekebalan tubuh dapat diuji dengan jumlah limfosit dan dengan tes kulit pada jaringan kutaneus, pada sebagian besar pasien rawat inap, reaksi hipersensitivitas lambat dan jumlah total komponen limfosit tidak terlalu berguna pada penilaian profil gizi. Parameter Laboratorium 1. Albumin darah 2. Pemendekan waktu paruh protein 3. Transthyretin (pembentukan pre-albumin)- 2 hari 4. Transferin- 7 hari 5. Indesk kreatinin 6. Keseimbangan nitrogen Sebuah penilaian gizi secara lengkap terdiri dari kombinasi subjektif dan objektif parameter, tapi sampai sekarang, tidak ada parameter tunggal telah terbukti berguna dalam semua pasien. Kebanyakan parameter gizi sensitivitas dan spesifisitas nya kurang; Oleh karena itu, metode untuk

mengidentifikasi pasien malnutrisi tidak sepenuhnya memuaskan. Pengujian laboratorium berguna untuk penilaian status gizi dan pemantauan terhadap intervensi gizi. Protein serum, jumlah total limfosit, vitamin dan mineral Beberapa parameter laboratorium (protein serum, jumlah total limfosit, vitamin dan mineral) telah digunakan. Protein serum memiliki waktu paruh yang berbeda. Albumin serum adalah prediksi yang baik untuk hasil dan mencerminkan tingkat keparahan penyakit. Di sisi lain, hal itu adalah penanda buruk untuk menilai gizi status. Albumin serum dapat digunakan untuk kontrol jangka panjang. Untuk menilai perubahan jangka pendek, prealbumin atau transferin lebih berguna. Protein serum memiliki banyak keterbatasan. Konsentrasi protein viseral pada darah menurun dengan kelebihan cairan (overhydration) dan meningkat dengan dehidrasi tanpa dipengaruhi status gizi. Jumlah albumin serum yang rendah akan memperburuk ascites, edema pada ekstremitas bawah, dan edema usus karena depresi tekanan onkotik koloid. Transferin serum adalah protein yang kurang dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Kreatinin Indeks Tinggi (CHI) Kompartemen protein somatik dapat dievaluasi dengan kreatinin Indeks tinggi (CHI). Ekskresi kreatinin berkorelasi dengan massa tubuh bebas lemak dan berat badan. Kreatinin indeks tinggi tergantung pada ekskresi kretinin pada urin. Insufisiensi ginjal, konsumsi daging, aktivitas fisik, demam, infeksi dan trauma mempengaruhi ekskresi kreatinin pada urin. Studi keseimbangan nitrogen Studi keseimbangan nitrogen sering digunakan untuk menilai katabolisme protein. Dalam kondisi non-stres, urea menyusun 30-90% dari total urea nitrogen. Untuk tujuan klinis biasanya, keseimbangan nitrogen dilakuakn perhitungan dengan urea nitrogen pada urin bukan dari jumlah nitrogen urin yang memadai. Hal tersebut harus mempertimbangkan bahwa ekskresi nitrogen dihitung dari urea nitrogen urin dapat meningkat karena pengaruh stres, yang dapat mengubah produksi urea dan atau peningkatan non-urea nitrogen pada produk. Validitas keseimbanagn nitrogen dipengaruhi oleh gangguan retensi nitrogen berat, akurasi jumlah urin dalam 24 jam, dan kelengkapan asupan protein dn asam amino.

Penilaian sederhana untuk menilai status katabolik dan juga kecepatan produksi urea dan kreatinin hasil bagi. Pemantauan gizi dan alasan respon dapat diukur dalam vivo (oleh berat badan, keseimbangan natrium, tingkat komplikasi) dan in vitro dengan pengukuran oleh konsentrasi protein pada plasma serum Untuk mengidentifikasi pasien dengan malnutrisi sebelumnya atau orangorang beresiko tinggi, dengan mengkombinasikan fokus nutrisi pada pemeriksaan fisik bersama dengan berhati-hati memilih parameter objectif untuk mendapatkan informasi yang terbaik. PENILAIAN INTAKE MAKANAN Kuantifikasi dari intake makanan dan perbandingan dengan pengeluaran energi tidak bisa hanya menggambarkan status tetapi juga memprediksi apakah status gizi pasien cenderung meningkatkan atau memburuk. Penilaian asupan makanan yakni memperkirakan asupan makanan dan merupakan salah satu alat utama untuk menilai status gizi. Pengukuran asupan makanan yang digunakan tidak hanya untuk penentuan status gizi pasien, tetapi juga karakterisasi status gizi populasi untuk pemantauan dan pengawasan. Penilaian asupan makanan memiliki tantangan yang cukup besar dan rentan terhadap kesalahan yang signifikan dan bias. Neraca makanan dan survei anggaran rumah tangga adalah metode tidak langsung studi konsumsi makanan. Food record dan dietary recalls yakni mengukur asupan makanan pada periode tertentu biasanya 1-7 hari. Dikarenakan diperlukan viabilitas hari ke hari, maka beberapa hari catatan mungkin diperlukan untuk memperkiran asupan makanan biasanya. Kuisione frekuensi makanan yang dikembangkan untuk menggambarkan data standar yang biasa pada diet jangka panjang. Penentuan konsumsi nutrisi dapat dicapai baik dengan menganalisis makanan yang dikonsumsi langsung atau dengan menggunakan tabel komposisi makanan. Kebanyakan tabel komposisi makanan diatur menurut klasifikasi makanan ke dalam kelompok makanan. Referensi intake makanan (DRI) memberikan standar untuk melayani sesuai dengan tujuan untuk nutrisi yang baik. Kuisioner merupakan alat yang umum digunakan dalam praktek medis dan dalam penilaian gizi serta pada proses pembuatan keputusan. Setiap kuisioner harus lulus validasi untuk gold standar dan tes reliabilitas. Data pada kuisioner mungkin dari berbagai jenis : 1. Data diet, baik sebelum komponen analiasis atau komponen spesifik setelah analisis diet

2. Data antropometri seperti tinggi, berat badan, BMI, atau komposisi tubuh; 3. Hasil laboratorium dan tes khusus 4. Kebiasaan makan seperti waktu makan dan dimana makanan itu didapat 5. Pertanyaan umum tentang kesehatan 6. Data kesehatan seperti diagnosa, riwayat operasi dan obat 7. Data demografi dan sosial ekonomi Hal ini sangat penting untuk mengevaluasi tujuan dari kuesioner. Banyak kuisioner yang dirangcang sebagai survey epidemiologi, dan lain-lain sebagai alat klinis untuk tujuan tertentu, beberapa dirancang untuk setiap orang dan beberapa untuk populasi tertentu, beberapa untuk deteksi malnutrisi sementara dan lainnya berkonsentrasi mengevalusi risiko ekibat penyakit metabolik seperti diabetes, hiperlipidemia dan obesitas. Pengeluaran enersi dapat diukur (kalometri direct) atau diperkirakan dari formula dengan melihat modul metabolisme energi. Asupan energi diukur pada 3-7 hari baik menggunakan buku harian makanan yang disimpan oleh pasien atau grafik asupan makanan yang disimpan oleh staf perawat dan digunakan oleh ahli gizi untuk menghitung energi dan asupan protein.