BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Model Penerimaan Teknologi Technology Acception Model (TAM) atau yang dikenal dengan model penerimaan teknologi merupakan suatu model yang disusun oleh Davis et al,. (1989) yang digunakan untuk menjelaskan penerimaan teknologi yang akan digunakan oleh para pengguna teknologi. Bagozzi dan Yi (2012) menyatakan bahwa TAM merupakan suatu model yang paling sering dikutip dalam literatur dalam dua penelitain. Selanjutnya Heilesen dan Jensen (2007) menambahkan bahwa TAM juga menjelaskan bahwa individu dapat bebas memilih dalam menggunakan teknologi. Menurut Davis (1989) dalam Wijayanti (2009) serta Dehghan, Arjomand, Nayyeri dan Tabatabaey (2011) tujuan utama TAM adalah untuk mendirikan dasar penelusuran pengaruh faktor eksternal terhadap kepercayaan, sikap (personalisasi), dan tujuan pengguna computer. Chuttur (2009) dalam literatur mereka menyatakan bahwa TAM secara luas digunakan dalam studi adopsi karena sistem informasi spesifik dan didasarkan pada teori psikologi sosial. TAM menganggap bahwa dua keyakinan variabel perilaku utama dalam mengadopsi sistem informasi yaitu persepsi pengguna terhadap manfaat (perceived usefulness) dan persepsi pengguna terhadap penggunaan (perceived ease of use). Hartono dan Abdillah (2011) menyatakan bahwa pengguna teknologi
akan mempunyai niat mengunakan teknologi jika pada awal penggunaannya merasa bahwa sistem dari teknologi tersebut bermanfaat dan mudah digunakan. Berdasarkan analisis dari berbagai penelitian yang menggunakan TAM dan versi berikutnya ditemukan bahwa semua komponen yang ada pada TAM memiliki tingkat korelasi yang sangat tinggi (Thakur dan Srivastava, 2012). Amijaya (2010) menyatakan bahwa TAM berfokus pada sikap terhadap pemakaian teknologi informasi oleh penggunanya dengan mengembangkannya berdasarkan perceived ease of use dan perceived usefulness dalam pemakaian teknologi informasi. 2.1.2 Persepsi Kemudahan Penggunaan Persepsi didefinisikan sebagai sebuah proses yang dilalui seorang individu untuk memilih, mengorganisasikan, menginterpretasi stimuli kedalam sebuah gambaran tentang dunia yang memiliki arti atau makna yang bersifat koheren (Suprapti, 2010). Menurut Davis (2000) persepsi kemudahan penggunaan merupakan kepercayaan seseorang dalam menggunakan suatu sistem akan terbebas dari usaha. Perceived ease of use atau persepsi kemudahan penggunaan didefinisikan sebagai sejauh mana seseorang percaya bahwa menggunakan suatu teknologi akan terbebas dari usaha. Jika seseorang merasa percaya bahwa sitem informasi mudah untuk digunakan maka dia akan menggunakannya. Persepsi kemudahan penggunaan ini juga merupakan suatu kepercayaan tentang proses pengambilan keputusan (Jogiyanto, 2007:115). Mengacu pada Fusiler dan Durlabhji (2005:246) yang menyatakan bahwa terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi kemudahan penggunaan
adalah merasakan kemudahan dalam menggunakan teknologi guna melakukan kegiatan yang diinginkan, dapat berintearaksi dengan teknologi Mobile Commerce tidak memerlukan usaha yang besar. 2.1.3 Persepsi Manfaat Perceived usefulness atau persepsi manfaat didefinisikan sebagai sejauh mana seseorang percaya bahwa menggunakan suatu teknologi akan meningkatkan kinerja pekerjaanya (Jogiyanto, 2007:114). Dari definisi diatas, diketahui bahwa persepsi manfaat merupakan kepercayaan tentang proses pengambilan suatu keputusan. Dengan demikian jika seseorang merasa percaya bahwa sistem informasi berguna maka dia akan menggunakan sistem tersebut. Penelitianpenelitian sebelumnya menunjukan bahwa konstruk persepsi manfaat mempengaruhi secara positif dan signifikan terhadap penggunaan suatu sistem informasi (Davis, 1989; Chau, 1996; Igbaria et al., 1997; Sun, 2003). Persepsi manfaat memberikan pengaruh positif terhadap sikap individu dalam menggunakan teknologi sistem informasi (Yulihasir et al., 2011). Penelitainpenelitian sebelumnya juga menunjukan bahwa persepsi manfaat merupakan konstruk yang paling banyak dan signifikan dan penting dalam mempengaruhi sikap, minat dan perilaku dalam menggunakan teknologi dibandingkan dengan konstruk lainnya.
2.1.4 Persepsi Resiko Persepsi resiko dapat diartikan sebagai resiko secara umum yang diterima oleh seseorang ketika menggunakan suatu sistem. Persepsi resiko juga dapat dikatakan sebagai pemikiran seseorang yang tidak pasti serta konsekuensi yang diterima atas layanan pada sistem yang digunakan. Resiko keamanan seperti takut ketika menggunakan layanan Mobile Commerce kapasitas baterai ponsel akan cepat berkurang, atau konektifitas internet yang seketika berhenti ketika membayar tagihan kartu kredit, dan kemungkinan adanya kesalahan input akan sulit untuk melakukan pengecekan melalui ponsel dan berbagai alasan keamanan lainnya. Selain resiko keamanan, resiko privasi merupakan hambatan lain yang penting pada transaksi elektronik seperti kekecewaan dan frustasi yang terjadi pada pelanggaran privasi konsumen. Dimensi resiko termasuk penangkapan yang dirahsiakan dari informasi seperti kebiasaan belanja konsumen (Thakur dan Srivastava, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Dwitasari dan Baridwan (2014) menyatakan bahwa persepsi resiko tidak mempengaruhi niat seseorang untuk menggunakan layanan Mobile Commerce. Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nazar dan Syahran (2008) menunjukan bahwa persepsi resiko berpengaruh terhadap niat menggunakan layanan Electronic Commerce. Keamann dan privasi merupakan faktor yang signifikan terhadap penerapan layanan Mobile Commerce (Islam et al.,2011).
2.1.5 Niat Menggunakan Niat menggunakan atau Intention to use adalah suatu keinginan atau niat seseorang untuk melakukan suatu perilaku tertentu. Seseorang akan melakukan suatu perilaku jika mempunyai keinginan atau niat untuk melakukannya (Jogiyanto, 2007:116). Niat atau intensi adalah keinginan untuk melakukan suatu perilaku. Menurut hasil penelitian-penelitian sebelumnya menunjukan bahwa niat perilaku merupakan prediksi yang baik dari pengguna teknologi oleh pemakai sistem (Davis et al, 1989; Taylor dan Todd, 1995; Venkatesh dan Davis, 2000). Dengan indikator membayangkan menggunakan layanan Mobile Commerce dimasa depan, bermaksud menggunakan layanan Mobile Commerce, dan memprediksi akan menggunakan layanan Mobile Commerce dimasa depan. Minat pemanfaatan teknologi berhubungan dengan cara perusahaan merencanakan dan efektif. Teknologi informasi diterapkan sesuai dengan strategi bisnis (Amijaya, 2010 dalam Fathia, 2012). Minat didefinisikan sebagai indikasi bagaimana seseorang mau mencoba dan bagaimana usaha seseorang untuk menampilkan perilakunya (Pauli, 2007 dalam Kurniawati, 2010). 2.1.6 Mobile Commerce Mobile Commerce merupakan perkembangan dari Electronic Commerce yang menggunakan jaringan wireless atau Mobile Telecomunication. Secara karakteristik Mobile Commerce terdiri dari dua bagian yaitu mobility dan broad reachability. Kata mobility menerangkan bahwa aktifitas tersebut dilakukan dengan cell phone atau perangkat teknologi lainnya yang bersifat mobile seperti
PDA (Personal Data Assistant), sehingga para penggunanya dapat melakukan berbagai aktifitas Electronic Commerce dimana saja dan kapan saja. Sedangkan kata broad reachability menjelaskan bahwa apapun aktifitasnya dan dimanapun mereka berada, para pengguna Mobile Commerce tersebut dapat menjangkau atau memiliki informasi yang dia butuhkan secepatnya (Sasmita dkk, 2009). Chaffey (2009) menggambarkan empat manfaat yang dapat di akses melalui mobile atau jaringan nirkabel lainnya kepada para penggunanya yaitu: 1) Ubiquity Informasi dapat di akses dari maja saja, di setiap lokasi dan setiap saat. 2) Reachability Pengguna Mobile Commerce dapat mengaksesnya dari dalam maupun luar rumah mereka. 3) Kenyamanan Perangkat mobile membuatnya tidak perlu untuk memiliki akses ke power supply atau koneksi fixed-line. 4) Kemananan Setiap user dapat dikonfirmasi karena setiap perangkat nirkabel memiliki kode identifikas yang unik yang memungkinkan penyedia layanan Mobile Commerce untuk menyesuaikan konten berdasarkan lokasi pelanggan. Perangakat mobile juga memberikan tingkat privasi dibandingkan dengan PC. Akhirnya, akses cepat atau menjadi always-on atau selalu aktif. Tidak perlu untuk melakukan dial-up koneksi nirkabel dengan perangkat mobile.
Bagian dari Mobile Commerce yang dibahas dalan skripsi ini yaitu mengenai Mobile Banking yang merupakan salah satu model bisnis yang terdapat pada Mobile Commerce dalam layanan keuangan pada perbankan. Mobile Banking merupakan salah satu bagian dari Electronic Commerce yang merupakan layanan informasi perbankan melalui wireless paling baru yang ditawarkan pihak bank dengan menggunakan teknologi yang terdapat pada smartphone untuk mendukung kelancaran dan kemudahan kegiatan perbankan (Sulistiyarini, 2013). Dengan adanya layanan Mobile Banking, memeriksa saldo rekening, memonitor jangka waktu deposito, mengecek status kartu kredit serta pembayaran kartu kredit, pembayaran rekening listrik dan telepon dan transaksi lainnya akan lebih mudah dilakukan (Pratiwi, 2012). Layanan Mobile Banking merupakan jenis layanan yang fleksibel, karena bisa digunakan untuk melakukan transaksi dimana saja dan kapan saja. mudah ditemukan, ramah lingkungan dan membuat perubahan. Mobile Banking saat ini kebanyakan ditujukan melalui melalui SMS atau Mobile Internet tetapi juga dapat menggunakan program pendownload mobile device (Buse, 2007). 2.2 Hipotesis Penelitian 2.2.1 Pengaruh persepsi kemudahan pengunaan terhadap niat menggunakan Menurut Amijaya (2010) yang mendasar pada Iqbaria (2000), persepsi kemudahan penggunaan ini akan berdampak pada perilaku yaitu, semakin tinggi persepsi seseorang tentang kemudahan menggunakan sistem semakin tinggi pula
tingkat pemanfaatan teknologi informasi. Beberapa penelitian sebelumnya menunjukan bahwa persepsi kemudahan penggunaan berpengaruh positif terhadap sikap penggunaan teknologi. Cheong dan Park (2005) menemukan bahwa perceived usefulness dan perceived ease of use menjadi faktor yang signifikan terhadap niat untuk menggunakan Mobile Commerce. Dwitasari dan Baridwan (2014) menyatakan bahwa persepsi kemudahan penggunaan mempengaruhi minat dalam menggunakan Mobile Commerce. Menurut Pousttchi dan Weidemann (2011) persepsi kemudahan penggunaan memiliki dampak yang signifikan terhadap niat menggunakan. Wahyudi (2011) dalam temuannya menyatakan bahwa persepsi kemudahan penggunaan merupakan predictor yang kuat atas sikap, minat untuk menggunakan. Persepsi kemudahan penggunaan mempengaruhi sikap individu dalam menggunakan Mobile Banking (Sulistiyarini, 2013). Berbeda dengan penelitian yang dilakukkan oleh Yolanda (2012), menemukan hasil bahwa persepsi kemudahan penggunaan tidak berpengaruh terhadap niat menggunakana Electronic Commerce. H1: Persepsi kemudahan penggunaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap niat menggunakan Mobile Commerce di Kota Denpasar. 2.2.2 Pengaruh persepsi manfaat terhadap niat menggunakan Penelitian yang dilakukan oleh Bhatti T (2007) menunjukan bahwa persepsi manfaat (perceived usefulness) dan persepsi kemudahan penggunaan (perceived ease of use) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap niat mengunakan layanan Mobile Commerce. Pousttchi dan Wiedemann (2011) menyatakan bahwa
persepsi manfaat memiliki dampak yang signifikan terhadap niat menggunakan. Pengguna harus memiliki tingkat keyakinan yang tinggi dalam menggunakan atau mengadopsi teknologi Mobile Commerce. Davis (1989) menyebutkan bahwa persepsi manfaat merupakan tingkat keyakinan seseorang bahwa bila menggunakan suatu teknologi maka akan meningkatkan kinerja pekerjaan dalam dirinya. Semakin meningkatnya keefektifan suatu media maka semakin meningkat pula tingkat persepsi manfaatnya (Davis, 1989). Wahyudi (2011) menyatakan bahwa persepsi manfaat memiliki peran penting dalam sikap dan minat seseorang untuk menggunakan mini laptop. Zararieva (2009) menyataka bahwa perceived usefulness berpengaruh positif dan signifikan terhadap niat menggunakan layanan Electronic Commerce. Saraswati dan Baridwan (2013) menyatakan bahwa persepsi manfaat berpengaruh dalam niat menggunakan layanan Electronic Commerce. Almaghrabi et al., (2011) menyatakan bahwa persepsi manfaat berpengaruh positif terhadap minat individu dalam menggunakan layanan Electronic Commerce dalam belanja online. H2: Persepsi manfaat berpengaruh positif dan signifikan terhadap niat menggunakan Mobile Commerce di Kota Denpasar. 2.2.3 Pengaruh persepsi resiko terhadap niat menggunakan Penelitian yang dilakukan oleh Islam et al., (2011) menunjukan bahwa keamanan dan privasi merupakan faktor yang signifikan dalam penerapan layanan Mobile Commerce. Nazar dan Syahran (2008) menunjukan bahwa persepsi resiko berpengaruh positif dan signifikan terhadap niat menggunakan layanan Electronic
Commerce. Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dwitasari dan Baridwan (2014) menyatakan bahwa persepsi resiko tidak mempengaruhi minat seseorang untuk menggunakan layanan Mobile Commerce. Saraswati dan Baridwan (2013) dalam temuannya menyatakan bahwa persepsi resiko tidak berpengaruh terhadap niat menggunakan layanan Electronic Commerce. Persepsi resiko hanya membantu dalam membentuk sikap konsumen yang diperbandingkan dengan niat mereka. Walaupun persepsi resiko tinggi, konsumen mungkin saja tidak rela memutuskan untuk tidak mengambil bagian dalam transaksi secara online (Gurung, 2006). H3: Persepsi resiko berpengaruh positif dan signifikan terhadap niat menggunakan Mobile Commerce di Kota Denpasar. 2.3 Kerangka Konseptual Berdasarkan tinjauan pustaka dan uraian hipotesis penelitian sebelumnya maka kerangka konseptual dapat dituangkan dalam gambar model penelitian sebagai berikut:
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual Penelitian Persepsi kemudahan penggunaan (X1) H 1 H 2 Persepsi manfaat (X2) Niat menggunakan (Y) Persepsi resiko (X3) H 3 Sumber: data diolah, 2015.